Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN KATA


(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia)
DOSEN PENGAMPU : Dr. Muliadi, M.Hum.,

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
Intan Destyawati (04020220439)
Putri Nuralifia Meilani (04020220440)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa Kami panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
Kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Bahasa Indonesia Hukum, dengan judul:
“Pemilihan dan Penggunaan Kata”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas


dari bantuan banyak pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, Kami mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Makassar, 24 September 2022


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
1. Kaidah Makna ............................................................................ 4
1.1. Kata Denotatif dan Kata Konotatif .................................... 4
1.2. Kata Bersinonim dan Kata Berhomonim ........................... 6
1.3. Kata Konkret dan Abstrak ................................................. 8
1.4. Kata Umum dan Khusus .................................................... 9
1.5. Kata Populer dan Kajian .................................................... 10
1.6. Kata Baku dan Tak Baku ................................................... 11
1.7. Kata Mubazir ..................................................................... 12
1.8. Kata Mirip ......................................................................... 13
2. Pengembangan Kosakata Bahasa Indonesia ............................. 14
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ......................................................................... 16
B. KRITIK DAN SARAN ............................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 18


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam tuturan dan tulisan secara resmi, terutama karya ilmiah,
pemilihan dan penggunaan kata yang tepat sangat menentukan
kualitas pembicaraan dan tulisan. Kata-kata atau tulisan yang dipilih
dan digunakan dapat secara tepat mengungkapkan gagasan yang
disampaikan dan secara tepat pula dipahami oleh pendengar atau
pembaca, sehubungan dengan itu penuturan atau penulisan selalu
harus menguasai cukup banyak kosakata yang dimiliki bahasa
tersebut, harus pula mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku dalam
pemilihan kata. Kaidah yang dimaksud meliputi kaidah makna,
kaidah kalimat, kaidah sosial, dan kaidah karang-mengarang.

Namun, pada bab ini, penulis mengemukakan dan atau menjelaskan


beberapa aspek penting yang berkaitan dengan kaidah makna yang
kiranya dapat menggiring penggunaan bahasa kepada pemilihan dan
penggunaan kata yang tepat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian kaidah makna?
2. Bagaimana penggunaan kaidah makna yang tepat?
3. Bagaimana cara mengembangkan kosakata dalam bahasa
Indonesia?
4. Mengapa pemilihan kata sangat penting dalam penulisan
karya ilmiah?

C. Tujuan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
Agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara penggunaan
kaidah makna yang tepat dalam membuat suatu karya ilmiah dan
bagaimana cara mengembangkan kosakata yang akan digunakan
dalam bahasa Indonesia. Serta para pembaca pun dapat mengetahui
mengapa pemilihan kata sangat penting dalam suatu penulisan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. KAIDAH MAKNA
Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu pada persyaratan
ketepatan dan pemilihan kata sebagai lambang objek pengertian atau
konsep-konsep yang meliputi berbagai aspek.
Ada dua jenis makna yang terpenting diantaranya adalah makna
denotatif atau makna leksikal dan makna konotatif atau makna
gramatikal.
1.1 Kata yang Denotatif dan Kata yang Konotatif
Kata denotatif atau biasa disebut makna leksikal berhubungan dengan
konsep denotasi dan kata konotatif berhubungan dengan konsep
konotasi. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh kata,
sedangkan nilai rasa atau gambaran tambahan yang ada disamping
denotasi disebut konotasi.
Kata yang denotatif mengandung makna yang sebenarnya, makna
yang sesuai dengan makna kata dalam kamus atau makna leksikal.
Kata yang konotatif mengandung makna tambahan yang sesuai
dengan sikap dan nilai rasa tertentu bagi pengguna bahasa yang
bersangkutan.
Contoh :
(1) Toko itu dilayani gadis-gadis cantik
(2) Toko itu dilayani dara-dara cantik
(3) Toko itu dilayani perawan-perawan cantik
Kata-kata ; gadis, dara, dan perawan itu secara denotatif maknanya
sama, yaitu wanita muda yang belum kawin, tetapi secara konotatif
maknanya berbeda. Gadis mengandung makna umum, dara
mengandung makna yang bersifat puitis, dan perawan mengandung
makna asosiasi tertentu.
Demikian pula kata-kata kelompok, rombongan, dan gerombolan
secara denotatif bermakna kumpulan benda atau orang, tetapi secara
konotatif dibedakan maknanya, yaitu kelompok dan rombongan
berada dalam makna positif, sedangkan gerombolan dipahami dalam
hubungan makna negatif.
Contoh :
(4) Kelompok anak muda itu sedang asyik bermain musik
(5) Ketua rombongan turis yang baru tiba dikalungi untaian
bunga
(6) Gerombolan pengacau tersebut telah ditumpas habis

