Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“MENGIDENTIFIKASIKAN DIKSI DAN DAN MEMPRAKTIKKAN


SECARA LISAN DAN TULISAN”

DOSEN PENGAMPU : RIPI HAMDANI, M.PD.

DISUSUN OLEH :

RETNO ANGGRAINI (200301019)


REZA YETRI (200301043)
MEIANA NUR AZIZAH (200301042)
RAHMA YUNI HARAHAP (200301002)
FADHILLA AZRA (200301007)
LIZA FITRIA (200301018)
INTAN NUR AINI (200301022)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
20222

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kami kesehatan dan kemampuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “MENGIDENTIFIKASIKAN DIKSI DAN DAN MEMPRAKTIKKAN
SECARA LISAN DAN TULISAN” ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu kita
curah limpahkan kepada baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW tentunya kepada para
sahabatnya, keluarga, tabi’i dan tabi’at nya, hingga kepada kita selaku umatnya di akhir
zaman ini.

Adapun tujuan dari penulisah makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia dengan dosen pengampu Bapak Ripi Hamdani, M.Pd.. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kami sehingga nantinya kami bisa melakukan penulisan makalah ini dengan baik dan benar
di masa yang akan datang.

Terima kasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3

BAB I ........................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

C. Tujuan .............................................................................................................. 4

BAB II .......................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5

A. Pengertian Diksi Atau Pilihan Kata ................................................................. 5

B. Syarat – syarat Diksi atau Pilihan Kata ............................................................ 5

C. Kata Konotatif dan Denotatif ........................................................................... 7

D. Kata Umum dan Kata Khusus .......................................................................... 8

E. Kata Konkret dan Kata Abstrak ....................................................................... 8

F. Pembentukan Kata ............................................................................................ 9

G. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata ................................................ 10

H. Ungkapan Idiomatik ....................................................................................... 14

BAB III ...................................................................................................................... 17

PENUTUP .................................................................................................................. 17

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diksi merupakan pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan suatu maksud
tertentu. Pemilihan kata yang tepat ini bertujuan agar suatu maksud bisatersampaikan dengan
baik dan benar sehingga tidak terjadi salah paham diantara beberapa pihak yang nantinya
akan terlibat. Pemilihan diksi merupakan suatu hal yang penting karena jika suatu maksud
tidak bisa dipahami oleh salah satu pihak, nantinya akan menimbulkan perpecahan. Oleh
karena itu pembahasan ini sangat penting untuk kita selaku mahasiswa agar bisa
menyampaikan suatu maksud tertentu tanpa adanya kesalahan dan tentunya dipahami oleh
semua pihak yang terlibat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan diksi?
2. Apa fungsi diksi?
3. Apa saja syarat – syarat ketepatan pilihan kata?
4. Apa saja jenis makna dalam diksi?
5. Bagaimana bentuk penggunaan konjungsi dalam diksi?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian diksi
2. Menjelaskan apa saja fungsi dari diksi
3. Mengetahui syarat – syarat dalam ketepatan pemilihan kata
4. Menjelaskan jenis makna yang ada dalam diksi
5. Memahami bentuk penggunaan konjungsi dalam diksi

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi Atau Pilihan Kata

Diksi adalah pilihan kata. Pilihan kata merupakan kegiatan untuk memilih kata secara
tepat dan sesuai dalam mengungkapkan maksud dan tujuan kepada penyimak atau pembaca
baik secara lisan maupun tulisan. Ketepatan dan kesesuaian sangat penting dalam rangka
mengekspersikan maksud dan tujuan.

Diksi sangat menentukan gaya bahasa. Gaya bahasa ditentukan oleh ketepatan dan
kesesuaian pilihan kata. Kata, kalimat, paragraf, atau wacana menjadi efektif jika
diungkapkan dengan gaya bahasa yang tepat. Gaya bahasa mempengaruhi terbentuknya
suasana, kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat keresmian, atau realita.

