Anda di halaman 1dari 18

i

MAKALAH
KATA, DIKSI DAN UNSUR SERAPAN

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas


Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu
Adilah Hasan Astuti, M. Pd

Disusun Oleh :

Fatimatul Hasanah

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM DARUL A’MAL LAMPUNG
TAHUN 2023

Alamat : JL. Pesantren Mulyojati 16 B Kelurahan Mulyojati Kecamatan Metro Barat


Kota Metro Lampung Kode Pos : 34125 Website : https://iaidalampung.ac.id
Email : iaidalampung@gmail.com
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, taufiq, dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kata,
Diksi dan Unsur Serapan”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Bahasa Indonesia . Dalam penulisan
makalah ini, tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan serta masukan dari semua pihak.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Adilah Hasan Astuti, M. Pd
yang telah membantu dan memberi pengarahan kepada penulis dalam belajar dan
mengerjakan tugas, dan juga semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.

Makalah ini berusaha penulis susun sebaik-baiknya. Akan tetapi, penulis


menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan dan
kekurangan pengetahuan serta minimnya pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan pembuatan
makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi pembaca.
Metro, 10 Oktober 2023

Penulis

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

a. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1


b. Rumusan Makalah................................................................................ 1
c. Tujuan Masalah.................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 2

a. Pengertian Kata..................................................................................... 2
b. Makna Kata........................................................................................... 5
c. Pengertian Diksi.................................................................................... 7
d. Pengertian Unsur Serapan..................................................................... 12

BAB III PENUTUP..................................................................................... 14

Kesimpulan............................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai
tertinggi, yaitu kata, frase, klausa, kalimat. Ketika menulis dan berbicara, kata adalah
kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata - kata dalam
bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat
dimengerti dengan baik. Kata – kata yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami
dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunkan kata – kata dengan
sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah – kaidah yang benar.

Di dalam istilah berisi kaidah yang mengatur bagaimana menggambarkan lambang-


lambang bunyi ujaran dan bagaimana menggambarkan hubungan antara lambang-
lambang itu baik pemisahan atau penggabungan dalam suatu bahasa.

Memang harus diakui, kecenderungan orang semakin mengesampingkan pentingnya


penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata atau diksi. Agar tercipta
suatu komunikasi yang efektif dan efisien, penggunaan diksi atau pemilihan kata
dirasakan sangat penting, bahkan mungkin vital, terutama untuk menghindari
kesalapahaman dalam berkomunikasi. Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa
sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frase atau kelompok
kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya.
Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan
dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi
pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan kata ?


2. Apa yang dimaksud dengan makna kata ?
3. Apa yang dimaksud dengan diksi ?
4. Apa yang dimaksud dengan unsur kata ?

C. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan kata


2. Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan makna kata
3. Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan diksi
4. hasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan unsur kata

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KATA
1. Pengertian Kata

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan
atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat
dipakai dalam berbahasa[1]. Jadi, kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri
sendiri dan memiliki arti sendiri. Misalnya: bunga, rumah, baju, cerdas, pintar, dan
sebagainya.

Sebuah kata dapat mengalami beberapa macam perubahan bentuk. Misalnya,


kata dasar rumah dapat berubah menjadi berumah, perumahan (kata
berimbuhan), rumah-rumah (kata ulang), ruamh makan, rumah sakit (kata
majemuk/gabungan kata).

Kita menyadari bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh


bahasa asing dan bahasa daerah. Kontak bahasa Indonesia tidak dapat dielakan karena
selain bangsa Indonesia memiliki bahasa daerah dalam jumlah yang banyak, kita juga
berhubungan dengan bangsa lain yang memiliki bahasa berbeda-beda pula. Kata-kata
pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh
kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang belum
dimiliki bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing sangat diperlukan karena
tuntutan zaman dan kebutuhan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.[2] Jadi,
dalam era globalisasi seperti ini, kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam
segala macam kehidupan.

Pemungutan/adopsi kata dari bahasa asing kedalam bahasa Indonesia melaui


beberapa cara :

1. Penyerapan Utuh
Contoh :
bank → bank
hotel → hotel
monitor → monitor
2. Penyerapan Penyesuaian
Contoh :
computer → komputer

1 _ http://goresankertasadres.blogspot.co.id/2015/06/makalah-bahasa-indonesia-jenis-jenis.html pukul 22.00 tanggal 18


Maret 2016
2 _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta :
Edukasi Pustaka, 2011), hal.46.

