Anda di halaman 1dari 14

HOMONIMI, HOMOFONI, DAN HOMOGRAFI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Semantik Bahasa Indonesia

Disusun:
Kelompok 5
1. Rifdah Fadhilah (06021282025026)
2. Suci Indriani (06021282025027)
3. Shandina Arietatya (06021282025028)
4. M. Aziz Hakim (06021282025029)
5. Putri Adiza (06021282025030)
6. Ilma Jhelisa (06021282025031)
7. Amrina Rosyada (06021282025047)
8. Sinta Saputri (06021282025076)

Dosen Pengampu:

Ernalida, S.Pd., M.Hum., Ph.D.


Yenni Lidyawati, S.Pd., M.Pd.
Novritika, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Selawat beserta salam senantiasa penulis curahkan kepada baginda tercinta kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menuntun dan membimbing kita dari zaman jahiliah sampai
zaman terang benderang.

Makalah yang berjudul “Homonimi, Homofoni, Homografi” ini dibuat oleh penulis
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Semantik Bahasa Indonesia. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Ernalida, S.Pd., M.Hum., Ph.D., Ibu Yenni Lidyawati, S.Pd., M.Pd.,
dan Ibu Novritika, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan bimbingan serta arahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar
makalah ini lebih baik lagi. Semoga isi materi dari makalah, dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Indralaya, 25 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ............................................................................................ 3

A. Pengertian Homonimi ...................................................................................................3


B. Proses Pembentukan Homonimi...................................................................................4
C. Jenis-jenis Homonimi dan Contohnya..........................................................................4
D. Pengertian Homofoni....................................................................................................6
E. Contoh Homofoni .........................................................................................................6
F. Pengertian Homografi ..................................................................................................7
G. Contoh Homografi ........................................................................................................8

PENUTUP ...................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ...................................................................................................................10
B. Saran .............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 11

ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
karena tanpa adanya bahasa manusia tidak dapat berinteraksi dan menjalin komunikasi
antara manusia satu dengan manusia lainnya. Menurut Ritonga (dalam Devianti,
2017:228) bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa
lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Seseorang harus menguasai kosakata
untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dengan
penguasaan kosakata yang baik memungkinkan seseorang dapat berbahasa dengan baik
dan benar pula.

Penggunaan bahasa memerlukan kosakata yang mengandung kumpulan kata-kata


tertentu yang akan membentuk bahasa. Untuk itu, perlu adanya pengetahuan yang lebih
mengenai penggunaan kata-kata yang digunakan lebih dari satu makna dan mengenal
serta memahami penggunaan kata yang sama, tetapi ketika seseorang mengucapkan kata
tersebut menimbulkan arti yang berbeda. Permasalahan tersebut berkaitan dengan
homonimi.

Homonimi adalah dua ujaran dalam bentuk kata yang memiliki kesamaan dalam
pengucapan dan/atau kesamaan sama tulisannya (Parera, 2004:81). Homonimi terbagi
menjadi dua yaitu homografi dan homofoni. Homograf adalah kata yang sama ejaannya
dengan kata yang lain, tetapi berbeda maknanya. Sementara itu, homofon adalah kata
yang lafalnya sama, ejaannya sama atau tulisan berbeda dan memiliki makna yang
berbeda pula.

Menurut Depdikbud (dalam Pateda, 2010:164), secara leksikografis, homograf


adalah kata yang sama ejaannya dengan kata yang lain, tetapi berbeda makna serta
pelafalannya. Sedangkan, homofon adalah kata yang sama lafalnya dengan kata yang
lain, tetapi beda maknanya. Homograf dan homofon dapat terjadi baik dalam bahasa
Indonesia maupun bahasa daerah. Melihat hal itu, penulis tertarik mendalami materi
tentang homonim, homofon, dan homograf.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian homonimi dan bagaimana proses terbentuknya homonimi?

2. Apa jenis-jenis homonimi dan bagaimana contohnya?

3. Apa pengertian homofoni dan bagaimana contohnya?

4. Apa pengertian homografi dan bagaimana contohnya?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah, ada beberapa tujuan yang dapat diuraikan sebagai
berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian homonimi dan proses terbentuknya homonimi.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis homonimi dan contoh homonimi.