Selain itu, pilihan dan kesesuaian kata yang didukung dengan tanda baca pula yang
tepat dapa menimbulkan nada kebahasaan , yaitu sugesti yang terekspresi melalui
rangkaian kata yang dsiertai penekanan mampu menghasilkan daya persuasi yang tinggi.

Pemakaian diksi yang baik akan membantu pembicara dan pendengar dalam
menyelesaikan masalah, begitu pula sebaiknya, gagasan atau ide akan sulit berterima jika
diksi yang digunakan salah sasaran atau tidak sesuai kontek pembicara dan pendengar.

Fungsi Diksi

1. Melambangkan ide yang diungkapkan secara verbal.


2. Membentuk wujud ungkapan gagasan yang tepat sehingga menyenangkanpenyimak atau
pembaca.
3. Mewujudkan komunikasi yang berterima.
4. Menciptakan atmosfir yang kondusif.
5. Menghindari dan mencegah perbedaan persepsi.
6. Mencegah salah pemahaman.
7. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi
B. Syarat – syarat Diksi atau Pilihan Kata
1. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim misalnya: ialah, adalah,
dalam pemakaian berbeda beda. Kata ialah harus diikuti sinonim, bukan definisi formal.
Jika menggunakan kata ialah maka harus disertai sinonim.

5
Manusia ialah orang. ( benar dan cermat)

Manusia ialah makhluk yang berakal budi ( salah, tidak cermaat) Manusia adalah makhluk

yang berakal budi. ( benar dan cermat)

2. Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat. Denotasi yaitu kata yang
bermakna lugas dan tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi dapat menimbulkan
makna yang bermacam macam , lazim digunakan dalam pergaulan, untuk tujuan estetika
dan kesopanan.
3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya, misalnya
: interferensi (saling mempengaruhi) dan inferensi ( kesimpulan), sarat (penuh,bunting)
dan syarat (ketentuan).
4. Menggunakan kata abstrak dan konkret secara cermat, kata abstrak (konseptual, misalnya:
pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern) dan kata konkret atau kata khusus
(misalnya: mangga, sarapan, berenang)
5. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim (misalnya pria dan laki laki, saya dan aku,
serta buku dan kitab) berhomofon ( misalnya: bang dan bank)berhomograf (misalnya: apel(
buah) dan apel (upacara) teras ( serambi) dan teras (pejabat) berhomonim ( misalnya buku
(tulang) dan buku (kitab).
6. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya:isu (dalam bahasa
Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal usulnya,kabar angin, desas desus).
7. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Untuk mendapatkan pemahaman
yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan kata khusus, misalnya: mobil (kata
umum) fortuner (kata khusus).

8. Menggunakan kata –kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar, misalnya:
sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
9. Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara tepat,
misalnya dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi.
10. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika
pemahaman belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna yang tepat
dalam kamus, misalnya modern sering diartikan secara subjektif canggih menurut kamus
modern berarti terbaru atau mutakhir; canggih berarti banyak cakap, suka mengganggu,
rewel,bergaya intelektual.

Syarat kesesuaian kata :


6
a. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukkan penggunaannya
dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan,misalnya: hakikat
(baku),hakekat(tidak baku), konduite (baku),kondite (tidak baku).
b. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat,misalnya:
kencing (kurang sopan),buang air kecil (lebih sopan),pelacur (kasar),tunasusila (lebih
halus).
c. Menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan makna dengan cermat,
misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar),bukan hanya… melainkan juga
(benar), bukan hanya… tetapi juga (salah), tidak hanya…tetapi juga (benar).
d. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat,mengesot,dan
merangkak; merah darah, merah hati.
e. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah dan komunikasi nonilmiah
(surat-menyurat, diskusi umum) menggunakan kata popular, misalnya: argumentasi
(ilmiah),pembuktian (populer),psikologi (ilmiah),ilmu jiwa (populer).

f. Menghindari penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis, misalnya tulis,
bahasa kerja,(bahasa lisan), menulis, menuliskan, membaca, membacakan, bekerja,
mengerjakan, dikerjakan, (bahasa tulis).

