DOSEN PENGAMPU
Asep Yana Yusyama, S.Pd., M.Kom.I.
DISUSUN OLEH
Kelompok Harimurti Kridalaksana
1. Ramandha Vio Arbha. M (2305413013)
2. Almaasah Urjuwan (2305413024)
3. Cinthya Margareth. S (2305413032)
4. Anisa Mayya Putri (2305413065)
5. Achmad Dwi Nugroho (2305413099)
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia, rahmat
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami masih diberi kesempatan untuk membuat makalah
dengan judul “Diksi (Gaya Bahasa)” ini dalam keadaan sehat.
Makalah ini disusun untuk menunjang pelaksanaan tugas kelompok dalam mata kuliah
Bahasa Indonesia. Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Asep Yana Yusyama, S.Pd.,
M.Kom.I selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia dan anggota kelompok ini
yang telah berkerjasama dan berkontribusi dengan baik.
Makalah dengan judul “Diksi (Gaya Bahasa)” ini masih memiliki banyak kekurangan.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar datangnya
hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah SWT, meski begitu tentu tugas ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Di dunia perkuliahan, tidak dapat disangkal bahwa penguasaan kosa kata merupakan
bagian yang cukup krusial. Prosesnya mungkin akan memakan waktu yang cukup lama,
namun manfaat yang akan diperoleh dari kemampuan individu berupa penguasaan
terhadap kemampuan penyampaian gagasan secara baik dan tepat sasaran. Tujuan yang
baik akan terbentuk dari susunan kata-kata yang baik dan sesuai dengan persoalan yang
berlaku. Terjadinya kekeliruan dalam memilih dan menggunakan kata akan berdampak
pada terganggunya proses penyampaian gagasan kepada yang dituju. Pemilihan kata yang
tepat akan sangat membantu seseorang dalam mengungkapkan gagasannya secara tepat
dan bijak, baik secara lisan maupun tulisan. Disamping itu, penggunaan pilihan kata
tersebut juga harus serasi dengan konteks zamannya.
Persoalan keterbatasan kosakata yang dimiliki oleh seseorang dalam kehidupan sehari-
hari bisa membuat seseorang tersebut mengalami beberapa kesulitan dalam proses
pengungkapan gagasannya kepada orang lain. Oleh sebab itu, untuk menghindari
terjadinya hal demikian, seseorang harus memiliki pemahaman tentang bagaimana
penggunaan kata dalam komunikasi secara bijak. Salah satu hal yang harus dikuasai ialah
diksi atau pilihan kata.
Menurut KBBI (Depdikbud 1990: 205), diksi ialah pemilihan kata yang bermakna tepat
dan selaras (cocok penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan dengan pokok
pembicaraan, peristiwa dan khalayak pembaca atau pendengar pilihan kata-kata.
Kridalaksana (2001: 44) menjelaskan pengertian diksi adalah pilihan kata dan kejelasan
1
lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau karang
mengarang.
Pilihan kata tidak hanya berkaitan dengan ketepatan penggunaan kata, tetapi termasuk
pula didalamnya persoalan apakah kata yang dipilih bisa diterima dan tidak merusak
suasana pada saat itu. Sebuah kata yang dianggap tepat untuk menyatakan suatu gagasan
tertentu, belum tentu bisa diterima oleh seseorang yang diajak bicara. Beberapa golongan
tertentu biasanya tidak terlepas dari norma yang berlaku, di mana mereka menghendaki
agar setiap kata yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan norma
masyarakat dan sesuai dengan kondisi dan situasi (konteks).
Dari pembahasan diatas, dapat dipahami bahwa diksi adalah pilihan kata. Maksudnya
ialah bagaimana caranya kita dapat memilih kata yang tepat untuk menyatakan suatu
maksud dan tujuan.
2
BAB II
PEMBAHASAN DIKSI
Selain tujuan di atas komunikasi juga dapat digunakan dalam mempermudah interaksi
antar pelaku komunikasi seperti:
a. Untuk mempermudah menyampaikan ide, pikiran gagasan agar dimengerti oleh para
pelaku komunikasi.
b. Memahami orang lain
c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu
Jadi secara singkat dapat kita katakan bahwa komunikasi itu bertujuan: mengharapkan
pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Setiap komunikasi tentunya mempunyai
tujuan bagi para pelaku komunikasi sesuai dengan karakteristik masing-masing pelaku
komunikasi. Tujuan komunikasi dari sudut.
