Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah


memberi kesempatan atas kesehatan dan kekuatan di dalam setiap hal dan
pekerjaan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah
Bahasa Indonesia di prodi Teknik Informatika ini. Terima kasih juga kepada
1. Rektor Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara, Bp. Dr. H. Sa’dullah
Assa’idi. M.Ag.
2. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, yaitu Bp. Ir. Gun Sudiryanto, M.M
yang telah memfasilitasi ruang dan tempat.
3. Dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia, yaitu Ibu Yushinta Eka
Farida, M.Pd. yang telah memberi kami kesempatan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dengan diberikannya tugas pembuatan makalah pada
mata kuliah Bahasa Indonesia ini.

Kami meminta maaf juga atas ketidaksempurnaan makalah yang sudah terbuat
ini, karena manusia pasti melakukan kesalahan yang mana tidak bisa dihindarkan,
tetapi kami mencoba melakukan semaksimal mungkin.

Demikian atas prakata daripada makalah ini, sekian.

Jepara, 16 Maret 2019

Kelompok 6

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1

DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 3

1.1Latar Belakang ..................................................................................... 3

1.2Rumusan Masalah ................................................................................ 4

1.3Tujuan Penulisan.................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 5

2.1Pengertian Diksi ................................................................................... 5

2.2Penggunaan Diksi dalam Bahasa Indonesia ...................................... 5

2.3Pengertian Gaya Bahasa ...................................................................... 8

2.4Jenis Gaya Bahasa .............................................................................. 10

2.5Gaya Peristilahan ............................................................................... 18

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 21

3.1 Simpulan ............................................................................................ 21

3.2 Saran ................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bentuk standar bahasa melayu yang
dijadikan sebagai bahasa resmi Republik Indonesia. Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaanya setelah Indonesia diresmikan penggunaanya setelah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Dari sudut pandang linguittik,
bahasa Indonesia adalah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Bahasa
Indonesia adalah varian bahasa Melayu, berabad-abad lalu. dalam
perkembangannya, Bahasa Indonesia mengalami beberapa tahapan
penyempurnaan ejaan.
Penggunaan bahasa Indonesia semakin lama semakin berkembang
dan menjadi bahasa yang tidak lagi sama dengan bahasa melayu, walaupun
Bahasa Indonesia memiliki garis yang sama dan ejaan yang hampir sama.
Namun, sejauh ini bahasa Indonesia memiliki tata bahasa yang menjadi hal
penting mengenai berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dalam penggunaan kata, bahasa Indonesia juga mempunyai tata
bahasa yang harus pula di pelajari, yaitu diksi. Ketika kita berbicara, akan lebih
baik jika kesesuaian dan kecocokan dalam berbahasa selalu di pertimbangkan.
Dalam konteksya sosial, kata-kata yang kita pilih harus dapat diterima
masyarakat dan menjadi bahasa yang mudah dimengerti. Hal ini juga
menyangkut tentang ketetapan yang menyangkut makna, logika dan kesamaan
maksud dalam berkomunikasi dengan yang lainnya.
Maka dari itulah, pentingnya penggunaan dan pemilihan kata yang
sesuai ketika berbicara dan menulis. Ada banyak fungsi diksi yang dapat kita
perhatikan, yaitu antara lain adalah pembentukan gaya ekpresi gagasan yang
tepat, menciptakan komunikasi yang baik, dan juga mencegah adanya
kesalahan pemahaman.
Dan pada latar belakang ini, kita sedikit lebih tau jika bahas
Indonesia tidak hanya kita ucapkan tetapi ada tata bahasa yang harus kita
perhatikan juga. Pada bab selanjutnya kita akan mengenal lebih jauh apa itu

3
pemilihan kata dan bagaimana kita menggunakan diksi yang baik dan benar
sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang salah.

1.2 Rumusan Masalah


Bersama dengan latar belakang yang telah kita tahu, dapat kita rumusankan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan diksi?
2. Apa saja yang dapat di gunakan dalam diksi pada Bahasa Indonesia
3. Apa maksud dari gaya bahasa ?
4. Ada berapa jenis gaya bahasa ?
5. Apa yang dimaksud dengan gaya peristilahan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan berdasarkan rumusan masalah yang sudah kita tahu
adalah sebagai berikut :

1. Megetahui pengertian diksi atau pemilihan kata.


2. Mengetahui penggunaan diksi dalam bahasa Indonesia.
3. Memahami maksud dari gaya bahasa.
4. Mengetahui berapa jenis gaya bahasa.
5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan gaya peristilahan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diksi


Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan
selaras untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh
efek tertentu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia
karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Ada beberapa pengertian
diksi di antaranya adalah sebagai berikut.

