Anda di halaman 1dari 79

MAKALAH

DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

ANALISIS ANION DAN KATION

Dosen Pembimbing :

Hanumi Oktiyani Rusdi, S. Pd, M. Si.

Dr. Munzil, S.Pd, M.Si.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. Abdul Khafid Syahroni (180332616567)


2. Amalia Bella Saputri (180332616518)
3. Efrilia Rika Rahmawati (180332616511)
4. Fawaid Syamsul Arifin (180332616516)
5. Nia Rahayu W (180332616559)
6. Puspa Rahmadina Lestari (180332616554)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MIPA
JURUSAN KIMIA
PRODI S1 KIMIA
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dan tak lupa shalawat serta
salam kami curahkan kepada nabi besar Muhammad SAW karena atas perjuangannya lah kita
dapat merasakan nikmatnya iman dan islam sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah dasar -
dasar kimia analitik yang dibimbing oleh Bu Hanumi Oktiyani Rusdi dan Pak Munzil.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu demi
kelancaran tugas ini. Makalah yang kami buat tentu jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
serta saran sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah-makalah yang akan dibuat
kedepannya.
Tak banyak yang dapat kami sampaikan dalam kesempatan kali ini. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih dan semoga makalah yang kami buat dapat memberikan manfaat bagi kami
khususnya dan bagi siapa saja umumnya.
Wa’alaikumussalam warah matullahi wa barokatuh.

Malang, September 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

A. ANALISIS ANION .................................................................................................. 1

B. ANALISIS KATION GOLONGAN I ...................................................................... 15

C. ANALISIS KATION GOLONGAN II ..................................................................... 21

D. ANALISIS KATION GOLONGAN III ................................................................... 37

E. ANALISIS KATION GOLONGAN IV .................................................................... 49

F. ANALISIS KATION GOLONGAN V ..................................................................... 57

ii
A. ANALISIS ANION
A.1.Anion
ion merupakan ion yang muatan totalnya negatif akibat adanya kenaikan jumlah
electron. Analisis anion tidak jauh berbeda dengan analisis kation. Pengujian terhadap anion
relatif lebih sederhana karena gangguangangguan dari ion-ion lain yang ada dalam larutan
minimal (dapat diabaikan). Uji pendahuluan awal pada analisis anion juga berdasarkan pada
sifat fisika seperti warna, bau, terbentuknya gas, dan kelarutannya.
Dalam kimia analisis kualitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion (kation/anion)
tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik. Pereaksi selektif adalah pereaksi
yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis kation/anion tertentu. Dengan
menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka akan terlihat adanya perubahan-perubahan kimia
yang terjadi, misalnya terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas
(G. Svehla : 1985).
Dalam praktikum secara umum dilakukan penggolongan anion menjadi dua golongan
yaitu anion golongan A dan anion golongan B. Penggolongan anion ini berdasarkan reaksi
dengan zat tertentu.
Anion golongan A adalah jenis golongan anion yang dapat menguap bila bereaksi dengan
asam , yaitu:
1. Golongan anion yang menghasilakn gas bila bereaksi dengan asam klorida encer dan
asam sulfat encer seperti : karbonat, sulfit, tiosulfat, nitrit, Hypoklorit, sianida dan
sianat.
2. Golongan anion yang menghasilkan gas bila bereaksi dengan asam sulfat pekat seperti
semua anion Fluorida, Klorida, Bromida, Iodida, Nitrat, Borat, Format, Asetat, dan
Oksalat, Perklorat, Permanganat: Bromate, Heksacyanoferrat(II) dan (III), Tiosianat,
Tartrat, dan Sitrat. Anion
Golongan B adalah kelompok anion yang bereaksi di dalam larutan, yaitu :
1. Anion yang menghailkan reaksi pengendapan (endapan) bila bereaksi di dalam
larutannya misalnya sulfa, Fosfat, Sussinat, Arsenat, Kromat, Silikat, Salisilat, Fosfit,
Hipofosfit, Arsenit, Dikromat, dan Benzoat.
2. Anion yang menghasilkan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi bila bereaksi di dalam
larutan seperti Manganat, Permanganat, Kromat, Dikromat.

1
Pengelompokan Anion Berdasarkan Golongan Anion A dan Golongan Anion B

No Anion Golongan A Anion Golongan B

1 Karbonat, Sulfit, Tiosulfat, Sulfat, Fosfat, Sussinat, Arsenat,


Sulfida, Nitrit, Hypoklorit, Kromat, Silikat, Salisilat, Fosfit,
Sanida dan Sianat Hipofosfit, Arsenit, Dikromat, dan
Benzoat.

2 Semua anion A(1) dan Manganat, Permanganat, Kromat,


Fluorida, Klorida, Bromida, Dikromat.
Format, Asetat, dan Oksalat,
Perklorat, Permanganat:
Bromate, Heksacyanoferrat
(II) dan (III), Tiosianate,
Tartrat, dan Sitrat

Berikut merupakan Anion yang digolongkan berdasarkan reaksi redoks, yaitu:


1. Anion Pengoksidasi
a. Anion dalam kelompok ini adalah ClO4-, ClO3-, NO3, SO42-, Cr2O72-, IO3, dan lain-
lain.
b. Prinsip kerjanya adalah mula-mula sampel ditambahkan Na2Co3 (jenuh), lalu
dipanaskan selama 10 menit kemudian filtrat ditambahkan dengan HCl pekat dan
MnCl2. Apabila warna sampel berubah menjadi hitam atau coklat berarti sampel
tersebut mengandung anion pengoksidasi.
2. Anion Preduksi
a. Anion dalam kelompok ini adalah S2-, S2O32-, SO3-, Cl-, CNS-, CN, [Fe(CN)6)4]
b. Prinsip kerjanya adalah mula-mula sampel ditambahkan Na2Co3 (jenuh), lalu
dipanaskan selama 10 menit kemudian filtrat ditambahkan dengan HCl pekat dan
MnCl2. Apabila warna sampel berubah menjadi hitam atau coklat berarti sampel
tersebut mengandung anion pengoksidasi.

2
Anion lainnya tidak memberikan reaksi dengan asam sulfat pekat dalam keadaan dingin,
tetapi nitrat bereaksi menghasilkan uap coklat dari NO2 yang dihasilkan, dan
asetat memberikan bau khas cuka jika direaksikan dengan asam sulfat pekat.
Untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas diantaranya :
1. Anion sederhana seperti : O2-, F-, CN- , I, Cl, Br,
2. Anion okso diskret seperti : NO3-, SO42-, CO3, NO2,
3. Anion polimer okso seperti silikat, borat, atau fosfat terkondensasi
4. Anion kompleks halida seperti TaF6 dan kompleks anion yang
berbasis bangat seperti oksalat .
Reaksi dalam anion ini akan lebih dipelajari secara sistematis untuk memudahkan reaksi
dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-sama. Hal ini meliputi asetat,
formiat, oksalat, sitrat, salisilat dan benzoat.

A.2. Sifat-Sifat Anion


Analisis kualitatif sebagian besar didasarkan pada kesetimbangan untuk memisahkan dan
mengidentifikasikan ion yang sejenis. Kesetimbangan asam basa, kesetimbangan heterogen,
kesetimbangan redoks, dan kesetimbangan ion kompelks merupakan jenis-jenis
kesetimbangan yang sering digunakan dalam analisis kualitatif anion.

1. Sifat-sifat asam-basa
Suatu garam-garam yang mengalami kelarutan dalam air yang mengandung
kation basa kuat bila berkombinasi (bergabung) dengan anion dari asam lemah
menghasilkan larutan yang bersifat basa.

2. Sifat redoks
Kelompok anion, sebagian bersifat sebagai oksidator, sebagian reduktot, sebagian
lain sifat oksidator , reduktornya tergantung dalam suasana larutannya. NO3- dan
CrO42- merupakan oksidator kuat dalam suasana larutan asam. Anion I-, S2- dan SO32-
merupakan reduktor dalam suasana asam.

3. Kesetimbangan larutan

3
Reaksi pengendapan mengandung nilai yang sangat berarti bagi analisis anion.
Beberapa reaksi anion dengan ion barium, Ba2+ yang digunakan sebagai uji spesifik
dari anion tertentu didasarkan pada nilai kelarutannya. Berdasarkan nilai Ksp berbagai
garam, hanya barium sulfat yang dapat diendapkan dari larutan yang dibuat asam
dengan asam kuat encer. Pengendapan senyawa ionic dari larutan mulai terjadi bila
hasil kali ion-ionnya yang dihasilkan lebih besar dari nilai Ksp. Dalam keberadaan
hanya sedikit asam konjugasi, konsaentrasi anion tidak cukup besar untuk terjadinya
endapan.
A.3. Identifikasi Anion
Kimia analitik dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur
atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan
dengan penetapan banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampel.
Dalam kimia analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion (kation/anion)
tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik. Pereaksi selektif adalah pereaksi
yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis kation/anion tertentu. Dengan
menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka akan terlihat adanya perubahan-perubahan kimia
yang terjadi, misalnya terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya
gas.
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi
kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Reaksi
kering ialah sejumlah uji yang berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa
melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala,
uji spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam
larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan
pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan
dengan cara basah.
Cara identifikasi ion dibagi menjadi 2 macam, yaitu identifikasi kation dan identifikasi
anion. Namun, pada analisa anion tidak begitu sistematik seperti pada identifikasi kation.
Salah satu cara penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-
garam perak, garam-garam kalsium, barium dan seng.

4
Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk senyawa yang
mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah larut dalam garam karbonat
dari logam-logam berat sukar larut dalam air, sehingga apabila zat yang akan dianalisa berupa
zat yang sukar larut atau memberi endapan dengan Na2CO3, maka dibuat dahulu berupa
ekstrak soda, kemudian dipisahkan dari endapan yang mengganggu tersebut.
Identifikasi anion meliputi analisis pendahuluan, analisis anion dari zat asal dan analisis
anion dengan menggunakan larutan ekstra soda. Dari hasil analisis sebelumnya (data
kelarutan) dan pengetahuan tentang kation yang ada, dapat memberikan petunjuk tentang
anion yang mungkin ada atau tak ada dalam larutan sampel. Sebagai contoh, zat asal larut
dalam air panas, kation yang ditemukan Pb2+, anion yang mungkin ada adalah klorida karena
PbCl2 larut dalam air panas. Tidak mungkin nitrat karena timbal nitrat mudah larut dalam air
dingin.
Analisis anion diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh gambaran ada tidaknya
anion tertentu atau kelompok lain yang memiliki sifat- sifat yang sama. Selanjutnya diikuti
dengan proses analisis yang merupakan uji spesifik dari anion tertentu. Pemisahan secara
fisik dari anion umumnya tidak penting , karena uji spesifik anion hanya peka terhadap anion
tertentu dan tidak peka untuk anion lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau gangguan
dalam suatu analisis anion oleh anion lain maka diperlukan langkah awal proses pemisahan.
Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi atau uji spesifik dapat dilakukan dalam fasa
padatan, tetapi untuk memperoleh validitas pengujian yang tinggi biasanya dilakukan dalam
keadaan larutan. Kelarutan bahan- bahan organik terutama garam akan sangat membantu
dalam menetapkan kombinasi antar anion dan kation. Misalnya, jika larutan zat yang tidak
diketahui ditemukan mengandung ion karbonat . CO-, maka hanya dimungkinkan ada kation-
kation tertentu seperti K-, Na-,NH-, sebab garam karbonat dari kation lain tidak larut dalam
air. Analisisi anion dan kation sering ksli dapat dibantu oleh diagram alir, yang
menggambarkab langkah-langkah sistematis untuk mengidentifikasi jenis anion dan kation.
Diagram alir untuk analisis kation lebih sistematis dibandingkan dengan diagram alir analisis
anion. Dalam diagram analisis kualitatif anion dan kation dimulai dari ion yang dinyatakan,
pereaksi yang perlu ditambahkan, kondisi eksperimen dan rumus kimia produk yang
dihasilkan. Dalam kerja laboratorium yang berkaitan dengan analisis ion sangant penting
mengikuti urutan dari langkah-langkah analisis yang telah ditetapkan dalam diagram alir.