3. Untuk mengetahui pengertian homofoni dan contoh homofoni.

4. Untuk mengetahui pengertian homografi dan contoh homografi.

Selain itu, makalah ini bertujuan untuk merangsang pengetahuan serta menambah
wawasan pembaca dan penulis mengenai materi yang disajikan, dengan harapan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Homonimi

Homonimi berasal dari bahasa Yunani, yaitu homo dan onoma. Onoma berarti
„nama‟ dan homo berarti „sama‟. Homonimi merupakan relasi makna antarkata yang
ditulis sama dan/atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda. Secara harfiah,
homonimi dapat diartikan sebagai nama sama untuk benda atau hal lain. Secara semantik,
Verhaar (1978) memberi definisi homonimi sebagai ungkapan berupa kata frase atau
kalimat yang bentuknya sama dengan ungkapan lain, juga berupa kata frase atau kalimat
tetapi maknanya tidak sama. Dengan kata lain, homonim adalah hubungan makna atau
bentuk bila dua buah makna aatu lebih dinyatakan dengan sebuah bentuk atau kata yang
sama.

Homonimi menurut para ahli sebagai berikut:

a) Parera (2004:81) menjelaskan bahwa homonimi ialah dua ujaran dalam bentuk kata
yang sama lafalnya atau sama ejaan atau tulisannya.

b) Sudaryat (2009:41) berpendapat bahwa homonimi adalah nama sama untuk benda
atau hal lain.

c) Subroto (2011:81) Mengatakan bahwa homonimi adalah dua leksem atau lebih yang
sama bentuk dan bunyinya, tetapi memiliki arti yang berbeda.

d) Pateda (2010:211) menjelaskan bahwa homonimi adalah nama sama untuk benda
yang berlainan.

e) Aminuddin (2015:124) mengatakan bahwa homonimi adalah beberapa kata yang


memiliki bentuk ujaran sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.

Selaras dengan pemikiran di atas, Chaer (2014:302-304) mengatakan bahwa


homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya kebetulan sama,
maknanya tentu saja berbeda karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran
yang berlainan. Homofon merupakan homonim yang sama bunyinya tetapi beda tulisan
dan maknanya, sedangkan homograf merupakan homonim yang sama tulisannya tetapi
beda bunyi dan maknanya.

3
B. Proses Pembentukan Homonimi

Berdasarkan proses pembentukannya, homonimi dibedakan menjadi empat jenis,


antara lain sebagai berikut.
a) Homonimi yang terbentuk karena kedua kata berasal dari bahasa atau dialek yang
berlainan. Contoh: kali. Kata kali memiliki dua makna, yaitu „kelipatan‟ dan „sungai‟.
Kata kali yang berarti „kelipatan‟ berasal dari bahasa Melayu, sedangkan
kata kali yang berarti „sungai‟ berasal dari bahasa Jawa. Contoh lain adalah
kata abang yang berarti „kakak laki-laki‟ berhomonim dengan kata abang yang berarti
„merah‟ yang berasal dari bahasa Jawa.

b) Homonimi yang terbentuk karena proses afiksasi. Afiksasi adalah proses penambahan
afiks pada akar, dasar, atau alas. Dalam hal ini, pasangan homonimi terjadi karena
adanya pengimbuhan pada kata dasar. Sebagai contoh adalah kata merapatkan yang
berasal dari kata dasar rapat yang mendapat imbuhan me- … -
kan. Kata merapatkan yang pertama berarti „mempererat, menjadikan rapat‟,
sedangkan kata merapatkan yang kedua berarti „mengajak berapat untuk
membicarakan sesuatu atau berunding‟.

c) Homonimi yang terbentuk karena penyingkatan. Sebagai contoh adalah PBB.


Singkatan PBB yang pertama merupakan kepanjangan dari Perserikatan Bangsa-
Bangsa. PBB yang kedua merupakan singkatan dari peraturan baris-berbaris, dan
yang ketiga merupakan singkatan dari pajak bumi dan bangunan.

d) Homonimi yang terbentuk karena gejala bahasa. Gejala bahasa dalam pembentukan
homonimi meliputi gejala penambahan fonem dan gejala penghilangan fonem.
Sebagai contoh adalah kata gajih. Kata gajih yang pertama dapat berarti „lemak‟
dan gajih yang kedua berarti „upah kerja yang dibayar dalam waktu yang tetap‟. Arti
kata pertama muncul karena kata itu berasal dari kata gaji yang mendapat tambahan
fonem /h/ di belakang.