2
univercity → universitas
aplication → aplikasi
3. Penerjemahan
Contoh :
higher education → pendidikan tinggi
network → jaringan kerja
search again → mesin pencari
4. Penerjemahan dan Penyesuaian
Contoh :
survey research → penelitian surval
ready to install → siap menginstal
public opinion → pendapat publik[3]

Jadi dapat disimpulkan, pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung
makna bahwa tiap kata mengungkapkan sebuah makna, gagasan, ataupun ide. Kata-kata
ibarat “pakaian” yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki jiwa. Setiap anggota
masyarakat harus mengetahui “jiwa” setiap kata, agar ia dapat menggerakan orang lain
dengan “jiwa” dari kata-kata yang dipergunakannya[4].

Apabila kita menyadari bahwa kata merupakan alat penyalur gagasan, maka hal itu
semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang
ditangkapnya dan dikuasainya. Sehingga dapat dengan mudah dan lancar mengadakan
komunikasi dengan orang-orang lain, seperti yang kita ketahui, hanya karena kita tidak cukup
memiliki kata atau gagasan, sehingga lawan bicara kita tidak mengetahui secara jelas apa
yang dibicarakannya.

2. Jenis-jenis kata
a. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan,
tindakan, proses, atau keadaan. Contoh : membuat, menonton, makan, minum,
dan sebagainya.
b. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat adalah kata yang menjelaskan, mengubah, atau menambah arti
suatu kata benda yang diikutinya hingga menjadi lebih spesifik. Contoh : baju
baru, lukisan indah, rumah mewah, beruang besar, dan sebagainya.
c. Kata Benda (Nomina)

3 _Ibid, hal. 46-47.


4 _ Dr. Goryz Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum, 2008), hal.21.

3
Kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan
konsep atau pengertian. Contoh : murid, burung, kursi, dan batu, rumah,
pakaian, dan sebagainya.
d. Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya
benda (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Contoh : satu, kedua, suatu,
beberapa, berbagai, tiap-tiap, semua, sebagian, dan sebagainya.
e. Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti adalah kata yang berfungsi untuk menggantikan orang, benda,
atau sesuatu yang dibedakan. Contoh : aku, , kamu, kita, mereka, ini, itu,
sesuatu, seseorang, siapa, dan sebagainya.
f. Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan adalah kata yang memberi keterangan pada kata lainnya.
Contoh : paling, sedikit, banyak, sekarang, lusa, dan sebagainya.

g. Kata Tunjuk (Demonstrative)

Kata tunjuk adalah kata yang dipakai untuk menunjuk atau menandai
orang atau benda secara khusus. Contoh : ini, itu, disana, disitu, berikut, dan
sebagainya.

h. Kata Tanya (Intirogativa)

Kata tanya adalah kata yang digunakan untuk menanyakan sesuatu.


Contoh : apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana, dan sebagainya.

i. Kata Sandang (Artikula)

Kata sandang adalah kata yang digunakan untuk membatasi kata benda.
Contoh : si dia, si terdakwah, sang Merah Putih, sang mertua, dan sebagainya.

j. Kata Depan (Preposis)

Kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk
frasa preposisional. Contoh : di, ke, dari, bagi, untuk, dalam, guna, pada, oleh,
dengan, dan sebagainya.

k. Kata Seru (Interjeksi)


Kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati manusia.
Contoh : aduhai, asyik, Ayo, nah, hai, ah, halo, dan sebagainya.
l. Kata Penghubung (Konjungsi)

Kata penghubung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa,


kalimat, atau aragraph. Contoh : dan, atau,tetapi, sebab, karena, dan
sebagainya.

4
m. Kata Ulang (Reduplikasi)

Kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan. Contoh :


mobil-mobil, gedung-gedung, rumah-rumah, dan sebagainya.

B. MAKNA KATA
1. Pengertiaan Makna Kata

Kata dalam bahasa Indonesia memiliki dua aspek, yaitu aspek bentuk dan aspek makna.
Aspek bentuk merupakan aspek yang dapat kita dengar atau dilihat. Aspek makna gambaran
yang muncul di dalam benak kita sesudah mendengar atau membaca kata tertentu. [5]

Jadi, makna kata adalah maksud yang terkandung serta tersimpul dari suatu kata.
Contoh sederhananya adalah kata rumah, kata rumah memiliki makna tempat tinggal. Jadi
setiap kata itu selalu terhubung dan saling berkaitan dengan suatu hal, bisa berkaitan dengan
benda, ataupun berkaitan dengan suatu aktifitas, peristiwa, maupun keadaan.