5
Ada beberapa macam cara untuk menggambarkan diagram alir analisis ion. Gambar
umum yang biasa digunakan adalah aliran ke bawah, yang endapannya dituliskan di sebelah
kiri, sedangkan larutannya dituliskan di kanan.
Pada umumnya, suatu proses analisis anion diawali dengan uji pendahuluan untuk
memperoleh gambaran ada atau tidaknya anion tertentu atau kelompok anion yang memiliki
sifat-sifat yang sama. Selanjutnya diikuti dengan proses analisis yang merupakan uji spesifik
dari anion tertentu. Pemisahan secara fisik dari anion umumnya tidak penting, karena uji
spesifik anion hanya peka terhadap anion yang tertentu dan tidak peka terhadap anion yang
lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau gangguan dalam suatu analisis anion oleh anion
lain maka diperlukan langkah awal proses pemisahan.
Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi atau uji spesifikasi anion dapat dilakukan
dalam fase padatan , tetapi untuk memperoleh validitas pengujian yang tinggi biasanya
dilakukan dalam keadaan larutan. Kelarutan bahan-bahan anorganik, terutama garam telah
dipelajari sebelumnya dalam mata kuliah dasar kimia dalam bentuk daftar kelarutan garam,
sangat membantu untuk proses analisis bahan anorganik. Daftar kelarutan garam sangat
membantu dalam menetapkan kombinasi antara anion dan kation.
Jika zat yang tidak diketahui tidak larut dalam air, harus dilakukan perlakuan tertentu
dengan pereaksi kimia agar menjadi larut. Beberapa anion tidak stabil dalam larutan asam,
atau bereaksi satu sama lain dalam suasana asam. Bila terjadi keadaan tidak stabil suasan
asam, maka analisis anion harus dilakukan dalam suasana basa.
Analisis anion yang sering dilakukan meliputi 11 anion yang paling umum, yaitu anion
sulfide, sulfit, karbonat, nitrit, iodide, bromida, klorida, fosfat, kromat, nitrat, dan sulfat.
Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi atau uji spesifik dapat dilakukan dalam fase
padatan, tetapi untuk memperoleh validitas pengujian yang tinggi biasanya dilakukan dalam
keadaan larutan. jika zat yang tidak diketahui tidak larut dalam ai, harus dilakukan perlakuan
tertentu dengan pereaksi kimia agar menjadi larut.
Reaksi identifikasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik untuk golongan
tertentu. Reaksi golongan untuk anion golongan III adalah AgNO3 yang hasilnya adalah
endapan coklat merah bata.
Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan garam
pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan garam zink ini hanya boleh dianggap berguna

6
untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion
bukanlah skema yang kaku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub golongan.
Selain itu ada cara penggolongan anion menurut Bunsen, Gilreath dan Vogel.
Bunsen menggolongkan anion dari sifat kelarutan garam perak dan garam
bariumnya,warna,kelarutan garam alkali dan kemudahan menguapnya.
Gilreath menggolongkan anion berdasarkan pada kelarutan garam-garam Ca, Ba, Cd dan
garam peraknya. Sedangkan Vogel menggolongkan anion berdasarkan pada proses yang
digunakan dalam identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan asam dan identifikasi
anion berdasarkan reaksinya dalam larutan. Identifikasi anion yang menguap bila diolah
dengan asam dibagi dua lagi yaitu anion membentuk gas bila diolah dengan HCl encer atau
H2SO4 encer, dan anion yang membentuk gas atau uap bila diolah dengan H2SO4 pekat.
Ada pula identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan, yaitu anion yang
diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi redoks. Reaksi pengendapan
umumnya terjadi saat proses pemisahan yang kemudian dilanjutkan dengan uji identifikasi,
namun tidak ada jenis anion tertentu yang termasuk dalam kelompok reaksi pengendapan
karena hal tersebut sesuai dengan uji lanjutannya. Pembentukan endapan karena adanya
senyawa baru setelah bereaksi. Banyak sekali reaksi yang di gunakan dalam analisis
anorganik kualitatif melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan
dari suatu fase padat keluar dari larutan endapan, mungkin berupa Kristal (kristalin) atau
koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan. Endapan terbentuk jika larutan
menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan ke larutan (S) satu endapan, menurut
defenisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan tergantung
pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu
dan pada komposisi pelarutnya.
Anion kompleks halida seperti anion kompleks berbasa banyak seperti oksalat misalnya
(CO(C2O4)3)3- dan anion oksa dari oksigen. Klorat, Bromat dan iodat merupakan ion yang
bipiramidal yang terutama dijumpai pada garam lokal alkali. Anion okso logam transisi
jarang digunakan, yang paling dikenal adalah kalium permanganat (KMnO4) dan kromat
(CrO4) atau dikenal sebagai pengoksida.
Anion berinti banyak dijumpai pada anion okso yang berinti 2, 3 atau 4 atom oksigen
yang terikat pada atom inti dan menghasilkan atom deskret. Namun demikian, mungkin

7
hanya terdiri dari 2 atom oksigen dan menghasilkan ion dengan jembatan oksigen seperti ion
bikarbonat yang terbentuk dari CrO4 yang diasamkan.
1. Uji Pendahuluan Untuk Anion
Uji pendahuluan anion dimaksudkan untuk memisahkan anion pengoksidasi dan
anion pereduksi ke dalam empat golongan atau kelompok yang didasarkan pada
reaksinya terhadap larutan asam perklorat, HCLO4 encer dan ion perak,
Ag+. Uji pendahuluan ini dapat dideteksi dari terjadinya perubahan warna, timbulnya
gas dan terbentuknya endapan.

a. Deteksi adanya ion pengoksidasi


Terjadinya warna merah – coklat sampai hitam bila beberapa tetes larutan
sampel atau analit ditambahkan ke dalam larutan Mangan (II) klorida, MnCl2
dalam larutan HCl pekat, menunjukkan adanya anion pengoksidasi.

b. Deteksi adanya ion pereduksi


Timbulnya suspense atau endapan biru gelap bila larutan sampel
ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung FeCl3, K3[Fe(CN)6] dan HCl
encer menunjukkan adanya anion-anion pereduksi, seperti S2-,SO32-, I-, , atau
NO2-. Endapan biru timbul, karena terbentuknya KFe[Fe(CN)6] merupakan
senyawa kompleks yang di dalamnya terdapat besi (II) dan besi (III).

c. Deteksi dari kelompok anion


Karakteristik asam basa dan reaksi kesetimbangan dalam larutan dari anion
yang mengikuti klasifikasi dalam empat kelompok didasarkan pada sifat-
sifatnya terhadap asam perklorat dan ion perak. Klasifikasi anion ke dalam 4
golongan dirancang hanya untuk memberikan informasi awal tentang ada
tidaknya ion-ion itu sendiri. Klasifikasi ini tidak di rancang untuk proses
pemisahan.

Pengelompokkan anion ke dalam 4 kelompok ini penting, sehingga ion-ion


dalam suatu kelompok tidak terinterferensi oleh anion dari kelompok lain.

8
Misalnya, ion karbonat akan mengendap dalam golongan III sebagai garam
perak karbonat, jika pada langkah pertama dilakukan penambahan perak nitrat
untuk menetralkan larutan sampel.

d. Sifat-sifat anion terhadap asam sulfat pekat


Penggunaan larutan asam sulfat pekat (18M) dalam analisis
anion tergantung pada kemampuan anion sebagai bahan pengoksidasi dan
sifat keasamannya.
Jika sampel yang di uji adalah campuran dari garam dari garam, hasil dari
uji, hasil dari uji tidak selalu mudah untuk diinterpretasi, karena gas yang
terbentuk untuk mungkin terperangkap. Demikian pula dengan garam yang
sulit larut (seperti perak halide) dan garam yang mengandung karakter kovalen
(misal CdI2 dan HgCl2) yang hanya bereaksi lambat dengan asam. Berikut
hasil reaksinya:

e. Sifat redoks

9
Kelompok anion, sebagian bersifat sebagai oksidator, sebagian reduktor,
sebagian lain sifat oksidator , reduktornya tergantung dalam suasana
larutannya. NO3- dan CrO42- merupakan oksidator kuat dalam suasana larutan
asam. Anion I-, S2- dan SO32- merupakan reduktor dalam suasana asam.

f. Kesetimbangan larutan
Reaksi pengendapan mengandung nilai yang sangat berarti bagi analisis
anion. Beberapa reaksi anion dengan ion barium, Ba2+ yang digunakan
sebagai uji spesifik dari anion tertentu didasarkan pada nilai kelarutannya.
Berdasarkan nilai Ksp berbagai garam, hanya barium sulfat yang dapat
diendapkan dari larutan yang dibuat asam dengan asam kuat encer.
Pengendapan senyawa ionik dari larutan mulai terjadi bila hasil kali ion-
ionnya yang dihasilkan lebih besar dari nilai Ksp. Dalam keberadaan hanya
sedikit asam konjugasi, konsaentrasi anion tidak cukup besar untuk terjadinya
endapan.

1. Identifikasi ion bromine (Br- )


Ion Br- dengan gas Cl2 menjadikan larutan bewarna kuning. Jika larutan dikocok
dengan karbon disulfide, Br2 yang terjadi akan larut dalam karbon disulfide dan warna
larutan akan berubah menjadi cokelat.
Reaksinya identifikasinya adalah sebagai berikut:
Cl2(g) + 2Br-(aq) 2Cl-(aq) [kuning] + Br2(g)
Br2 larut dalam CS2 à warna cokelat.