C. Kata Konotatif dan Denotatif


Makna Denotatif dan Makna Konotatif.

Pembeda makna denotatif dengan konotatif didasarkan pada ada atau tidak adanya “nilai
rasa” pada sebuah kata.

Makna denotatif (sering juga disebut denotasional, makna konseptual, makna


kognitif, makna referensial) adalah makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut
penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya, atau dengan
kata lain makna sebenarnya. Misalnya wanita dan perempuan secara denotatif bermakna
“manusia dewasa bukan laki laki”. Sekalipun kata wanita dan perempuan juga bisa punya
nilai rasa yang melahirkan makna konotasi.

Makna konotatif adalah makna kiasan, atau makna tambahan, atau yang muncul
karena nilai rasa. Contoh kata merah putih bermakna denotasi adalah secarik kain yang
berwarna merah dan putih.Tetapi bila makna konotasi dapat diartikan merah berarti berani
dan putih berarti suci.
7
D. Kata Umum dan Kata Khusus

Kata Umum
Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas.
Kata-kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada keseluruhan.
Berikut ini contoh kata umum.
Wit-witan sing maune ngrembuyung kebak gegodhongan saiki garing, amarga diobong
dening manungsa.
‘Pohon-pohon yang tadinya rindang, berdaun lebat, sekarang kering, karena dibakar oleh
manusia’.
Kata Khusus
Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus
dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang khusus. Berikut ini contoh
kata khusus.
Kabeh padha ngayunake donga nyenyuwun supaya Ridwan tinampa Gusti Allah lan di
papanake ana papan sing murwat.
‘Semua memanjatkan do’a supaya Ridwan diterima Allah dan ditempatkan di tempat yang
pantas’.

E. Kata Konkret dan Kata Abstrak

Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata abstrak
sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan panca indra manusia.
Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas, dingin, baik, buruk), pertalian
(kuantitas, jumlah, tingkatan), dan pemikiran (kecurigaan, penetapan, kepercayaan). Kata-
kata abstrak sering dipakai untuk menjelaskan pikiran yang bersifat teknis dan khusus.
Berikut ini contoh kata abstrak.
Lurusing ati lan murnining budi iku rerenggan urip kang sayekti. ‘Lurusnya hati dan
murninya budi adalah perhiasan hidup yang sesungguhnya’.

Kata konkrit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat atau
dirasakan oleh satu atau lebih dari pancaindra. Kata-kata konkrit menunjuk kepada barang
yang aktual dan spesifik dalam pengalaman. Kata konkrit digunakan untuk menyajikan
gambaran yang hidup dalam pikiran pembaca melebihi kata-kata yang lain. Berikut ini
contoh kata konkrit yang diambil dari salah satu kutipan geguritan yang bertema
8
pengalaman pada media massa.
Obah ingering jinantra donya, datan siwah lan rodha kreta.
‘Berubahnya roda dunia tidak berbeda dengan roda kereta’.

F. Pembentukan Kata

Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata
dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk
memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu
beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini. Untuk
mempersingkat dan memperjelas pembahasannya, kami menggunakan kata-kata yang
tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak
mungkin.

Definisi Istilah kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum
memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk
dasar (kompleks), tetapi perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.

Afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila


ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks
tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah
afiks termasuk prefiks, sufiks dan konfiks.

Prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk
membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

Sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk
membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

Konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat


di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama
mendukung satu fungsi.

Kata turunan (kata jadian) = kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang
mendapat imbuhan.
9
Keluarga kata dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata
dasar dan memiliki afiks yang berbeda.

G. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata

Pada bagian berikut akan diperhatikan kesalahan kasalahan penbentukan kata, baik dalam
bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis.

A.Penganggalan Awalan Me-


Penganggalan pada judul cerita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks
beritanya awalan me- harus eksplisit. Dibawah ini diperhatikan bentuk yang salah dan
bentuk yang benar.