2. Jenis-jenis Makna Kata

Makna kata sendiri dalam kaidah bahasa Indonesia memiliki beberapa jenis, secara
umum jenis-jenis makna kata adalah sebagai berikut :

a. Makna denotasi-konotasi

Makna kata denotasi adalah kata yang memiliki makna yang sebenarnya atau
sesuai dengan kenyataanya dan tidak memiliki makna ganda. Misalnya tikus itu
telah mati. Kata mati dalam kalimat tersebut hanya memiliki satu arti yang
langsung dan lugas, yaitu tak bernyawa.

Makna kata konotasi adalah kata yang memiliki makna tidak secara langsung
atau lebih pada kiasan. Misalnya : orang berlomba-lomba berebut kursi di
senayan. Kata kursi disini bukan berarti hanya sebuah kursi, tapi lebih
bermakna jabatan atau kedudukan[6].

Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerja membanting sebuah


tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang merupakan sebuah kata kiasan
dan termasuk golongan kata yang bermakna konotatif. Kata-kata yang dipakai
secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut dengan
idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata
yang bermakna konotatif. Misalnya : kepala batu, keras kepala, panjang tangan,
ringan tangan, dan sebagainya[7].

5 _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta :
Edukasi Pustaka, 2011), hal. 51.
6 _ http://media-online.id/2014/09/pengertian-makna-kata-dan-jenis-jenisnya.html pukul 21.05 tanggal 20 Maret 2016.
7 _ Ngalimun Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan Mahmudi, M.pd., Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013), hal. 29.

5
b. Makna Leksial dan Makna gramatikal

Makna leksial/makna kampus adalah makna kata secara lepas tanpa terkait
dengan kata lainnya dalam sebuah struktur bahasa. Misalnya : kata rumah
bermakna “bangunan untuk tempat tinggal”.

Makna gramatikal adalah makna baru yang timbul pada suatu kata karena
proses pembentukan kata. Misalnya : kata berumah berarti “mempunyai
rumah”[8].

c. Makna Lugas dan Makna Kiasan

Makna lugas adalah makna yang acuannya cocok dengan makna kata yang
bersangkutan. Misalnya kata kaki pada kaki ayam dan kaki kucing.

Disamping makna lugas, banyak kata yang didalam pemakaiannya


memunculkan makna kiasan. Misalnya kata kaki pada kaki tangan dan kaki
gunung.

d. Makna Kontekstual

Makna kontekstual adalah makna yang ditentukan oleh konteks


pemakaiannya (hubungan antara makna ujaran dan dengan situasi tempat ujaran
digunakan). Misalnya bunga adalah bagian tumbuhan yang akan menjadi buah,
berwarna indah, dan biasannya berbau harum.

Namun dalam kalimat sebagai bunga kampus, mahasiswi itu tidak hanya
dijadikan topik pembicaraan dikalangan mahasiswa saja, tetapi juga dikalangan
para dosen.

3. Perubahan Makna Kata

Dalam memilih kata, kita harus waspada karena makna kata itu kerap sekali
berbeda. Perubahan ini dapat meluas atau menyempit, atau kadang-kadang berubah sama
sekali[9]. Misalnya kata “Ibu” dulu hanya mengandung arti “wanita yang telah melahirkan”,
sekarang maknanya menjadi meluas ke “wanita yang sudah dewasa”. Adapun faktor
penyebab perubahan makna adalah sebagai berikut :

a. Kebahasaan
1) Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh
perubahan nada, irama, dan tekanan. Misalnya: kalimat ‘ia makan’ dapat

8 _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta :
Edukasi Pustaka, 2011), hal. 51.
9 _ Ibid, hal. 52.

6
berubah maknanya jika intonasi kalimat diubah ke dalam ‘ia makan?’ atau
‘ia makan!’ atau ‘ia makaaaan’.
2) Perubahan struktur frasa. Misalnya: kaleng susu (kaleng bekas tempat
susu) dan susu kaleng (susu yang dikemas dalam kaleng)
3) Perubahan bentuk kata
b. Kesejarahan

Misalnya: kata perempuan pada zaman Penjajahan Jepang digunakan


untuk menyebut perempuan penghibur. Sekarang orang menggantinya dengan
kata wanita. Kini setelah orang melupakan peristiwa tersebut kata perempuan
kembali digunakan dengan pertimbangan kata tersebut lebih mulia daripada
kata wanita.

c. Kesosialan

Sebelum tahun 1945, kata “gerombolan” berarti kumpulan orang biasa


digunakan. Kemudian, kata ini tidak lagi digunakan karena berkonotasi negatif
dengan pemberontak atau kumpulan orang yang suka berbuat onar.

d. Kejiwaan

Perubahan makna karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh pertimbangan


rasa takut atau kesopanan. Misalnya, kata “utang” diganti dengan “bantuan”
atau “pinjaman”, padahal makna kata “utang” dan bantuan itu berbeda.

e. Bahasa asing

Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya tempat untuk


orang terhormat diganti dengan VIP, jalur khusus bus dengan busway.