2. Identifikasi ion chlorine (Cl-)


Ion Cl- dengan larutan perak nitrat terjadi endapan putih, yang larut dalam larutan
amoniak.
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut:
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) [putih]

10
AgCl(s) + 2NH3(aq) Ag(NH3)2 + Cl-(aq)

3. Identifikasi ion karbonat (CO32-)


Ion CO32- dengan larutan asam klorida menghasilkan gas karbon dioksida. Jika gas
ini dialirkan ke dalam air kapur Ca(OH)2, dapat mengeruhkan air kapur.
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut:
2H+(aq) + CO32-(g) H2O(l) + CO2(g)
CO2(g) + Ca2+(aq) + 2OH-(aq) CaCO3(s) [putih] + H2O(l)

4. Identifikasi ion iodida (I-)


Untuk mengidentifikasi adanya ion iodida, mak kita harus mengetahui ciri dari ion
iodida tersebut. Ion I- dengan gas Cl2 menjadikan larutan bewarna kuning. Jika
dikocok dengan karbon disulfide, I2 yang terjadi larut dalam karbon disulfide dan
warna larutan akan berubah menjadi ungu.
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut:
Cl2(g) + 2I-(aq) 2Cl-(aq) [kuning] + I2(s)
I2 larut dalam CS2 warna ungu.

5. Identifikasi ion nitrat (NO3-)


Ion NO3- dengan asam sulfat pekat dan larutan besi(II) sulfat pekat akan
menghasilkan suatu cincin cokelat.
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut:
NO3-(aq) + 4H+(aq) + 3e- NO(g) + 2H2O(l)
3Fe2+(aq) 3Fe3+(aq) + e-
----------------------------------------------------------------------------
NO3-(aq) + 4H+(aq) + 3Fe2+(aq) NO(g) + 2H2O(l) + 3Fe3+(aq)
NO(g) + Fe2+(aq) FeNO2+(aq) [cokelat]

11
Bila dalam pemeriksaan kation ditemukan kation-kation logam berat (kation golongan I,
II, III, IV dan Mg2+ pada golongan skema H2S) maka pemeriksaan anion menggunakan
larutan ekstrak soda. Larutan ekstrak soda dibuat dengan memasak cuplikan dalam larutan
jenuh natrium karbonat selama 10 menit, lalu disaring. Filtrat yang diperoleh disebut ekstrak
soda (ES). Karena ES suasana basa maka larutan ES ini tidak dipergunakan tanpa pengaturan
suasana yang tepat. Biasanya sebelum digunakan ditabahkan dulu asam. Sebagai contoh:

1. Analisis terhadap ion-ion preduksi


Warna KMnO4 hilang menunjukkan ion pereduksi positif ada
ES + H2SO4 (4N) + KMnO4
Warna KMnO4 tidak hilang menunjukkan ion.
Pereduksi tidak ada.

2. Analisis terhadap ion-ion pengoksida


ES + H2SO4 (4N) kemudian dituangkan dengan hati-hati ke dalam larutan difenil
amin dalam H2SO4 pekat. Bila terjadi warna biru tua menunjukkan ion pengoksida
ada.
Bila bukan biru tua maka menunjukkan ion pengoksida tidak ada.
Fungsi larutan ekstrak soda adalah untuk mengendapkan kation logam berat dan untuk
mempertinggi kelarutan anion.. Pada pemanasan dengan penambahan Na2CO3 ion-ion
logam diendapkan dalam bentuk oksida, hidroksida, karbonat dan karbonat basa. Bila
Na2CO3 yang ditambahkan banyak maka CrO42- yang dapat larut makin banyak. Dari
hasil identifikasi sebelumnya dapat ditehui adanya beberapa anion seperti CO32- dan
CH3COO-.

Berikut ini akan dibahas beberapa reaksi identifikasi anion yang lain.
a. SO32- : Dengan larutan KMnO4 yang diasamkan dengan asam sulfat encer
akan terjadi penghilangan warna ungu KMnO4 karena MnO4 tereduksi
menjadi ion Mn2+.

12
b. S2O32- : Dengan larutan Ion akan terjadi penghilangan warna iod karena
terbentuk larutan tetrationat yang tak berwarna.

c. SO42- : Dengan larutan barium klorida membentuk endapan putih BaSO4 yang
tak larut dalam HCl encer, asam nitrat encer tetapi larut dalam HCl pekat
panas.

d. NO2- : Dengan larutan KI kemudian diasamkan dengan asetat atau sulfat encer
akan dibebaskan iodium yang dapat diidentifikasi dari timbulnya warna biru
dalam pasta kanji.

e. CN- : Dengan larutan AgNO3 terbentuk endapan putih AgCN yang mudah
larut dalam larutan sianida berlebih karena membentuk ion kompleks
[Ag(CN)2]– .

f. SCN- : Dengan larutan FeCl3 membentuk warna merah darah.


4-
[Fe(CN)6] : Dengan larutan FeCl3 akan terbentuk endapan biru prusia dalam
larutan netral atau asam. Endapan diuraikan oleh larutan hidroksida alkali
membentuk endapan Fe(OH)3 yang berwarna coklat.

g. [Fe(CN)6]3- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan merah jingga,


Ag3[Fe(CN)6] yang larut dalam amonia tetapi tidak larut dalam asam nitrat.
h. Cl- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan putih AgCl yang tidak larut
dalam air dan asam nitrat encer, tetapi larut dalam amonia encer.

i. Br- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan kuning AgBr yang sukar
larut dalam amonia encer, larut dalam amonia pekat, KCN dan Na2S2O3 tetapi
tidak larut dalam sama nitrat encer.

13
j. I- : Dengan larutan Pb asetat terbentuk endapan kuning PbI2 yang larut dalam
air panas yang banyak membentuk larutan tidak berwarna, ketika didinginkan
terbentuk keping-keping kuning keemasan.

k. NO3- : Dengan tes cincin coklat. Tambahkan 3 ml larutan FeSO4 yang segar ke
dalam 2 ml larutan NO3- .Tuangkan 3-5 ml asam sulfat pekat melalui dinding
tabung. Terbentuknya cicncin coklat menunjukkan adanya NO3.

14
B. ANALISIS KATION GOLONGAN I

Kation golongan I terdiri atas tiga ion logam yang garam kloridanya tidak larut dalam
larutan asam. Pereaksi yang digunakan untuk menetapkan golongan ini adalah asam klorida.
Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Dalam suasana asam,
klorida dan kation dari golongan lain larut. Penggunaan asam klorida berlebih untuk
pengendapan kation golongan I memiliki dua keuntungan yaitu memperoleh endapan klorida
semaksimal mungkin dan menghindari terbenuknya endapan BiOCI dan SbOCI. Kelebihan asam
klorida yang terlalu banyak dapat menyebabkan AgCl dan PbCl2 larut kembali dalam bentuk
kompleks, sedangkan klorida raksa(I), HgCl2, tetap stabil.

Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut. Diantara sulfat-sulfat, timbel sulfat
praktis tidak larut, sedang perak sulfat larut jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium (I) sulfat
terletak diantara kedua zat diatas. Bromidan dan iodida juga tidak larut, sedangkan pengendapan
timbel halida tidak sempurna, endapan tersebut mudah sekali melarut dalam air panas. Sulfida
tidak larut. Asetat-asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat bisa mengendap dari larutan
yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan diendapkan dengan reagensia yang jumlahnya
ekuivalen, tetapi kalau reagensia berlebihan, ia dapat bertindak dengan bermacam-macam cara.
Juga ada perbedaan dalam sifat zat-zat ini terhadap amonia.

Kelarutan PbCl2 paling tinggi dibandingkan lainnya, sehingga penggunaan larutan dingin
dan HCl berlebih tidak terlalu banyak membantu untuk memperoleh endapan PbCl2 yang
maksimal. Pb2+ yang tetap larut setelahperlakuan pengendapan denganHCl tidak dapat dihindari,
sehingga ion Pb2+ sering terdeteksi pada pengendapan golongan berikutnya.

1. Kation Raksa(I) HG22+


Ion Hg22+ tak berwarna, memiliki keunikan adanya ikatan kovalen logam-logam,
ditemukan dalam sejumlah senyawa padatan. Dalam keadaan larutan, keberadaan ion
Hg22+ terbatas pada rentang pH 3 sampai 4. Pada pH lebih tinggi mengalami reaksi
disproporsionasi dengan air atau ion hidroksida sebagai berikut :
Hg22+ + 2 OH- = = = Hg(l) + HgO(s) + H2O(l)
Reaksi disproposionasi ini dapat disederhanakan dalam sistem kesetimbangan sebagai
berikut :
Hg(l) + Hg2+ = = = Hg2+

K = [Hg22+]/[Hg2+] =166

Pada keadaan setimbang konsentrasi Hg22+ hanya 166 kali dari konsentrasi Hg2+. Jika
[Hg2+] turun karena terbentuk HgO yang hanya sedikit larut, maka [Hg2+] juga turun.
Selain akibat disproporsionasi, konsentrasi Hg2+ dapat turun karena beberapa reaksi
ikutan yang menghailkan senyawa sulit larut atau kompleks stabil, seperti :

Hg22+ + CO32- = = = Hg(l) + HgO(s) + CO2(g)

15
Hg22+ + H2S(aq) = = = Hg(l) + HgS(s) + 2H+

Hg22+ + 4CN- = = = Hg(l) + [Hg(CN)4]2-

Hg2Cl2(s) + 2NH3(aq) = = = Hg(l) + HgNH2Cl(s) + NH4+ + Cl-

Dari sejumlah senyawa raksa(I) yang kita ketahui, hanya nitrat dan perkloratnya yang
larut baik dalam air. Larutan Hg22+ dapat distabilkan dengan menambahkan unsur Hg ke
dalam larutan untuk melawan proses disproporsionasi.

Reaksi penting dalam proses pemisahan dan identifikasi Hg22+

Pengendapan golongan :

Hg22+ + 2 Cl- = = = Hg2Cl2(g)

Uji konfirmasi :

Hg2Cl2(s) + 2NH3(aq) = = = Hg(l) + HgNH2Cl(s) +NH4+ + Cl-

(Hg(l) = hitam, HgNH2Cl(g) = putih)

Identifikasi merkuro(I) → (Hg22+)

a. Larutan Merkuro nitrat Hg2(NO3) ditambah dengan asam klorida akan terbentuk
endapan putih dari merkuro klorida (kalomel). Jika endapan ini ditambah ammonium
hidroksida (NH4OH) maka endapan putih ini akan berubah menjadi hitam
[Hg(NH2)2]+ dan Hg.
b. Larutan Merkuro nitrat Hg2(NO3) ditambah dengan alkali karbonat (L2CO3) maka
akan terbentuk endapan kuning dari merkuro karbonat (Hg2CO3), kemudian endapan
ini akan berubah menjadi abu-abu disebabkan oleh terjadinya HgO dan Hg.
c. Larutan Merkuro nitrat Hg2(NO3) ditambah dengan ammonia atau amonium karbonat
akan terbentuk endapan abu-abu dari garam merkuri ammonium klorida HgNH2Cl
yang tercampur dengan endapn hitam dari logam Hg.
d. Larutan Merkuro nitrat Hg2(NO3) ditambah dengan klaium kromat (K2CrO4) pada
pemanasan akan terbentuk endapan merah dari merkuro kromat (Hg2CrO4).
e. Larutan Merkuro nitrat Hg2(NO3) ditambah dengan kalium iodida (KI) akan terbentuk
endapan hijau kekuningan merkuro iodida (Hg2I2). Endapan ini sebagian dapat larut
dalam KI berlebih dengan terbentuknya kalium merkuri iodida.

