Kami meminta maaf juga atas ketidaksempurnaan makalah yang sudah terbuat
ini, karena manusia pasti melakukan kesalahan yang mana tidak bisa dihindarkan,
tetapi kami mencoba melakukan semaksimal mungkin.
Kelompok 6
1
DAFTAR ISI
1.3Tujuan Penulisan.................................................................................. 4
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bentuk standar bahasa melayu yang
dijadikan sebagai bahasa resmi Republik Indonesia. Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaanya setelah Indonesia diresmikan penggunaanya setelah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Dari sudut pandang linguittik,
bahasa Indonesia adalah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Bahasa
Indonesia adalah varian bahasa Melayu, berabad-abad lalu. dalam
perkembangannya, Bahasa Indonesia mengalami beberapa tahapan
penyempurnaan ejaan.
Penggunaan bahasa Indonesia semakin lama semakin berkembang
dan menjadi bahasa yang tidak lagi sama dengan bahasa melayu, walaupun
Bahasa Indonesia memiliki garis yang sama dan ejaan yang hampir sama.
Namun, sejauh ini bahasa Indonesia memiliki tata bahasa yang menjadi hal
penting mengenai berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dalam penggunaan kata, bahasa Indonesia juga mempunyai tata
bahasa yang harus pula di pelajari, yaitu diksi. Ketika kita berbicara, akan lebih
baik jika kesesuaian dan kecocokan dalam berbahasa selalu di pertimbangkan.
Dalam konteksya sosial, kata-kata yang kita pilih harus dapat diterima
masyarakat dan menjadi bahasa yang mudah dimengerti. Hal ini juga
menyangkut tentang ketetapan yang menyangkut makna, logika dan kesamaan
maksud dalam berkomunikasi dengan yang lainnya.
Maka dari itulah, pentingnya penggunaan dan pemilihan kata yang
sesuai ketika berbicara dan menulis. Ada banyak fungsi diksi yang dapat kita
perhatikan, yaitu antara lain adalah pembentukan gaya ekpresi gagasan yang
tepat, menciptakan komunikasi yang baik, dan juga mencegah adanya
kesalahan pemahaman.
Dan pada latar belakang ini, kita sedikit lebih tau jika bahas
Indonesia tidak hanya kita ucapkan tetapi ada tata bahasa yang harus kita
perhatikan juga. Pada bab selanjutnya kita akan mengenal lebih jauh apa itu
3
pemilihan kata dan bagaimana kita menggunakan diksi yang baik dan benar
sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang salah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam arti pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi
oleh penulis atau pembicara.
Dalam arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan
kata - kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami
hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan
pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng
tepat dan selaras dalam penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
5
pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara.
Sebab itu, persoalan ketepatan pilihan kata akan menyangkut pula masalah makna
kata dan kosa kata seseorang. Kosa kata yang kaya raya akan memungkinkan
penulis atau pembicara lebih bebas memilih-milih kata yang dianggapnya paling
tepat mewakili pikirannya.
6
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan
pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan.
Contoh :
Modern: canggih (secara subjektif)
Modern: terbaru atau muktahir (menurut kamus)
Canggih: banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui,
bergaya intelektual (menurut kamus)
5. Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing.
Contoh :
Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.
Koordinir seharusnya koordinasi.
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara
tepat.
Contoh :
7
8. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang
sudah dikenal.
Contoh :
Isu (berasal dari bahasa Inggris “issue”) berarti publikasi, perkara.
Isu (dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-
usulnya, kabar angin, desas-desus.
8
Keraf (2006, 112-113)
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan style.
Kata style diturunkan dari kata latin yakni stilus, yaitu semacam alat untuk
menulis pada lempengan lilin. Keahlian dalam mempergunakan lempengan
ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak
pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah,
maka style berubah menjadi kemampuan atau keahlian untuk menulis atau
untuk mempergunakan kata-kata secara indah.
