Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“TATA KATA DAN DIKSI”

BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAMPUH:

Indra Sahputra, M.Si

DISUSUN OLEH:

NAMA: DENNY ARJUNA P

NIM: 0202231009

PRODI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN 2023/202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Tata Kata dan

Diksi” sebagai tugas dari mata kuliah Bahasa Indonesia.

Makalah ini saya susun dengan bantuan beberapa pihak sehingga dapat
terselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu, saya mengajak pembaca untuk memberikan kritik dan saran
agar makalah ini bisa tersusun lebih sempurna.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi saya khususnya dan
bermanfaat bagi pembaca umumnya.
Medan , 12 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB 1..................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................................2
Latar Belakang................................................................................................................2
Rumusan Masalah..........................................................................................................2
Tujuan............................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
Tata Kata.........................................................................................................................3
Makna Kata.....................................................................................................................7
Diksi...............................................................................................................................10
Istilah……………………………………………………………………………………………………………………………15
BAB III...............................................................................................................................17
Kesimpulan...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah
sampai tertinggi, yaitu kata, frase, klausa, kalimat. Ketika menulis dan berbicara, kata
adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata - kata
dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan
seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata – kata yang digunakan dalam
komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan
menggunkan kata – kata dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah – kaidah
yang benar.
Di dalam istilah berisi kaidah yang mengatur bagaimana menggambarkan
lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana menggambarkan hubungan antara
lambang-lambang itu baik pemisahan atau penggabungan dalam suatu bahasa.
Memang harus diakui, kecenderungan orang semakin mengesampingkan
pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata atau
diksi. Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, penggunaan diksi atau
pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin vital, terutama untuk

menghindari kesalapahaman dalam berkomunikasi. Diksi atau pilihan kata dalam


praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat
juga frase atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi
pembaca atau pendengarnya. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam
berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa
tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata
yang kita pilih.

iv
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan tata kata ?


2. Apa yang dimaksud dengan makna kata ?
3. Apa yang dimaksud dengan diksi ?
4. Apa yang dimaksud dengan istilah ?

C. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan tata kata


2. Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan makna kata
3. Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan diksi
4. Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan istilah

5.
BAB II
PEMBAHASAN

A. TATA KATA

1. Pengertian Tata Kata

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau
dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai
dalam berbahasa. [1] Jadi, kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri
sendiri dan memiliki arti sendiri. Misalnya: bunga, rumah, baju, cerdas, pintar, dan
sebagainya.

v
Sebuah kata dapat mengalami beberapa macam perubahan bentuk. Misalnya,
kata dasar rumah dapat berubah menjadi berumah, perumahan (kata
berimbuhan), rumah-rumah (kata ulang), ruamh makan, rumah sakit (kata
majemuk/gabungan kata). [2]

Kita menyadari bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh


bahasa asing dan bahasa daerah. Kontak bahasa Indonesia tidak dapat dielakan
karena selain bangsa Indonesia memiliki bahasa daerah dalam jumlah yang banyak,
kita juga berhubungan dengan bangsa lain yang memiliki bahasa berbeda-beda pula.
Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh
kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang belum
dimiliki bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing sangat diperlukan karena
tuntutan zaman dan kebutuhan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.[3] Jadi,
dalam era globalisasi seperti ini, kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala
macam kehidupan.

Pemungutan/adopsi kata dari bahasa asing kedalam bahasa Indonesia melaui


beberapa cara :

1. Penyerapan Utuh
Contoh :
bank → bank
hotel → hotel
monitor → monitor
2. Penyerapan Penyesuaian
Contoh :
computer → komputer
univercity → universitas

vi
aplication → aplikasi
3. Penerjemahan
Contoh :
higher education → pendidikan tinggi
network → jaringan kerja
search again → mesin pencari
4. Penerjemahan dan Penyesuaian
Contoh :
survey research → penelitian surval
ready to install → siap menginstal
public opinion → pendapat publik[4]