Dalam arti pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi
oleh penulis atau pembicara.

Dalam arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan
kata - kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami
hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan
pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.

Harimurti (1984) dalam kamus linguistic, menyatakan bahwa diksi


adalah pilhan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam
berbicara di dalam karang mengarang.

Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng
tepat dan selaras dalam penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.

Jadi, dapat disimpulakan bahwa diksi berhubungan dengan pengertian


teknis dalam hal karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.

2.2 Penggunaan Diksi dalam Bahasa Indonesia


Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk
menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi-imajinasi pembaca atau

5
pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara.
Sebab itu, persoalan ketepatan pilihan kata akan menyangkut pula masalah makna
kata dan kosa kata seseorang. Kosa kata yang kaya raya akan memungkinkan
penulis atau pembicara lebih bebas memilih-milih kata yang dianggapnya paling
tepat mewakili pikirannya.

Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan


yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau
dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus
berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud
tersebut. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham.
Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menuntut persyaratan
yang harus di penuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang
sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah :
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda.
Sedangkan konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan bermacam-
macam makna.
Contoh :
 Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi)
 Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
Contoh :
 Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?
 Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah
peraturan yang selama ini memberatkan pengusaha.
3. Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya.
Contoh :
 Intensif – insensif
 Karton – kartun
 korporasi - koperasi

6
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan
pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan.
Contoh :
 Modern: canggih (secara subjektif)
 Modern: terbaru atau muktahir (menurut kamus)
 Canggih: banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui,
 bergaya intelektual (menurut kamus)
5. Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing.
Contoh :
 Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.
 Koordinir seharusnya koordinasi.
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara
tepat.
Contoh :

Pasangan yang salah Pasangan yang benar


antara ..... dengan .... antara .... dan .....
tidak ..... melainkan ..... tidak ..... tetapi .....
baik ..... ataupun ..... baik ..... maupun .....
bukan ..... tetapi ..... bukan ...... melainkan .....

7. Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat.


Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau
kelompok yang luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah
kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan
kongkret.
Contoh :
 Kata umum :melihat
 Kata khusus :melotot, membelak, melirik, mengintai,
mengamati, mengawasi, menonton, memandang, menatap.

7
8. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang
sudah dikenal.
Contoh :
 Isu (berasal dari bahasa Inggris “issue”) berarti publikasi, perkara.
 Isu (dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-
usulnya, kabar angin, desas-desus.

9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan


berhomografi.
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti sama.
Homofoni adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda
tulisan, dan berbeda makna.
Homografi adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi,
dan berbeda makna.
Contoh :
 Sinonim : Hamil (manusia) – Bunting (hewan)
 Homofoni : Bank (tempat menyimpan uang) – Bang (panggilan
kakak laki-laki)
 Homografi : Apel (buah) – Apel (upacara)
10. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret
mempunyai referensi objek yang diamati.
Contoh :
 Kata abstrak
Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
 Kata konkret
APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.

2.3 Pengertian Gaya Bahasa


Terdapat beberapa pengertian gaya bahasa menurut beberapa ahli
sastra kebahasaan, diantaranya :

8
 Keraf (2006, 112-113)
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan style.
Kata style diturunkan dari kata latin yakni stilus, yaitu semacam alat untuk
menulis pada lempengan lilin. Keahlian dalam mempergunakan lempengan
ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak
pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah,
maka style berubah menjadi kemampuan atau keahlian untuk menulis atau
untuk mempergunakan kata-kata secara indah.
Karena perkembangan itu maka gaya bahasa meliputi semua yang
berhubungan dengan kebahasaan. Walaupun style berasal dari bahasa latin,
orang Yunani sudah mengembangkan sendiri teori-teori style itu. Ada dua
aliran yang terkenal, yaitu :
1. Platonik, Menganggap style sebagai suatu ungkapan ; menurut mereka ada
ungkapan yang memiliki style ada ungkapan yang tidak memiliki style.

2. Aristoteles, Gaya bahasa adalah suatu kualitas yang inheren, yang ada dalam
setiap ungkapan.

 Tarigan (1985 : 5)
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek
pembicaraan dengan jalan memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu
dengan benda atau hal lain yang lebih umum.