Karena perkembangan itu maka gaya bahasa meliputi semua yang
berhubungan dengan kebahasaan. Walaupun style berasal dari bahasa latin,
orang Yunani sudah mengembangkan sendiri teori-teori style itu. Ada dua
aliran yang terkenal, yaitu :
1. Platonik, Menganggap style sebagai suatu ungkapan ; menurut mereka ada
ungkapan yang memiliki style ada ungkapan yang tidak memiliki style.
2. Aristoteles, Gaya bahasa adalah suatu kualitas yang inheren, yang ada dalam
setiap ungkapan.
Tarigan (1985 : 5)
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek
pembicaraan dengan jalan memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu
dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
9
Gaya bahasa adalah hiasan, cara menggambarkan sesuatu dengan jalan
memperbandingkan atau menyamakan dengan sesuatu yang lain.
10
e. Eufemisme(ungkapan pelembut)
Gaya bahasa Eufemisme adalah gaya bahasa perbandingan yang
melukiskan suatu benda dengan kata-kata yang lebih lembut agar
mejadi pengganti kata-kata yang sopan atau tabu bahasa
Contoh :
Ramuwisma bukan pekerjaan hina
Orang itu berubah akal
Pramusaji melayani pelanggan dengan ramah
f. Sinekdokhe
Gaya bahasa sinekdokhe dibedakan mejadi dua,yaitu :
1. Pars prototo adalah gaya bahasa sinekdokhe yang menulisnya
sebagian tetapi maksudnya secara keseluruhan,
Contoh:
sudah beberapa hari Dia tidak sekalipun kelihatan batang
hidungnya
Dia mempunyai lima ekor kuda
Puncak ubun-ubunnya kelihatan juga dari atas
2. Totem Proparte adalah gaya bahasa sinekdokhe yang menuliskan
atau menerangkan sesuatu secara keseluruhan tetapi yang
dimaksud sebagian
Contoh :
Kaum wanita memperingati hari kartini
Penghuni sekolah itu sedang melakukan upacara bendera
SMA N 1 GALUR jadi panitia lomba basket.
g. Alegori
Gaya bahasa Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang
memperlihatkan suatu perbandingan utuh, perbandingan itu
membentuk satu kesatuan yang menyeluruh
Contoh :
Hidup itu dibandingkan dengan perahu yang berlayar di tengah lautan
h. Hiperbola
11
Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa perbandingan yang melukiskan
sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan
kata-kata yang lebih lebat untuk dimengerti
Contoh :
Harga bensin mebumbung tinggi
Anak Indonesia merangkak di jalan-jalan
Menggelepar dalam gubuk-gubuk tanpa jendela
i. Simbolik
Gaya bahasa Simbolik adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu
dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau
perlambang
Contoh: Keduanya hanya cinta monyet
10. Litotes (hiperbola negatif)
Gaya bahasa Litotes adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan
sesuatu untuk tujuan merendahkan diri
Contoh : Mampirlah ke gubukku
11. Alusio
Gaya bahasa Alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan pribahasa atau
unkapan.
Contoh :
Apakah kejadian meletusnya gunung merapi akan terulang lagi ?
12. Parabel
Gaya bahasa perbandingan dengan menggunakan perumpamaan dalam hidup.
Gaya bahasa ini terkandung dalam seluruh isi karangan, tersimpul berupa
pedoman hidup.
Contoh : Mahabarata, Bayan Budiman
12
Dalam bergaul hendaknya kau waspada. Jangan terpedaya
dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja. Segala yang
berkilau bukanlah berarti emas.
b. antitesis : gaya bahasa penegasan yang menggunakan paduan kata-kata
yang artinya bertentangan.
contoh :
Tinggi rendah martabatmu bukan elok tubuhmu yang
menentukan, tetapi sikap dan perilakumu.
c. antiklimaks : adalah jenis gaya bahasa penegasan yang menyatakan
beberapa hal secara berturut-turut. Semakin lama, semakin rendah
tingkatannya.
contoh :
Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya, dan sekarang,
cucunya terkena penyakit keturunan itu.
d. klimaks : merupakan gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa
hal berturut-turut. Semakin lama, semakin tinggi tingkatannya.
contoh :
Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, hari proklamasi
kemerdekaan selalu dirayakan denga meriah.
e. antonomasia : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata
tertentu untuk menggantikan nama seseorang. Kata-kata ini diambil dari
sifat yang mencolok yang dimiliki oleh orang yang dimaksud.
contoh :
Si Pelit dan Si Cerewet sedang bermain di rumah Si
Jangkung.
f. asindeton : gaya bahasa penegasan yang menyebutkan beberapa hal
berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung.
contoh :
Buku tulis, buku bacaan, majalah, koran, surat-surat kantor,
semua tersedia di toko itu.