C. Jenis-Jenis Homonimi dan Contohnya

a) Homonimi yang homograf adalah homonimi yang sama tulisannya, tetapi berbeda
ucapan dan maknanya. Misalnya (a) teras I = “bagian kayu yang keras,” “intisari”
4
teras II = “lantai rumah di depannya” (b) mental I = “terpelanting” mental II = “batin,
jiwa, pikiran.”

b) Homonimi yang homofon adalah yang sama bunyinya, tetapi berbeda tulisan dan
makna. Misalnya (a) bang I = “kakak,” bank II = “tempat simpan pinjam uang.”

c) Homonimi yang homograf dan homofon, yakni homonimi murni yang sama
bunyinya dan tulisannya, tetapi berbeda maknanya. Misalnya, (a) buram I =
‟rancangan, konsep,” buram II = “tidak bercahaya, tidak bening,” (b) beruang I =
‟memiliki uang” beruang II = “nama binatang” beruang III = “memiliki ruang” (c)
kali I = “sungai” kali II = “lipat.”

Berdasarkan jenis homonimi di atas, homonimi adalah dua buah kata atau satuan
ujaran yang bentuk kebetulan sama, tetapi maknanya berbeda karena masing-masing
merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Misalnya, contoh dalam bahasa
Bima, kata mada, yang berarti “mata”, bisa berarti “mentah”, dan bisa berarti “saya”;
kata sia, yang berarti “dia” dan yang berarti “garam”. Dengan kata lain, homonim adalah
hubungan makna atau bentuk bila dua buah makna atau lebih dinyatakan dengan sebuah
bentuk atau kata yang sama.

Selanjutnya, Chaer (2013:96-97) membagi homonim atas beberapa jenis, yakni:

a) Homonimi yang terjadi antarkalimat, misalnya dalam BI istri kolonel yang nakal itu
cantik (dengan parafrase yang menjelaskan bahwa yang nakal itu kolonel) dan istri
kolonel yang nakal itu cantik (dengan parafrase bahwa yang nakal itu istri kolonel).

b) Homonimi yang terjadi antarfrase, misalnya dalam BI orang tua yang bermakna
“ayah dan ibu” dan orang tua yang bermakna “orang yang sudah tua.”

c) Homonimi yang terdapat pada antarkata, misalnya kata barang yang bermakna
“benda yang diperdagangkan” dan barang yang bermakna “sejumlah atau
sebanyak.”

d) Homonimi yang terdapat pada antarmorfem, misalnya bukunya (parafrasanya buku


orang itu) dan bukunya (parafrasanya buku tertentu).

Dengan kata lain, homograf berhubungan dengan ejaan; maksudnya ejaan sama,
tetapi maknanya berbeda dan homofon berhubungan dengan bunyi bahasa; maksudnya

5
lafalnya sama, tetapi maknanya berbeda. Istilah homofon, homograf, dan homonimi
dapat terjadi bersama-sama, sebab bentuk, bunyi, lafal, dan tulisan atau ejaan sama saja.

D. Pengertian Homofoni

Secara etimologi, homofon atau homofoni berasal dari kata homo yang artinya
sama dan foni yang berarti bunyi atau suara. Jadi, dapat disimpulkan bahwa homofon
adalah kata yang memiliki lafal atau bunyi sama, namun ejaan dan maknanya berbeda.
Meskipun tulisan hurufnya sama, tetapi dibacanya sama, berarti kata tersebut termasuk
dalam ragam bahasa homofon. KBBI juga mengartikan istilah homofon serupa, yakni
sebagai kata yang sama lafalnya dengan kata lain, tetapi berbeda ejaan dan maknanya.
Selaras dengan Parera (2004:81) yang menyatakan homofon sebagai dua ujaran atau
lebih yang sama lafalnya, tetapi berlainan tulisan dan maknanya.

Homofoni sebetulnya sama saja dengan homonimi karena realisasinya bentuk-


bentuk bahasa adalah berupa bunyi. Jadi, kata „bisa‟ yang berarti „racun ular dan kata
„bisa‟ yang berarti „sanggup‟, selain merupakan bentuk yang homonimi adalah juga
bentuk yang homofoni, dan juga homografi karena tulisannya juga sama. Dalam bahasa
Indonesia ada sejumlah kata yang homofon, tetapi ditulis dengan ejaan yang berbeda
karena ingin memperjelas perbedaan makna. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
karya Poerwadarminta, kata-kata yang homograf ini diberi keterangan cara
melafalkannya di belakang tiap-tiap kata.