2. Kation Timbal(II), Pb2+


Senyawa dari timbal(II) dan timbal(IV) diketahui dalam fasa padatan, tetapi hanya
senyawa timbal(II) yang diketahui dalam keadaan larutan. Senyawa timbal(IV)

16
merupakan oksidator yang sangat kuat, ditunjukkan dengan data potensial standar sebagai
berikut.
PbSO4 + 2e →Pb + SO42- E0 = -0,359V
Pb2+ +2e → Pb E0 = -0,126V
PbO2 + 4H + 2e → Pb2+ +2H2O E0 = +1,455V
PbO2 + 4H+ + SO42- +2e →PbSO4 + 2H2O E0 = +1,685V
Tingkat atau bilangan oksidasi +2 dihasilkan bila unsur timbal direaksikan dengan bahan
pengoksidasi kuat seperti asam nitrat encer
3Pb(s) + 8H+ + 2NO3- → 3Pb2+ +2NO(g) + 4H2O
Senyawa timbal(II) yang larut dalam air adalah nitrat, asetat dan perklorat. Timbal(II)
asetat merupakan elektrolit lemah, karena membentuk ion kompleks aseto seperti
[Pb(CH3COO)4]2-. Timbal(II) sulfat yang tidak larut dalam air,dapat larut bila terdapat ion
asetat karena membentuk kompleks aseto. Timbal(II) hidroksida larut dalam larutan
alkali, karena terbentuknya kompleks hidrokso, [Pb(OH)4]2-.PbCl2 akan larut akan larut
kembali dengan adanya kelebihan Cl- karena terbentuknya kompleks [Pb(OH)4]2-.PbCl2
akan larut bila dipanaskan dan kembali mengendap bila didinginkan.

Reaksi penting untuk proses pemisahan dan identifikasi dari Pb2+


Pengendapan golongan : Panas
Pb2+ + 2Cl- → PbCl2(s) ===== Pb2+ + 2Cl-
dingin
Uji konfirmasi :
Pb2+ + SO42- → PbSO4(s)
Pb2+ + CrO42- →PbCrO4(s)
(PbCl2, PbSO4 = padatan putih; PbCrO4 = padatan kuning)

Kation timbal, Pb2+


a. Larutan timbal nitrat Pb(NO3)2 ditambah dengan asam klorida atau garam klorida
akan terbentuk endapan putih dari timbal klorida. Endapan sukar larut dalam air
dingin tetapi larut dalam air panas.
b. Larutan timbal nitrat Pb(NO3)2 ditambah dengan alkali hidroksida akan terbentuk
endapan putih timbal hidroksida. Endapan larut dalam basa berlebih (NaOH atau
KOH) karena terbentuk Na/K plumbit.
c. Larutan timbal nitrat Pb(NO3)2 ditambah dengan kalium kromat akan terbentuk
endapan kuning timbal kromat. Endapan tidak larut dalam asam asetat, tapi larut
dalam asam nitrat encer.
d. Larutan timbal nitrat Pb(NO3)2 ditambah dengan asam sulfida akan terbentuk endapan
hitam timbal oksida. Endapan ini dapat larut dalam asam encer yang panas.
e. Larutan timbal nitrat Pb(NO3)2 ditambah dengan kalium iodida maka akan terbentuk
endapan kuning dari timbal iodida (PbI2)

17
f. Larutan timbal nitrat Pb(NO3)2 ditambah dengan asam sulfat atau larutan garam sulfat,
maka akan terbentuk endapan putih PbSO4.

3. Kation perak(I), Ag+


Selain kation perak(I), juga terdapat perak(II) dan perak(III), namun perak(II) dan
perak(III) merupakan oksidator yang sangat kuat, tak stabil dan cenderung tereduksi
menjadi perak(I). Kation perak(I) . kation perak(I) mudah tereduksi dalam suasana asam.
Ag+ + e- → Ag E0 = 0,799 V
Dalam larutan, ion Ag+ tidak berwarna, tetapi beberapa senyawanya berwarna, meskipun
dibentuk dari anion tidak berwarna (misalnya AgBr = kuning-coklat, AgI, Ag3PO4 =
kuning, Ag2S, Ag2O = hitam, Ag2AsO4 = merah coklat).
Senyawa perak(I) yang larut dalam air meliputi nitrat, fluorida, dan perklorat. AgNO3
banyak digunakan sebagai sumber Ag+ pada pekerjaan di laboratorium. Senyawa perak(I)
yang agak sulit larut dalam air meliputi nitrit, asetat, sulfat, dan halida.
Ag+ dapat membentuk beberapa ion kompleks, seperti [Ag(NH3)2]+ dan [Ag(CN)2]-.

Reaksi penting untuk pemisahan dan identifikasi dari Ag+

Pengendapan golongan :
Ag+ + Cl- → AgCl(s)

Pelarutan kembali melalui pembentukan kompleks :


AgCl(s) + Cl- + 2H+ → [Ag(NH3)2]+ + Cl-
Uji konfirmasi :
[Ag(NH3)2]+ + Cl- + 2H+ → AgCl(s) + NH4+
(AgCl = padatan putih)

Identifikasi perak(I) → Ag+

a. Perak nitrat (AgNO3) ditambah dengan asam klorida akan terbentuk endapan putih
dari perak klorida. Endapan ini dapat larut dalam amonium hidroksida (NH4OH).
b. Perak nitrat (AgNO3) ditambah dengan alkali hidroksida (LOH) akan terbentuk
endapan coklat dari perak oksida (Ag2O). Endapan ini dapat larut dalam asam nitrat
(HNO3) dan ammonium (NH4OH).
c. Perak nitrat (AgNO3) ditambah dengan ammonia, maka pada tetes pertama terbentuk
endapan putih dari AgOH dan cepat berubah menjadi coklat disebabkan terjadi AgO2.
Endapan ini dapat larut dalam ammonia berlebih.
d. Perak nitrat (AgNO3) ditambah dengan kalium kromat (K2CrO4) akan terbentuk
endapan coklat merah dari perak kromat (Ag2CrO4). Endapan ini larut dalam
ammonia dan asam nitrat.

18
e. Perak nitrat (AgNO3) ditambah dengan kalium iodida (KI) maka akan terbentuk
endapan kuning perak iodida(AgI). Endapan ini tidak larut dalam ammonia, tetapi
larut dalam larutan natrium tiosulfat.

Tabulasi reaksi-reaksi kation Golongan I

Pb2+ Hg22+ Ag+


HCl -Putih, PbCl2↓ -Putih Hg2Cl2↓ -Putih,AgCl↓
+NH3 -Tak ada perubahan -hitam,Hg↓+ -larut,[Ag(NH3)2]2+
+air panas -larut HgNH2Cl↓ -tak ada perubahan
-tak ada perubahan
H2S(+HCl) -hitam, PbS↓ -hitam, Hg↓ + HgS↓ -hitam, Ag2S↓
+cc.HNO3 -putih PbSO4 -putih, Hg2(NO3)2S↓ -larut, Ag
didihkan
NH3(sedikit) -putih, Pb(OH)2↓ -Hitam, Hg + -coklat, Ag2O↓
+berlebih -tak ada perubahan HgO.HgNH2NO3↓ -larut, [Ag(NH3)2]-
-tak ada perubahan
NaOH(sedikit) -putih, Pb(OH)2↓ -hitam, Hg2O↓ -coklat, Ag2O↓
+berlebih -larut, [Pb(OH)4]2- -tak ada perubahan -tak ada perubahan
KI(sedikit) -kuning,PbI2↓ -hijau, Hg2I2↓ -kuning, AgI↓
+berlebih -tak ada perubahan -abu-abu, Hg↓ + -tak ada perubahan
[HgI4]2-
K2CrO4 -kuning, PbCrO4↓ -merah, Hg2CrO4↓ -merah, AgCrO4↓
+NH3 -tak ada perubahan -hitam, -larut, [Ag(NH3)2]+
Hg↓+HgNH2NO3↓
KCN(sedikit) -putih, Pb(CN)2↓ -hitam, Hg↓+Hg(CN)2 -putih, AgCN↓
+berlebih -tak ada perubahan -tak ada perubahan -larut, [Ag(CN2)-
Na2CO3 -putih, PbO.PbCO3↓ -putih kekuningan -putih kekuningan
+mendidih -tak ada perubahan Hg2CO3↓ Ag2CO3↓
-hitam, Hg↓+HgO↓ -coklat, Ag2O↓
Na2HPO4 -putih,Pb3(PO4)2↓ -putih,Hg2HPO4↓ -kuning,Ag2PO4↓
Reaksi -benzidina(+Br) Difenil karbazida p-dimetilaminobenzili
spesifik warna biru warna ungu -denarodanina (+NHO3)
warna lembayung

Analisis Kation Golongan I

Prosedur 1 :

Konstantan hasil kali kelarutan menunjukkan bahwa PbCl2 lebih mudah larut
dibandingkan Hg2Cl2, AgCl. Kelarutan PbCl2 akan naik dengan kenaikan suhu.

Kelarutan PbCl2 pada 20ºC kira-kira 0,036 mol/L akan naik menjadi kira-kira 0,12 mol/L pada
100ºC. Penggunaan larutan dingin pada prosedur pertama ini dimaksudkan untuk
memaksimalkan pengendapan. Penggunaan HCl yang sedikit berlebih dimaksudkan untuk

19
memperkecil kelarutan, tetapi kelebihan yang terlalu banyak akan dapat menyebabkan
pembentukan kompleks yang larut.

Prosedur 2:

didihkan endapan dengan air untuk meningkatkan kelarutan PbCl2 agar PbCl2 dapat
terpisah sempurna dengan Hg2Cl2 dan AgCl, lakukan pencucian dengan air mendidih.

Prosedur 3:

Jika kristal PbCl2 terpisah, penting melakukan pemanasan kembali agar terdapat ion Pb2+
cukup menghasilkan uji yang jelas. Penambahan dengan ion sulfat atau kromat dilakukan dalam
keadaan panas untuk menghasilkan endapan PbSO4 berwarna putih atau PbCrO4 berwarna
kuning. Pengujian endapan dengan ion kromat lebih baik dibandingkan dengan ion sulfat.

