Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

1.
1.
2.
2.

ANALISIS PENDAHULUAN
TUJUAN
Melakukan analisis kualitatif pendahuluan secara sifat organoleptic terhadap sampel yang mengandung senyawa
anorganik.
Menganalisis data yang diperoleh untuk menentukan sifat fisika kelarutan sampel dan uji nyala/ uji mutu.
DASAR TEORI
Kimia Analitik adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai cara - cara penganalisaan zat kimia
yang terdapat didalam suatu sampel yang akan dianalisa baik jenis maupun kadarnya. Dalam bidang kimia analitik,
suatu analisis harus melalui beberapa tahapan seperti pemilihan dan penyiapan sampel (sampling), perlakuan awal
(pretreatment), pemisahan, pengukuran, dan analisis data. Kimia Analitik dibagi
menjadi dua golongan yakni kimia analitik kualitatif dan kimia analitik kuantitatif. Analisa kualitatif mempunyai arti
mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah
satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Definisi dari
analisis kualitatif adalah pemeriksaaan kimiawi tentang jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal
atau campuran beberapa zat (Ir. C.Poliling.1982).
Dalam analisis secara kualitatif tahap awal yang dilakukan adalah uji organoleptis sebagai hipotesis awal
untuk mengetahui kandungan zat dalam suatu sampel. Organoleptik berarti kesan indra atau organ. analisis
organoleptik mencakup aplikasi penglihatan, bau, rasa, sentuhan, dan kadang-kadang bahkan suara. Sampel diamati
sifat-sifat fisik dan kimiawinya dengan beberapa metode analisis pendahuluan, dengan tujuan mendapatkan informasi
awal untuk menduga komponen yang terkandung didalamnya. Pengamatan meliputi sifat fisik seperti bentuk, warna,
bau, pelarut yang sesuai dan warna nyala jika memungkinkan. Perubahan secara fisika dan kimia seperti dalam proses
pelarutan dan pemanasan menjadi pengamatan yang penting dalam analisis pendahuluan. Harus disadari bahwa untuk
melakukan analisa kualitatif yang cepat dan tepat diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai sifat fisis bahanbahan yang dianalisa.
Analisa pendahuluan bersifat dugaan dan hasilnya baru di prediksi tetapi belum pasti (tidak sampai
menghasilkan zat yang diingkan). Pemeriksaan pendahuluan meliputi pengamatan sifat fisik secara organoleptik,
pengamatan bentuk dan warna pada pemanasan, uji kelarutan, dan warna nyala. Pengamatan secara organoleptik
meliputi bentuk, wujud, dan warna dari suatu sampel. Suatu senyawa mempunyai penampakan fisik yang khas baik
dari bentuk maupun warna yang dimiliki. Warna dapat dijadikan sebagai salah satu hipotesis keberadaan salah satu
komponen senyawa kimia. Beberapa senyawa memberikan warna khas, seperti garam Kobalt(II)klorida berwarna
merah jambu, Mangan(II)Sulfat berwarna merah muda pucat, Tembaga(II)sulfat berhidrat berwarna biru, Nikel Sulfat
berwarna hijau, dan sebagainya.
Analisis komponen suatu senyawa umumnya dilakukan dalam bentuk larutan. Dalam tahap selanjutnya dari
analisis pendahuluan adalah uji kelarutan. Kebanyakan senyawa kimia larut pada pelarut tertentu, secara berurutan
sampel dicoba dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Urutan pelarut yang digunakan adalah air, asam klorida encer,
asam kolorida pekat, asam nitrat encer, asam nitrat pekat dan terakhir adalah air raja yang semuanya masing-masing
dalam keadaan dingin dilanjutkan dalam kondisi panas.
Dalam analisis pendahuluan klasik meliputi pula uji mutu boraks, uji nyala dan uji reaksi dengan asam sulfat
encer dan asam sulfat pekat. Pengamatan pada uji mutu boraks dilakukan dengan mengamati pembentukan warna
tertentu suatu senyawa yang melekat pada manik yang dipanaskan. Test pemeriksaan dengan manik boraks
mempunyai prinsip yaitu pengamatan warna nyala sampel pada manik boraks yang dipanasi diatas nyala api oksidasi
dan reduksi baik dalam dingin ataupun panas. Adapun proses dari uji mutu boraks adalah manik boraks dibuat dalam
lingkaran/cincin kecil pada ujung kawat Pt atau Ni/Cr dengan mencelupkan kawat panas dan dibersihkan kedalam
boraks padat, kemudian dipanaskan dalam api Bunsen, didapat manik yang tidak berwarna dan transparan. Kemudian
manik panas dicelupkan ke dalam sampel dan dipanaskan dalam nyala oksidasi Bunsen. Warna manik tersebut
diamati, dalam keaadaan panas dan dingin. Manik tersebut dipanaskan lagi dalam nyala reduksi dan diamati pula
warnanya dalam keadaan panas dan dingin sehingga diperoleh warna yang menunjukkan apakah zat itu mengandung
kation atau anion. Beberapa logam akan membentuk warna yag khas pada manik yang dipanaskan pada nyala. Berikut
penampakan warna-warna unsur setelah identifikasi uji mutu boraks tersaji pada tabel II.

No

Logam

Oksidasi

Reduksi

Panas

Dingin

Panas
Tidak
Berwarna

Dingin

Hijau

Biru
Kuning

Hijau

Hijau

Hijau

Hijau

Hijau

Tidak
Berwarna
Biru

Tidak
berwarna
Biru

Abu-abu

Cu

Fe

Cr

Mn

Violet

Violet

Co

Biru

Ni

Biru
Coklat
Merah

Coklat
Kuning
Kuning
Gelap

Merah

Tabel II. Pemeriksaan dengan Mutiara/maniak Boraks


Uji nyala dengan mengamati warna nyala senyawa yang dipanaskan dengan pembakar Bunsen. Prinsipnya
adalah pengamatan warna nyala yang dihasilkan oleh sampel yang dipanaskan diatas nyala api Bunsen. Beberapa
logam memberikan warna spektrum yang khas apabila dikenakan pada nyala Bunsen. Proses uji nyala ini adalah
sedikit zat (+ 50 mg) diletakkan dalam plat tetes kawat Cr, sebelum digunakan dicelupkan dulu ke dalam HCl pekat
lalu bakar untuk membersihkannya dari kotoran yang menempel lalu celupkan ke dalam sampel kemudian bakar
dalam api oksidasi Bunsen. Nyala Na dapat menutupi nyala unsur lainnya, untuk menanggulanginya dapat dilakukan
dengan melihat nyala melalui kaca kobalt, dimana warna nyala Na diserap sehingga warna unsur lainnya tampak lebih
jelas. Berikut penampakan warna-warna unsur setelah identifikasi uji nyala tersaji pada tabel III.

No

Unsur

Warna Nyala Langsung

1
2
3
4
5
6

Na
K
Ca
Sr
Ba, Mo
Cu, Borat
Pb, As, Sb,
Bi

Kuning Emas
Violet
Merah bata
Merah padam
Hijau kekuningan
Hijau

Warna Nyala melalui


Kaca Kobalt
Merah padam
Hijau terang
Violet
Hijau kebiruan
-

Biru pucat

Tabel III. Pemeriksaan Tes Nyala


Dalam reaksi dengan asam sulfat encer dan asam sulfat pekat mengamati beberapa anion yang diuraikan
oleh asam sulfat menjadi gas-gas yang mudah dikenali. Misal anion karbonat diuraikan oleh asam sulfat encer
menjadi karbon dioksida yang teramati pada percobaan dengan dibebaskannya gas tak berbau dan tak berwarna yang
mengeruhkan air kapur, juga terbentuknya gas CO yang terbakar dengan nyala biru sebagai hasil peruraian formiat
oleh asam sulfat pekat.
3. METODOLOGI
3.1 Alat-Alat :

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Gelas arloji
Gelas kimia
Pipet tetes
Mikroskop
Pengaduk gelas

8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)

Cawan penguapan
Spatula
Lampu spiritus
Kaki tiga
Kassa
Kertas lakmus merah
Kertas lakmus biru
Korek api
Penjepit tabung reaksi

3.2 Bahan :

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)

Pb(NO3)2
Cu(NO3)2.3H2O
Cd(NO3)2.4H2O
FeCl3.6H2O
Cr(NO3)3.9H2O
NiSO4.6H2O
NH4NO3
KNO3
Aquades
H2SO4 encer
H2SO4 pekat
HNO3 encer
HNO3 pekat

3.3
1.
a)
b)

Cara Kerja
Uji Organoleptis
Amati warna dari tiap garam yang tersedia. Bahan (sampel) tetap dalam tempat/ wadahnya. Catat data pengamatan.
Amati bentuk beberapa garam dengan menggunakan mata telanjang. Ambil dalam jumlah secukupnya (sepucuk
spatula), tempatkan pada gelas arloji, lakukan pengamatan bentuk dengan mata telanjang.
c) Sampel yang sudah digunakan tidak boleh dibuang, melainkan disimpan untuk pengujian selanjutnya
2. Uji Pemanasan
a) Garam Tembaga(II) sulfat berhidrat diambil dalam jumlah yang sedikit (seujung sendok spatula) kemudian diletakkan
kedalam cawan penguapan. Warna sebelum pemanasan diamati dan dicatat.
b) Garam dalam cawan penguapan kemudian dipanaskan diatas nyala api spiritus. Warna setelah pemanasan
diamati,dicatat dan dibandingkan dengan warna sebelum pemanasan.
c) Prosedur yang sama juga dilakukan untuk semua garam yang tersedia. Dicatat data pengamatan
3. Uji Kelarutan
a) Garam diambil dalam jumlah yang sedikit (seujung sendok spatula), kemudian dimasukkan keadalam tabung reaksi.
b) Kemudian ditambahkan pelarut pertama, yakni air dalam kondisi dingin dan larutan diaduk dengan menggunakan
sendok pengaduk untuk membantu proses pelarutan.
c) Apabila garam belum juga larut, maka tabung reaksi yang berisi garam dan air dingin dijepitkan kepada penjepit
tabung reaksi dan dipanaskan diatas nyala api spiritus. Larutan diaduk dengan menggunakan sendok pengaduk untuk
membantu proses pelarutan.
d) Apabila garam belum juga dapat larut maka sampel garam tersebut diambil kembali dalam jumlah yang sama,
diletakkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan H 2SO4 encer dalam keadaan dingin. Larutan H2SO4 encer
dan sampel diaduk dengan menggunakan sendok pengaduk untuk memudahkan proses pelarutan.
e) Dan apabila sampel garam juga belum larut maka tabung reaksi berisi larutan H 2SO4encer dan sampel dijepitkan pada
penjepit tabung dan dipanaskan diatas nyala api spiritus. Larutan diaduk dengan menggunakan sendok pengaduk
untuk memudahkan proses pelarutan
f) Jika sampel belum juga larut, maka pelarut diganti dengan pelarut lain yaitu HCl encer. Jika ternyata garam belum
juga larut, dilanjutkan pada urutan pelarut selanjutnya hingga diperoleh pelarut yang sesuai. Proses pelarutan
dihentikan jika garam telah larut dengan homogen. Hasil pengamatan dicatat.
4. Uji terhadap Nyala
a) Mencelupkan kawat nikrom atau platina yang telah bersih ke dalam larutan HCl pekat.
b) Setelah dimasukkan HCl kemudian disentuhkan ke dalam zat yang akan diidentifikasi. Masukkan kedalam nyala pada
daerah oksidasi bawah.
c) Amati dan catat warna nyala yang terlihat
5. Uji terhadap Gas
1) Perlakuan zat dengan H2SO4 encer
a. dimasukkan sesendok kecil zat yang diselidiki (bila padat). Atau 2 ml zat bila berbentuk cairan.
b. Ditambahkan 2ml H2SO4 encer , dipanaskan bila tidak segera terjadi gas.
c. Diamati bau gas dan sifat-sifatnya dengan diberi perlakuan jika gas tidak berbau sepotong kayu pijar dimasukkan
kedalam tabung reaksi. Jika gas berbau keras di uji dengan lakmus basah(biru) diletakkan di spatula kemudian di
dekatkan di tabung reaksi.
d. Hasil pengamatan dicatat
2) Perlakuan zat dengan H2SO4 pekat
a. Dimasukkan sesendok kecil zat yang diselidiki (bila padat). Atau 2 ml zat bila berbentuk cairan.
b. Ditambahkan 2ml H2SO4 pekat tetap dalam keadaan dingin
c. Diamati bau gas dan sifat-sifatnya. Jika gas berbau keras di uji dengan lakmus basah (biru) diletakkan di spatula
kemudian di dekatkan di tabung reaksi.
d. Hasil pengamatan dicatat
4.
1.

DATA DAN ANALISIS DATA PERCOBAAN


Uji Organoleptis (uji warna dan bentuk zat pada suhu kamar)

No

Nama Zat/ rumus

Warna zat

Bentuk zat

Cd(NO3)2.4H2O

Tidak berwarna

Padatan kristal

2
3
4
5
6
7
8

1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.

8.

2.

Cadmium nitrate tetrahidrat


Cu(NO3)2.3H2O
Cuper (ii) nitrat trihidrat
FeCl3.6H2O
Besi (III) klorida heksahidrat
KNO3
Kalium nitrat
NH4NO3
Ammonium nitrat
Pb(NO3)2
Timbal nitrat
Cr(NO3)3.9H2O
NiSO4.6H2O
Nikel (ii) sulfat tetrahidrat

biru

Padatan kristal

Kuning kecoklatan

Padatan leleh

putih

Padatan serbuk

Tidak berwarna

Padatan kristal

Hitam

Padatan kristal
serbuk
Padatan kristal

Hijau

Padatan kristal

Putih

Uji organoleptis merupakan uji pendahuluan pada tahap kering. Uji kering ini dilakukan dengan
menggunakan indera penglihatan. Pada dasarnya senyawa mempunyai bentuk dan warna khas yang bisa berasal dari
kation atau anion yang terkandung di dalamnya. Atau bisa juga dikarenakan oleh bias cahaya kerena adanya molekul
air terhisrat dalam senyawa. Selain bentuk dan rupa beberapa senyawa juga mempunyai bau yang khas atau sifat
yang lain sebagai identitas senyawa tersebut. Berdasarkan table pengamatan diatas dapat dijelaskan beberapa
identifikasi yang telah diperoleh.
Senyawa Cd(NO3)2.4H2O memiliki bentuk berupa padatan kristal yang tak berwarna dan juga tidak mengeluarkan bau.
Senyawa Cu(NO3)2.3H2O memiliki bentuk berupa padatan kristal yang berwarna biru. Senyawa ini mengeluarkan bau
khas. Saat sampel diambil dan diletakkan diluar wadah, sampel tetap berbentuk padatan kristal berwarna biru dan
tidak menyerap molekul air (anhigroskopik)
Senyawa FeCl3.6H2O memiliki bentuk berupa padatan kristal berwarna orange dan berbau menyengat. Mampu
menyerap air saat diletakkan di luar wadah (higroskopis) sehingga tampak seperti cair.
Senyawa KNO3 memiliki bentuk berupa padatan serbuk yang berwarna putih.
Senyawa NH4NO3 memiliki bentuk berupa padatan kristal yang tak berwarna. Senyawa ini tidak berbau dan bersifat
tidak menyerap air (anhigroskopik).
Senyawa Pb(NO3)2 memiliki bentuk berupa serbuk kristal yang berwana putih dan memberikan bau yang
menusuk. Bersifat tidak menyerap air saat diletakkan di luar wadah (anhigroskopik)
Senyawa Cr(NO3)3.9H2O memiliki bentuk berupa padatan kristal yang berwarna hitam. Senyawa ini tidak berbau dan
bersifat anhigroskopik karena saat sampel diambil dan diletakkan diluar wadah, sampel tetap berbentuk padatan dan
tidak menyerap molekul air.
Senyawa NiSO4.6H2O memiliki bentuk berupa kristal yang berwarna hijau. Senyawa ini berbau dan jika diletakkan di
luar wadah tidak menyerap air (anhigroskopik)
Uji Pemanasan

No
1
2
3
4
5

Nama Zat/ rumus


Cd(NO3)2.4H2O
Cadmium nitrate tetrahidrat
Cu(NO3)2.3H2O
Cuper (ii) nitrat trihidrat
FeCl3.6H2O
Besi (III) klorida heksahidrat
KNO3
Kalium nitrat
NH4NO3

Warna keadaan
dingin

Warna keadaan
panas

Tidak berwarna

Tidak berwarna

biru

Hijau tosca

Kuning kecoklatan

Orange kecoklatan

putih

Putih

Tidak berwarna

Tidak berwarna

Ammonium nitrat
Pb(NO3)2
Timbal nitrat
Cr(NO3)3.9H2O
NiSO4.6H2O
Nikel (ii) sulfat tetrahidrat

6
7
8

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

3.

Putih

Putih

Hitam

Hijau kehitaman

Hijau

Hijau tosca

Beberapa garam terhidrat memiliki warna khas pada penampakannya. Misalnya saja Cu(NO 3)2.3H2O memberikan
penampakan warna biru. Pada saat dipanaskan, molekul air pada garam tersebut akan lepas sebab sebenarnya
molekul air pada senyawa garam tidak terikat secara chemistry tetapi hanya terikat secara fisik. Artinya molekul air
hanya mengisi kisi-kisi pada senyawa garam tersebut. Beberapa senyawa garam akan menampilkan warna yang
berbeda setelah molekul air terlepas akibat proses pemanasan, tetapi ada juga yang tidak mengalami perubahan
warna dan ada pula yag mengalami perubahan warna tapi sebatas pemudaran warna.
Pemanasan Cd(NO3)2.4H2O
Sebelum pemanasan garam Cd(NO3)2.4H2O tidak berwarna. Setelah proses pemanasan dilakukan warna garam tidak
berubah tetap tak berwarna. Meskipun garam ini merupakan garam terhidrat yang akan melepas air saat dipanaskan
namun warna garam tetap tidak berubah.
Pemanasan Cu(NO3)2.3H2O
Sebelum pemanasan garam Cu(NO3)2.3H2O memiliki warna biru tua, setelah pemanasan dilakukan warna garam
menjadi hijau tosca. Hal ini menandakan bahwa molekul air pada garam ini lepas akibat dari pemanasan.
Pemanasan FeCl3.6H2O
Sebelum pemanasan garam FeCl3.6H2O memiliki warna orange yang terlihat cair karena adanya molekul air. Setelah
pemanasan warna garam berubah menjadi orange kecoklatan yang menandakan bahwa molekul air dalam garam ini
lepas akibat dari pemanasan yang dilakukan. Bentuk garam FeCl 3.6H2O yang terlihat seperti cair dikarenakan adanya
molekul air yang mengisi kisi-kisi molekul FeCl3.6H2O.
Pemanasan KNO3
Sebelum pemanasan garam KNO3 memiliki warna putih dan setelah dipanaskan warna garam tetap putih. Hal ini
dikarenakan tidak adanya molekul air di dalam senyawa ini sehingga warna garam tetap dalam keadaan dingin
maupun panas.
Pemanasan NH4NO3
Sebelum pemanasan garam NH4NO3 tidak berwarna dan setelah pemanasan warna garam tetap tidak berwarna. Hal ini
dikarenakan tidak adanya molekul air di dalam senyawa ini sehingga warna garam tetap dalam keadaan dingin
maupun panas.
Pemanasan Pb(NO3)2
Sebelum pemanasan garam Pb(NO3)2 berwarna putih dan setelah pemanasan garam ini tetap berwarna putih. Hal ini
dikarenakan tidak adanya molekul air di dalam senyawa ini sehingga warna garam tetap dalam keadaan dingin
maupun panas.
Pemanasan Cr(NO3)3.9H2O
Sebelum pemanasan warna garam Cr(NO3)3.9H2O ini adalah hitam. Setelah pemanasan berubah warna menjadi hijau
kehitaman. Hal tersebut terjadi karena adanya molekul air yang terkandung dalam senyawa lepas akibat dari
pemanasan yang dilakukan.
Pemanasan NiSO4.6H2O
Sebelum pemanasan garam NiSO4.6H2O berwarna hijau toska dengan bentuk padatan kristal. Setelah proses
pemanasan dilakukan warna garam berubah menjadi kuning dengan bentuk tetap padatan. Perubahan ini dikarenakan
terlepasnya molekul air pada garam NiSO4. Penampakan warna hijau toska pada NiSO 4.xH2O yang didapat oleh mata
disebabkan oleh adanya molekul air terhidrat pada garam tersebut. Air dapat membiaskan cahaya yang diterima
olehnya. Begitu pula pada saat cahaya memancar dan mengenai senyawa NiSO 4.6H2O, molekul air pada kisi-kisi garam
akan membiaskan cahaya tampak sehingga serapan cahaya oleh garam NiSO 4.6H2O tidak lagi menunjukkan warna
hijau muda melainkan warna hijau toska.
Uji Nyala

No
1
2

Garam
Cd(NO3)2.4H2O
Cu(NO3)2.3H2O

Warna nyala
Hijau
Hijau

3
4
5
6
7
8

FeCl3.6H2O
KNO3
NH4NO3
Pb(NO3)2
Cr(NO3)3.9H2O
NiSO4.6H2O

Biru
Ungu
Hijau
Putih
Kuning
Kuning

Besarnya energy yang diserap atau yang dipancarkan oleh setiap atom unsur logam yang khas. Hal ini dapat
ditunjukkan dari warna nyala atom-atom logam yang mampu menyerap radiasi cahaya di daerah sinar tampak. Warna
nyala berbagia atom unsur logam telah disajikan melalui table hasil uji nyala diatas.
4.

Uji Kelarutan

No

Air

Garam

D
1
2
3
4
5
6
7
8

Cd(NO3)2.4H2O
Cadmium nitrate
tetrahidrat
Cu(NO3)2.3H2O
Cuper (ii) nitrat trihidrat
FeCl3.6H2O
Besi (III) klorida
heksahidrat
KNO3
Kalium nitrat
NH4NO3
Ammonium nitrat
Pb(NO3)2
Timbal nitrat
Cr(NO3)3.9H2O
NiSO4.6H2O
Nikel (ii) sulfat
tetrahidrat

HNO3
P

HCl
D

Air raja
d

Sesuai data penelitian garam-garam diatas dikategorikan sebagai berikut dalam kemampuan melarutnya:
Semua garam nitrat mudah larut dalam air [Cd(NO 3)2.4H2O, Cu(NO3)2.3H2O, KNO3, NH4NO3, Pb(NO3)2, dan
Cr(NO3)3.9H2O]
Garam sulfat pada umumnya mudah larut termasuk NiSO 4.
Garam klorida umumnya mudah larut temasuk FeCl3
Pelarut yang disediakan pada uji ini telah disesuaikan dengan kekuatannya dalam melarutkan. Adapun
urutan tersebut adalah air, HCl encer, HCl pekat, HNO 3 encer, HNO3pekat dan terkahir adalah air raja ( air regia). Air
raja atau air regia adalah campuran antara larutan HCl pekat dan larutan HNO 3 pekat dengan perbandingan 3 : 1.
Pelarut tersebut diurutkan berdasarkan kekuatan asamnya dimana urutan tersebut dari yang lemah hingga
yang kuat. Semakin kuat sifat asam maka semakin mudah melepaskan ion H +. Dimana ion H+ berperan dalam
membuat kutub-kutub pada senyawa garam semakin polar dan dapat mempermudah membentuk ikatan dengan
molekul air pada pelarut yang merupakan senyawa polar. Kondisi pelarutan dibuat berbeda yakni dari dingin kemudin
dipanaskan. Tujuan pemanasan ini untuk membantu proses pelarutan agar lebih cepat.

5.

Uji Gas
a. H2SO4 encer

No

Nama Zat

1
2
3
4
5
6

Cd(NO3)2.4H2O
Cu(NO3)2.3H2O
FeCl3.6H2O
KNO3
NH4NO3
Pb(NO3)2

Cr(NO3)3.9H2O

NiSO4.6H2O

H2SO4 encer
berbau
Tidak berbau

Kayu pijar

Lakmus basah

Bara api padam


Bara api padam
Bara api padam
Bara api padam
Bara api padam
Bara api padam
Bara api
semakin
menyala
Tidak
berubah
warna

b. H2SO4 pekat

No

Nama Zat

1
2
3
4
5
6
7

Cd(NO3)2.4H2O
Cu(NO3)2.3H2O
FeCl3.6H2O
KNO3
NH4NO3
Pb(NO3)2
Cr(NO3)3.9H2O

NiSO4.6H2O

H2SO4 pekat
berbau
Tidak berbau

Lakmus basah

Berubah merah

Tidak berubah
warna

a.
1.

H2SO4 encer
garam Cd(NO3)2.4H2O
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H 2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga
dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung
reaksi bara api yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO 2 dalam garam ini ketika
dipanaskan.

2.

garam Cu(NO3)2.3H2O
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H 2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga
dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung
reaksi bara api yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO 2 dalam garam ini ketika
dipanaskan.

3.

Garam FeCl3.6H2O
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H 2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga
dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung
reaksi bara api yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas Cl 2 dalam garam ini ketika
dipanaskan.

4.

Garam KNO3
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H 2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga
dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung

reaksi bara api yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO 2 dalam garam ini ketika
dipanaskan.
5.

Garam NH4NO3
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H 2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga
dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung
reaksi bara api yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO 2 dalam garam ini ketika
dipanaskan.

6.

garam Pb(NO3)2
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H 2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga
dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung
reaksi bara api yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO 2 dalam garam ini ketika
dipanaskan.

7.

garam Cr(NO3)3.9H2O
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H 2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga
dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung
reaksi bara api yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO 2 dalam garam ini ketika
dipanaskan.

8.

garam NiSO4.6H2O
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H 2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga
dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang berbau tajam akibat adanya kandungan sulfur di dalamnya. Hal ini
menunjukkan adanya gas SO2 yang terkandung dalam garam. Saat lakmus biru basah dimasukkan dalam tabung reaksi
kertas lakmus tetap dan tidak berubah warna. Hal ini menunjukkan adanya gas NO 2 dalam garam ini ketika
dipanaskan.

b.
1.

H2SO4 pekat
garam Cd(NO3)2.4H2O
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H 2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian
muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan adanya gas NO 2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan
H2SO4 pekat.

2.

garam Cu(NO3)2.3H2O
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H 2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian
muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan adanya gas NO 2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan
H2SO4 pekat.

3.

Garam FeCl3.6H2O
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H 2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian
muncul asap putih dan berbau menyengat. Hal ini menunjukkan adanya gas Cl 2 dalam garam ini ketika direaksikan
dengan H2SO4 pekat. Ketika lakmus basah ditempelkan pada mulut tabung menggunakan spatula dan mengenai gas
yang timbul dari reaksi garam dan H 2SO4 pekat lakmus berubah menjadi merah. Hal ini menunjukkan bahwa gas yang
keluar bersifat asam.

4.

Garam KNO3
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H 2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian
muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan adanya gas NO 2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan
H2SO4 pekat.

5.

Garam NH4NO3
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H 2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian
muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan adanya gas NO 2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan
H2SO4 pekat.

6.

garam Pb(NO3)2
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H 2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian
muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan adanya gas NO 2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan
H2SO4 pekat.

7.

garam Cr(NO3)3.9H2O
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H 2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian
muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan adanya gas NO 2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan
H2SO4 pekat.

8.

garam NiSO4.6H2O
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H 2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian
muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan adanya gas SO 2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan
H2SO4 pekat.

7.
1.

KESIMPULAN
uji organoleptis
dari kedelapan sampel garam setiap garam mempunyai bentuk dan warna yang berbeda. Beberapa garam lebih
dominan dengan bentuk padatan Kristal dan yang satunya berbentuk padatan serbuk. Warna garam pada suhu kamar
juga berbeda-beda tergantung kelimpahan di alam.
Uji pemanasan
Dapat diketahui beberapa garam yang akan berubah ketika dilakukan pemanasan. Terutama pada garam terhidrat
(sampel 1, 2, 3, dan 7) yang akan melepas molekul airnya ketika dipanaskan sehingga warna garam bisa berubah.
Sedangkan garam anhidrat tidak menunjukkan perubahan warna ketika dipanaskan.
Uji nyala
Nyala logam yang berbeda-beda ditunjukkan oleh data penilitian. Sehingga bisa disimpulkan nyala logam akan timbul
ketika mampu menyerap radiasi cahaya di daerah sinar tampak.
Uji kelarutan
Dari kedelapan sampel semuanya larut dalam pelarut pertama yaitu air.
Sampel 1, 2, 4, 5, 6, dan 7 dapat larut dalam air karena merupakan garam nitrat. Semua garam nitrat dapat larut
dalam air.
Sampel 3 dapat larut dalam air karena merupakan garam klorida yang mudah larut dalam air
Sampel 8 dapat larut dalam air karena merupakan garam sulfat yang mudah larut dalam air.
Uji gas dengan H2SO4
Dari kedelapan sampel tersebut dapat diidentifikasi terdapat ion-ion non logam di dalamnya
Sampel 1, 2, 4, 5, 6, 7 mengandung ion nitrat (NO3- )
Sampel 3 mengandung ion klorida (Cl-)
Sampel 8 mengandung ion sulfat (SO42-)

2.

3.

4.

5.

8.

DAFTAR RUJUKAN

Ibnu, Drs. Sodiq. M.Si,dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang : Tim Penerbit Universitas Negeri Malang
KBK KIMIA ANALITIK. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Dasar. Malang : Tim Penerbit Universitas Negeri Malang
I Wayan Sugiata. BALE BANJAR KIMIA UNDIKSHA. sugiantozone.blospot.com/2010/03/identifikasi-kation-dengan-uji-nyala.html?
m=1 diakses pada tanggal 07 september 2014 pukul 22.03

Anda mungkin juga menyukai