C. DIKSI
1. Pengertian Diksi

Dalam Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia (1997:233) disebutkan bahwa diksi
adalah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga
memperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Hal ini senada dengan apa yang
diungkapkan oleh Kridalaksana (1993;44) bahwa diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal
untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam karang
mengarang. Dengan perkataan lain, diksi merupakan seleksi kata-kata untuk
mengekspresikan ide atau gagasan dan perasaan sehingga secara efektif dan tepat di dalam
makna, audiens, dan kejadian[10]

10 _ Eneng Herniti, M.Hum., Sri harini, M.Si., dan Dra. Navilah Abdullah, M.Ag., Bahasa Indonesia, (Yogyakarta :Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), hal.55.

7
Kata yang tepat akan membantu sesorang mengungkapkan dengan tepat apa yang
ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Disamping itu, pemilihan kata itu harus
sesuai dengan situasi dan kondisi penggunaan kataa-kata itu.

Penggunaan ketetapan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa


dalam mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif
yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan efektif kepada pembaca atau
pendengarnya[11]. Maka untuk memilih kata yang tepaat dan benar, sumber referensinya bisa
dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jelaslah bahwa seseorang yang luas kosakatanya dan mengetahui secara tepat batasan-
batasan pengertiannya, akan mengungkapkan pula secara tepat apa yang dimaksudnya[ 12].
Disisi lain mereka yang hanya memperhatikan ketepatan pilihan kata namun tidak
memperhatikan kondisi dsn situasinya dapat juga tidak diterima karena merusak suasana
yang ada. Jadi sebuah kata yang tepat untuk menyatakan maksud tertentu harus mengerti
akan ketepatan kata tersebut dan bagaimana situasi dan kondisinya.

2. Syarat Diksi

Dalam pemilihan kata, ada beberapa hal yang harus diperhatikannya :

a. Ketepatan dan kesesuaian

Ketetapan diksi adalah kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-


gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang
dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pendengar[13]. untuk mengasilkannya
perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :

1) Sinonim, homofon, hommograf, dan homonim


a. Sinonim adalah adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai
makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Contoh : menonton,
melihat, memandang, dan mengawasi.
b. Homofon adalah istilah yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya.
Contoh : bank (BRI) dan bang (bang Doel)
c. Homograf adalah istilah yang sama ejaanya, tetapi berbeda lafalnya.
Contoh : apel (nama buah) dan apel (upacara)
d. Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi
lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homofon, tetapi jika

11 Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta :
Edukasi Pustaka, 2011), hal. 48.
12 _ Dr. Goryz Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum, 2008), hal. 24.
13 _ Eneng Herniti, M.Hum., Sri harini, M.Si., dan Dra. Navilah Abdullah, M.Ag., Bahasa Indonesia, (Yogyakarta :Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), hal.55.

8
yang sama adalah ejaannya maka disebut homograf. Contoh : ke ranjang
(menuju tempat tidur) dan keranjang (alat)[14].
2) Kata Abstrak dan Konkret

Kata abstrak adalah kata yang acuannya sulit diserap oleh pancaindra. Misalnya
perdamaian dan gagasan.

Kata konkret adalah kata yang acuannya dapat diserap oleh panca indera.
Misalnya : rumah, kampus, komputer, meja, dan sebagainya.

Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan


(abstrak) rakyatnya adalah memberikan dana BLT (konkret) kepada yang berhak
menerimanya[15].

3) Kata Umum dan Khusus

Kata umum adalah kata yang acuannya lebih luas. Contoh : ikan.

Kata khusus adalah kata yaang acuannya lebih khusus atau sempit. Contoh :
mujair, gurami, gabus, koi, dan sebagainya.

4) Kata Populer dan Kata Kajian/Ilmiah

Kata populer adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari
masyarakat umum.