 Muhardi dan Hasanuddin ws (2006 : 43-45)


Gaya bahasa menyangkut kemahiran pengarang mempergunakan bahasa
sebagai medium fiksi. Penggunaan bahasa tulis dengan segala kelebihan dan
kekurangannya harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pengarang.

 Semi (1984 : 38-41)


Gaya bahasa yaitu yang digunakan oleh sastrawan meskipun tidaklah terlalu
luar biasa, adalah unik, karena selain dekat dengan watak dan jiwa penyair,
juga membuat bahasa yang digunakan berbeda dalam makna. Jadi, gaya lebih
mengutamakan pembawaan pribadi.

 Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia

9
Gaya bahasa adalah hiasan, cara menggambarkan sesuatu dengan jalan
memperbandingkan atau menyamakan dengan sesuatu yang lain.

Dari beberapa pengertian diatas dapat kami simpulkan bahwa gaya


bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara lisan
ataupun tulisan yang khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis
ataupun penyair.

2.4 Jenis Gaya Bahasa


Secara garis besar gaya bahasa dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :
1. Gaya Bahasa Perbandingan
a. Personifikasi
Gaya bahasa yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-
sifat manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah
mempunyai sifat-sifat seperti manusia ataupun benda yang hidup.
Contoh :
Baru 3km berjalan, mobilnya sudah batuk-batuk.
b. Metafora
Gaya bahasa perbandingan yang dituliskan sesuatu dengan perbandingan
langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama ataupun hampir sama.
Contoh :
Raja siang telah pergi ke peraduannya. (Raja siang adalah matahari)
c. Asosiasi
Gaya bahasa perbandingan tak langsung dengan menggunakan kata
bagai, seperti, laksana, bak dan sebagainya.
Contoh :
Dia hadir laksana bagi masyarakat disana.
d. Metonimia
Gaya bahasa yang menyamakan sepatah kata atau nama yang memiliki
hubungan dengan suatu benda lain yang merupakan merk perusahaan
atau perdagangan.
Contoh :
Kemarin dia memakan Honda, sekarang dia memakai Toyota.

10
e. Eufemisme(ungkapan pelembut)
Gaya bahasa Eufemisme adalah gaya bahasa perbandingan yang
melukiskan suatu benda dengan kata-kata yang lebih lembut agar
mejadi pengganti kata-kata yang sopan atau tabu bahasa
Contoh :
 Ramuwisma bukan pekerjaan hina
 Orang itu berubah akal
 Pramusaji melayani pelanggan dengan ramah
f. Sinekdokhe
Gaya bahasa sinekdokhe dibedakan mejadi dua,yaitu :
1. Pars prototo adalah gaya bahasa sinekdokhe yang menulisnya
sebagian tetapi maksudnya secara keseluruhan,
Contoh:
 sudah beberapa hari Dia tidak sekalipun kelihatan batang
hidungnya
 Dia mempunyai lima ekor kuda
 Puncak ubun-ubunnya kelihatan juga dari atas
2. Totem Proparte adalah gaya bahasa sinekdokhe yang menuliskan
atau menerangkan sesuatu secara keseluruhan tetapi yang
dimaksud sebagian
Contoh :
 Kaum wanita memperingati hari kartini
 Penghuni sekolah itu sedang melakukan upacara bendera
 SMA N 1 GALUR jadi panitia lomba basket.
g. Alegori
Gaya bahasa Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang
memperlihatkan suatu perbandingan utuh, perbandingan itu
membentuk satu kesatuan yang menyeluruh
Contoh :
Hidup itu dibandingkan dengan perahu yang berlayar di tengah lautan
h. Hiperbola

11
Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa perbandingan yang melukiskan
sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan
kata-kata yang lebih lebat untuk dimengerti
Contoh :
 Harga bensin mebumbung tinggi
 Anak Indonesia merangkak di jalan-jalan
 Menggelepar dalam gubuk-gubuk tanpa jendela
i. Simbolik
Gaya bahasa Simbolik adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu
dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau
perlambang
Contoh: Keduanya hanya cinta monyet
10. Litotes (hiperbola negatif)
Gaya bahasa Litotes adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan
sesuatu untuk tujuan merendahkan diri
Contoh : Mampirlah ke gubukku
11. Alusio
Gaya bahasa Alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan pribahasa atau
unkapan.
Contoh :
Apakah kejadian meletusnya gunung merapi akan terulang lagi ?
12. Parabel
Gaya bahasa perbandingan dengan menggunakan perumpamaan dalam hidup.
Gaya bahasa ini terkandung dalam seluruh isi karangan, tersimpul berupa
pedoman hidup.
Contoh : Mahabarata, Bayan Budiman