Jadi dapat disimpulkan, pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu
mengandung makna bahwa tiap kata mengungkapkan sebuah makna, gagasan,
ataupun ide. Kata-kata ibarat “pakaian” yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki
jiwa. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui “jiwa” setiap kata, agar ia dapat
menggerakan orang lain dengan “jiwa” dari kata-kata yang dipergunakannya.[5]

Apabila kita menyadari bahwa kata merupakan alat penyalur gagasan, maka hal
itu semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau
gagasan yang ditangkapnya dan dikuasainya. Sehingga dapat dengan mudah dan
lancar mengadakan komunikasi dengan orang-orang lain, seperti yang kita ketahui,
hanya karena kita tidak cukup memiliki kata atau gagasan, sehingga lawan bicara kita
tidak mengetahui secara jelas apa yang dibicarakannya.

2. Jenis-jenis kata
a. Kata Kerja (Verba)

vii
Kata kerja adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan,
proses, atau keadaan. Contoh : membuat, menonton, makan, minum, dan sebagainya.
b. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat adalah kata yang menjelaskan, mengubah, atau menambah arti suatu
kata benda yang diikutinya hingga menjadi lebih spesifik. Contoh : baju baru, lukisan
indah, rumah mewah, beruang besar, dan sebagainya.
c. Kata Benda (Nomina)
Kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan
konsep atau pengertian. Contoh : murid, burung, kursi, dan batu, rumah, pakaian, dan
sebagainya.
d. Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya benda
(orang, binatang, atau barang) dan konsep. Contoh : satu, kedua, suatu, beberapa,
berbagai, tiap-tiap, semua, sebagian, dan sebagainya.

e. Kata Ganti (Pronomina)


Kata ganti adalah kata yang berfungsi untuk menggantikan orang, benda, atau
sesuatu yang dibedakan. Contoh : aku, , kamu, kita, mereka, ini, itu, sesuatu,
seseorang, siapa, dan sebagainya.
f. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan adalah kata yang memberi keterangan pada kata lainnya.
Contoh : paling, sedikit, banyak, sekarang, lusa, dan sebagainya.
g. Kata Tunjuk (Demonstrative)
Kata tunjuk adalah kata yang dipakai untuk menunjuk atau menandai orang atau
benda secara khusus. Contoh : ini, itu, disana, disitu, berikut, dan sebagainya.
h. Kata Tanya (Intirogativa)
Kata tanya adalah kata yang digunakan untuk menanyakan sesuatu. Contoh : apa,
siapa, kapan, dimana, bagaimana, dan sebagainya.
i. Kata Sandang (Artikula)

viii
Kata sandang adalah kata yang digunakan untuk membatasi kata benda. Contoh :
si dia, si terdakwah, sang Merah Putih, sang mertua, dan sebagainya.
j. Kata Depan (Preposis)
Kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk frasa
preposisional. Contoh : di, ke, dari, bagi, untuk, dalam, guna, pada, oleh, dengan, dan
sebagainya.
k. Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati manusia. Contoh :
aduhai, asyik, Ayo, nah, hai, ah, halo, dan sebagainya.
l. Kata Penghubung (Konjungsi)
Kata penghubung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa, kalimat,
atau aragraph. Contoh : dan, atau,tetapi, sebab, karena, dan sebagainya.
m. Kata Ulang (Reduplikasi)
Kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan. Contoh : mobil-
mobil, gedung-gedung, rumah-rumah, dan sebagainya.

B. MAKNA KATA

1. Pengertiaan Makna Kata

Kata dalam bahasa Indonesia memiliki dua aspek, yaitu aspek bentuk dan aspek
makna. Aspek bentuk merupakan aspek yang dapat kita dengar atau dilihat. Aspek
makna gambaran yang muncul di dalam benak kita sesudah mendengar atau membaca
kata tertentu. [6]

Jadi, makna kata adalah maksud yang terkandung serta tersimpul dari suatu kata.
Contoh sederhananya adalah kata rumah, kata rumah memiliki makna tempat
tinggal. Jadi setiap kata itu selalu terhubung dan saling berkaitan dengan suatu hal,
bisa berkaitan dengan benda, ataupun berkaitan dengan suatu aktifitas, peristiwa,
maupun keadaan.
ix
2. Jenis-jenis Makna Kata

Makna kata sendiri dalam kaidah bahasa Indonesia memiliki beberapa jenis,
secara umum jenis-jenis makna kata adalah sebagai berikut :

a. Makna denotasi-konotasi
Makna kata denotasi adalah kata yang memiliki makna yang sebenarnya atau
sesuai dengan kenyataanya dan tidak memiliki makna ganda. Misalnya tikus itu
telah mati. Kata mati dalam kalimat tersebut hanya memiliki satu arti yang langsung
dan lugas, yaitu tak bernyawa.
Makna kata konotasi adalah kata yang memiliki makna tidak secara langsung atau
lebih pada kiasan. Misalnya : orang berlomba-lomba berebut kursi di senayan.
Kata kursi disini bukan berarti hanya sebuah kursi, tapi lebih
bermakna jabatan atau kedudukan.[7]

Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerja membanting sebuah


tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang merupakan sebuah kata kiasan dan
termasuk golongan kata yang bermakna konotatif. Kata-kata yang dipakai secara
kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut dengan idiom atau
ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna
konotatif. Misalnya : kepala batu, keras kepala, panjang tangan, ringan tangan, dan
sebagainya.[8]

b. Makna Leksial dan Makna gramatikal

Makna leksial/makna kampus adalah makna kata secara lepas tanpa terkait dengan
kata lainnya dalam sebuah struktur bahasa. Misalnya : kata rumah bermakna
“bangunan untuk tempat tinggal”.

x
Makna gramatikal adalah makna baru yang timbul pada suatu kata karena proses
pembentukan kata. Misalnya : kata berumah berarti “mempunyai rumah”.[9]

c. Makna Lugas dan Makna Kiasan

Makna lugas adalah makna yang acuannya cocok dengan makna kata yang
bersangkutan. Misalnya kata kaki pada kaki ayam dan kaki kucing.
Disamping makna lugas, banyak kata yang didalam pemakaiannya memunculkan
makna kiasan. Misalnya kata kaki pada kaki tangan dan kaki gunung.

d. Makna Kontekstual

Makna kontekstual adalah makna yang ditentukan oleh konteks pemakaiannya


(hubungan antara makna ujaran dan dengan situasi tempat ujaran digunakan).
Misalnya bunga adalah bagian tumbuhan yang akan menjadi buah, berwarna indah,
dan biasannya berbau harum.
Namun dalam kalimat sebagai bunga kampus, mahasiswi itu tidak hanya dijadikan
topik pembicaraan dikalangan mahasiswa saja, tetapi juga dikalangan para dosen.

3. Perubahan Makna Kata

Dalam memilih kata, kita harus waspada karena makna kata itu kerap sekali
berbeda. Perubahan ini dapat meluas atau menyempit, atau kadang-kadang berubah
sama sekali.[10] Misalnya kata “Ibu” dulu hanya mengandung arti “wanita yang telah
melahirkan”, sekarang maknanya menjadi meluas ke “wanita yang sudah dewasa”.
Adapun faktor penyebab perubahan makna adalah sebagai berikut :

a. Kebahasaan

xi
1). Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh perubahan nada,
irama, dan tekanan. Misalnya: kalimat ‘ia makan’ dapat berubah maknanya jika intonasi
kalimat diubah ke dalam ‘ia makan?’ atau ‘ia makan!’ atau ‘ia makaaaan’.
2). Perubahan struktur frasa. Misalnya: kaleng susu (kaleng bekas tempat susu) dan susu
kaleng (susu yang dikemas dalam kaleng)
3). Perubahan bentuk kata
b. Kesejarahan
Misalnya: kata perempuan pada zaman Penjajahan Jepang digunakan untuk
menyebut perempuan penghibur. Sekarang orang menggantinya dengan kata wanita.
Kini setelah orang melupakan peristiwa tersebut kata perempuan kembali digunakan
dengan pertimbangan kata tersebut lebih mulia daripada kata wanita.
c. Kesosialan
Sebelum tahun 1945, kata “gerombolan” berarti kumpulan orang biasa digunakan.
Kemudian, kata ini tidak lagi digunakan karena berkonotasi negatif dengan
pemberontak atau kumpulan orang yang suka berbuat onar.
d. Kejiwaan
Perubahan makna karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh pertimbangan rasa takut
atau kesopanan. Misalnya, kata “utang” diganti dengan “bantuan” atau “pinjaman”,
padahal makna kata “utang” dan bantuan itu berbeda.
e. Bahasa asing
Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya tempat untuk orang
terhormat diganti dengan VIP, jalur khusus bus dengan busway.

C. DIKSI

1. Pengertian Diksi

Dalam Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia (1997:233) disebutkan bahwa diksi
adalah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh
efek tertentu (seperti yang diharapkan). Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh

xii
Kridalaksana (1993;44) bahwa diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh
efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam karang mengarang. Dengan perkataan
lain, diksi merupakan seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide atau gagasan dan perasaan
sehingga secara efektif dan tepat di dalam makna, audiens, dan kejadian[11]

Kata yang tepat akan membantu sesorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Disamping itu, pemilihan kata itu harus sesuai
dengan situasi dan kondisi penggunaan kataa-kata itu.
Penggunaan ketetapan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa dalam
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif yang
dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
[12] Maka untuk memilih kata yang tepaat dan benar, sumber referensinya bisa dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia.

Jelaslah bahwa seseorang yang luas kosakatanya dan mengetahui secara tepat
batasan-batasan pengertiannya, akan mengungkapkan pula secara tepat apa yang
dimaksudnya. [13] Disisi lain mereka yang hanya memperhatikan ketepatan pilihan kata
namun tidak memperhatikan kondisi dsn situasinya dapat juga tidak diterima karena
merusak suasana yang ada. Jadi sebuah kata yang tepat untuk menyatakan maksud
tertentu harus mengerti akan ketepatan kata tersebut dan bagaimana situasi dan
kondisinya.

2. Syarat Diksi

Dalam pemilihan kata, ada beberapa hal yang harus diperhatikannya :


e. Ketepatan dan kesesuaian

xiii
Ketetapan diksi adalah kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-
gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang
dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pendengar.[14] untuk mengasilkannya perlu
diperhatikan hal-hal berikut ini :

1) Sinonim, homofon, hommograf, dan homonim


e.a) Sinonim adalah adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna
yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Contoh : menonton, melihat, memandang, dan
mengawasi.
e.b) Homofon adalah istilah yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya. Contoh : bank
(BRI) dan bang (bang Doel)
e.c) Homograf adalah istilah yang sama ejaanya, tetapi berbeda lafalnya. Contoh : apel
(nama buah) dan apel (upacara)
e.d) Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau
ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homofon, tetapi jika yang sama adalah
ejaannya maka disebut homograf. Contoh : ke ranjang (menuju tempat tidur) dan
keranjang (alat).[15]

2) Kata Abstrak dan Konkret


Kata abstrak adalah kata yang acuannya sulit diserap oleh pancaindra. Misalnya
perdamaian dan gagasan.
Kata konkret adalah kata yang acuannya dapat diserap oleh panca indera.
Misalnya : rumah, kampus, komputer, meja, dan sebagainya.
Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan
(abstrak) rakyatnya adalah memberikan dana BLT (konkret) kepada yang berhak
menerimanya.[16]

3) Kata Umum dan Khusus

xiv
Kata umum adalah kata yang acuannya lebih luas. Contoh : ikan.
Kata khusus adalah kata yaang acuannya lebih khusus atau sempit. Contoh : mujair,
gurami, gabus, koi, dan sebagainya.
4) Kata Populer dan Kata Kajian/Ilmiah
Kata populer adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari
masyarakat umum.
Kata kajian/ilmiah adalah kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia.

Populer kajian/ilmiah
Wirausaha enterpreneurship
Penggantian konversi
pertanggungjawaban akuntabilitas
ahli pakar/eksper
pembuktian verifikasi

[17]

f. Kebenaran
1) Sesuai dengan kaidah pembentukan kata
f.a) Luluh (me-/pe + kata dasar berhuruf awal /p/, /t/ /k/ /s/)
me + pakai = memakai
pe + tahap + an = penahapan
me + koreksi = mengoreksi
me + suplai = menyuplai
f.b) Tetap (me-/pe + kata berhuruf awal /c/, /r/, /l/, /pr/, /tr/, /kl/, /kt/, /st/, /sy/)
me + contoh = mencontoh
pe + rajin = merajin
pe + lepas + an = pelepasan

xv
me + produksi = memproduksi
me + transfer = mentrasfer
me + klarifikasi = mengklarifikasi
me + kritik = mngkritik
me + stater = menstater
me + syarat + kan = mensyaratkan
f.c) Tambah (me-/pe + kata dasar bersuku kata satu )
me + cat = mengecat
pe + bom = mengebom
me + sah + kan = mengesahkan
f.d) Tetap ( awalan meN-) + (/a/, /i/, /u/, /e/, /o/)
me + alih + kan = mengalihkan
me + iris = mengiris
me + ubah = mengubah
me + elak = mengelak
me + olah = mengolah
f.e) Sesuai dengan EYD
Benar Salah
akselerasi axelerasi
hipotesis hipotesa
nasihat nasehat
grup group
ijazah ijasah[18]

2) Kecermatan / Kehematan
a) Menghemat penggunaan kata bersinonim
Yakni dalam satu kalimat tidak menggunakan kata yang bersinonim. Contoh :
adalah/merupakan, agar/supaya, guna/untuk/demi.[19]

xvi
b) Ungkapaan Idiomatik
Yakni kontruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat
dihilangkan atau diganti. Contoh : terdiri atas/dari, berbicara tentang, bergantung pada,
baik... maupun, dan bukan... melainkan.[20]

c) Bentuk jamak
Benar Salah
banyak kampus banyak kampus-kampus
beberapa ibu beberapa ibu-ibu
para dosen para dosen sekalian[21]

d) Konteks kalimat
Dalam pemilihan kata harus sesuai dengan konteks kalimatnya. Contoh :
Ø Tiap-tiap mahasiswa diwajibkan membayar uang SPP.
Ø Masing-masing mengemukakan pendapatnya.
Ø Mereka pulang ke rumah masing-masing.[22]

D. ISTILAH

1. Pengertian Istilah
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan
dengan cermat mengungkapkan makna, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.[23] Untuk mencari makna istilah kita bisa
juga mencari di dalam kamus, namun bukan kamus umum melainkan kamus istilah.
Dalam tiap bidang keilmuan memiliki istilah-istilah khusus, seperti dalam bidang biologi,
matematika, pertanian, kehidupan atau kemasyarakatan dan sebagainya.

xvii
2. Persyaratan Istilah yang baik
Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan
kosakata bahasa Indonesia yaitu :
a. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan
konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu,
b. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat diantara pilihan yang
tersedia yang mempunyai rujukan yang sama. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa
yang bernilai rasa (konotasi) baik.
c. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang enak didengar (eufonik)
d. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya menurut kaidah bahasa
Indonesian.[24]

3. Jenis-jenis Istilah
a. Istilah Khusus
Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja.
Misalnya :
Apendektomi Kurtonis
Bipatride Pleistosen
b. Istilah Umum
Istilah umum adalahistilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena dipakai
secara luas menjadi unsur kosakata umum.
Misalnya :
Anggaran belanja Penilaian
Daya Radio
Nikah Takwa[25]

xviii
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

DALAM REALITA YANG ADA, TELAH KITA KETAHUI BERSAMA BAHWA PERBEDAAN ADA
WARNA DARI SEBUAH KEHIDUPAN, MAKA DARI ITU SUDAH BARANG TENTU DAN LAZIM DALAM
REALITA KEHIDUPAN SECARA EFEKTIFITAS MANUSIA SALING BERHUBUNGAN SATU ANTARA
LAINNYA. KATA ADALAH SATUAN BAHASA TERKECIL YANG DAPAT BERDIRI SENDIRI ATAU KATA
ADALAH KUMPULAN DARI BEBERAPA HURUF YANG MENGANDUNG ARTI TERSENDIRI.