13
g. polisindeton : merupakan gaya bahasa penegasan yang menyebutkan
beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung
(kebalikan dari asindeton).
contoh :
Toko itu menjual buku tulis, buku bacaan, majalah, koran,
dan surat-surat kantor.
h. elipsis : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kalimat elips
(kalimat tak sempurna, yaitu kalimat yang subjek atau predikatnya
ditiadakan karena dianggap sudah dipahami oleh lawan bicara).
contoh :
Hidup ini seperti dua mata uang. Ada baik, ada…..; ada
siang, ada…..; ada terang, ada….., ada pertemuan, ada…..
i. eufeumisme : gaya bahasa penegasan yang menggunakan ungkapan halus
untuk menghindari kata-kata pantang, kata-kata tabu, kata-kata kasar
kurang sopan.
contoh :
Anak itu tidak dapat naik kelas, karena agak terlambat
dalam mengikuti pelajaran. (maksudnya : bodoh)
j. hiperbolisme : merupakan gaya bahasa penegasan yang menyatakan
sesuatu hal dengan melebih-lebihkan dari keadaan yang sebenarnya.
contoh :
air matanya mengalir menganak sungai.
k. interupsi : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata
atau frase yang disisipkan di tengah-tengah kalimat.
contoh :
Saya, kalau bukan terpaksa, tak akan mau bertemu
dengannya lagi.
l. inversi : jenis gaya bahasa yang menggunakan kalimat inversi (yaitu,
kalimat yang predikatnya mendahului subjek). Hal ini sengaja dibuat
untuk memberikan ketegasan pada predikatnya.
contoh :
14
Menangislah ia dalam pelukan sang Ibu karena hendak
dijodohkan paksa oleh ayahnya.
m. koreksio : adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata pembetulan
untuk mengoreksi (menggantikan kata yang dianggap salah).
contoh :
Setelah acara ini selesai, para hadirin dipersilakan untuk
pulang. Eh, maaf, dipersilakan untuk mencicipi hidangan
yang tersedia.
n. metonimia : gaya bahasa yang menggunakan sebuah kata atau sebuah
nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk menyebut benda yang
dimaksud. Seperti, penyebutan memakai merk dagang, nama pabrik, nama
penemu, dsb.
contoh :
Ayah pergi ke Semarang mengendarai Kijang.
Ia membeli sebungkus Gudang Garam di warung Mpok
Minah.
o. paralelisme : merupakan gaya bahasa pengulangan seperti repetisi, yang
khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di bagian awal dinamakan
anafora, sedang di bagian akhir disebut epifora.
contoh :
anafora : Sunyi itu duka. Sunyi itu hampa. Sunyi itu damba.
Sunyi itu tiada.
epifora : Mimpiku tentang kamu. Laguku tentang kamu.
Ceritaku tentang kamu. Yang kusuka, ya tentang kamu.
p. pleonasme : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata
yang sebenarnya tidak perlu karena artinya sudah terkandung dalam kata
sebelumnya.
contoh :
Untung saja! Dia jatuh ke bawah menimpa kasur yang
sedang dijemur.
Melihat lawan bicaranya mendelik, Udin mundur dua
langkah ke belakang.