E. Contoh Homofoni

Contoh homofon antara lain sebagai berikut.

a) "rok" (pakaian) dan "rock" (aliran musik).


b) "massa" (dalam artian berat atau jumlah) dan "masa" (waktu).
c) "jean" (kain tebal dan kuat yang merupakan bahan celana atau jaket) dan "jin"
(memiliki arti makhluk halus yang diciptakan dari api).
d) "tank" (kendaraan perang) dan "tang" (alat pekakas).

Contoh kalimat.
a) Rock dan Rok

6
(1) Vokalis band rock tersebut adalah seorang wanita yang selalu berpenampilan
feminin dengan memakai rok setiap kali mereka konser.

(2) Rok yang biasanya digunakan para vokalis wanita sebuah band rock tersebut
adalah warna hitam.

b) Massa dan Masa

Kursi dalam stadion tersebut rusak oleh ratusan massa, yang disebabkan
karena masa kursi stadion tidak dapat menampung beban yang begitu banyak.

c) Jean dan Jin

Saat kakak sedang mencoba jean yang baru dibelinya, ia kaget karena melihat
bayangan yang ia kira adalah jin.

d) Tank dan Tang

Keluarga itu memberanikan diri untuk menghalau tank yang akan menghancurkan
rumah mereka dengan hanya memegang sebuah tang di tangan mereka.

F. Pengertian Homografi

Subroto (2011) mengemukakan bahwa homografi adalah dua leksem atau lebih
dalam suatu bahasa yang memiliki tulisan sama, cara pengucapannya berbeda, dan
memiliki arti leksikal berbeda sehingga dimasukkan ke dalam leksem-leksem yang
berbeda pula. Sejalan dengan pendapat tersebut, Kamisa (2013) mendefinisikan
homografi sebagai kata yang memiliki tulisan atau ejaan sama dengan kata lain, tetapi
terdapat perbedaan dalam hal pelafalan dan maknanya.

Wijana dan Rohmadi (2011) menyatakan bahwa homografi terdapat pada


beberapa kata yang dari segi tulisan dan ejaannya benar-benar memiliki kesamaan, seperti
kata seri /səri/ yang bermakna „sinar‟ dan kata seri /seri/ yang bermakna „jilid.‟
Selanjutnya, Rahayu (2007) mendefiniskan homografi sebagai kata-kata yang mempunyai
susunan huruf yang sama tetapi cara mengucapkannya berbeda.

7
Chaer (2012) menyatakan bahwa ujaran dalam suatu bahasa yang ortografi atau
ejaannya sama tetapi pelafalan dan maknanya berbeda dijadikan sebagai acuan untuk
menyebut suatu kata atau ujaran sebagai homografi. Berdasarkan pengertian yang telah
dipaparkan, dapat diketahui bahwa homografi memiliki keterkaitan dengan tulisan atau
ortografi, seperti pada kata lain, yaitu memerah /məmerah/ dan memerah /məmərah/.
Kedua kata tersebut memiliki susunan dan bentuk tulisan yang sama persis, tetapi lafal
dan maknanya berbeda. Kata memerah /məmerah/ bermakna „menjadi merah‟ dan kata
memerah/məmərah/ bermakna „melakukan perah‟.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa homografi merupakan sebuah kata


atau ujaran yang memiliki kesamaan dalam ejaan, namun berbeda dalam pelafalan serta
maknanya. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya Poerwadarminta, kata-kata
yang homograf ini diberi keterangan cara melafalkannya di belakang tiap-tiap kata
dengan membedakan lambang untuk fonem /ə/ dengan huruf <e>, sedangkan untuk
fonem /e/ dengan huruf < é >.

G. Contoh Homografi

1. Apel (buah) – Apel (kegiatan upacara/berkumpul)


a. Apel malang yang berwarna hijau sangat digemari wisatawan lokal dan
mancanegara.
b. Setelah hari libur natal para PNS mengikuti Apel pagi untuk pengarahan awal
kegiatan.
2. Teras (inti kayu) – Teras (halaman rumah)
a. Pada bagian dalam inti kayu yang mati disebut dengan teras.
b. Ayah lebih suka menghabiskan waktu di teras rumah daripada menonton tv.
3. Serang (mendatangi untuk melawan) – Serang (nama kota)
a. Penjahat yang serang warga sipil itu sudah dibekuk oleh polisi.
b. Ayah melakukan dinas di wilayah Serang Banten dalam waktu 1 minggu.
4. Keset (pengesat kaki) – Keset (keadaan tidak licin)
a. Ibu membeli keset baru lagi dari pasar.
b. Piring berminyak tadi setelah di cuci menjadi keset lagi.
5. Per (pegas) – Per (tiap-tiap)
a. Sofa ini menggunakan per kualitas bagus sehingga awet beberapa tahun.
8
b. Mobil pembalap itu melaju dengan kecepatan tinggi hingga 200 kilometer per
jam.
6. Tahu (mengerti) – Tahu (makanan)
a. Miftah lebih tahu semua hal tentang kucing daripada saya.
b. Ariani lebih suka makan tahu sebagai lauk daripada tempe.
7. Kecap (gerakan mulut) – Kecap (bumbu makanan)
a. Dia saat makan mulutnya selalu kecap sehingga mengganggu orang yang
didekatnya.
b. Untuk membuat rawon salah satu bumbu yang wajib adalah kecap.
8. Seri (gigi) – Seri (imbang)
a. Adik kesakitan di bagian seri giginya yang membuat dia tak bisa makan .
b. Pertandingan antara Arsenal dengan Chelsea berakhir seri.
9. Serak (suara parau) – Serak (tidak teratur)
a. Karena kebanyakan bernyanyi suara kakak sudah serak.
b. Mainan adik berserakan di ruang tamu.

9
PENUTUP

A. Kesimpulan

Homonimi berasal dari bahasa Yunani, yaitu homo dan onoma. Onoma berarti
„nama‟ dan homo berarti „sama‟. Homonimi merupakan relasi makna antarkata yang
ditulis sama dan/atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda. Berdasarkan proses
pembentukannya, homonimi dibedakan menjadi empat jenis, antara lain (a) homonimi
yang terbentuk karena kedua kata berasal dari bahasa atau dialek yang berlainan, (b)
homonimi yang terbentuk karena proses afiksasi, (c) homonimi yang terbentuk karena
penyingkatan, dan (d) homonimi yang terbentuk karena gejala bahasa.

Secara etimologi, homofon atau homofoni berasal dari kata homo yang artinya
sama dan foni yang berarti bunyi atau suara. Jadi, dapat disimpulkan bahwa homofon
adalah kata yang memiliki lafal atau bunyi sama, namun ejaan dan maknanya
berbeda. Sementara itu, homografi merupakan sebuah kata atau ujaran yang memiliki
kesamaan dalam ejaan, namun berbeda dalam pelafalan serta maknanya.

B. Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut, penulis memberikan saran yang bermanfaat


bagi pembaca sebagai pembelajaran di masa mendatang. Diharapkan kepada setiap
mahasiswa, peserta didik, pengajar, atau yang lainnya agar dapat ikut berpartisipasi
dalam memahami pengertian homonimi, proses pembentukannya, jenis-jenis
homonimi, serta contohnya. Pun, memahami pengertian dan contoh homofoni,
pengertian homografi juga contohnya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan


dalam penyusunannya, baik dari segi isi, penulisan, maupun referensi. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memperoleh hasil yang
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua
kalangan, terutama pelajar.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. (2015). Semantik (pengantar studi tentang makna). Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Chaer, A. (2013). Pengantar semantik bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. (2014). Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurhayati, dkk. (2020). Homografi dalam bahasa Sasak di kelurahan Tanjung kabupaten
Lombok Timur. Jurnal Bastrindo, 1(1), 67-86.

Parera, J. D. (2004). Teori semantik. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Pateda, M. (2010). Semantik leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Subroto, E. (2011). Pengantar studi semantik dan pragmatik. Surakarta: Cakrawala Media.

Sudaryat, Y. (2009). Makna dalam wacana (prinsip-prinsip semantik dan pragmatik).


Bandung: Yrama Widya.

11

Anda mungkin juga menyukai