Prosedur 4 :

Sebagian dari timbal(II) klorida yang tidak larut dalam prosedur 2 diubah dengan larutan
amonia untuk memisahkan garam basa Pb(OH)Cl berwarna putih atau memberikan suspensi
kental. Jika bahan ini tidak larut dalam asam nitrat, tidak menyebabkan gangguan dalam
penetapan ion Ag+. Terbentuknya endapan sisa berwarna kelabu sampai hitam
mengidentifikasikan adanya ion Hg22+. Sedangkan ion Ag+ tetap tertinggal dalam larutan sebagai
kompleks Ag(NH3)2+. Oleh sebab itu, larutan amonia membantu untuk mengkonfirmasi ada
tidaknya ion Hg22+ serta untuk memisahkan ion perak(I) dari raksa(I).

Prosedur 5 :

Larutan perak(I) amoniakal merupakan residu yang bersifat mudah meledak (Azida, yang
mengandung N3- dimungkinkan dapat terbentuk. Azida dapat meledak bila larutan ini
ditambahkan). Oleh sebab itu prosedur ini harus dilakukan dengan segera. Tambahkan secara
pelan-pelan asam nitrat untuk mengawali penguraian ion kompleks dan mengendapkan sebagai
endapan putih AgCl, yang mungkin akan dapat larut kembali bila terdapat kelebihan amonia.
Konsekuensinya, asam nitrat harus ditambahkan sehingga larutan bersifat asam, agar dapat
mendeteksi ada tidaknya ion Ag+.

20
C. ANALISIS KATION GOLONGAN II

Penggolongan kation didasarkan pada penggunaan reagensia. Regensia yang digunakan


biasanya berupa asam klorida, hydrogen sulfida , ammonium sulfide, dan ammonium karbonat.
Kation golongan II tidak larut dalam asam klorida (HCl) tapi membentuk endapan jika
ditambahkan dengan hydrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer (0,25 M – 0,30 M).
Dengan digunakannya hydrogen sulfide sebagai reagensia, kation golongan ini biasa disebut
asam hydrogen sulfide atau golongan tembaga – timah.

Kation golongan II terdiri dari Hg²⁺, Bi³⁺, Pb²⁺, Cu²⁺, Cd²⁺, As³⁺/As⁵⁺, Sn²⁺/Sn⁴⁺ , dan
Sb³⁺/Sb⁵⁺. Kation golongan II dibagi lagi menjadi dua sub-golongan. Pembagian sub-golongan ini
didasarkan pada kelarutan dalam ammonium polisulfida. Sub-golongan nya antara lain :
- Sub-golongan II A terdiri atas : Hg²⁺, Bi³⁺, Pb²⁺, Cu²⁺, dan Cd²⁺. Golongan ini biasa disebut
golongan tembaga. Golongan ini tidak larut dalam ammonium polisulfida. Pada kation sub-
golongan II A masih terdapat Pb padahal juga berada pada kation golongan I. Hal itu
dikarenakan ketika ion timbel(II) diendapkan dengan asam klorida encer dengan ion – ion lain
pada golongan I , pengendapannya kurang sempurna hal itu disebabkan karena kelarutan
timbel(II) klorida yang relative tinggi. Sehingga ion-ion timbel masih tetap ada pada kation
golongan II.
- Sub-golongan II B : As³⁺/As⁵⁺ , Sn²⁺/Sn⁴⁺ , dan Sb³⁺/Sb⁵⁺. Golongan ini biasa disebut golongan
arsenic. Golongan ini larut dalam ammonium sulfide. Ion – ion pada sub-golongan ini memiliki
sifat amforter, oksidanya dapat membentuk garam baik denganasam maupun basa, sehingga
arsenic oksida dapat dilarutkan dengan HCl (6 M) dan terbentuk kation arsenic(III).

Sulfida golongan II memiliki Ksp dengan nilai yang sangat kecil , sehingga konsentrasi
ion sulfide harus dijaga relatif rendah, hal itu bertujuan untuk menghindari adanya pengendapan
pada sulfide-sulfida yang tetap larut (golongan III atau IV).Kondisi pH sangat penting karena
apabila konsentrasi asam naik, maka Pb²⁺, Cu²⁺, dan Cd²⁺ tidak sempurna pengendapannya,
sedangkan jika konsentrasi asam turun , maka sulfide pada kation golongan III ikut mengendap.
Konsentrasi sulfide diatur hanya bisa untuk mengendapkan SnS₂. Peningkatan konsentrasi
memungkinkan terbentuknya ZnS. Konsentrasi ini dapat dikontrol dengan penambahan
konsentrasi H⁺.Kation golongan II dapat dipisahkan dengan endapannya yaitu dnegan

21
penambahan gas H₂S sesudah ditambahkan H₂O₂ yang berfungsi untuk mengoksidasi ion stano
menjadi stani. Larutan harus mengandung HCl 0,3 N sebelum dialiri gas H₂O₂.

Identifikasi Kation golongan II :

1. Merkuri , Hg²⁺

Berikut beberapa cara untuk mengidentifikasi adanya kation Hg²⁺, yaitu dengan
mereaksikan larutan Merkurium(II) nitrat encer.

a. Hidrogen sulfida : Penambahan HCl dan Hidrogen sulfide reaksi (a) menghasilkan endapan
berwarna putih. Kemudian penambahan H₂S lebih lanjut , reaksi (b) menghasilkan endapan
hitam. Endapan ini paling sedikit larut dengan Ksp = 4x10⁻⁵⁴, tak larut dalam air, asam nitrat
panas, hidroksida, alkali, atau ammonium sulfide. Larut jika ditambahkan air raja.

3 Hg²⁺ + 2 Cl¯ + 2 H₂S  Hg₃S₂Cl₂↓+ 4 H⁺ , (a)

Hg₃S₂Cl₂↓+ S²⁻  3 HgS↓ + 2 H⁺ + 2 Cl⁻ (b)

b. Larutan ammonium : endapan berwarna putih.

2 Hg²⁺ + NO₃⁻ + 4 NH₃ + H₂O  HgO.Hg(NH₂) NO₃ ↓ + 3 NH₄⁺

c. Natrium hidroksida : Penambahan sedikit menghasilkan endapan merah – kecoklatan, jika


ditmbah dengan stoikiometris berwarna kuning dan jika berlebih endapan tak larut dalam natrium
hidroksida.

Hg²⁺ + 2 OH⁻  HgO↓ + H₂O

d. Kalium Iodida : Penambahan perlahan endapan berwarna merah, endapan akan larut jika
dilakukan penambahan berlebih.

Hg²⁺ + 2 I⁻  HgI₂

e. Kalium Sianida : Tidak terjadi perubahan

22
f. Timah(II) klorida : Penambahan jumlah sedang endapan berwarna putih seperti sutera (a) . Jika
ditambahkan berlebih ,akan direduksi dan endapan berwarna hitam (b).

2 Hg²⁺ + Sn²⁺ + 2 Cl⁻  Hg₂Cl₂↓ + Sn⁴⁺ (a)

Hg₂Cl₂↓ + Sn²⁺  2 Hg ↓ + Sn⁴⁺ + 2 Cl⁻ (b)

g.Tembaga : Lembaran mata uang tembaga mereduksi ion merkurium menjadi logamnya

Cu + Hg²⁺  Cu²⁺ + Hg↓

h. Regensia dienkuprato(II)sulfat dengan kalium iodida : endapan lembayung biru tua dalam
larutan netral atau amoniakal.

i. Difenilkarbazida dengan ion merurium : membentuk senyawa berwarna lembayung.

j. Uji kobalt(II) tiosianat : ditambahkan regensia dengan volume yang sama, gosok-gosok
dinding bejana dengan batang kaca, maka terbentuk endapan kristalin biru tua.

Hg²⁺ + Co²⁺ + 4 SCN⁻  Co[Hg(SCN)₄]

2. Bismut, Bi³⁺

Bismuth tidak larut dalam asam klorida hal itu dikarenakan potensial standarnya (0,2 V) ,
tetapi larut dalam asam nitrat pekat(a), air raja (b) atau asam sulfat panas (c).

2 Bi + 8 HNO₃  2 Bi³⁺ + 6 NO₃⁻ + 2 NO↑ + 4 H₂O (a)

Bi + 3 HCl + HNO₃  Bi³⁺ + 3 Cl⁻ + NO↑ + 2 H₂O (b)

2 Bi + 6 H₂SO₄  2 Bi³⁺ + 3 SO₄²⁻ + 3 SO₂ + 6 H₂O (c)

Reaksi – reaksi pada bismuth :

a. Hydrogen sulfide : Penambahan hydrogen sulfide mengahsilkan endapan berwarna hitam (a),
endapan tidak larut dalam asam encer dingin dan ammonium sulfide. Asam klorida dapat
melarutkan dengan dibarengi pelepasan gas hydrogen sulfide (b). Asam nitrat encer panas
melarutkan bismuth sulfide dan meninggalkan belerang dalam bentuk endapan putih (c) .

2 Bi³⁺ + 3 H₂S  Bi₂S₃↓ + 6 H⁺ (a)


23
Bi₂S₃↓ + 6 HCl  2 Bi³⁺ + 6 Cl⁻ + 3 H₂S ↑ (b)

Bi₂S₃↓ + 8 H⁺ + 2 NO₃⁻  2 Bi³⁺ + 3 S↓ + 2 NO↑ + 4 H₂O (c)

b. Larutan ammonia : Penambahan ammonia menghasilkan garam basa putih dalam berbagai
komposisi. Penambahan berlebih menyebabkan endapan tak larut.

Bi³⁺ + NO₃⁻ + 2 NH₃ + 2 H₂O  Bi(OH)₂ NO₃ ↓ + 2 NH₄⁺

c. Natrium Hidroksida : endapan putih (a). endapan hanya sedikit larut dalam regensia berlebih
dalam larutan dingin. Endapan larut dalam asam (b). Bila didihkan endapan akan kehilangan air
dan berwana putih kekuningan (c). endapan yang dihasilkan dapat dioksdasi denga hydrogen
peroksida pekat , sehingga membentuk ion bismutat (d).

Bi³⁺ + 3 OH⁻  Bi(OH)₃↓ (a)

Bi(OH)₃↓ + 3 H⁺  Bi³⁺ + 3 H₂O (b)

Bi(OH)₃↓  BiO.OH ↓ + H₂O (c)

BiO.OH ↓ + H₂O₂  BiO₃⁻ + H⁺ + H₂O (d)

d. Kalium iodida : penambahan sedikit menghasilkan endapan berwarna hitam (a). Penambahan
berlebih menghasilkan endapan berwarna jingga (b). Jika endapannya diencerkan dengan air,
menghasilkan endapan jingga dnegan pembentukan bismutil iodida (c).

Bi³⁺ + 3 I⁻  BiI₃ ↓ (a)

BiI₃ ↓ + I⁻ BiI₄]⁻ (b)

BiI₃ ↓ + H₂O + BiOI ↓ + 2 H⁺ + 2 I⁻ (c)

e. Kalium Sianida : mengahsilkan endapan putih. Apabila reagensi berlebihan maka endapan
tidak larut.