15
q. parafrase : merupakan gaya bahasa penguraian dengan menggunakan
ungkapan atau frase yang lebih panjang daripada kata semula. Seperti, sore
hari diganti dengan ‘ketika sang surya tenggelam di ufuk barat’;
materialistis diganti dengan ‘gila harta benda’.
contoh :
pars pro toto : gaya bahasa yang menyebutkan sebagian untuk menyatakan
keseluruhan
contoh :
16
contoh :
17
Contoh: Besar kecil, tua muda, pria wanita ikut menyaksikan perlombaan
itu
c. Anakhronisme
Gaya bahasa yang melukiskan suatu keadaan tidak sesuai dengan peristiwa
sejarah
Contoh: Candi Borobudur dibuat oleh nenek moyang dengan
menggunakan komputer
d. Kontrakdiksio interminis
Gaya bahasa yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan
penjelasan semula
Contoh: Semua telah beres, kecuali surat jalan
Disamping kata istilah, ada pula kata turunan istilah yang lain yaitu
peristilahan dan pengistilahan. Peristilahan bermakna perihal istilah sedangkan
pengistilahan bermakna proses, cara dan perbuatan pengistilahan.
Ketentuan umum pembentukkan istilah dalam bahasa Indonesia
menurut Pedoman Umum Pembentukkan Istilah (2006) adalah sebagai berikut.
Istilah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama dan lambang atau
yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau
18
sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Tata
istilah (terminologi) adalah perangkat asa dan ketentuan pembentukkan
istilah serta kumpulan istilah yang dihasilkannya.
Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu karena
dipakai secara luas dan menjadi unsur kosakata umum. Sedangkan
istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang
tertentu.
Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk
mengungkapkan konsep yang dimaksud dan yang tidak menyimpang
dari makna itu.
Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat diantara
pilihan yang tersedia dan yang mempunyai rujukan yang sama.
Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi)
baik.
Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar.
Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya menurut
kaidah bahasa Indonesia.
19
Menurut Pedoman Umum Pembentukan Istilah (2006), pembentukan
istilah dalam bahasa Indonesia dilakukan lewat penerjemahan, penerapan dan
gabungan penerjemahan. Penulisan istilah serapan dilakukan dengan tanpa
penyesuaian ejaan berdasarkan kaidah fonotaktif, yakni hubungan urutan ini yang
di izinkan dalam kaidah basaha Indonesia. Penerjemahan dilakukan secara
langsung. Penyerapan dilakukan dengan penyesuaian ejaan dan lafal.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Bahasa Indonesia memiliki banyak sekali tata bahasa yang harus kita
ketahui dalam berbahasa. Ketika kita berkomunikasi, ada beberapa hal yang
harus kita tahu terutama dalam diksi atau pemilihan kata. Dalam pemilihan kata
tatanan meliputi perbedaan kata konotattif dan juga denotative, mencermati
kata yang bersinonim, memperhatikan perubahan makna kata yang terjadi,
memperhatikan kata popular dan kata teknik, juga memperhatikan kata yang
umum dan juga khusus.
Untuk memilih kata dengan tepat, diperlukan penguasaan kosa kata
yang memadai. Kata yang dipilih harus dapat memberi ketepatan makna karena
pada masyarakat tertentu sebuah kata sering mempunyai makna yang baik , dan
pada masyarakat lain memberikan makna yang kurang baik. Penggunaan kata
harus sesuai dengan norma kebahasaan masyarakat. Agar tidak salah,
gunakanlah kamus sebagai pedoman dalam pemilihan kata. Karena dengan
menggunakan kamus, kata-kata yang disajikan tidak hanya sebatas kata, tetapi
juga beserta contoh kalimatnya, sehingga kita bisa melihat dengan tepat konteks
kata tersebut.
3.2 Saran
Di buatnya makalah ini, penulis berharap kepada pembaca dapat
mengembangkan materi diksi dan pemilihan kata dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika kita sudah mempraktekkan apa yang telah kita dapat, alangkah baiknya
jika kita mengamalkan dan memperlajarinya dengan baik. Penulis juga
menerima kritik dalam makalah ini semoga kedepannya lebih baik dalam
penyusunan dan menjadi makalah yang lebih baik sehingga layak dibaca
khalayak mumum.
21
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia.html
http://nadaifahnf88.blogspot.com/2016/12/diksi-dan-gaya-bahasa.html
http://dewijannati208.blogspot.com/2016/04/makalah-diksi-atau-pemilihan-kata.html
http://fikaliya.blogspot.com/2013/01/diksi-dan-peristilahan.html
22