Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS DASAR

PERCOBAAN 1
PENGAMATAN UJI PENDAHULUAN

Disusun Oleh :

Nama : Aprian Dwiatama


NPM : 10060318025
Shift/Kelompok : A/5
Tanggal Percobaan : 11 Februari 2019
Tanggal Pengumpulan : 18 Februari 2019
Nama Asisten : Siti Hardianti, S. Farm., Apt.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT A


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2019 M / 1440 H
PERCOBAAN 1
PENGAMATAN UJI PENDAHULUAN

I. Tujuan Percobaan
1.1 Mengetahui warna, bentuk, dan bau beberapa zat padat.
1.2 Mengetahui warna, kental atau encer, dan bau beberapa zat cair.
1.3 Mengetahui warna nyala kation Na+, K+, Ca2+, Ba2+, Sr2+, dan Pb2+.

II. Teori Dasar


Analisa dapat diartikan sebagai usaha pemisahan suatu kesatuan bahan
menjadi senyawa-senyawa penyusun yang kemudian dapat dipakai sebagai data
untuk menetapkan komposisi dari bahan tersebut. Analisis kimia dapat
digolongkan menjadi dua bagian, yaitu analisis kimia kualitatif dan analisis
kimia kuantitatif (Underwood, 1989: 1-2).
Analisis kimia kualitatif adalah analisis kimia untuk menentukan
susunan atau komposisi dari suatu bahan, seperti jenis-jenis unsur, ion (kation
atau anion), radikal, gugus fungsi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam
suatu sampel yang akan dianalisis (Underwood, 1989: 3).
Cara identifikasi untuk analisis kualitatif ada dua cara, yaitu:
1. Cara Kering
Yakni reaksi uji tanpa melarutkan sampel. Reaksi ini terdapat
beberapa macam jenis, diantaranya:
a. Uji Manik Posfat
Digunakan garam mikroskomik, natrium ammonium hidrogen
posfat tetrahidrat, manik tembus cahaya tidak berwarna
mengandung natrium metafosfat (Svehla, 1979).
b. Uji Pemanasan
Yaitu teknik dengan cara zat disimpan dalam sebuah tabung
pengapian yang dibuat dari pipa kaca lunak dan dipanasi dalam
sebuah nyala Bunsen (Svehla, 1979).
c. Uji Manik
Natrium karbonat, manik natrium karbonat disiapkan dengan
melelehkan sedikit natrium karbonat pada lingkaran kawat platina
dalam nyala Bunsen diperoleh pantulan kecil tak tembus cahaya.
Jika dibasahi maka akan dibenamkan dalam kalium nitrat dan sedikit
mangan sehingga terbentuk manik hijau natrium permanganat
(Svehla, 1979).
d. Uji Pipa Tiup
Suatu nyala oksidasi diperoleh dengan memegang mulut pipa
dengan pipa itu kira-kira sepertiga ke dalam nyala dan meniup
dengan lebih kuat dalam arah sejajar dengan puncak pembakar
(Svehla, 1979).
e. Uji Manik Borak
Manik dan zat yang menempel mula-mula dipanasi dalam nyala
mereduksi bawah, dibiarkan dingin dan warnanya diamati.
Kemudian dipanasi dalam nyala mengoksid bawah, biarkan dingin
dan warnanya diamati lagi (Svehla, 1979).
f. Uji Nyala
Temperatur yang terendah adalah pada dasar nyala, ini
dimanfaatkan untuk menguji zat atsiri untuk menetapkan apakah
mereka ikut memberi warna pada nyala. Bagian terpanas nyala
adalah pada zona pelelehan dan dimanfaatkan untuk menguji
kedapat-lelehan zat. Zona mengoksid bawah dapat digunakan untuk
mengoksid zat-zat terlarut. Zona mengoksid atas terdiri dari ujung
tak terang dari nyala, disini terdapat sangat berlebihan oksigen dan
tidak sepanas zona mengoksid bawah. Zona mereduksi atas adalah
ujung kerucut biru dalam dan kaya akan karbon yang dapat memijar.
Zona mereduksi bawah terletak dalam pinggir dalam dari selubung
di sebelah kerucut biru dan disinilah gas-gas pereduksi bercampur
dengan oksigen (Svehla, 1979).
2. Cara Basah
Uji-uji dibuat dengan cara zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi
diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan dengan
pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Untuk reaksi basah
berkaitan dengan penggolongan kation (Svehla, 1979). Analisa
kualitatif dapat ditentukan dengan cara pemeriksaan pendahuluan terdiri
dari pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan secara kering, dan tes
pendahuluan untuk anion dengan menggunakan H2SO4 encer atau pekat,
pemeriksaan ion logam (kation) dalam larutan, dan pemeriksaan anion
dalam larutan (Khopkar, 1990).
Uji organoleptis merupakan cara pengujian dengan menggunakan
indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap
produk dan pengamatan dilakukan terhadap bentuk, warna, dan bau (Haryadi,
1990).

III. Alat dan Bahan


Pereaksi yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah HCl pekat,
Al2(SO4)3, Al2O3, AgNO3, BaCl2, CaCl2, FeSO4, FeCl3, NiSO4, MgSO4,
K2CrO4, Pb(CH3COO)2, K2Cr2O7, Na2S2O3, NaOH, amoniak, aseton, dietil
eter, etanol, kloroform, etil asetat, asam klorida, asam sulfat, asam nitrat, dan
asam asetat.
Peralatan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah kaca arloji,
kawat Ni-Krom, pembakar Bunsen, dan tabung reaksi.

IV. Prosedur Kerja


4.1 Organoleptis
Diletakkan sedikit zat pada kaca arloji dan jika zat yang akan
diperiksa itu berbentuk cairan, maka dimasukkan sedikit zat cair
tersebut ke dalam tabung reaksi lalu diamati warna, bentuk kristal, dan
bau setiap senyawa yang akan diperiksa.
4.2 Reaksi Uji Nyala
Dicelupkan kawat Ni-Krom ke dalam HCl pekat, lalu dibakar pada
nyala api oksidasi hingga tidak timbul warna nyala. Ditotolkan kawat
Ni-Krom yang sudah dibakar tersebut dengan padatan atau zat yang
akan diperiksa. Kemudian dibakar kembali pada nyala api oksidasi dan
diamati warna nyala yang terjadi.

V. Hasil Pengamatan
5.1 Organoleptis
No. Zat Padat Bentuk Kristal Warna Bau
1. Al2(SO4)3 Kristal bubuk Transparan Asam
2. Al2O3 Serbuk halus Putih Tidak berbau
3. AgNO3 Kristal bubuk Transparan Tidak berbau
4. BaCl2 Kristal bubuk Putih Garam
5. CaCl2 Kristal Transparan Asam
6. CuSO4 Kristal Biru Tidak berbau
7. FeSO4 Kristal bubuk Putih-hijau Asam
8. FeCl3 Cair encer Kuning Tidak berbau
9. NiSO4 Kristal bubuk Hijau Asam
10. MgSO4 Kristal bubuk Putih Garam
11. Pb(CH3COO)2 Kristal Putih Berbau
12. K2CrO4 Serbuk Kuning Tidak berbau
13. K2Cr2O7 Serbuk Jingga Tidak berbau
14. Na2S2O3 Kristal Transparan Menyengat
15. NaOH Kristal Putih Tidak berbau

No. Zat Cair Kental/encer Warna Bau


1. Amoniak Encer Bening Pesing
2. Aseton Encer Bening Cuka
3. Dietil eter Encer Bening Karet
4. Etanol Encer Bening Khas
5. Kloroform Encer Bening Karet
6. Etil asetat Encer Bening-kuning
7. Asam klorida Encer Bening-kuning
8. Asam sulfat Encer Bening
9. Asam nitrat Encer Bening
10. Asam asetat Encer Bening

5.2 Reaksi Uji Nyala


No. Zat Warna Nyala
1. Na+ Jingga
2. K+ Jingga
3. Ca2+ Jingga
4. Ba2+ Kuning
5. Sr2+ Merah muda
6. Pb2+ Jingga-kebiruan

VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian organoleptis dimana
percobaan ini dilakukan dengan menggunakan panca indera manusia mulai dari
melihat tekstur zat, mencium bau zat, dan melihat warna suatu zat.
Pada zat padat yang kami teliti dan zat cair yang kami teliti juga ada
yang berbeda bila dibandingkan dengan MSDS, diantaranya larutan Al2(SO4)3
saat kami teliti terlihat bentuk kristal seperti bubuk, namun seharusnya
bentuknya kristal, dan larutan FeCl3 saat kami teliti bentuknya cair encer,
namun menurut (Farmakope, 1979: 659) bentuk dari FeCl3 yaitu hablur atau
serbuk hablur.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor
penyimpanan zat di vial yang tidak rapat sehingga mempengaruhi zat yang
tersimpan di dalam vial dimana vial harus kedap udara dan bisa menjaga zat
tetap di dalamnya.
Pada uji analisa kualitatif digunakan dua macam uji, diantaranya uji
reaksi kering dan uji reaksi basah. Yang kami lakukan yaitu salah satu uji reaksi
kering yaitu uji nyala kation dimana dilakukan dengan cara mencelupkan kawat
Ni-Krom ke dalam larutan HCl pekat. Hal ini dilakukan agar tidak ada zat yang
menempel di kawat Ni-Krom sehingga mudah dalam mengidentifikasinya. Zat
yang akan diperiksa yaitu natrium, kalium, kalsium, barium, stronsium, dan
timbal. Dipilihnya zat-zat ini dikarenakan zat ini mampu menunjukkan warna
yang spesifik.
Warna nyala yang didapatkan yaitu natrium berwarna jingga, kelium
berwarna jingga, kalsium berwarna jingga, barium berwarna kuning, stronsium
berwarna merah muda, dan timbal berwarna jingga kebiruan. Dari hasil
pengamatan, ada yang belum sesuai dengan literatur. Pada natrium seharusnya
warna kuning, kalium berwarna ungu, barium berwarna hijau, dan timbal
berwarna biru-keabuan.
Hal ini bisa terjadi dikarenakan pada saat melihat warna nyala ada
kesalahan, tidak membakar kawat Ni-Krom di nyala oksidasi, kawat Ni-Krom
belum bersih saat dicelupkan ke dalam HCl pekat. Warna yang berbeda-beda
dikarenakan adanya perbedaan jumlah elektron yang dimiliki tiap atom energi
pada saat proses pemanasan.

VII. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan kali ini, yaitu:
1. Warna yang terbentuk dari zat padat adalah ada yang putih. Biru
kuning, jingga, dan lain-lain. Bentuknya pun berbentuk kristal.
2. Tekstur yang terbentuk dari zat cair adalah encer dan warna yang
terbentuk adalah bening.
3. Warna nyala api kation, diantaranya natrium warna kuning, kalium
warna ungu, kalsium warna jingga, barium warna hijau, stronsium
warna merah, dan timbal warna biru keabuan.
VIII. Daftar Pustaka
Day, R. A dan Underwood, A. L. (1989). Analisis Kimia Kuantitatif
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope
Indonesia Edisi III. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Haryadi. (1990). Ilmi Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.
Khopkar, S. M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Bombay: India
Institute of Technology.
Svehla, G. (1979). Textbook of Macro dan Semimicro Qualitative
Inorganic Analysis. London: Longman Grup Limited.

Anda mungkin juga menyukai