2.2. Konteks
Konteks diksi adalah situasi atau lingkungan di mana kata-kata digunakan. Konteks ini
dapat mempengaruhi makna dan penggunaan kata-kata.
Berikut adalah beberapa contoh konteks diksi:
a. Konteks kebahasaan, yaitu konteks yang berkaitan dengan penggunaan kata dalam
kalimat atau frasa. Misalnya, kata "rumah" dapat memiliki arti yang berbeda
tergantung pada konteksnya. Dalam kalimat "Rumah tante saya sangat besar", kata
3
"rumah" berarti tempat tinggal milik tante. Namun, dalam kalimat "Rumah tangga
kami sedang mengalami masalah", kata "rumah" berarti keluarga.
b. Konteks nonkebahasaan, yaitu konteks yang berkaitan dengan situasi atau kondisi di
luar bahasa. Misalnya, kata "cantik" dapat memiliki arti yang berbeda tergantung pada
konteksnya. Dalam konteks budaya tertentu, kata "cantik" dapat berarti memiliki kulit
putih dan rambut panjang. Namun, dalam konteks budaya lain, kata "cantik" dapat
berarti memiliki kulit sawo matang dan rambut pendek.
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan diksi yang tepat berdasarkan konteksnya:
a. Dalam konteks kebahasaan
1) Kata "memakan" digunakan untuk menyatakan tindakan memasukkan makanan ke
dengan membayar.
b. Dalam konteks nonkebahasaan
1) Kata "cantik" digunakan untuk menyatakan keindahan fisik seseorang.
Pemilihan diksi yang tepat sangat penting untuk menyampaikan pesan secara efektif.
Dengan memahami konteks diksi, kita dapat memilih kata-kata yang tepat untuk
menyampaikan maksud dan tujuan kita.
Penting untuk memahami audiens atau khalayak yang dituju karena hal ini akan
memengaruhi bagaimana pesan disusun, gaya komunikasi yang digunakan, dan bahkan
pilihan kata yang dipilih. Apakah audiensnya terdiri dari ahli dalam bidang tertentu, siswa,
pemilih potensial, atau masyarakat umum, akan mempengaruhi bagaimana pesan
disampaikan agar sesuai dengan pemahaman, minat, dan nilai-nilai audiens yang dituju.
4
Sehingga, pemahaman tentang audiens yang dituju adalah komponen kunci dalam
merancang komunikasi yang efektif dalam berbagai konteks, termasuk pidato, tulisan,
iklan, atau presentasi.
Penghindaran kata klise artinya menghindari penggunaan kata yang monoton atau yang
sudah populer di masyarakat. Sehingga kita harus menguasai kosakata yang baik, yang
menarik, dan tidak menggunakan kata-kata yang berulang kali.
5
Adalah diksi yang dipilih karena memiliki persamaan makna. Diksi ini dipilih
karena untuk memberikan kesan yang lebih baik atau halus. Misalnya mati yang
diganti wafat. contoh sinonim:
b. Bahagia = Senang
c. Matahari=Mentari
d. Cantik=Elok
e. Lezat=Enak
f. Pintar=Pandai
2. Antonim
Yaitu diksi yang maknanya berlawanan dengan ungkapanlainnya. Misalnya buruk
lawan katanya baik. Berikut beberapa contoh antonim:
a) Naik><Turun
b) Besar><Kecil
c) Banyak><Sedikit
d) Tinggi><Pendek
e) Gelap><Terang
f) Ganteng><Cantik
g) Mahal><Murah
3. Polisemi
Ialah satuan kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Misalnya kepala yang
dapat diartikan sebagai bagian tubuhatas namun juga dapat berarti sebuah jabatan
misalnyakepala bagian marketing. Berikut contoh polisemi:
a. Menabung di bank, maka akan mendapatkan Bunga.
b. Rima adalah bunga desa di kampung ini.