2. Gaya bahasa Penegasan


a. alusio : merupakan gaya bahasa penegasan yang menggunakan
peribahasa yang maksudnya sudah dipahami oleh umum.
 contoh :

12
 Dalam bergaul hendaknya kau waspada. Jangan terpedaya
dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja. Segala yang
berkilau bukanlah berarti emas.
b. antitesis : gaya bahasa penegasan yang menggunakan paduan kata-kata
yang artinya bertentangan.
 contoh :
 Tinggi rendah martabatmu bukan elok tubuhmu yang
menentukan, tetapi sikap dan perilakumu.
c. antiklimaks : adalah jenis gaya bahasa penegasan yang menyatakan
beberapa hal secara berturut-turut. Semakin lama, semakin rendah
tingkatannya.
 contoh :
 Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya, dan sekarang,
cucunya terkena penyakit keturunan itu.
d. klimaks : merupakan gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa
hal berturut-turut. Semakin lama, semakin tinggi tingkatannya.
 contoh :
 Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, hari proklamasi
kemerdekaan selalu dirayakan denga meriah.
e. antonomasia : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata
tertentu untuk menggantikan nama seseorang. Kata-kata ini diambil dari
sifat yang mencolok yang dimiliki oleh orang yang dimaksud.
 contoh :
 Si Pelit dan Si Cerewet sedang bermain di rumah Si
Jangkung.
f. asindeton : gaya bahasa penegasan yang menyebutkan beberapa hal
berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung.
 contoh :
 Buku tulis, buku bacaan, majalah, koran, surat-surat kantor,
semua tersedia di toko itu.

13
g. polisindeton : merupakan gaya bahasa penegasan yang menyebutkan
beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung
(kebalikan dari asindeton).
 contoh :
 Toko itu menjual buku tulis, buku bacaan, majalah, koran,
dan surat-surat kantor.
h. elipsis : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kalimat elips
(kalimat tak sempurna, yaitu kalimat yang subjek atau predikatnya
ditiadakan karena dianggap sudah dipahami oleh lawan bicara).
 contoh :
 Hidup ini seperti dua mata uang. Ada baik, ada…..; ada
siang, ada…..; ada terang, ada….., ada pertemuan, ada…..
i. eufeumisme : gaya bahasa penegasan yang menggunakan ungkapan halus
untuk menghindari kata-kata pantang, kata-kata tabu, kata-kata kasar
kurang sopan.
 contoh :
 Anak itu tidak dapat naik kelas, karena agak terlambat
dalam mengikuti pelajaran. (maksudnya : bodoh)
j. hiperbolisme : merupakan gaya bahasa penegasan yang menyatakan
sesuatu hal dengan melebih-lebihkan dari keadaan yang sebenarnya.
 contoh :
 air matanya mengalir menganak sungai.
k. interupsi : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata
atau frase yang disisipkan di tengah-tengah kalimat.
 contoh :
 Saya, kalau bukan terpaksa, tak akan mau bertemu
dengannya lagi.
l. inversi : jenis gaya bahasa yang menggunakan kalimat inversi (yaitu,
kalimat yang predikatnya mendahului subjek). Hal ini sengaja dibuat
untuk memberikan ketegasan pada predikatnya.
 contoh :

14
 Menangislah ia dalam pelukan sang Ibu karena hendak
dijodohkan paksa oleh ayahnya.
m. koreksio : adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata pembetulan
untuk mengoreksi (menggantikan kata yang dianggap salah).
 contoh :
 Setelah acara ini selesai, para hadirin dipersilakan untuk
pulang. Eh, maaf, dipersilakan untuk mencicipi hidangan
yang tersedia.
n. metonimia : gaya bahasa yang menggunakan sebuah kata atau sebuah
nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk menyebut benda yang
dimaksud. Seperti, penyebutan memakai merk dagang, nama pabrik, nama
penemu, dsb.
 contoh :
 Ayah pergi ke Semarang mengendarai Kijang.
 Ia membeli sebungkus Gudang Garam di warung Mpok
Minah.
o. paralelisme : merupakan gaya bahasa pengulangan seperti repetisi, yang
khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di bagian awal dinamakan
anafora, sedang di bagian akhir disebut epifora.
 contoh :
 anafora : Sunyi itu duka. Sunyi itu hampa. Sunyi itu damba.
Sunyi itu tiada.
 epifora : Mimpiku tentang kamu. Laguku tentang kamu.
Ceritaku tentang kamu. Yang kusuka, ya tentang kamu.
p. pleonasme : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata
yang sebenarnya tidak perlu karena artinya sudah terkandung dalam kata
sebelumnya.
 contoh :
 Untung saja! Dia jatuh ke bawah menimpa kasur yang
sedang dijemur.
 Melihat lawan bicaranya mendelik, Udin mundur dua
langkah ke belakang.