Kata kajian/ilmiah adalah kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia

Populer kajian/ilmiah

Wirausaha enterpreneurship
Penggantian konversi
pertanggungjawaban akuntabilitas
ahli pakar/eksper
pembuktian verifikasi

[16]

b. Kebenaran
1) Sesuai dengan kaidah pembentukan kata

14 _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta :
Edukasi Pustaka, 2011), hal. 48.
15 _ Ibid, hal. 48.
16 _ Ibid, hal. 49.

9
a. Luluh (me-/pe + kata dasar berhuruf awal /p/, /t/ /k/ /s/)

me + pakai = memakai
pe + tahap + an = penahapan
me + koreksi = mengoreksi
me + suplai = menyuplai

b. Tetap (me-/pe + kata berhuruf awal /c/, /r/, /l/, /pr/, /tr/, /kl/, /kt/, /st/, /sy/)

me + contoh = mencontoh
pe + rajin = merajin
pe + lepas + an = pelepasan
me + produksi = memproduksi
me + transfer = mentrasfer
me + klarifikasi = mengklarifikasi
me + kritik = mngkritik
me + stater = menstater
me + syarat + kan = mensyaratkan

c. Tambah (me-/pe + kata dasar bersuku kata satu )

me + cat = mengecat
pe + bom = mengebom
me + sah + kan = mengesahkan

d. Tetap ( awalan meN-) + (/a/, /i/, /u/, /e/, /o/)

me + alih + kan = mengalihkan


me + iris = mengiris
me + ubah = mengubah
me + elak = mengelak
me + olah = mengolah

e. Sesuai dengan EYD

Benar Salah
Akselerasi axelerasi
Hipotesis hipotesa
Nasihat nasehat
Grup group
Ijazah ijasah[17]
2) Kecermatan / Kehematan
17 _ Ibid, hal. 49-50.

10
a. Menghemat penggunaan kata bersinonim

Yakni dalam satu kalimat tidak menggunakan kata yang bersinonim.


Contoh : adalah/merupakan, agar/supaya, guna/untuk/demi[18].

b. Ungkapaan Idiomatik

Yakni kontruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya
tidak dapat dihilangkan atau diganti. Contoh : terdiri atas/dari, berbicara
tentang, bergantung pada, baik... maupun, dan bukan... melainkan[19].

c. Bentuk jamak

Benar Salah

banyak kampus banyak kampus-kampus

beberapa ibu beberapa ibu-ibu

para dosen para dosen sekalian[20].

d. Konteks kalimat

Dalam pemilihan kata harus sesuai dengan konteks kalimatnya. Contoh :

o Tiap-tiap mahasiswa diwajibkan membayar uang SPP.


o Masing-masing mengemukakan pendapatnya.
o Mereka pulang ke rumah masing-masing[21].

D. UNSUR SERAPAN

1. Pengertian Kata Serapan


18 _ Ibid, hal. 50.
19 _ Ngalimun Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan Mahmudi, M.pd., Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013), hal. 44-45.
20 _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta :
Edukasi Pustaka, 2011), hal. 50.
21 _ Ibid, hal. 51.

11
Kata serapan merupakan kata dari bahasa asing yang telah diterima
pemakaiannya. Menurut Chear, kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa
daerah atau bahasa yang yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Dilansir dari buku
Bahasa Indonesia Ceria (2021) karya Muhammad Khalidin dkk, penyerapan bahasa
terjadi karena adanya kontak beberapa penutur bahasa yang berbeda. Penyerapan kata
asing ini terjadi melalui audial yang artinya pendengaran, di mana orang Indonesia
yang mendengar akan ikut menirukannya. Bunyi bahasa asing yang keluar
menyesuaikan lidah orang Indonesia, hingga terbentuklah kata serapan.

2. Jenis Kata Serapan

Berdasarkan prosesnya, unsur serapan dibagi menjadi tiga jenis, yakni: Kata yang
diserap utuh ke dalam bahasa Indonesia Kata-kata ini tidak dirasakan lagi sebagai kata
serapan. Contoh, iklan, perlu, hadir, waktu, sekolah, kabar, sirsak, botol, dan
sebagainya.
Kata yang masih terdengar asing Jenis kata serapan ini digunakan dalam konteks
bahasa Indonesia, dan cara pengucapannya masih mengikuti pelafalan bahasa asing.
Misal, check in, door to door, shuttle cock, knock out, time out, dan lain-lain.
Kata-kata untuk kepentingan istilah Ucapan dan ejaan disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia. Perubahan ejaan digunakan seperlunya saja, sehingga masih bisa
dibandingkan dengan bentuk aslinya. Contoh, aku (accu), fase (phase), psikologi
(psychology), komisi (commission), dan sebagainya.