Contoh:
1.a) Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Colombia (salah)
1. b) Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Colombia (benar)

B.Penagnggalan Awalan Ber-


Kata-kata yang berawalan Ber- sering mengandalkan awalan Ber. Padahal awalan Ber
harus dieksplisitkan secara jelas. Berikut ini contoh salah dan benar dalam pemakaian.

Contoh:
1. a) Sampai jumpa lagi (salah)
1. b) Sampai berjumpa lagi (benar)

C.Peluluhan Bunyi /c/


Kata dasar yang diawali bunyi c sering menjadi luluh apabila mendapat awalan me.
Padahal tidak seperti itu.

Contoh:
1. a) Ali sedang menyuci mobil (salah)
1. b) ali sedang mencuci mobil (benar)

10
D.Penyengauan Kata Dasar
Ada gejala penyengauan bunyi awal kata dasar, penggunaan kata dasar ini sebenarnya
adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya pencampuran antara ragam
lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian.

Contoh:
Nyopet, mandang, nulis, dan nambrak. Dalam bahasa Indonesia kita harus menggunakan
kata-kata mencopet,memandang, menulis, dan menembrak.

E.Bunyi /s/, /k/, p/, dan /t/ yang Tidak Luluh


Kata dasar yang bunyi awalnya s, k, p, atau t sering tidak luluh jika mendapat awalan me
atau pe. Padahal menurut kaidah buku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau.

Contoh:
1. a) Semua warga neraga harus mentaati peraturan yang berlaku (salah)
1. b) Semua warga neraga harus menaati peraturan yang berlaku (benar)

F.Awalan Ke- yang Kelirugunaan


Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter sering diberi awalan
ke. Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan yang tepat.

Contoh:
1. a) Pengendara mator itu meninggal karena ketambrak oleh kereta api (salah)
1. b) pengendara motor itu meninggal karena tertambrak oleh kereta api (benar)
Perlu tiketahui bahwa awalan ke hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain di
depan kata bilangan, awalan ke tidak dapat dipakai kecuali pada kata kekasih, kehendak,
dan ketua.

G.Pemakaian Akhiran –ir


Pemakaian kata akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-
hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku untuk akhiran –ir adalah asi atau isasi.

Contoh:
a) Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu (salah)
11
b) Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu (benar)

H.Padanan yang Tidak Serasi


Terjadi ketika pemakaian bahasa yang kurang cermat memilih padanan yang serasi, yang
muncul dalam kehitupan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau yang tidak
serasi. Hal itu, terjadi karena dua kaidah yang berselang, atau yang bergabung dalam
sebuah kalimat.

Contoh:
a) karena modal dibank dibank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah
memperoleh kredit. (salah)
b) karena modal dibank terbatas, tidak semua pengusah lemah memperoleh kredit (benar)
c) modal dibank terbatas sehingga, tidak semua pengusah lemah memperoleh kredit
(benar)
Bentuk-bentuk diatas adalah bentuk yang menggabungkan kata karena dan sehingga, kata
apabila dan maka, dan kata walaupun dan tetapi.

I.Pemakaia Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian kata di, ke, dari, bagi, dan daripada sering
dipertukarkan.

Contoh:
a) putusan dari pada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah)
b) putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar)

J.Pemakaian Akronim (singkatan)


Yang dimaksud kata singkatan adalah PLO, UI, dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud
dengan bentuk singkat ialah lab (laboratorium), memo (memeorandum) dan lain-lain.
Pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia kadang-kadang tidak teratur.

k.Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemungkinan


Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusan
bersaing pemakaiannya dengan kata purusan; kata pemukiman bersaing dengan kata
permukiman; kata penalaran bersaing dengan kata pernalaran.
12
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan
konsisten. Kalau kita perhaikan dengan saksama, bentukan kata itu memiliki hubungan
antara yang satu dengan yang lain.