15
q. parafrase : merupakan gaya bahasa penguraian dengan menggunakan
ungkapan atau frase yang lebih panjang daripada kata semula. Seperti, sore
hari diganti dengan ‘ketika sang surya tenggelam di ufuk barat’;
materialistis diganti dengan ‘gila harta benda’.

 contoh :

 Setiap sore tiba, Adi pulang dari ladang. Diganti menjadi :


Setiap sang mentari tenggelam di ufuk barat, anak bungsu
Pak Hasto itu pulang dari ladang.
r. repetisi : adalah gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulan sebuah kata
berturut-turut dalam suatu wacana. Gaya bahasa jenis ini kerap dipakai
dalam pidato atau karangan berbentuk prosa.
 contoh :
 Sekali merdeka, tetap merdeka!
 Harapan kita memang demikian, dan demikian pula
harapan setiap pejuang.
s. retoris : gaya bahasa penegasan yang menggunakan kalimat tanya, tetapi
sebenarnya tidak berniat untuk bertanya (tidak membutuhkan jawaban).
 contoh :
 Inikah yang kau sebut keadilan?
 Jika sudah begini, apakah dayaku?
t. sinekdoke : gaya bahasa ini terbagi menjadi 2, yaitu :

pars pro toto : gaya bahasa yang menyebutkan sebagian untuk menyatakan
keseluruhan

 contoh :

 Sudah lama menunggu, tapi tak kunjung nampak batang


hidungnya.

totem pro parte : gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk


menyatakan sebagian.

16
 contoh :

 Tiongkok mengalahkan Indonesia dalam babak final


perebutan Piala Thomas.
u. Tautologi : merupakan gaya bahasa peegasan yang menggunakan kata-
kata yang sama artinya dalam satu kalimat.
 contoh :
 Harapan dan cita-citanya terlalu muluk.
 Engkau harus dan wajib mematuhi semua peraturan.

3. Gaya Bahasa Sindiran


a. Ironi (sindiran halus)
Sindiran yang dikatakan, kebalikan dari apa yang sebenarnya
Contoh:
Lekas betul abang pulang, hari baru pukul satu malam (lekas betul =
terlambat sekali)
b. Sinisme
sindiran lebih kasar dari ironi yang bermaksud mencemoohkan
Contoh:
“Bersih benar badanmu, ya?” Kata ibu kepada anaknya yang belum mandi
c. Sarkasme
sindiran yang sangat tajam dan kasar, hingga kadang-kadang menyakitkan
hati.
Contoh:
Hai, binatang pergi engkau dari sini!
4. Gaya Bahasa Pertentangan
a. Paradoks
Gaya bahasa yang mengemukakan dua pengertian yang bertentangan sehingga
sepintas lalu tidak masuk akal
Contoh: Dia sering kesepian di kota besar yang ramai itu
b. Antitesis
Pengungkapan mengenai situasi, benda atau sifat yang keadaannya saling
bertentangan, dan menggunakan kata-kata berlawanan arti

17
Contoh: Besar kecil, tua muda, pria wanita ikut menyaksikan perlombaan
itu
c. Anakhronisme
Gaya bahasa yang melukiskan suatu keadaan tidak sesuai dengan peristiwa
sejarah
Contoh: Candi Borobudur dibuat oleh nenek moyang dengan
menggunakan komputer
d. Kontrakdiksio interminis
Gaya bahasa yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan
penjelasan semula
Contoh: Semua telah beres, kecuali surat jalan

2.5 Gaya Peristilahan


Peristilahan adalah merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah
bahasa. Sebuah bahasa pasti mempunyai istilah tertentu dalam mengungkapkan
suatu bidang tertentu. Demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia menggunakan istilah tertentu untuk mengungkapkan hal atau bidang
tertentu pula. Jika dirujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008),
istilah bermakna:

 Kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna


konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
 Sebutan nama. Misalnya janda muda disebut dengan istilah janda
kembang.

Disamping kata istilah, ada pula kata turunan istilah yang lain yaitu
peristilahan dan pengistilahan. Peristilahan bermakna perihal istilah sedangkan
pengistilahan bermakna proses, cara dan perbuatan pengistilahan.
Ketentuan umum pembentukkan istilah dalam bahasa Indonesia
menurut Pedoman Umum Pembentukkan Istilah (2006) adalah sebagai berikut.

 Istilah dan Tata Istilah

Istilah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama dan lambang atau
yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau

18
sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Tata
istilah (terminologi) adalah perangkat asa dan ketentuan pembentukkan
istilah serta kumpulan istilah yang dihasilkannya.

 Istilah Umum dan Istilah Khusus

Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu karena
dipakai secara luas dan menjadi unsur kosakata umum. Sedangkan
istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang
tertentu.

 Persyaratan Istilah yang Baik


Persyaratan pembentukan istilah dalam pemanfaatan kosakata bahasa
Indonesia yang baik yaitu:

 Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk
mengungkapkan konsep yang dimaksud dan yang tidak menyimpang
dari makna itu.
 Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat diantara
pilihan yang tersedia dan yang mempunyai rujukan yang sama.
 Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi)
baik.
 Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar.
 Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya menurut
kaidah bahasa Indonesia.

 Nama dan Tata Nama

Nama adalah kata atau frasa yang berdasarkan kesepakatan menjadi


tanda pengenal benda, hewan, tumbuhan, tempat, dan lain sebagainya. Sedangkan
tata nama adalah perangkat peraturan penamaan dalam bidang ilmu tertentu, seperti
kimia dan biologi serta kumpulan nama yang dihasilkan.

 Proses Pembentukan Istilah

19
Menurut Pedoman Umum Pembentukan Istilah (2006), pembentukan
istilah dalam bahasa Indonesia dilakukan lewat penerjemahan, penerapan dan
gabungan penerjemahan. Penulisan istilah serapan dilakukan dengan tanpa
penyesuaian ejaan berdasarkan kaidah fonotaktif, yakni hubungan urutan ini yang
di izinkan dalam kaidah basaha Indonesia. Penerjemahan dilakukan secara
langsung. Penyerapan dilakukan dengan penyesuaian ejaan dan lafal.

20
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
Bahasa Indonesia memiliki banyak sekali tata bahasa yang harus kita
ketahui dalam berbahasa. Ketika kita berkomunikasi, ada beberapa hal yang
harus kita tahu terutama dalam diksi atau pemilihan kata. Dalam pemilihan kata
tatanan meliputi perbedaan kata konotattif dan juga denotative, mencermati
kata yang bersinonim, memperhatikan perubahan makna kata yang terjadi,
memperhatikan kata popular dan kata teknik, juga memperhatikan kata yang
umum dan juga khusus.
Untuk memilih kata dengan tepat, diperlukan penguasaan kosa kata
yang memadai. Kata yang dipilih harus dapat memberi ketepatan makna karena
pada masyarakat tertentu sebuah kata sering mempunyai makna yang baik , dan
pada masyarakat lain memberikan makna yang kurang baik. Penggunaan kata
harus sesuai dengan norma kebahasaan masyarakat. Agar tidak salah,
gunakanlah kamus sebagai pedoman dalam pemilihan kata. Karena dengan
menggunakan kamus, kata-kata yang disajikan tidak hanya sebatas kata, tetapi
juga beserta contoh kalimatnya, sehingga kita bisa melihat dengan tepat konteks
kata tersebut.
3.2 Saran
Di buatnya makalah ini, penulis berharap kepada pembaca dapat
mengembangkan materi diksi dan pemilihan kata dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika kita sudah mempraktekkan apa yang telah kita dapat, alangkah baiknya
jika kita mengamalkan dan memperlajarinya dengan baik. Penulis juga
menerima kritik dalam makalah ini semoga kedepannya lebih baik dalam
penyusunan dan menjadi makalah yang lebih baik sehingga layak dibaca
khalayak mumum.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia.html

http://nadaifahnf88.blogspot.com/2016/12/diksi-dan-gaya-bahasa.html

http://dewijannati208.blogspot.com/2016/04/makalah-diksi-atau-pemilihan-kata.html

http://fikaliya.blogspot.com/2013/01/diksi-dan-peristilahan.html

22

Anda mungkin juga menyukai