Bi³⁺ + 3 H₂O + 3 CN¯  Bi(OH)₃ + 3 HCN ↑

f. Natrium tetrahidroksostanat : keadaan larutan dingin , ia mereduksi ion bismuth(III) menjadi


ogam bismuth yang memisah dalam bentuk endapan hitam. Mula – mula natrium hidroksida

24
bereaksi dengan ion bismuth(III) (a) lalu direduksi oleh ion tetrahidroksostanat membentuk
logam bismuth berupa endapan hitam (b).

Bi³⁺ + 3 OH⁻  Bi(OH)₃↓ (a)

2 Bi(OH)₃↓ + 3 [Sn(OH)4]²⁻  2 Bi ↓ + 3 [Sn(OH)₆] + 2 OH⁻ (b)

g. Air : suatu larutan garam bismuth dituang dengan air yang banyakk, maka dihasilkan endapan
putih garam bara yang larut dalam asam mineral encer, tetapi tidak larut dalam asam tartarat dan
hidroksida alkali.

Bi³⁺ + Cl⁻ + H₂O  BiO.Cl↓ + 2 H⁺

h. Dinatrium hydrogen fosfat : menghasilkan endapan kristalin putih bismuth fosfat. Endapan ini
hanya sedikit larut dalam asam mineral encer .

i. Reagensia pirogalol : ditambahkan sedikit berlebihan larutan ion bismuth yang sedikit asam
dan panas menghasilkan endapan kuning bismuth pirogalat.

Bi + C₆H₃(OH)₃  Bi(C₆H₃O₃)↓ + 3H⁺

Dapat dinetralkan dnegan uji ammonia dengan indicator kertas lakmus. Kemudian
ditambahkan asam nitrat encer dan reagensia.

j. Reagensia sinkonina-kalium iodida (1%) : pewarnaan atau endapan merah-jingga dalam


larutan asma encer.

k. Tiourea (10%) : kompleks dengan ion bismuth(III) yang berwarna kuning kuat dengan adanya
asam nitrat encer. Dilakukan diatas kertas reaksi-tetes, lempeng bercak atau dalam tabung uji
mikro.

l. 8-Hidroksikuinolina (5% dan)dan KI suasana asam : membentuk endapan merah. Jika ion
halide lain tidak ada, maka reaksi ini khas untuk bismuth.

Bi³⁺ + C₉H₇ON + H⁺ + 4 I⁻  C₉H₇ON.HBiI₄↓

3. Tembaga , Cu²⁺

25
Tembaga merupak logam yang berwarna merah muda, mudah ditempa, dan liat. Tembaga
memiliki elektroda standar positif ( +0,34 V). Tembaga tidak bisa larutHCl dan asam sulfat
encer. Asam nitrat dengan konsentrasi 8 M dapat melarutkan tembaga :

3 Cu + 8 HNO₃  3 Cu²⁺ + 6 NO₃⁻ + 2 NO↑ + 4 H₂O

a. Larutan amonia, bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit menghasilkan endapan
berwarna biru berupa tembaga sulfat basa (a). Endapan larut dalam reagensia berlebihan dimana
terbentuknya ion kompleks tetraaminokuprat(II) yang berwarna biru tua (b).
2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O  Cu(OH)2.CuSO4 + 2 NH₄⁺ (a)
Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3  2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2OH- (b)

b. Natrium hidroksida dalam larutan dingin menghasilkan endapan berwarna biru berupa
tembaga(II) hidroksida (a). Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan. Bila dipanaskan,
endapan berubah menjadi tembaga(II) oksida berwarna hitam (b).

Cu2+ + 2OH-  Cu(OH)₂ (a)


Cu(OH)2  CuO + H2O (b)

c. Kalium iodida mengendapkan tembaga(I) iodida berwarna putih. Tetapi larutannya berwarna
coklat tua karena terbentuknya ion-ion tri-iodida (iod).
2 Cu²⁺ + 5 I⁻  2 CuI + I⁻
d. Natrium sulfide : Terbentuk endapan hitam tembaga (II) sulfide
Cu²⁺ (aq) + Na₂S (aq) → CuS↓ + 2 Na⁺

e. Natrium hidroksida : Terbentuk endapan biru, tembaga (II) sulfide

Cu²⁺ (aq) + 2OH⁻ (aq) → Cu(OH₂↓

f. Hidrogen Sulfida : mengahasilkan endapan hitam. Larutan haus asam untuk memperoleh
endapan kristalin yang mudah disaring. Tanpa adanaya asamatau hanya sedikit asam, maka
hanya diperoleh koloid yang berwarna hitam kecoklatan. Endapan tidak larut dalam asam sulfat
encer,natrium hidroksida, natrium sulfat, ammonium sulfide dan hanya sedikit larut dalam
polisulfida,

26
Cu²⁺ + H₂S  CuS↓ + 2 H⁺

g. Dipanaskan : Endapan akan berubah menjadi tembaga (II) oksida hitam oleh dehidratasi

Cu(OH)2↓ → CuO ↓ + H2O (l)

4. Arsenik(III), As³⁺

Arsenic merupakan zat padat berwarna abu-abu. Apabila arsenic dipanaskan, maka
bersublimasi dann timbul seperti bau bawang putih. Ketika dipanaskan dalam aliran udara yang
bebas, nyala arsenic berwarna biru, menghasilkan uap putih. Semua senyawa arsenic beracun.
Unsur tidak larut dalam HCl dan asam sulfat encer , larut dengan mudah bersama asam nitrat
membentuk ion arsenit dan dalam air raja atau asam nitrat pekat membentuk arsenat.

Reaksi – reaksi ion arsenic(III), larutan arsenic(III) oksida atau natrium arsenit dapat
dipakai dalam percobaan. Arsenic(III) oksida tidak larut dalam air dingi, namun ketika
pendidihan campuran selama 30 menit akan larut sempurna.

a. Hidrogen Sulfida : larutan harus bersifat sangat asam, jika tidak terdapat cukup asam maka
hanya akan terbentuk larutan berwarna kuning yang merupakan koloid As₂O₃. endapan ini dapat
larut dalam asam klorida pekat,hidroksida alkali dan larutan ammonium .

2 As³⁺ + 3 H₂S  As₂S₃↓ + 6 H⁺

b. Perak nitrat : endapan kuning perak arsenit dalam larutan netral. Endapan larut dalam asam
nitrat dan larutan ammonia.

AsO₃³⁻ + 3 Ag⁺  Ag₃AsO₃↓

c. Campuran Magnesia (larutan yang mengandung MgCl₂, Nh₄Cl dan sedikit NH₃) : tidak
terbentuk endapan.

d. Larutan tembaga sulfat : endapan hijau tembaga arsenit ( hijau scheele), yang dirumuskan
berbeda-beda CuHAsO₃ dan Cu(AsO₃)₂.xH2O dari larutan netral. Endapan larut dalam asam dan
ammonia membentuk larutan berwarna biru, laryt dalam NaOH danketika dididihkan ,
tembaga(I) oksida mengendap.

27
e. Kalium tri-iodida : mengoksidasi ion arsenic dan kehilangan warna.

AsO₃³⁻ + I₃⁻ + H₂O  AsO₄³⁻ + 3I⁻ + 2 H⁺

f. Larutan timah(II) klorida dan asam klorida pekat ( uji battendorff) : beberapa tetes arsenic
ditambahkan pada 2ml asam klorida dan 0,5ml timah(II) klorida jenuh , larutan kemudian
dipanaskan perlahan dan larutan berubah menjadi coklat tua sampai menghitam, hal ini
disebabkan karena memisahnya unsur arsenit dalam senyawa.

2 As³⁺ + 3Sn²⁺  2 As ↓ + 3 Sn⁴⁺

5. Arsenik(V), As⁵⁺

Reaksi-reaksi ion arsenat Larutan dinatrium hidrogen arsenat Na2HAsO4.7H2, 0,1 M


dapat dipakai untuk memepelajari reaksi-reaksi ini. Larutan harus mengandung sedikit asam
klorida encer.

a. Hidrogen Sulfida : tak terjadi endapan segera dengan adanya asam klorida encer. Jika aliran
gas diteruskan, campuran arsenik(III) sulfida, As2S3, dan belerang mengendap dengan lambat.
Pengendapan akan lebih cepat dengan larutan panas.

AsO43- + H2S  AsO33- + S ↓ + H2O

Jika asam klorida pekat yang sangat berlebihan terdapat dalam larutan dan hidrogen
sulfida dialirkan dengan cepat kedalam larutan yang dingin itu, mengendaplah arsenik
pentasulfida, As2S5, yang kuning; dalam larutan panas, endapan terdiri dari campuran tri- dan
penta-sulfida.

2 AsO₄³⁻ + 5 H₂S + 6 H⁺ As₂S₅↓ + 8 H2O

Arsenik pentasulfida, seperti trisulfidanya, mudah larut dalam hidroksida alkali atau
amonia (a), amonium sulfida (b), amonium polisulfida (c), natrium atau amonium karbonat (d):

As₂S₅↓ + 6 OH⁻  AsS₄³⁻ + AsO3S³⁻ + 3 H2O

As₂S₅↓ + 3 S²⁻  2 AsS₄³⁻

As₂S₅↓ + 6 S₂²⁻  2 AsS₄ + 3 S₃²⁻

As₂S₅↓ + 3 CO₃²⁻  AsS₄³⁻ + AsO₃S³⁻ + 3 CO₂

Ketika larutan-larutan ini diasamkan dengan asam klorida, arsenik pentasulfida mengendap
kembali:

28
2 AsS₄³⁻ + 6 H⁺  As₂S₅↓ + 3 H₂S↑

Untuk memperoleh pengendapan arsenik yang cepat dari larutan arsenik tanpa harus
memakai asam klorida yang sangat berlebihan, kita boleh mengalirkan belerang dioksida
kedalam larutan yang sedikit asam untuk mereduksi arsenik ke keadan tervalen-nya, dan lalu
belerang dioksida yang berlebihan dihilangkan dengan mendidihkan; pada pengaliran hidrogen
sulfida kedalam larutan hangat yang telah direduksi itu, arsenik dioksida mengendap dengan
segera.

Pengendapan dapat sangat dipercepat dengan menambahkan sedikit iodida, misalnya, 1


ml larutan 10 persen, dan sedikit asam klorida pekat. Iodida ini bertindak sebagai katalis dalam
artian zat ini mereduksi asam arsenat sebagai berikut:

AsO₄³⁻ + 2 I⁻ + 2 H⁺  ASO₃³⁻ + I₂ + H₂O

Iod yang dibebaskan, seterusnya direduksi menjadi iodida:

I₂ + H₂S  2 H⁺ + + 2 I⁻ + S↓

b. Larutan perak nitrat: endapan merah-kecoklatan, perak arsenat Ag3AsO4, dari larutan netral,
dari larutan netral (perbedaan dari arsenit dan fosfat, yang menghasilkan endapan-endapan
kuning). Endapan larut dalam asam dan dalam larutan amonia, tetapi tak larut dalam asam asetat.