4. Hiponim
Ialah diksi yang maknanya sudah meliputi makna kata lainnya. Misalnya kata
salmon yang sudah mencakupmakna kata ikan di dalamnya. Berikut contoh
hiponim:
a. Di hutan banyak berbagai macam binatang liar, contohnya seperti harimau, sr
igala, macan tutul, rusa, kera, dan lain sebagainya
6
b. Chandra ke supermarket membeli buah buahan, sepertibuah apel, jeruk,
semangka dan anggur.
5. Homonim
Adalah diksi yang ejaan dan pengucapannyasama namun maknanya berbeda,
misalnya bisa yang berarti racun ular dan bisa yang berarti mampu. Berikut contoh
homonim:
a. Pada awal Bulan, ayah selalu menerima upah kerja.
b. Bulan purnama terlihat sangat jelas karena langit tidakberawan.
Kata “Bulan”, pada kalimat pertama dan kedua kata tersebut memiliki lafal dan
ejaan yang sama namunmaknanya berbeda. Jika pada kalimat pertama
menunjukantanggal, sedangkan kalimat kedua menunjukan bulan di langit.
6. Homofon
Yaitu diksi yang pengucapannya sama, namunpenulisan dan maknanya berbeda.
Misalnya Bang Ijukdan Bank Rakyat Indonesia. Berikut contoh homofon:
a. Rima rajin menabung di Bank.
b. Bang Dimas merupakan kakak Rima
Kata “Bank” dan “Bang”, memiliki lafal yang sama namunmemiliki ejaan dan
makna berbeda. Pada kalimat pertamamenunjukan tempat, sedangkan kalimat
kedua menunjukanarti saudara.
7. Homograf
Adalah diksi yang memiliki persamaan dalamejaan, namun pengucapan dan
maknanya berbeda. Misalnya buah apel dan apel pagi. Berikut contoh homograf:
a. Dila sedang makan Tahu goreng di warung.
b. Dila tidak Tahu bahwa hari ini hari Selasa
Kata “Tahu” pada kedua kalimat diatas memiliki ejaannyasama. Pada kalimat
pertama menunjukan makanan dankalimat kedua menunjukan lupa akan hari.
a. Wildan memiliki mental yang kuat saat menghadapipermasalahan hidup.
b. Handphone Wildan terjatuh dan langsung mental ke lantai.
Kata ‘mental” pada kedua kalimat diatas memiliki ejaannyasama, namun kalimat
pertama menunjukan watak dankalimat kedua menunjukan memantul ke lantai.
7
7.1. Konsistensi
a. Kelayakan Pilihan Kata
Layak berarti wajar, pantas, atau patut (Tim Penyusun Kamus, 1993:571). Syarat
kelayakan berarti pemakaian kata dengan memperhitungkan kepantasan atau
kepatutan kata tersebut digunakan menurut daerah, waktu, dan gaya penggunaannya.
Seperti pada contoh kata bekas, dalam penggunaannya seperti bekas presiden, bekas
gubernur, atau bekas bupati menjadi kurang layak digunakan karena kata bekas dalam
konteks itu harus diganti dengan kata mantan. Penulis/pemakai bahasa harus
senantiasa mengikuti dan mempelajari perkembangan kata-kata dari waktu ke waktu.
Gaya berbahasa juga senantiasa sangat menentukan pemilihan kata-kata yang layak
digunakan. Di dalam berbahasa dikenal adanya berbahasa gaya resmi dan gaya santai
(tidak resmi), kata ilmiah dan kata ilmiah populer (slang), demikian juga, kata-kata
yang hanya digunakan dalam percakapan, seperti dok, prof, atau kep yang tidak
digunakan dalam karangan ilmiah. Berikut ini adalah beberapa contoh lain kata-kata
yang harus digunakan sesuai dengan ranahnya.