Contoh:
Tulis, menulis, penulis, penulisan, tulisan.
Pilih, memilih, pemilih, pemilihan, pilihan

Ada lagi pembentukan kata yang mengikuti pola berikut


Contoh:
Tani, bertani, petani, pertanian
Mukim, bermukim, pemukim, permukiman

Penggunaan Kata yang Hemat


Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah kpemakaian bahasa yang hemat kata,
tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi sehari-hari sering kita jumpai pemakaian kata
yang tidak hemat (boros)

Contoh:
Boros hemat
Sejak sejak atau dari
Agar supaya agar atau supaya
Mempunyai pendirian berpendirian
Perbandingan kata yang hemat dan kata boros

.a) Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlakukan tenaga
dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar (boros, salah)
b) Apabila suatu reservoir masihmempunyai cadangan minyak, diperlukan tenga dorong
buatan untuk memproduksi munyak lebih besar. (salah)
c) Untuk mengksplorasi dan mengeksploitas munyak dan gas bumi di mana sebagai
sumber devisa negaa diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan
perminyakan. (benar)

M.Analogi
13
Di dalam dunia olahraga tertapat istilah petinju. Kata petinju berkorelasi dengan kata
bertinju berarti ‘orang yang (biasa) bertinju’, bukan ‘orang yang (biasa ) meninju’.
Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti pesilat,
petenis, pesenam dan lain-lain. Jika dilakukan demikian, akan teecipta bentukan seperti
berikut ini
Petinju ‘orang yang bertinju’
Pesilat ‘orang yang bersilat’
Petenis ‘orang yang bertenis’
Pesenam ‘orang yang bersenam’

N.Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia


Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah menggunakan bentuk jamak
bahsa Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam
bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1)Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan seperti
Kuda-kuda
Meja-meja
Buku-buku
2)Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan seperti
Beberapa meja
Sekalian tamu
H. Ungkapan Idiomatik

Idiom berasal dari bahasa yunani, idios yang berarti khas, mandiri, khusus atau pribadi.
Menurut keraf (2005:109) yang disebut idiom adalah pola-pola struktural yang
menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan
artinya tidak dapat diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada
makna kata-kata yang membentuknya.
Senada dengan pendapat di atas chaer (2009: 74) mengemukakan bahwa idiom adalah
satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat
“diramalkan” dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan
tersebut. Selanjutnya chaer menyebutkan bahwa antara idiom, ungkapan dan metafora
sebenarnya mencakup objek pembicaraan yang kurang lebih sama, hanya segi pandangnya
yang berlainan. Menurut chaer dalam kamus ungkapannya (1997) perbedaan antara idiom
14
dengan yaitu, ungkapan adalah istilah dalam retorika sedangkan idiom adalah istilah
dalam bidang semantik.
Djajasudarma (2009:20) mengungkapkan bahwa makna idiomatik adalah makna
leksikal yang terbentuk dari beberapa kata. Kata–kata yang disusun dengan kombinasi kata
lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan. Dengan kata lain gabungan kata
tersebut sudah memiliki makna tersendiri yang berlainan dengan makna kata
pembentuknya dan jika digabung dengan kata lain maka maknanya akan berubah.
Alwasilah (1993:165) menyebutkan bahwa idiom adalah grup kata-kata yang
mempunyai makna tersendiri yang berbeda dari makna tiap kata dalam grup itu. Senada
dengan pendapat di atas, arifin (2009:53) menyatakan ungkapan idiomatik adalah
konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan
atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak
terkena kaidah ekonomi bahasa. Menurut dua pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa
idiom merupakan susunan yang khas dalam sebuah bahasa dan mempunyai makna
tersendiri yang berbeda dari makna kata pembentuknya. Susunan kata satu dan lainnya
dalam idiom saling melengkapi, tidak dapat digantikan, dan tidak dapat dihilangkan.
Kridalaksana (2008:90) menyatakan bahwa idiom adalah 1. (a) konstruksi dari unsur-
unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya
karena bersama yang lain, (b) konstruksi yang maknanya tidak sama dengan makna
gabungan makna anggota-anggotanya. Contoh: kambing hitam dalam kalimat dalam
peristiwa kebakaran itu hansip menjadi kambing hitam padahal mereka tidak tahu apa-
apa. Di sini makna kambing hitam secara keseluruhan tidak sama dengan kambing
maupun hitam. 2. (dianjurkan untuk didak dipakai) bahasa dan dialek yang khas menandai
suatu bangsa, suku, kelompok, dll. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dilihat
bahwa idiom mempunyai ciri-ciri:
1. Merupakan satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat);
2. Memiliki arti atau makna yang khusus atau khas, unsur-unsurnya tidak dapat diganti
atau dihilangkan, dan menyimpang dari makna lekiskal atau makna gramatikalnya.

Idiom dibedakan menjadi dua yaitu, idiom penuh dan idiom sebagaian. Idiom penuh
adalah idiom yang semua unsurnya sudah melebur menjadi satu kesatuan sehingga makna
yang dimiliki berasal dari seluruh kesatuan itu. Contohnya: banting tulang artinya ’bekerja
keras’, meja hijau artinya ’pengadilan’. Sedangkan idiom sebagian adalah idiom yang
15
salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya sendiri. Contoh: daftar hitam
artinya ’daftar yang berisi nama-nama orang yang dicurigai atau dianggap bersalah’.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diksi adalah pilihan kata. Pilihan kata merupakan kegiatan untuk memilih kata secara
tepat dan sesuai dalam mengungkapkan maksud dan tujuan kepada penyimak atau pembaca
baik secara lisan maupun tulisan. Ketepatan dan kesesuaian sangat penting dalam rangka
mengekspersikan maksud dan tujuan.

Pemakaian diksi yang baik akan membantu pembicara dan pendengar dalam
menyelesaikan masalah, begitu pula sebaiknya, gagasan atau ide akan sulit berterima jika
diksi yang digunakan salah sasaran atau tidak sesuai kontek pembicara dan pendengar.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-diksi.html

18
DIKSI/PILIHAN KATA
Dosen Pembimbing : Ripi Hamdani,M.Pd
Nama Kelompok

RAHMA YUNI FADHILLA LIZA INTAN


HARAHAP AZRA FITRIA NUR AINI
200301002 200301007 200301018 200301022

RETNO REZA YETRI MEIANA NUR


ANGGRAINI OKTAVIANI AZIZAH
200301019 200301043 200301042
Apa Itu Diksi?
Diksi adalah pilihan kata. Pilihan kata merupakan kegiatan untuk memilih
kata secara tepat dan sesuai dalam mengungkapkan maksud dan tujuan
kepada penyimak atau pembaca baik secara lisan maupun tulisan.
Ketepatan dan kesesuaian sangat penting dalam rangka mengekspersikan
maksud dan tujuan

Diksi sangat menentukan gaya bahasa. Gaya bahasa ditentukan


oleh ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Kata, kalimat, paragraf, atau
wacana menjadi efektif jika diungkapkan dengan gaya bahasa yang tepat.
Gaya bahasa mempengaruhi terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan,
kemenarikan, tingkat keresmian, atau realita.
Syarat - Syarat Diksi
01
Membedakan makna denotasi
dan konotasi dengan cermat.
Perbedaan Kata Denotasi Dan Konotasi

Denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas
penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi
tertentu dan bersifat obyektif. Dengan kata lain, denotasi merupakan kata yang
memiliki arti yang sebenarnya dan apa adanya.

Konotasi adalah kata yang memiliki makna lain di baliknya atau sesuatu
makna yang beraitan dengan sebuah kata. Dengan kata lain, konotasi disebut kata
yang memiliki makna kias.

Contoh Denotasi : Kaca itu jatuh dan hancur berkeping-keping. (hancur: rusak menjadi
pecahan-pecahan kecil)

Contoh Konotasi : Kemenangan tim garuda menjadi buah bibir di berbagai media. (Buah
bibir bermakna bahan pembicaraan)
02
Menggunakan kata umum dan
kata khusus secara cermat
Perbedaan Kata Umum Dan Kata Khusus

Sesuai dengan sebutannya, kata umum bersifat tidak spesifik dan


memiliki makna luas. Sedangkan kata khusus bersifat spesifik dan mengandung
makna yang sesuai.