3. Sumber kata serapan terbagi menjadi dua,


a. Sumber internal
Pengayaan bahasa dapat terwujud melalui beberapa hal, seperti
aktivasi kata-kata lama, penciptaan dan pembentukan kata baru, dan
pengakroniman. Contoh aktivasi kata lama, yakni kata baheula dalam bahasa
Sunda, berarti zaman dahulu, dan kata baru, seperti zaman now yang diartikan
sebagai zaman sekarang.
b. Sumber eksternal
Kata serapan berasal dari perluasan bahasa serumpun. Terjadi karena
interaksi sosial dan tingkat intensitas komunikasi antarbahasa lain yang

12
berbeda. Bahasa Indonesia diduga berasal dari perluasan bahasa Arab yang
relatif banyak sekitar 10 sampai 20 persen[22]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

22 Simatupang, Rosmina, dkk. 2022. Analisis Serapan Dalam Bahasa Indonesia Pada Artikel. Jurnal Bahasa dan Sastra
Indonesia.

13
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan
atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat
dipakai dalam berbahasa. Jadi, kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri
sendiri dan memiliki arti sendiri. Misalnya: bunga, rumah, baju, cerdas, pintar, dan
sebagainya.

Dalam Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia (1997:233) disebutkan bahwa


diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan
sehingga memperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Hal ini senada dengan
apa yang diungkapkan oleh Kridalaksana (1993;44) bahwa diksi adalah pilihan kata
dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum
atau dalam karang mengarang. Dengan perkataan lain, diksi merupakan seleksi kata-
kata untuk mengekspresikan ide atau gagasan dan perasaan sehingga secara efektif
dan tepat di dalam makna, audiens, dan kejadian.

Kata yang tepat akan membantu sesorang mengungkapkan dengan tepat apa
yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Disamping itu, pemilihan kata
itu harus sesuai dengan situasi dan kondisi penggunaan kataa-kata itu.
Kata serapan merupakan kata dari bahasa asing yang telah diterima
pemakaiannya. Menurut Chear, kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa
daerah atau bahasa yang yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Dilansir dari buku
Bahasa Indonesia Ceria (2021) karya Muhammad Khalidin dkk, penyerapan bahasa
terjadi karena adanya kontak beberapa penutur bahasa yang berbeda. Penyerapan kata
asing ini terjadi melalui audial yang artinya pendengaran, di mana orang Indonesia
yang mendengar akan ikut menirukannya. Bunyi bahasa asing yang keluar
menyesuaikan lidah orang Indonesia, hingga terbentuklah kata serapan.

DAFTAR PUSTAKA

_ http://goresankertasadres.blogspot.co.id/2015/06/makalah-bahasa-indonesia-jenis-jenis.html pukul 22.00 tanggal 18


Maret 2016

14
_ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta :
Edukasi Pustaka, 2011), hal.46.
_Ibid, hal. 46-47.
_ Dr. Goryz Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum, 2008), hal.21.
_ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta :
Edukasi Pustaka, 2011), hal. 51.
_ http://media-online.id/2014/09/pengertian-makna-kata-dan-jenis-jenisnya.html pukul 21.05 tanggal 20 Maret 2016.
_ Ngalimun Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan Mahmudi, M.pd., Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013), hal. 29.
_ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta :
Edukasi Pustaka, 2011), hal. 51.
_ Ibid, hal. 52.
_ Eneng Herniti, M.Hum., Sri harini, M.Si., dan Dra. Navilah Abdullah, M.Ag., Bahasa Indonesia, (Yogyakarta :Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), hal.55.
Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi
Pustaka, 2011), hal. 48.
_ Dr. Goryz Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum, 2008), hal. 24.
_ Eneng Herniti, M.Hum., Sri harini, M.Si., dan Dra. Navilah Abdullah, M.Ag., Bahasa Indonesia, (Yogyakarta :Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), hal.55.

_ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta :
Edukasi Pustaka, 2011), hal. 48.
_ Ibid, hal. 48.
_ Ibid, hal. 49.
_ Ibid, hal. 49-50.
_ Ibid, hal. 50.
_ Ngalimun Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan Mahmudi, M.pd., Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013), hal. 44-45.
_ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta :
Edukasi Pustaka, 2011), hal. 50.
_ Ibid, hal. 51.

Simatupang, Rosmina, dkk. 2022. Analisis Serapan Dalam Bahasa Indonesia Pada Artikel. Jurnal Bahasa dan Sastra
Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai