Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK DASAR


PERCOBAAN KE I
Kamis, 5 September 2013

Analisis Pendahuluan

Dina Agustina/120331420985

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2013

ANALISIS PENDAHULUAN
DASAR TEORI
Kimia Analitik adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai cara - cara
penganalisaan zat kimia yang terdapat didalam suatu sampel yang akan dianalisa baik jenis
maupun kadarnya. Dalam bidang kimia analitik, suatu analisis harus melalui beberapa tahapan
seperti pemilihan dan penyiapan sampel (sampling), perlakuan awal (pretreatment), pemisahan,
pengukuran, dan analisis data. Kimia Analitik dibagi menjadi dua golongan yakni kimia analitik
kualitatif dan kimia analitik kuantitatif. Analisa kualitatif mempunyai arti mendeteksi keberadaan
suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu
cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam
larutan. Definisi dari analisis kualitatif adalah pemeriksaaan kimiawi tentang jenis unsur atau ion
yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran beberapa zat (Ir. C.Poliling.1982). Dalam
analisis secara kualitatif tahap awal yang dilakukan adalah uji organoleptis sebagai hipotesis
awal untuk mengetahui kandungan zat dalam suatu sampel. Organoleptik berarti kesan indra atau
organ. analisis organoleptik mencakup aplikasi penglihatan, bau, rasa, sentuhan, dan kadangkadang bahkan suara. Sampel diamati sifat-sifat fisik dan kimiawinya dengan beberapa metode
analisis pendahuluan, dengan tujuan mendapatkan informasi awal untuk menduga komponen
yang terkandung didalamnya. Pengamatan meliputi sifat fisik seperti bentuk, warna, bau, pelarut
yang sesuai dan warna nyala jika memungkinkan. Perubahan secara fisika dan kimia seperti
dalam proses pelarutan dan pemanasan menjadi pengamatan yang penting dalam analisis
pendahuluan. Harus disadari bahwa untuk melakukan analisa kualitatif yang cepat dan tepat
diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai sifat fisis bahan-bahan yang dianalisa.
Pengetahuan ini sangat diperlukan dalam manarik kesimpulan yang tepat. Data tentang sifat-sifat
fisis ini dapat ditemukan dalam suatu Hand Book, misalnya dalam Physical and Chemical Data
Hand Book.
Analisa pendahuluan bersifat dugaan dan hasilnya baru di prediksi tetapi belum pasti
(tidak sampai menghasilkan zat yang diingkan). Pemeriksaan pendahuluan meliputi pengamatan
sifat fisik secara organoleptik, pengamatan bentuk dan warna pada pemanasan, uji kelarutan, dan
warna nyala. Pengamatan secara organoleptik meliputi bentuk, wujud, dan warna dari suatu
sampel. Suatu senyawa mempunyai penampakan fisik yang khas baik dari bentuk maupun warna
yang dimiliki. Warna dapat dijadikan sebagai salah satu hipotesis keberadaan salah satu
komponen senyawa kimia. Beberapa senyawa memberikan warna khas, seperti garam
Kobalt(II)klorida berwarna merah jambu, Mangan(II)Sulfat berwarna merah muda pucat,
Tembaga(II)sulfat berhidrat berwarna biru, Nikel Sulfat berwarna hijau, dan sebagainya.
Beberapa senyawa dapat mengalami perubahan warna dan bentuk karena pemanasan seperti
terlihat pada Tabel I.
No

Warna mula-mula

Warna pada pemanasan

Zat

1
2
3
4
5
6
7

Biru
Hijau
Hijau
Hijau
Kuning
Merah Karmin
Merah Muda

Putih
Coklat
Hitam
Hitam
Hitam
Biru
Ungu Muda

CuSO4.5H2O
CuCl2.2H2O
CuBr2.2H2O
Cu(NO3)2.2H2O
FeCl3.6H2O
CoCl2.6H2O
CoSO4.7H2O

8
Ungu Muda
Putih Kekuningan
KF4(SO4)2.12H2O
Tabel 1. Zat yang Mengalami Peruraian dan Perubahan Warna pada Pemanasan
Analisis komponen suatu senyawa umumnya dilakukan dalam bentuk larutan. Dalam
tahap selanjutnya dari analisis pendahuluan adalah uji kelarutan. Kebanyakan senyawa kimia
larut pada pelarut tertentu, secara berurutan sampel dicoba dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.
Urutan pelarut yang digunakan adalah air, asam klorida encer, asam kolorida pekat, asam nitrat
encer, asam nitrat pekat dan terakhir adalah air raja yang semuanya masing-masing dalam
keadaan dingin dilanjutkan dalam kondisi panas.
Dalam analisis pendahuluan klasik meliputi pula uji mutu boraks, uji nyala dan uji reaksi
dengan asam sulfat encer dan asam sulfat pekat. Pengamatan pada uji mutu boraks dilakukan
dengan mengamati pembentukan warna tertentu suatu senyawa yang melekat pada manik yang
dipanaskan. Test pemeriksaan dengan manik boraks mempunyai prinsip yaitu pengamatan warna
nyala sampel pada manik boraks yang dipanasi diatas nyala api oksidasi dan reduksi baik dalam
dingin ataupun panas. Adapun proses dari uji mutu boraks adalah manik boraks dibuat dalam
lingkaran/cincin kecil pada ujung kawat Pt atau Ni/Cr dengan mencelupkan kawat panas dan
dibersihkan kedalam boraks padat, kemudian dipanaskan dalam api Bunsen, didapat manik yang
tidak berwarna dan transparan. Kemudian manik panas dicelupkan ke dalam sampel dan
dipanaskan dalam nyala oksidasi Bunsen. Warna manik tersebut diamati, dalam keaadaan panas
dan dingin. Manik tersebut dipanaskan lagi dalam nyala reduksi dan diamati pula warnanya
dalam keadaan panas dan dingin sehingga diperoleh warna yang menunjukkan apakah zat itu
mengandung kation atau anion. Beberapa logam akan membentuk warna yag khas pada manik
yang dipanaskan pada nyala. Berikut penampakan warna-warna unsur setelah identifikasi uji
mutu boraks tersaji pada tabel II.
No

Logam

Oksidasi

Panas
Dingin
1
Cu
Hijau
Biru
2
Fe
Coklat Kuning
Kuning
3
Cr
Kuning Gelap
Hijau
4
Mn
Violet
Violet
5
Co
Biru
Biru
6
Ni
Coklat Merah
Tabel II. Pemeriksaan dengan Mutiara/maniak Boraks

Reduksi
Panas
Tidak Berwarna
Hijau
Hijau
Tidak Berwarna
Biru
-

Dingin
Merah
Hijau
Hijau
Tidak berwarna
Biru
Abu-abu

Uji nyala dengan mengamati warna nyala senyawa yang dipanaskan dengan pembakar
Bunsen. Prinsipnya adalah pengamatan warna nyala yang dihasilkan oleh sampel yang
dipanaskan diatas nyala api Bunsen, baik secara langsung atau melalui kaca kobal. Warna api
akan berubah bila reaksi yang terjadi dalam analisis ini. Beberapa logam memberikan warna
spektrum yang khas apabila dikenakan pada nyala Bunsen. Proses uji nyala ini adalah sedikit zat
(+ 50 mg) diletakkan dalam plat tetes, kawat Pt atau Ni/Cr, sebelum digunakan dicelupkan dulu
ke dalam HCl pekat lalu bakar untuk membersihkannya dari kotoran yang menempel lalu
celupkan ke dalam sampel kemudian bakar dalam api oksidasi Bunsen. Nyala Na dapat menutupi
nyala unsur lainnya, untuk menanggulanginya dapat dilakukan dengan melihat nyala melalui
kaca kobalt, dimana warna nyala Na diserap sehingga warna unsur lainnya tampak lebih jelas.
Berikut penampakan warna-warna unsur setelah identifikasi uji nyala tersaji pada tabel III.

No

Unsur

Warna Nyala Langsung

1
Na
Kuning Emas
2
K
Violet
3
Ca
Merah bata
4
Sr
Merah padam
5
Ba, Mo
Hijau kekuningan
6
Cu, Borat
Hijau
7
Pb, As, Sb, Bi
Biru pucat
Tabel III. Pemeriksaan Tes Nyala

Warna Nyala melalui Kaca


Kobalt
Merah padam
Hijau terang
Violet
Hijau kebiruan
-

Dalam reaksi dengan asam sulfat encer dan asam sulfat pekat mengamati beberapa anion
yang diuraikan oleh asam sulfat menjadi gas-gas yang mudah dikenali. Misal anion karbonat
diuraikan oleh asam sulfat encer menjadi karbon dioksida yang teramati pada percobaan dengan
dibebaskannya gas tak berbau dan tak berwarna yang mengeruhkan air kapur, juga terbentuknya
gas CO yang terbakar dengan nyala biru sebagai hasil peruraian formiat oleh asam sulfat pekat.
TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
melakukan analisis pendahuluan untuk analisis kualitatif pada tingkat makro.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Gelas arloji
Gelas kimia
Pipet tetes
Mikroskop
Pengaduk gelas
Cawan penguapan
Spatula
Lampu spiritus
Kaki tiga
Kassa
Kertas lakmus merah
Kertas lakmus biru
Kertas saring
Korek api
Penjepit tabung reaksi
Bahan :
AgNO3

Hg(I)NO3
PbNO3
CuSO4.5H2O
Cd(NO3)2
Bi(NO3)3
FeCl3
Cr(NO3)3
CoCl2.6H2O
NiSO4.xH2O
Ba(NO3)2
Ca(NO3)2
NH4NO3
Aquades
HCl encer
HCl pekat
HNO3 encer
HNO3 pekat
Air raja
NaOH

LANGKAH KERJA
1. Uji Organoleptis
Beberapa sampel yang ingin diuji dipersiapkan untuk diamati
Sampel diamati warnanya dengan mata telanjang. Sampel tetap didalam
wadah. Hasil pengamatan warna dari sampel dengan mata telanjang
dicatat
Sampel diambil dalam jumlah yang sedikit (sepucuk spatula). Kemudian
diletakkan dalam gelas arloji. Sampel yang ada didalam gelas arloji
diamati dan diteliti bentuknya dengan mata telanjang. Hasil pengamatan
bentuk sampel dengan mata telanjang dicatat
Beberapa sampel diambil untuk dilihat bentuknya dengan bantuan
mikroskop (yaitu, garam dari perak, tembaga, kadmium, besi(III),
kromium, kobalt dan nikel). Pengambilan sampel dilakukan dengan hatihati. Sampel diambil dalam jumlah yang sedikit dengan menggunakan
spatula yang berbeda tiap sampel. Penggunaan spatula tidak boleh
dicampur. Hasil pengamatan bentuk dengan mikrospkop dicatat
Selanjutnya setiap sampel dideteksi bau yang dimiliki dengan cara
mengkibas-kibaskan tangan kepada sampel dan tidak boleh mencium
secara langsung. Hasil pengamatan dicatat

Sampel yang sudah digunakan tidak boleh dibuang, melainkan disimpan


untuk pengujian selanjutnya
Hasil pengamatan bentuk dengan mata telanjang dan hasil pengamatan
bentuk dengan bantuan mikroskop dibandingkan.
2. Uji Pemanasan
Garam Tembaga(II)sulfat berhidrat diambil dalam jumlah yang sedikit
(seujung sendok spatula) kemudian diletakkan kedalam cawan penguapan.
Warna sebelum pemanasan diamati dan dicatat.
Garam dalam cawan penguapan kemudian dipanaskan diatas nyala api
spiritus. Warna setelah pemasan diamati,dicatat dan dibandingkan dengan
warna sebelum pemanasan.
Prosedur yang sama juga dilakukan untuk sampel berupa garam kobalt
klorida dan nikel sulfat.
3. Uji Kelarutan
Garam diambil dalam jumlah yang sedikit (seujung sendok spatula),
kemudian dimasukkan keadalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan pelarut pertama, yakni air dalam kondisi dingin
dan larutan diaduk dengan menggunakan sendok pengaduk untuk
membantu proses pelarutan.
Apabila garam belum juga larut, maka tabung reaksi yang berisi garam
dan air dingin dijepitkan kepada penjepit tabung reaksi dan dipanaskan
diatas nyala api spiritus. Larutan diaduk dengan menggunakan sendok
pengaduk untuk membantu proses pelarutan.
Apabila garam belum juga dapat larut maka sampel garam tersebut
diambil kembali dalam jumlah yang sama, diletakkan kedalam tabung
reaksi dan ditambahkan larutan HCl encer dalam keadaan dingin. Larutan
HCl encer dan sampel diaduk dengan menggunakan sendok pengaduk
untuk memudahkan proses pelarutan.
Dan apabila sampel garam juga belum larut maka tabung reaksi berisi
larutan HCl encer dan sampel dijepitkan pada penjepit tabung dan
dipanaskan diatas nyala api spiritus. Larutan diaduk dengan menggunakan
sendok pengaduk untuk memudahkan proses pelarutan
Jika sampel belum juga larut, maka pelarut diganti dengan pelarut lain
yang urutannya adalah HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat, dan air raja
dimana semua pelarut mula-mula melarutkan dalam kondisi dingin dan
kondisi panas jika ternyata garam belum juga larut. Pelarut harus sesuai
dengan urutan. Tidak boleh dilompat ataupun dilewati. Proses pelarutan
dihentikan jika garam telah larut dengan homogen.
Hasil pengamatan dicatat.
4. Uji terhadap ion Amonium

Garam diambil dalam jumlah yang sedikit (seujung sendok spatula)


kemudian diletakkan kedalam tabung reaksi.
Larutan NaOH ( 3 mL) ditambahkan kedalam tabung reaksi. Larutkan
garam dengan larutan NaOH. Aduk dengan menggunakan sendok
pengaduk.
Kemudian tabung reaksi dijepitkan pada penjepit tabung reaksi dan
dipanaskan diatas nyala api. Tabung reaksi sedikit dimiringkan.
Apabila terdapat gas yang dihasilkan pada proses pemanasan, maka gas
diuji sifatnya dengan kertas lakmus.
Kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru secara bergiliran di letakkan
di ujung lubang tabung reaksi tepat ketika gas yang terbentuk hendak
keluar dari lubang rabung reaksi.
Perubahan pada kertas lakmus diamati dan dicatat.

DATA DAN ANALISIS DATA PERCOBAAN


1. Uji Organoleptis
Bentuk dilihat dari :
No
Sampel
Warna
Mata
mikroskop
telanjang
Kristal besar
1

AgNO3

Tidak berwarna

Kristal

Hg(I)NO3

Kuning

Kristal padat

PbNO3

Putih

Kristal serbuk

Sifat lain

Beracun, merusak
lingkungan
Beracun, membahayakan
lingkungan
Kristal

CuSO4.5H2O

Biru

Kristal padat

Berbau khas

5
6

Cd(NO3)2
Bi(NO3)3

Kristal padat
Kristal halus

FeCl3

Tidak berwarna
Putih
Kuning
kecoklatan

Cr(NO3)3

Hitam

Kristal

CoCl2.6H2O

Merah kecoklatan

Serbuk

Tidak berbau
Berbau
Mudah terbakar,
menyengat, hidroskopis
Mudah terbakar, tidak
berbau
Berbau khas

Padat leleh

Kristal

10

NiSO4.xH2O

Hijau

Kristal

11

Ba(NO3)2

Putih

Kristal

12

Ca(NO3)2

Tidak berwarna

Kristal

13

NH4NO3

Tidak berwarna

Kristal

Merusak
lingkungan,berbau

Tidak berbau
Mudah terbakar,tidak
berbau
Mudah terbakar,tidak
berbau

2. Uji Pemanasan
No

Sampel

1
2
3

CuSO.5H2O
CoCl2.6H2O
NiSO4.xH2O

Warna
Sebelum pemanasan
Biru
Merah marun
Hijau toska

Sesudah pemasan
Putih
Ungu pucat
Hijau muda

3. Uji Kelarutan
No

Sampel

Air
d

AgNO3

Hg(I)NO3

Na2CO3

CuSO4.5H2O

Cd(NO3)2

Bi(NO3)2

FeCl3

Cr(NO3)2

CoCl2.6H2O

HCl encer
P

Urutan Pelarut
HNO3
HCl pekat
encer
D
p
D
p

HNO3
pekat
d
p

Air raja
d

10

NiSO4.xH2O

11

Ba(NO3)2

12

Ca(NO3)2

13

NH4NO3

No
1
2

4. Uji terhadap ion amonium


Gas yang dihasilkan diuji dengan :
Sampel
Kertas lakmus merah
Kertas lakmus biru
Amonium nitrat +
Biru
Biru
larutan NaOH
Barium nitrat +
Merah
Biru
larutan NaOH

Kesimpulan
Mengandung ion NH4+
Tidak mengandung ion
NH4+

DISKUSI
1. Uji organoleptis
Beberapa senyawa memberikan bentuk dan warna khas pada
tampakannya. Warna ini bisa berasal dari kation atau anion maupun dari bias
cahaya karena adanya molekul air terhidrat didalam kristal senyawa tersebut.
Selain itu beberapa senyawa juga memiliki bau yang khas dan sifat lain yang
menunjukkan identifikasi senyawa tersebut. Berikut hasil pengamatan fisik dari
beberapa bahan yang sudah diketahui dan hendak diuji.
1. Senyawa AgNO3 memiliki bentuk berupa kristal tidak berwarna
yang apabila diamati oleh mikroskop kristal senyawa tersebut
berbentuk runcingan-runcingan seperti kaca yang runcing.
Senyawa AgNO3 bersifat anhigroskopik karena saat sampel
diambil dan diletakkan diluar wadah, sampel tetap berbentuk
serbuk padat tak berwarna dan tidak menyerap molekul air.
2. Senyawa Hg(I)NO3 memiliki bentuk berupa padatan kristal yang
berwarna kuning. Bau dari senyawa ini menusuk. Bersifat
anhigroskopik karena saat sampel diambil dan diletakkan diluar
wadah, sampel tetap berbentuk padatan berwarna kuning dan
tidak menyerap molekul air. Sifat lain dari senyawa ini adalah
beracun dan dapat merusak lingkungan yang tercantum di wadah
senyawa tersebut.
3. Senyawa Pb(NO3)2 memiliki bentuk berupa serbuk kristal
berwana putih dan memberikan bau yang menusuk. Bersifat
anhigroskopik karena saat sampel diambil dan diletakkan diluar
wadah, sampel tetap berbentuk serbuk kristal berwarna putih dan
tidak menyerap molekul air. Sifat lain dari senyawa ini adalah

beracun dan dapat merusak lingkungan yang tercantum di wadah


senyawa tersebut.
4. Senyawa CuSO4.5H2O memiliki bentuk berupa padatan kristal
yang apabila diamati dibawah mikroskop menunjukkn kristal
besar yang berwarna biru. Senyawa ini memiliki penampakan
warna yang menarik yakni warna biru dan mengeluarkan bau
khas. Bersifat anhigroskopik karena saat sampel diambil dan
diletakkan diluar wadah, sampel tetap berbentuk padatan kristal
berwarna biru dan tidak menyerap molekul air.
5. Senyawa Cd(NO3)2 memiliki bentuk berupa padatan kristal tak
berwarna dan tidak mengeluarkan bau. Bersifat anhigroskopik
karena saat sampel diambil dan diletakkan diluar wadah, sampel
tetap berbentuk padatan krisral tak berwarna dan tidak menyerap
molekul air.
6. Senyawa Bi(NO3)2 memiliki bentuk berupa serbuk kristal yang
berwarna putih dan berbau. Bersifat anhigroskopik karena saat
sampel diambil dan diletakkan diluar wadah, sampel tetap
berbentuk serbuk kristal berwarna putih dan tidak menyerap
molekul air.
7. Senyawa FeCl3 memiliki bentuk berupa padatan kristal berwarna
kuning dan berbau menyengat. Bersifat higroskopis karena saat
sampel berada di letakkan diluar wadah, senyawa ini menyerap
molekul air sehingga penampakan FeCl3 seolah-olah cair. Sifat
lain dari senyawa ini adalah mudah terbakar yang tercantum di
wadah senyawa tersebut.
8. Senyawa Cr(NO3)2 memiliki bentuk berupa padatan kristal
berwarna hitam. Senyawa ini tidak berbau dan bersifat
anhigroskopik karena saat sampel diambil dan diletakkan diluar
wadah, sampel tetap berbentuk padatan dan tidak menyerap
molekul air. Sifat lain dari senyawa ini adalah mudah terbakar
yang tercantum di wadah senyawa tersebut.
9. Senyawa CoCl2.6H2O memiliki bentuk berupa serbuk kristal
berwarna merah coklat. Senyawa ini berbau khas dan bersifat
anhigroskopik karena saat sampel diambil dan diletakkan diluar
wadah, sampel tetap berbentuk padatan dan tidak menyerap
molekul air.
10. Senyawa NiSO4.xH2O memiliki bentuk berupa kristal yang
apabila diamati dengan mikroskop kristal tersebut berupa kristal
kecil runcing dan berwarna hijau. Senyawa ini berbau dan
bersifat anhigroskopik karena saat sampel diambil dan diletakkan
diluar wadah, sampel tetap berbentuk padatan dan tidak

menyerap molekur air. Sifat lain dari senyawa ini adalah dapat
merusak lingkungan yang tercantum di wadah senyawa tersebut.
11. Senyawa Ba(NO3)2 memiliki bentuk berupa kristal berwarna
putih. Senyawa ini tidak berbau dan bersifat anhigroskopik
karena saat sampel diambil dan diletakkan diluar wadah, sampel
tetap berbentuk padatan dan tidak menyerap molekur air.
12. Senyawa Ca(NO3)2 memilki bentuk berupa padatan kristal tak
berwarna. Senyawa ini tidak berbau dan bersifat anhigroskopik
karena saat sampel diambil dan diletakkan diluar wadah, sampel
tetap berbentuk padatan dan tidak menyerap molekur air. Sifat
lain dari senyawa ini adalah mudah terbakar yang tercantum di
wadah senyawa tersebut.
13. Senyawa NH4NO3 memiliki bentuk berupa padatan kristal tak
berwarna. Senyawa ini tidak berbau dan bersifat anhigroskopik
karena saat sampel diambil dan diletakkan diluar wadah, sampel
tetap berbentuk padatan dan tidak menyerap molekur air. Sifat
lain dari senyawa ini adalah mudah terbakar yang tercantum di
wadah senyawa tersebut.
2. Uji pemanasan
Beberapa garam terhidrat memiliki warna khas pada penampakannya.
Misalnya saja CuSO4.5H2O memberikan penampakan warna biru. Pada saat
dipanaskan, molekul air pada garam tersebut akan lepas sebab sebenarnya
molekul air pada senyawa garam tidak terikat secara chemistry tetapi hanya
terikat secara fisik. Artinya molekul air hanya mengisi kisi-kisi pada senyawa
garam tersebut. Beberapa senyawa garam akan menampilkan warna yang berbeda
setelah molekul air terlepas akibat proses pemanasan, tetapi ada juga yang tidak
mengalami perubahan warna dan ada pula yag mengalami perubahan warna tapi
sebatas pemudaran warna.
1. Pemanasan CuSO4.5H2O
Sebelum pemanasan garam CuSO4.5H2O berwarna biru dengan bentuk
padatan kristal. Setelah proses pemanasan dilakukan warna garam berubah
menjadi putih dengan bentuk tetap padatan. Perubahan ini dikarenakan
terlepasnya molekul air pada garam CuSO4. Sebenarnya, warna asal dari
garam CuSO4 itu sendiri adalah putih. Itu sebabnya, setelah pemanasan
berlangsung dan molekul H2O terlepas dari kisi-kisi garam CuSO 4, garam
kembali menjadi putih. Penampakan warna biru pada CuSO4.5H2O yang
didapat oleh mata disebabkan oleh adanya molekul air terhidrat pada
garam tersebut. Air dapat membiaskan cahaya yang diterima olehnya.
Begitu pula pada saat cahaya memancar dan mengenai senyawa
CuSO4.5H2O, molekul air pada kisi-kisi garam akan membiaskan cahaya
tampak sehingga serapan cahaya oleh garam CuSO4.5H2O tidak lagi
menunjukkan warna putih melainkan warna biru.
2. Pemanasan CoCl2.6H2O

Sebelum pemanasan garam CoCl2.6H2O berwarna merah marun dengan


bentuk padatan kristal. Setelah proses pemanasan dilakukan warna garam
berubah menjadi ungu pekat dengan bentuk tetap padatan. Perubahan ini
dikarenakan terlepasnya molekul air pada garam CoCl 2. Sebenarnya,
warna asal dari garam CoCl2 itu sendiri adalah ungu pekat. Itu sebabnya,
setelah pemanasan berlangsung dan molekul H 2O terlepas dari kisi-kisi
garam CoCl2, garam kembali menjadi ungu pekat. Penampakan warna
merah marun pada CoCl2.6H2O yang didapat oleh mata disebabkan oleh
adanya molekul air terhidrat pada garam tersebut. Air dapat membiaskan
cahaya yang diterima olehnya. Begitu pula pada saat cahaya memancar
dan mengenai senyawa CoCl2.6H2O, molekul air pada kisi-kisi garam akan
membiaskan cahaya tampak sehingga serapan cahaya oleh garam
CoCl2.6H2O tidak lagi menunjukkan warna ungu pekat melainkan warna
merah marun.
3. Pemanasan NiSO4.xH2O
Sebelum pemanasan garam NiSO4.xH2O berwarna hijau toska dengan
bentuk padatan kristal. Setelah proses pemanasan dilakukan warna garam
berubah menjadi hijau muda dengan bentuk tetap padatan. Perubahan ini
dikarenakan terlepasnya molekul air pada garam NiSO 4. Sebenarnya,
warna asal dari garam NiSO4 itu sendiri adalah hijau toska. Itu sebabnya,
setelah pemanasan berlangsung dan molekul H 2O terlepas dari kisi-kisi
garam NiSO4, garam kembali menjadi hijau muda. Penampakan warna
hijau toska pada NiSO4.xH2O yang didapat oleh mata disebabkan oleh
adanya molekul air terhidrat pada garam tersebut. Air dapat membiaskan
cahaya yang diterima olehnya. Begitu pula pada saat cahaya memancar
dan mengenai senyawa NiSO4.xH2O, molekul air pada kisi-kisi garam
akan membiaskan cahaya tampak sehingga serapan cahaya oleh garam
NiSO4.xH2O tidak lagi menunjukkan warna hijau muda melainkan warna
hijau toska.
3. Uji kelarutan
Pelarut yang disediakan pada uji ini telah disesuaikan dengan kekuatannya
dalam melarutkan. Adapun urutan tersebut adalah air, HCl encer, HCl pekat,
HNO3 encer, HNO3 pekat dan terkahir adalah air raja ( air regia). Air raja atau air
regia adalah campuran antara larutan HCl pekat dan larutan HNO3 pekat dengan
perbandingan 3 : 1. Urutan ini tidak boleh dilompati atau diacak sebab pelarut
tersebut telah disusun berdasarkan kekuatan melarutkannya. Melarut artinya
memutus ikatan yang ada antar molekul zat yang akan dilarutkan dan membentuk
ikatan baru antar molekul pelarut dan zat yang akan dilarutkan. Pelarut tersebut
diurutkan berdasarkan kekuatan asamnya dimana urutan tersebut dari yang lemah
hingga yang kuat. Semakin kuat sifat asam maka semakin mudah melepaskan ion
H+. Dimana ion H+ berperan dalam membuat kutub-kutub pada senyawa garam
semakin polar dan dapat mempermudah membentuk ikatan dengan molekul air

pada pelarut yang merupakan senyawa polar. Kondisi pelarutan dibuat berbeda
yakni dari dingin kemudin dipanaskan. Tujuan pemanasan ini untuk membantu
proses pelarutan agar lebih cepat sebab beberapa senyawa dapat larut pada pelarut
X namun butuh proses yang lama. Untuk mempercepat proses tersebut agar
proses identifikasi dapat cepat terlihat maka perlu bantuan dari luar yakni adanya
energi bantuan berupa energi panas. Sesuai teori kelarutan, suhu dapat
memperbesar harga kelarutan. Dari data hasil penelitian dapat dilihat bahwa :

Semua garam nitrat mudah larut dalam air [ AgNO 3 , Cd(NO3)2 ,


Cr(NO3)2 , Ba(NO3)2 , Ca(NO3)2 dan NH4NO3 ] kecuali beberapa
garam, diantaranya Hg2(NO3)2 dan Bi(NO3)2. Penyimpangan pada
Bi(NO3)2 disebabkan oleh sifat dari Bi yang amfoter sehingga
senyawaannya pun memiliki anomali. Sedangkan untuk Hg2(NO3)2
dikarenakan pada hakikatnya garam dari Hg memang cukup sukar
larut.

Garam karbonat pada umumnya sukar larut kecuali Na2CO3 .

Garam sulfat pada umumnya mudah larut termasuk CuSO4 dan


NiSO4.

Garam klorida umumnya mudah larut temasuk FeCl3 dan CoCl2.

4. Uji terhadap ion amonium


Prinsip dari analisis ini adalah, sampel yang hendak diuji direaksikan
dengan larutan basa, misal NaOH, kemudian larutan dibuat homogen dan
dipanaskan pada nyala api. Apabila sampel mengandung ion NH4+ maka gas yang
terbentuk akan membirukan kertas lakmus merah.
Pada hasil pengamatan didapat fakta bahwa senyawa amonium nitrat
setelah dilakukan uji ion amonium membirukan kertas lakmus merah. Ini
menunjukkan bahwa amonium nitrat positif mengandung ion amonium dan sesuai
dengan fakta. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

Pada saat amonium nitrat direaksikan dengan larutan NaOH maka


terjadi reaksi :
NH4NO3 (aq) + NaOH (aq) NH4OH (aq) + NaNO3 (aq)
Larutan basa NH4OH merupakan basa tak stabil yang segera akan
terurai menjadi :
NH4OH (aq) NH3 (g) + H2O (l)

Ketika larutan dipanaskan, maka gas NH3 akan semakin banyak


yang terbentuk dan keluar menuju lubang tabung reaksi. Dan
apabila ditangkap oleh kertas lakmus merah, maka kertas lakmus
merah akan berubah warna menjadi biru.
Namun pada senyawa Ba(NO3)2 setelah dilakukan uji ion amonium tidak
membirukan kertas lakmus merah ataupun memerahkan kertas lakmus biru. Ini
menunjukkan bahwa Ba(NO3)2 tidak mengandung ion amonium dan sesuai fakta.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

Pada saat Ba(NO3)2 direaksikan dengan NaOH maka terjadi


reaksi :
Ba(NO3)2 (aq) + NaOH (aq) Ba(OH)2 (aq) + NaNO3 (aq)

Pada saat larutan dipanaskan maka larutan Ba(OH)2 maupun larutan


NaNO3 tidak ada yang terdekomposisi maupun berubah fase menjadi gas karena
keduanya merupakan senyawa ionik yang membutuhkan energi sangat besar
untuk memutus gaya antar molekulnya. Akibatnya hanya molekul H2O (pelarut)
lah yang menguap menjadi gas dan tertangkap oleh kertas lakmus merah dan
kertas lakmus biru. Itu sebabnya pada uji senyawa Ba(NO3)2 tidak terjadi
perubahan warna pada kertas lakmus merah maupun kertas lakmus biru
dikarenakan H2O tidak bersifat asam maupun basa.

DAFTAR RUJUKAN
Ibnu, Drs. Sodiq. M.Si,dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang : Tim Penerbit Universitas Negeri
Malang
Neena Zakia,S.Si., M.Si, dkk. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Dasar. Malang : Tim Penerbit
Universitas Negeri Malang
Yova yuvitasari. GARAM GARAM TERHIDRASI.
http://yovayuvitasari.blogspot.com/2012/11/garam-terhidrasi.html diakses pada tanggal 11-092013 pukul 16.57

Anda mungkin juga menyukai