AsO₄³⁻ + 3 Ag⁺  Ag₃AsO₄↓

Reaksi ini dapat dipakai sebagai uji yang peka terhadap arsenik, secara berikut. Uji ini
hanya dapat dipakai apabila tak ada ion-ion kromat, heksasiano ferat(II) dan (III), yang juga
memberi garam-garam perak yang berwarna yang tak larut dalam asam asetat.

Taruh setetes larutan uji pada krus mikro, tambahkan beberapa tetes larutan amonia pekat dan
hidrogen peroksida ‟10-volume‟, dan panaskan. Asamkan dengan asam asetat dan tambahkan 2
tetes larutan perak nitrat. Endapan atau pewarnaan merah-kecoklatan muncul.

c. Campuran magnesia (lihat bagian III.12, reaksi 3): endapan kristalin putin magnesium
amonium arsenat, Mg(NH4)AsO4.6H2O, dari larutan netral atau amoniakal(perbedaan dari
arsenit):

AsO₄³⁻ + Mg²⁺ + Mg²⁺  MgNH4AsO4↓

Untuk beberapa tujuan(misalnya mendeteksi arsenat dengan adanya fosfat), lebih baik
dipakai reagensia magnesium nitrat(larutan yang mengandung Mg(NO3)2, NH4Cl, dan
NH3.Ketika endapan putih ini diolah dengan larutan perak nitrat yang mengandung beberapa tetes
asam asetat, terbentuk perak arsenat merah(perbedaan dari fosfat):

29
MgNH4AsO4↓ + 3 Ag⁺  Ag₃AsO₄↓ + Mg²⁺ + Mg²⁺

d. Larutan amonium molidbat: bila reagensia ini dan asam nitrat ditambahkan dengan sangat
berlebih pada larutan suatu arsenat, kita memperoleh endapan kristalin berwarna kuning, yaiut
amonium arsenomolidbat, (NH4)3AsMo12O40, dengan mendidihkan (perbedaan dari arsenit yang
tak memberi endapan, dan dengan fosfat yang menghasilkan endapan pada keadaan dingin atau
dengan memanaskan perlahan-lahan). Endapan ini tak larut dalam asam nitrat, tetapi larut dalam
amonia dan larutan basa alkali.

AsO₄³⁻ + 12 MoO₄²⁻ + 3 NH₄⁺ + 24 H⁺  (NH₄)₃AsMo₁₂O₄₀↓ + 12 H₂O

Endapan sebenarnya mengandung ion trimolidbat (Mo3O102-); setiap ion menggantikan satu
oksigen dalam AsO43-. Jadi komposisi endapan seharusnya ditulis sebagai (NH4)[3As(Mo3O10)4].

e. Larutan kalium iodida: jika ada serta asam klorida pekat, iod akan diendapkan; dedengan
menocok campuran dengan 1-2 ml kloroform ato karbontetraklorida, zat yang terakhir ini akan
diwarnai oleh iod. Reaksi ini dapat dipakai untuk mendeteksi arsenat dengan adanya arsenit; zat-
zat pengoksida tidak boleh ada.

AsO₄³⁻ + 2 H⁺ + 2 I⁻ AsO₃³⁻ + I₂↓ + H₂O

f. Larutan uranil asetat: endapan seperti gelatin berwarna kuning muda, uranil amonium arsenat
UO2(NH4)AsO4.xH2O, dengan adanya amonium asetat berlebihan. Endapan larut dalam asam
mineral, tetapi tidak larut dalam asam asetat. Bila pengendapan dilakukan dalam suatu arsenat
yang panas, endapan akan diperoleh dalam bentuk granul(butiran kasar). Uji ini merupakan
metode yang sangat baik untuk membedakan arsenat dari arsenit, yang tak memberi endapan
dengan reagensia (larutan uranil asetat kira-kira 0,1 M).

AsO₄³⁻ + UO₂²⁺ + NH₂⁺  UO₂NH₄AsO₄↓

6. Stibium(III), Sb³⁺

Stibium adalah logam putih keperakan yang mengkilap, dan melebur pada 630oC. Stibium
tak larut dalam asam klorida, dan dalam asam sulfat encer. Dalam asam sulfat pekat yang panas
ia melarut perlahan-lahan dengan membentuk ion stibium(III).

2 Sb + 3 H₂SO₄ + 6 H⁺  2 Sb³⁺ + 3 SO₂↑ + 6 H₂O

Asam nitrat mengoksidasikan stibium menjadi suatu hasil yang tak larut, yang dapat kita
anggap sebagai campuran Sb2O5 dan Sb2O3. Anhidrida-anhidrida ini seterusnya dapat dilarutkan
dalam asam tartrat, campuran asam nitrat dan asam tartrat melarutkan stibium dengan mudah.

Air raja melarutkan stibium, menghasilkan ion stibium(III):

Sb + HNO₃ + 3 HCl  Sb³⁻ + 3 Cl⁻ + NO↑ + 2 H₂O

30
Dua deret garam diketahui dengan stibium(III) dan stibium(V) didalamnya; garam-garam
ini diturunkan dari Sb2O5 dan Sb2O3.Senyawa-senyawa stibium(III) mudah dilarutkan dalam
asam, pada mana ion Sb3- adalah yang stabil. Jika larutan dijadikan basa, atau konsentrasi ion
hidrogen dikurangi dengan pengenceran, terjadilah hidrolisis dimana ion-ion antimonil, SbO+
terbentuk:

Sb³⁺ + H₂O SbO⁺ + 2 H⁺

Senyawa-senyawa stibium(V) mengandung ion antimonat, SbO43-. Ciri-cirinya adalah


sama dengan senyawa arsenik padanannya.

Reaksi-reaksi ion stibium(III) Larutan 0,2 M stibium(III) klorida, SbCl3, dapat digunakan
untuk mempelajari reaksi-reaksi ini. Larutan ini dapat dibuat dengan melarutkan stibium(III)
klorida padat atau stibium(III) oksida, SbO3, pada larutan asam klorida encer.

a. Hidrogen sulfida: endapan merah jingga stibium trisulfida, Sb2S3, dari larutan-larutan yang tak
terlalu asam. Endapan larut dalam asam klorida pekat panas(perbedaan dan metode pemisahan
arsenik (III) sulfida dan merkuri(II) sulfida), dalam amonium polisulfida (membentuk
tioantimonat), dan dalam larutan hidroksida alkali (membentuk antimonit dan tioantimonit).

2 Sb³⁺ + 3H₂S  Sb₂S₃↓ + 6 H⁺

Sb₂S₃↓ + 6 HCl  2 Sb³⁺ + 6 Cl⁻ + 2 Sb³⁺↑

Sb₂S₃↓ + 4 S₂²⁻  2 SbS₄³⁻ + S₃²⁻

2 Sb₂S₃↓ + 4 OH⁻  SbO₂⁻ + 3 SbS₂⁻ + 2 H₂O

Dengan mengasamkan larutan tioantimonat dengan asam klorida, mula-mula stibium


pentasulfida diendapkan, tetapi biasanya terurai sebagian menjadi sulfida dan belerang:

2 SbS₄³⁻ + 6 H⁺  Sb₂S₅↓ + 3 H₂S ↑

Sb₂S₅↓  Sb₂S₃↓ + 2 S↓

b. Air: bila larutan dituangkan dalam air membentuk endapan putih antimonil klorida, SbOCl,
yang larut dalam larutan asam klorida dan asam tartrat (perbedaan dari bismut). Dengan air yang
berlebihan menghasilkan oksida terhidrasi Sb2O3.XH2O.

c. Larutan natrium hidroksida atau amonia: endapan putih stibium(III) oksida terhidrasi
Sb2O3.XH2O, yang larut dalam basa alkali yang pekat membentuk antimonit.

2 Sb³⁺ + 6 OH⁻  Sb₂O₃↓ + 3 H₂O

Sb₂O₃↓ + 2 OH⁻  2 SbO₂⁻ + H₂O


31
d. Zink: dihasilkan endapan hitam yaitu stibium. Jika sedikit larutan stibium klorida tersebut
dituang diatas lembaran tipis platinum dan sekeping logam zink ditaruh diatas lembaran itu,
terbentuk noda hitam stibium diatas platinum, noda (atau endapan) itu harus dilarutkan dalam
sedikit asam nitrat encer panas, dan hidrogen sulfida harus dialirkan kedalam larutan setelah
diencerkan, maka kita akan memperoleh endapan jingga, stibium trisulfida.

2 Sb³⁺ + 3 Zn  2 Sb↓ + 3 Zn²⁺

e. Kawat besi: endapan hitam stibium. Ini dapat dipastikan dengan cara yang diuraikan pada
reaksi d.

2 Sb³⁺ + 3 Fe  2 Sb↓ + 3 Fe²⁺

f. Larutan kalium iodida: warna menjadi merah karena pembentukan garam kompleks.

Sb³⁺ +6 I⁻  [SbI₆]³⁻

g. Regansia rodamina-B (atau tetraetilrodamina): pewarnaan lembayung atau biru dengan


stibium kuinkuvalen(bervalensi 5). Stibium tervalen tak memberi respon pada uji ini, maka harus
dioksidasikan dengan kalium atau natrium nitrit disertai dengan asam klorida pekat. Dalam
golongan IIB SbCl3 selalu terbentuk bersama-sama dengan SnCl4, bila endapan diolah dengan
asam klorida, dengan mengoksidasikan Sb(III) menjadi Sb(V) dengan nitrit padat, kita mendapat
suatu cara yang baik sekali untuk menguji Sb meskipun ada Sn dalam jumlah yang jauh lebih
banyak. Merkurium, molidbat, emas, vanadat, talium, dan tungstat dalam larutan memberikan
reaksi warna yang sama. Larutan uji harus asam sekali dengan asam klorida, dan stibium(III)
dioksidasikan dengan sedikit natrium atau kalium nitrit pada yang nitrit yang sangat berlebihan
harus dihindarkan. Taruh 1 ml reagensia diatas lempeng bercak dan tambahkan 1 tetes larutan uji.
Warn merah terang dari reagennya berubah menjadi biru.

h. Reagensia asam fosfomolidbat (H3[PMo12O40]): “biru molibdenium” dihasilkan oleh garam-


garam stibium(III). Dari ion-ion golongan II, hanya timah(II) yang mengganggu pada uji ini.
Larutan yang diuji boleh dari larutan yang tealh disaring, yang diperoleh dengan mengolah
endapan golongan IIB dengan asam klorida: disini stibium terdapat sebagai Sb3+ dan timah
sebagai Sn4+, yang tak memiliki pengaruh terhadap reagensia. Ditaruh setetes larutan uji diatas
kertas reaksi-tetes yang telah dikenai dengan reagensia asam fosfomolidbat dan pegang kertas
dalam uap air. Pewarnaan biru muncul dalam beberapa menit.