Kata dalam bahasa Indonesia memiliki dua aspek, yaitu aspek bentuk dan
aspek makna. Aspek bentuk merupakan aspek yang dapat kita dengar atau dilihat.
Aspek makna gambaran yang muncul di dalam benak kita sesudah mendengar atau
membaca kata tertentu. Dalam memilih kata, kita harus waspada karena makna kata itu
kerap sekali berbeda. Perubahan ini dapat meluas atau menyempit, atau kadang-
kadang berubah sama sekali
Diksi adalah kemampuan penulis untuk mendapatkan kata agar dalam
pembacaan dan pengertiannya tepat.
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai na.ma atau lamabang dan
dengan cermat mengungkapkan makna, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

xix
DAFTAR PUSTAKA

http://goresankertasadres.blogspot.co.id/2015/06/makalah-bahasa-indonesia-jenis-
jenis.html pukul 22.00 tanggal 18 Maret 2016.
Dr. Goryz Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Umum, 2008)
Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk
Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011)
http://media-online.id/2014/09/pengertian-makna-kata-dan-jenis-jenisnya.html
pukul 21.05 tanggal 20 Maret 2016.
Ngalimun Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan Mahmudi,
M.pd., Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja
Pressindo, 2013)
Eneng Herniti, M.Hum., Sri harini, M.Si., dan Dra. Navilah Abdullah, M.Ag.,
Bahasa Indonesia, (Yogyakarta :Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga,
2005)

[1] _ http://goresankertasadres.blogspot.co.id/2015/06/makalah-bahasa-
indonesia-jenis-jenis.html pukul 22.00 tanggal 18 Maret 2016.

[2] _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia :
Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal.46.

[3] _ Ibid, hal. 46.

xx
[4] _Ibid, hal. 46-47.

[5] _ Dr. Goryz Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Umum, 2008), hal.21.

[6] _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia :
Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal. 51.

[7] _ http://media-online.id/2014/09/pengertian-makna-kata-dan-jenis-
jenisnya.html pukul 21.05 tanggal 20 Maret 2016.

[8] _ Ngalimun Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan
Mahmudi, M.pd., Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja
Pressindo, 2013), hal. 29.

[9] _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia :
Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal. 51.

[10] _ Ibid, hal. 52.

[11] _ Eneng Herniti, M.Hum., Sri harini, M.Si., dan Dra. Navilah Abdullah,
M.Ag., Bahasa Indonesia, (Yogyakarta :Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005),
hal.55.

[12] _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia :
Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal. 48.

[13] _ Dr. Goryz Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Umum, 2008), hal. 24.

xxi
[14] _ Eneng Herniti, M.Hum., Sri harini, M.Si., dan Dra. Navilah Abdullah,
M.Ag., Bahasa Indonesia, (Yogyakarta :Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005),
hal.55.

[15] _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia :
Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal. 48.

[16] _ Ibid, hal. 48.

[17] _ Ibid, hal. 49.

[18] _ Ibid, hal. 49-50.

[19] _ Ibid, hal. 50.

[20] _ Ngalimun Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan Mahmudi,
M.pd., Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013),
hal. 44-45.

[21] _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia :
Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal. 50.

[22] _ Ibid, hal. 51.

[23] _ Ngalimun Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan Mahmudi,
M.pd., Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013),
hal. 135.

[24] _ Ibid, hal. 136.

[25] _ Ibid, hal. 135-136.


xxii
xxiii

Anda mungkin juga menyukai