Kata Umum Kata Khusus


Hewan / Binatang Kucing,Kambing,Kuda
Buah Anggur,Apel
Melihat Melirik,menengok,mengadah
Sayur Bayam,Wortel
03
Menggunakan kata abstrak
dan konkret secara cermat
Perbedaan Kata Abstrak Dan Kata Konkret

Kata konkret adalah kata-kata yang bisa dirasakan, dilihat, dicium,


dikecap, dan didengar oleh panca indera kita.Kata-kata yang termasuk dalam
kata konkret dapat kita rasakan dan ukur secara fisik.Istilah konkret ini
digunakan untuk segala benda maupun hal lainnya yang bisa kita rasakan
keadaannya. Kata konkret kita butuhkan untuk menggambarkan sesuatu yang
benar-benar ada secara fisik.

Misalnya, kita bisa melihat sepeda motor yang sedang berjalan dengan
menggunakan indera penglihatan, yaitu mata.Lalu, kita bisa mendengarkan
petikan gitar dengan indera pendengaran kita, yaitu telinga. Selain itu, kita juga
bisa menyentuh gitar secara langsung dengan indera peraba, yaitu kulit. Hal ini
membuktikan bahwa wujud dari gitar memang benar-benar ada dan dapat kita
rasakan secara fisik.
Perbedaan Kata Abstrak Dan Kata Konkret

Cinta adalah salah satu kata yang abstrak. Kata tersebut termasuk ke
dalam kata abstrak karena kita tidak bisa merasakan wujudnya dengan panca
indera kita. Cinta tidak dapat dilihat wujudnya sehingga cinta digolongkan ke
dalam kata abstrak.

Perbedaan konkret dan abstrak dapat dilihat dari wujudnya. Seperti


yang sudah disebutkan, kata konkret berarti wujudnya benar-benar ada secara
fisik dan bisa kita rasakan dengan panca indera.

Di sisi lain, pengertian abstrak menurut KBBI adalah tidak berwujud


dan tidak berbentuk. Benda-benda yang abstrak tidak dapat kita ukur
maknanya. Kamu tidak bisa mengukur seberapa besar rasa cinta yang kamu
miliki kepada pasanganmu karena cinta merupakan sesuatu yang abstrak.
04
PEMBENTUKAN KATA
Untuk dapat digunakan dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka
setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus
dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui proses
afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Pembentukan kata ini
mempunyai dua sifat, yaitu:

Inflektif yaitu Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya
berupa afiks, yang mungkin berupa prefiks, infiks, dan sufiks atau juga
berupa modifikasi internal, yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk
dasar itu.Derivatif, Pembentukan kata secara infektif, tidak membentuk
kata baru, atau kata lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk
dasarnya. Hal ini berbeda dengan pembentukan kata secara derivatif atau
derivasional. Pembentukan kata secara derivatif membentuk kata baru, kata
yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata.
Proses Pembentukan Kata

01 02 03
Gramatikalisasi Afiks (Imbuhan) Reduplikasi

04 05 06
Komposisi Konversi Dan
Pemendekan
Modifikasi Internal
05
Kesalahan Pembentukan
dan Pemilihan Kata
A. Penanggalan Awalan Me-
Penanggalan pada judul cerita dalam surat kabar
diperbolehkan. Namun dalam teks beritanya awalan me-
harus eksplisit.

B. Penggalan awalan Ber-


Kata-kata yang berawalan ber- sering mengandalkan
awalan ber. Padahal awalan ber harus dieksplisitkan
secara jelas.

C. Peluluhan bunyi/c/
Kata dasar yang diawali bunyi e sering menjadi luluh
apabila mendapat awalan me.

D. Penyengauan kata dasar


Ada gejala penyengauan bunyi awal kata dasar,
penggunaan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan
yang dipakai dalam ragam talis. Akhirnya percampuran
antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu
bentuk kata yang salah dalam pemakaian.
E. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /// yang tidak luluh.
Kata dasar yang awalnya s, k, p, atau sering tidak luluh jika mendapat awalan me atau
pe. Padahal menurut kaidah buku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau.

F. Awalan Ke- yang Kelirugunaan.


Pata kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter sering
diberiawalan ke. Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan
yang tepat.

G. Pemakaian kata akhiran-ir


Pemakaian kata akhiran ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia
schari-hari. Padahal dalam bahasa Indonesia baku untuk akhiran -ir adalah asi atau
asasi.

H. Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian kata di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan
terhadap sering dipertukarkan.
I. Pemakaian akronim (singkatan).
Yang dimaksud kata singkatan adalah PLO, UL. dan lain-lain. Sedangkan dimaksud bentuk singkat ialah lab
(laboratorium), memo (memorandum) dan lain-lain.Pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia
kadang kadang tidak teratur .
J. Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemungkinan .
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan: kata keputusan
bersaing pemakaiannya dengan kata putusan; kata pemukiman bersaing pemakaiannya
dengan kata permukiman: kata penalaran bersaing dengan pernalaran. Pembentukan
kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan konsisten.
Kalau kita perhatikan dengan seksama, bentukan kata itu memiliki hubungan antara
yang satu dengan yang lain.

K. Ketidakhematan penggunaan kata.


kata yang memiliki arti sama digunakan dalam satu kalimat sehingga terkesan boros,
misalnya agar supaya, demi untuk, dan hanya saja. Dalam penggunaan bahasa
Indonesia yang apik hendaknya kata-kata tersebut digunakan salah satu saja, yaitu
agar atau supaya, demi atau untuk, dan hanya atau saja.
L. Penjamakan bentuk yang sudah jamak
Misalnya para tamu-tamu dan beberapa buku-buku.
Bentuk seperti itu jelas sangat rancu.

M. Padanan yang tidak serasi.


Penggunaan dua kata sambung dalam sebuah kalimat
majemuk, seperti Karena dia malas belajar, maka
tidak lulus ujian itu. Tentu hal ini menyalahi kaidah
pembentukan kalimat majemuk bahasa Indonesia.
Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan
menghilangkan salah satu kata sambungnya sehingga
satu kalimat dapat berfungsi sebagai induk kalimat,
sedangkan kalimat lainnya berfungsi sebagai anak
kalimat, misalnya menjadi Dia malas belajar maka
tidak lulus ujian atau Karena malas belajar, dia tidak
lulus ujian.

N. Penggunaan dimana, yang mana, hal mana.


Kata dimana tidak dapat dipakai dalam kalimat
pernyataan. Kata dimana tersebut harus diganti
dengan yang, bahwa, tempat, dan sebagainya.
06
Ungkapan atau Idiomatik
Pengertian Ungkapan Idiomatik
 Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa
yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti.
 Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang
tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
 Ungkapan yang bersifat idiomatik terdiri atas dua atau tiga kata yang
dapat memperkuat diksi di dalam tulisan.

Contoh Pemakaian Ungkapan Idiomatik


Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatik adalah sebagai berikut :

Menteri dalam negeri bertemu Presiden SBY. (salah)


Menteri dalam negeri bertemu dengan Presiden SBY. (benar)

Jadi, yang benar adalah bertemu dengan.


Ungkapan Idiomatik Lain
yang Perlu Diperhatikan
SALAH BENAR
Terdiri Terdiri atas/dari
Terjadi atas Terjadi dari
Di samping itu, ada beberapa kata
Disebabkan karena Disebabkan oleh
yang berbentuk seperti itu, yaitu :
Membicarakan tentang Berbicara tentang
 Sehubungan dengan Tergantung kepada Bergantung pada
 Berhubungan dengan
Baik…ataupun Baik…maupun
 Sesuai dengan
Antara…dengan Antara…dan
 Bertepatan dengan
 Sejalan dengan Tidak…melainkan Tidak…tetapi
Menemui kesalah Menemukan kesalahan
Menjalankan hukuman Menjalani hukuman

Anda mungkin juga menyukai