8
d) tinggal
e) berdiam
f) dibunyikan
g) bertikai/berselisih
h) bergantung pada
i) mudah
j) gaduh
k) ringan
l) tunawisma
m) tunagrahita
n) tunaaksara
o) ingin
p) hanya
b. Ketepatan Pilihan Kata
Syarat ketepatan kata mempersoalkan ketepatan kata yang dipilih dihubungkan
dengan konsep makna yang hendak disampaikan. Banyak kata yang menunjukkan
adanya hubungan makna di dalam kelompok kata yang mirip. Misalnya kata melirik,
memandang, melihat, menonton, menatap, dan menyaksikan memiliki hubungan
makna yang dekat (disebut kata bersinonim). Kata tersebut harus digunakan dengan
tepat sesuai dengan nuansa makna kata itu masing-masing.
Untuk itu, agar dapat menggunakan kata dengan tepat, perlu diperhatikan pemakaian
diksi yang memperhatikan konsep hubungan makna kata-kata, yaitu hubungan
sinonim, oposisi (antonim), polisemi, homonim, dan hiponim, serta hubungan makna
denotasi- konotasi, konkret-abstrak, umum-khusus, idiom, dan majas.
Dalam hal ini kata harus digunakan dengan tepat, misalnya, kata jam dan pukul.
Kata jam menunjukkan ‘lama waktu’, sedangkan pukul menunjukkan ‘saat’.
Pemilihan kata dengan tepat dapat ditentukan oleh koteks dan konteks pemakaian
kata-kata bersangkutan.
9
ketika kata atau frasa diberi makna tambahan yang tidak terkait dengan makna yang
sebenarnya. Makna ini sering kali tergantung pada konteks kalimat atau situasi di mana
kata tersebut digunakan.
a. Ciri-ciri konotasi:
1) Makna konotasi terjadi jika kata itu memiliki nilai rasa, baik positif atau negatif.
Jika tidak memiliki nilai rasa, maka bisa juga disebut dengan berkonotasi netral.
2) Makna konotasi bisa mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
b. Fungsi-fungsi Konotasi
1) Untuk memperhalus sebuah tuturan
2) Untuk menunjukkan rasa tidak suka kepada orang lain
3) Untuk menunjukkan rasa kemarahan kepada orang lain
4) Untuk meningkatkan intensitas makna.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Diksi adalah kemampuan seseorang dalam memilih kata untuk mencapai penafsiran yang
benar dalam ucapan atau tulisan dengan cara yang tidak menimbulkan makna yang tidak
dimaksudkan oleh pembicara atau penulis. Kreatifitas dalam pemilihan kata menjadi kunci
utama bagi penulis ketika menuliskan ide atau ungkapan. Menguasai pengolah kata juga
menjadi kunci terpenting untuk menciptakan sebuah teks yang indah, enak dibaca, dan ide
yang disampaikan penulis mudah dipahami.
Kata-kata yang tepat membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya, baik secara lisan maupun tulisan. Kata atau istilah formal adalah kata
yang mengungkapkan makna konsep, proses, situasi atau karakteristik yang unik pada suatu
bidang tertentu. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
persamaan dalam kamus tersebut, yaitu apa yang ingin disampaikan oleh kedua penulis
dalam tulisannya, agar pembaca memahami maksud dan maksud penulis.
3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini dapat mengetahui lebih mendalam tentang diksi atau
pemilihan kata. Untuk dapat memilih diksi yang tepat, penulis, pembicara, atau
komunikator lainnya perlu memperhatikan faktor-faktor seperti memilih kata yang tepat
sesuai dengan konteks pembicaraan atau tulisan. Pastikan kata-kata yang digunakan sesuai
dengan maksud dan tujuan komunikasi.
Misalnya, jika ingin menyampaikan informasi yang akurat, gunakanlah kata-kata yang
spesifik dan tidak ambigu dan jika ingin menyampaikan pesan yang menarik, gunakanlah
kata-kata yang kreatif dan inovatif. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, penulis,
pembicara, atau komunikator lainnya dapat memilih diksi yang tepat dan efektif untuk
menyampaikan pesannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Hariyanto, D. (2021, Agustus). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jawa Timur: UMSIDA Press.
Keraf, G. (2007). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Maharani, A. (2017). PEMAKAIAN DIKSI DALAM PENULISAN CAPTION MEDIA
SOSIAL INSTAGRAM.
Reskian, A. (2018). ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA KARANGAN NARASI DI
KELAS X IPS II SMA NEGERI 1 PALU. 3-4.
12