Dalam suatu pembahasan yang bersifat ilmiah sebaiknya digunakan


kosakata denotatif. Kata atau istilah harus bebas dari konotasi,
sedangkan pada karya sastra lebih banyak digunakan kosakata
konotatif sebagai upaya merakit keindahan tulisan.
Dalam kaitannya dengan makna kata, terdapat beragam konotasi
sosial yang bisa berupa konotasi positif dan negatif, tinggi, rendah,
sopan dan porno atau yang bersifat seksual. Misalnya kata karyawan,
asisten, wisma, hamil, dan berpulang dianggap positif baik, sopan,
dan modern; jika dibandingkan dengan kata buruh, pembantu,
pondok, bunting, dan mati, yang dianggap negatif, kurang baik, kasar,
dan kuno.
Agar dapat menyatakan gagasan dengan tepat, seorang
pembicara/penulis harus dapat pula memilih kosakata dengan
konotasi yang tepat.

1.2 Kata Bersinonim dan Berhomonim


Setiap kata biasanya tidak hanya melambangkan secara tepat satu
objek atas satu konsep. Ada kata yang dapat melambangkan beberapa
makna dan sebaliknya ada beberapa kata yang dapat melambangkan
satu makna. Beberapa kata yang melambangkan satu makna
tergolong kata yang bersinonim atau kata-kata sinonim. Sinonim
ialah kata yang maknanya sama atau mirip dengan kata lain.
Persamaan makna itu saat berlaku tidak sepenuhnya namun dalam
kadar tertentu ada pertalian makna antara kata-kata berbeda itu.
Contohnya dapat terlihat pada penggunaan kata-kata indah, cantik,
dan bagus yang mengandung yang mengandung makna yang sama
tentang sesuatu yang sedang dipandang mata. Ketepatan kata-kata itu
dalam penggunaannya bergantung pada ketepatan pilihan atas kata
masing-masing. Misalnya, kita katakan pemandangan indah, gadis
cantik, dan rumah bagus. Tentu saja akan terasa janggal atau kurang
tepat jika dikatakan bahwa pemandangan cantik, atau gadis bagus.
Demikian pula penggunaan kata melihat dan menonton, yang
keduanya mengandung makna orang yang menyaksikan suatu
tontonan.
Contoh :
(1) Aku melihat konser BTS bersama teman-temanku di Jakarta
(2) Aku menonton konser BTS bersama teman-temanku di Jakarta

Selanjutnya satu kata yang mengandung beberapa makna disebut kata


yang berhomonim atau kata yang homonim. Homonim merupakan
kata yang sama lafal dan ejaannya, tetapi berbeda maknanya karena
berasal dari sumber yang berlainan. Misalnya: bisa dapat bermakna
mampu atau racun.
Contoh :
(1) Bagas bisa memainkan gitar dengan kakinya.
(2) Bisa ular itu dapat menyebabkan kematian.
Disamping homonim, ada pula yang disebut homofon dan homograf.
Homofan ialah kata-kata yang sama lafalnya, tetapi berbeda
ejaannya. Misalnya: kata masa dan massa.
Contoh :
(1) Pada saat Raja Mulawarman memerintah Kerajaan Kutai
mencapai masa kejayaannya. (Masa = waktu)
(2) Karena memiliki massa yang berbeda, saat dijatuhkan bersamaan,
batu akan lebih cepat jatuh daripada kapas. (Massa = jumlah besar
yang menjadi satu kesatuan)
Homograf adalah kata-kata yang sama ejaannya, tetapi beda lafalnya
misalnya kata apel bermakna buah atau kegiatan upacara /
berkumpul.
Contoh :
(1) Apel malang yang berwarna hijau sangat digemari wisatawan
lokal dan mancanegara.
(2) Para PNS mengikuti apel pagi untuk pengarahan awal kegiatan.

1.3 Kata Konkret dan Abstrak


Kata yang tergolong kata konkret adalah kata yang berupa objek yang
nyata, dapat dilihat, didengar, diraba dan dirasa. Beberapa contoh
kata konkret, misalnya: orang, pohon, kuda, awan, makanan, dan
minuman.
Contoh perumpamaan dari kata konkret adalah, apa yang membuat
kita tahu bahwa dinding di rumah itu keras? Karena kita bisa melihat
dari segi fisik dan bisa mengukurnya. Bandingkan dengan cinta, cinta
hanya bisa merasakan dan/atau dirasakan namun tidak bisa diukur
dan diperiksa (amati).
Kata abstrak merupakan lawan dari kata konkret. Di mana kata
abstrak mewakili hal yang bersifat konseptual, lebih intelektual serta
tak tersentuh. Misalnya adalah kata-kata seperti keindahan,
kebebasan dan cinta.
Kata-kata abstrak biasanya digunakan untuk menuangkan pemikiran
yang ada dalam sebuah tulisan atau pidato. Meskipun bisa menjadi
rumit dan mempunyai banyak arti, kata abstrak sangat di butuh kan
agar manusia bisa lebih berdaya dalam menuangkan gagasan,
mengembangkan diri, berimajinasi dsb.
Contoh kata abstrak misalnya, “cinta”, jelas cinta tak bisa kalian ukur
dengan jelas.

1.4 Kata Umum dan Khusus


Kata umum adalah kata yang digunakan dalam penyusunan kalimat
memiliki makna lebih luas, lebar, dan cakupannya lebih luas. Artinya,
kata umum dipakai untuk menjelaskan sesuatu yang tidak spesifik
atau masih bisa diperluas lagi makna katanya.
Tak jauh berbeda dari kata umum, kata khusus juga sering digunakan
dalam penyusunan kalimat. Kata khusus adalah kata yang dipakai
dalam penyusunan kalimat yang memiliki makna terbatas, lebih
spesifik, dan cakupannya sempit. Artinya, kata khusus menjelaskan
sesuatu baik benda, tempat, waktu, bentuk, peristiwa dan seterusnya
secara spesifik serta tidak dapat diperluas lagi. Sebab itulah, kata
khusus bisa lebih memudahkan pembaca memahami makna pesan
yang disampaikan dibandingkan kata umum.
Contoh :
(1) Budi menyempatkan waktunya untuk membaca selama dua jam
sehari.
(2) Budi akan mengikuti lomba membaca puisi pekan depan.
Contoh kata umum dan khusus dari kalimat di atas yakni kata
umumnya membaca dan kata khususnya puisi.

1.5 Kata Populer dan Kajian


Kata kajian adalah kata yang perlu ditelaah lebih jauh lagi artinya
karena tidak bisa langsung dipahami oleh semua orang. Kata kajian
digunakan dalam kegiatan-kegiatan ilmiah atau kepentingan ilmuan
Sedangkan kata populer adalah kata umum yang digunakan dalam
kehidupan masyarakat. Arti kata populer atau umum diketahui oleh
seluruh lapisan masyarakat dalam percakapan sehari-hari.
Adapun contoh kata kajian dan kata populer adalah, sebagai berikut:

Kata populer Kata kajian Kata populer Kata kajian


bagian unsur keuntungan laba
perpindahan transmigrasi pembaharuan inovasi
pergantian siklus suntikan injeksi
contoh sampel arti makna
perputaran rotasi kawasan zona
tenaga energi cara metode
penghijauan reboisasi rancangan desain
jual beli transaksi diutamakan prioritas

1.6 Kata Baku dan Tak Baku


Kata baku merupakan kata yang penggunaan telah ditentukan dalam
satu kaidah tertentu dan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
menjadi acuannya. Penggunaan kata baku ini biasanya digunakan
untuk mengungkapkan bahasa yang bersifat resmi, dalam bentuk
surat maupun naskah pidato.
Sedangkan kata tidak baku merupakan kebalikan dari kata baku, yang
penggunaannya tidak sesuai aturan dan kaidah berbahasa Indonesia
yang sudah ditentukan sebelumnya. Kata tidak baku lebih sering
digunakan dalam percakapan sehari-hari karena terkesan lebih santai
dan tidak kaku.
Contoh :

Kata baku Kata tidak baku


Aktif Aktip
Apotek Apotik
Kata baku Kata tidak baku
Tidak Ndak, Enggak
Bus Bis
Atmosfer Atmosfir
Berpikir Berfikir

1.7 Kata Mubazir


Kata mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata-kata yang sama
maknanya dan digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi
mubazir, yaitu menjadi berlebihan. Penggunaan kata mubazir dalam
tuturan, atau tulisan sebaiknya dihindari karena menimbulkan makna
yang berlebihan.
Contoh :
(1) Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Seharusnya:

✅ Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.


(2) Demi untuk menjaga keamanan kampung, digiatkan siskamling.
Seharusnya:

✅ Demi menjaga keamanan kampung, digiatkan siskamling.


Termasuk dalam kata mubazir ini, penggunaan secara bersamaan kata
bilang tak tentu yang menyatakan jamak dengan kata berulang atau
reduplikasi yang juga menyatakan jamak.
Contoh :
- Banyak rumah-rumah yang dibangun melalui kredit BTN belum
terjual karena harganya mahal.
- Para tamu-tamu menikmati hiburan yang disajikan tuan rumah
Perbaikan kalimat yang benar, ialah:
- Rumah-rumah yang dibangun melalui kredit BTN belum terjual
karena harganya mahal.
- Tamu-tamu menikmati hiburan yang disajikan tuan rumah.

1.8 Kata Mirip


Kosakata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampaknya
mirip dari segi bentuknya, atau kata-kata yang nampaknya mirip dari
segi maknanya. Kata-kata sedangkan dan sedang, suatu dan sesuatu,
sekali-kali dan sekali-sekali, termasuk kata yang mempunyai
kemiripan bentuk, sedangkan kata-kata seperti masing-masing dan
tiap-tiap, jam dan pukul, dari dan daripada, termasuk kata yang
mempunyai kemiripan makna. Kesemua kata diatas pada
kenyataannya sering dikacaukan penggunaannya, sehingga
melahirkan kalimat-kalimat yang tidak tepat dan tidak efektif.
Contoh :
(1) Tinggallah dahulu di sini, saya hendak membicarakan sesuatu hal
denganmu.
Seharusnya:

✅ Tinggallah dahulu disini, saya hendak membicarakan sesuatu


denganmu.
Demikian pula penggunaan kata jam yaitu untuk menunjukkan
jangka waktu, sedangkan pukul yaitu untuk menunjukkan waktu.
Contoh :
(2) Pelajaran pertama berlangsung pada pukul 10.00 sampai dengan
12.00
(3) Pelajaran pertama berlangsung selama dua jam.
Kosakata yang terdapat dalam bahasa Indonesia cukup banyak
memberikan kemungkinan untuk pemilihan kata yang tepat dalam
pengungkapan gagasan. Kalau kosakata yang ada kurang memuaskan
untuk pengungkapan suatu gagasan baru, penggunaan bahasa dapat
membentuk kata-kata baru berdasarkan pada pedoman pembentukan
istilah yang disepakati bersama. Kata atau istilah tersebut, dapat
berasal dari bahasa Daerah atau bahasa Asing tertentu yang
digunakan dalam bahasa Indonesia melalui proses penyerapan atau
penerjemahan.
2. Pengembangan Kosakata dalam Bahasa
Indonesia
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, pengembangan adalah
usaha yang dilakukan secara sadar untuk menciptakan kosakata baru
demi mewadahi suatu konsep yang belum ada kosakatanya. Chaer
(2007) mengungkapkan bahwa pengembangan kosakata bahasa
Indonesia memang menjadi tugas instansi pemerintah yang
mengurusi bahasa, tetapi pengembangan ini sebenarnya juga dapat
dilakukan oleh lembaga kemasyarakatan maupun perorangan.
Pengembangan kosakata bahasa Indonesia dilakukan dengan
menciptakan padanan kata atau istilah baru yang dibutuhkan oleh
masyarakat, baik untuk kebutuhan umum maupun ilmiah. Pemadanan
ini dapat dilakukan dengan penerjemahan, penyerapan, ataupun
gabungan keduanya.
Dalam buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah (2005)
menyebutkan lima syarat pembentukan istilah yang baik dalam
kosakata bahasa Indonesia, yakni tepat, singkat, berkonotasi baik,
sedap didengar (eufonik), dan sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Tepat artinya istilah yang dipilih adalah kata atau frasa
yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep dan tidak
menyimpang dari maknanya. Singkat berarti istilah yang dipilih
merupakan kata atau frasa yang paling singkat di antara pilihan
dengan rujukan serupa yang tersedia. Berkonotasi baik artinya istilah
yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik
bagi masyarakat umum. Eufonik berarti istilah yang dipilih
merupakan kata atau frasa yang sedap didengar. Terakhir, sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia berarti pemilihan tersebut harus
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku demi
menjaga kekonsistenannya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari paparan penjelasan makalah “Pemilihan dan Penggunaan Kata”
diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pentingnya
pemilihan kata yang tepat akan sangat menentukan kualitas
pembicaraan dan tulisan. Serta merupakan kunci utama pengarang
dalam menulis gagasan atau ungkapan.
Pengembangan kosakata dalam bahasa Indonesia sangat penting
untuk memperkaya dan melengkapi kosakata bahasa Indonesia yang
kita miliki. Karena jika kita mengabaikan upaya pemadanan, tidak
tertutup kemungkinan bahwa suatu hari nanti sebagian besar kata dan
istilah yang digunakan oleh masyarakat merupakan istilah asing tanpa
adanya penyesuaian terhadap kaidah bahasa Indonesia.

B. KRITIK DAN SARAN


Kami sebagai penulis menyadari bahwa paparan dalam makalah ini
masih sangat jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
detail dalam menjelaskan dengan sumber-sumber yang lebih banyak,
yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Maka kami berharap
kritik dan saran dari para pembaca agar penulis dapat meningkatkan
pengetahuan berkenaan dengan “Pemilihan dan Penggunaan Kata”
DAFTAR PUSTAKA

Sabariyanto, Dirgo. 1999, Mengapa Disebut Bentuk Baku dan Tidak


Baku? Kosakata. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Syafi’ie, Imam. 1990. Bahasa Indonesia Profesi. Malang: IKIP
Malang.
Soedjito. 1986. Kalimat Efektif. Bandung: Remaja Karya.
Slamet Mulyana, R.B. 1964. Asal Bahasa dan Bahasa Nusantara.
Jakarta: Balai Pustaka.
Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan
Bahasa. Bandung: Pn. Angkasa.
Usman, Zuber. 1975. Bahasa Melayu Sebelum dan Sesudah Menjadi
Lingua Franca. Jakarta: Yayasan Idayu.
Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Edisi
Ketiga. Jakarta.
https://narabahasa.id/linguistik-umum/kata/kosakata-bahasa-
indonesia-perkembangan-dan-pengembangan-ii

Anda mungkin juga menyukai