Cara lain adalah: taruh 1 ml larutan uji dalam tabung uji semimikro, tambahkan 0,5-1 ml
reagensia, dan panaskan sebentar. Reagensia direduksi menjadi senyawa biru yang dapat
diekstraksi dengan amil alkohol. Timah(II) klorida bukan hanya mereduksi asam fosfomolidbat
yang reakstif, tetapi juga garam-garamnya(misalnya garam amonium dan kalium) yang realtif tak
reaktif, menjadi „biru molibdenum‟. Tetapi, garam-garam stibium(III) tidak mereduksi amonium
fosfomolidbat: maka Sn2+ dapat dideteksi meskipun ada Sb3+.

32
Jenuhi kertas-tetes dengan asam fosfomolidbat, lalu pegang gas sebentar diatas gas
amonia unutk membentuk garam amonium kuning, yang hanya sedikit larut; keringkan. Taruh
setetes larutan uji diatas kertas ini: nampak muncul bercak biru, bila Sn2+ ada.

7. Stibium(V) , Sb⁵⁺

Ion stibium(V) diturunkan dari oksida amfoter Sb₂O₅. dalam asam, oksida ini melarutkan
dengan membentuk kation stibium(V) :

Sb₂O₅ + 10 H⁺  2 Sb⁵⁺ + 5 H₂O

Untuk mempelajari reaksi – reaksi kation stibium(V) dapat menggunakan senyawa Sb₂O₅.

a. Hidrogen sulfide : endapan merah jingga stibium pentasulfida dalam larutan asam kondisi
sedang. Endapan larut dalam larutan ammonium sulfide menghasilkan tioantimonat, larut dalam
larutan hidroksida alkali, dan dalam asam klorida pekat dengan pembentukan stibium triklorida
dan pemisahan belerang. Garam tio terurai dengan asam sehingga pentasulfida diendapkan.

2 Sb⁵⁺ + 5 H₂S  Sb₂S₅ ↓ + 10 H⁺

Sb₂S₅ ↓ + 3 S²⁻  2 SbS₄³⁻

Sb₂S₅ ↓ + 6 OH⁻  SbSO₃³⁻ + SbS₄³⁻ + 3 H₂O

Sb₂S₅ ↓ + 6 H⁺  2 Sb³⁺ + 2 S↓ + 3 H₂S↑

2 SbS₄³⁻ + 6 H⁺  Sb₂S₅ ↓ + 3 H₂S↑

SbSO₃³⁻ + SbS₄³⁻ + 6 H⁺  Sb₂S₅ ↓ + 3 H₂O

b. Air : endapan putih garam basa dengan komposisi bermacam-macam. Endapan melarut dalam
keadaan asam maupun basa.

Sb⁵⁺ + 4 H₂O H₃SbO₄↓+ 5 H⁺

c. Larutan Kalium iodida : pada keadaan asam, iod memisah. Jika Sb⁵⁺ kelebihan, mak Kristal iod
mengapung diatas permukaan larutan. Bila dipanaskan , muncul uap lembayung iod. Jika
regensia ditambahkan secara berlebihan , maka terbentuk ion-ion tri-iodida coklat yang menapis
warna kuning dari ion heksaiodoantimonat(III).

Sb⁵⁺ + 2 I⁻ Sb₃⁺ + I₂

d. Zink atau timah : mengahsilkan mendapan hitam stibium dengan adanya asam klorida

2 Sb⁵⁺ + 5 Zn↓  2 Sb↓ + 5 Zn²⁺

33
2 Sb⁵⁺ + 5 Sn↓  2 Sb↓ + 5 Sn²⁺

e. Reagensia Rodamida-B : seperti senyawa pada stibium(III) , hanya saja bagian ini tidak
memrlukan oksidasi pendahuluan.

8. Cadmium, Cd²⁺

Kadmium(II) adalah logam putih keperakan, yang dapat ditempa dan liat. Ia
melarut dengan lambat dalam asam encer dengan melepaskan hidrogen (disebabkan potensial
elektrodenya yang negatif).

a. Reaksi ion cadmium dengan asam klorida : menghasilkan cadmium klorida

Cd2+ + 2HCl --> CdCl2 + 2H+


b. hydrogen sulfide : endapan cadmium sulfide berwarna kuning
CdCl2 + H2S --> CdS (kuning) + 2HCl
c. Reaksi dengan asam nitrat
3CdS + 8HNO3 encer --> 3Cd(NO3)2 + 3S + 2NO + 4H2O
d. Reaksi dengan asam sulfat
Cd(NO3)2 + H2SO4 --> CdSO4 + 2HNO3
e. reaksi dengan ammonia berlebih
CdSO4 + 4NH4OH berlebih --> [Cd(NH3)4]SO4 + 4H2O
f. reaksi dengan kalium sianida
[Cd(NH3)4]SO4 + 4KCN berlebih --> K2[Cd(CN)4] + K2SO4 + 4NH
g. reaksi dengan KI : tidak membentuk endapan

h. reaksi dengan akil hidroksida : membentuk endapan putih

Cd2+ 2OH- → Cd(OH)2↓

9. Timah , Sn²⁺

Timah melarut secara lambat pada HCl encer dan asam sulfat membentuk garam – garam
timah(II) (stano ) :

Sn + 2 H⁺  Sn²⁺ + H₂↑

34
Timah juga bereaksi lambat dengan asam nitrat encer tanpa mengasilkan gas. Dengan asam nitrat
pekat , terjadi reaksi yang keras dan menghasilkan zat padat putih yang kadang disebut sebgai
asam metastanat. Ion timah(II) merupakan pereduksi yang kuat. Senyawa timah(IV) atau stani
lebih stabil. Ion-ion membentuk suatu sistem kesetimbangan dimana kesetimbangan bergeser ke
kiri jika keadaan asam dan sebaliknya.

a. Hidrogen sulfide : menghasilkan endapan coklat. Endapan larut dalam asam klorida pekat.

Sn²⁺ + H₂S  SnS ↓ + 2 H⁺

b. Natrium hidroksida : menghasilkan endapan putih yang larut dalam alkali berlibihan.

Sn²⁺ + 2 OH⁻  Sn(OH)₂↓

c. Merkurium(II) klorida : menghasilkan endapan berwarna putih (a). Penambahan yang


berlebihan mengakibatkan endapan berubah menjadi abu-abu karena tereduksi lebih
lanjutmenjadi logam merkurium(b).

Sn²⁺ + Hg₂Cl₂  Hg₂Cl₂ ↓ + Sn⁴⁺ + 2 Cl⁻

Sn²⁺ + Hg₂Cl₂  2 Hg↓ + Sn⁴⁺ + 2 Cl⁻

d. larutan bismuth nitrat dan natrium hidroksida : menghasilkan endapan hitam logam bismuth.

10. Timah, Sn⁴⁺

a. Hidrogen sulfide : mengahsilkan endapan berwarna kuning. Endapan larut dalam HCl pekat ,
larutan kalium hidroksida logam alkali , ammonium sulfide dan ammonium polisulfida.

Sn⁴⁺ + 2 H₂S  SnS₂↓ + 4 H⁺

b. Natrium hidroksida : menghasilkan endapan putih seperti gelatin , larut dalm zat pengendap
yang berlebihan,dapat membentuk heksahidroksosostana(IV).

Sn⁴⁺ + 4 OH⁻  Sn(OH)₄↓

Sn(OH)₄↓ + 2 OH⁻  [Sn(OH)₆]²⁻

3. Merkurium(II) klorida : tidak ada endapan ketika bereaksi dengan garam Sn.

35
4. Logam besi : mereduksi ion timah(IV) menjadi timah(II) :

Sn⁴⁺ + Fe  Fe²⁺ + Sn²⁺

11. Timbal , Pb²⁺

Timbal mudah larut dalam asam nitrat pekat membentuk nitrogen oksida. gas nitrogen
yang tak berwarna bila tercampur diudara membentuk nitrogen dioksida merah.

a. Hidrogen Sulfida : endapan hitam timbel sulfide

PbCl2 + H2S --> PbS (hitam) + 2HCl

b. larutan Amonia : endapan putih timbal. Apabila ditambahkan regensia berlebih, endapan tidak
larut.

Pb²⁺ + 2 NH₃ + 2 H₂O  Pb(OH)₂↓ + 2 NH₄⁺

c. Natrium hidroksida : endapan putih. Larut dalam regensia. Memiliki sifat amforter.

Pb²⁺ + 2 OH⁻  Pb(OH)₂↓

d. asam sulfat encer : endapan putih

Pb²⁺ + SO₄²⁻  PbSO₄↓

e. kalium kromat : endapan kuning . larut dalam asam nitrat dan natrium hidroksida.

Pb²⁺ + CrO₄²⁻  PbCrO₄↓

f. Kalium iodida : endapan kuning. Kelarutan sedang dalam air mendidih ,menghasilkan larutan
tak berwarna. Setelah dingin endapan memisah sebagai keeping-kepig berwarna kuning
keemasan.

Pb²⁺ + 2 I⁻  PbI₂

g. asam nitrat

Bi2S3 + 8HNO3 encer --> 2Bi(NO3)3 + 3S + 2NO + 4H2O


36
D. ANALISIS KATION GOLONGAN III

Kation-kation golongan III umumnya tidak bereaksi dengan HCl mupun H2S dalam
suasana asam. Namun kation-kation pada golongan ini dapat membentuk endapan dengan
pereaksi (NH4)2S dalam suasana netral atau ammonakal. Ion-ion dari kation golongan III
semuanya diendapkan oleh hidrogen sulfida dalam buffer amoniak-amonium klorida. Golongan
ini golongan hidrogen sulfid basa atau golongan alumunium-besi. Sulfia yang tidak dapat
diendapkan pada golongan II akan terlihat pada golongan III. Sulfida golongan III memiliki Ksp
lebih besar dibandingkan golongan II, sehingga dibutuhkan konsentrasi S2- yang lebih tinggi yang
dipenuhi oleh larutan hidrogen sulfida dalam suasana basa (pH≈9).

Dua dari ion pada gologan III, alumunium(III) dan krom(III) bentuk hidroksida-nya
sangat sedikit kelarutannya, kosentrasi ion hidroksida dari larutan ammonia lebih dari cukup
untuk mengendapkan secara sempurna kedua kation ini.

Kecuali Al3+ dan Zn2+ yang subkulit d-nya terisi penuh, unsur-unsur lainnya memiliki
subkulit d yanga belum terisi penuh oleh electron, sehingga memiliki tingkat oksidasi bervariasi.
Beberapa bentuk ion dan senyawa yang dibentuk dari variasi tingkat oksidasi kation golongan III,
dicantumkan pada tabel 1.

Adanya subkulit d yang belum teris penuh terisi elektron juga menyebabkan
terbentuknya warna-warna yang spesifik dari ion golongan III, terutama ion kompleksnya,
sehingga pengamatan warna sering digunakan sebagai deteksi awal dari keberadaan ion golongan
III dalam larutan. Beberapa warna ion golongan III dicantumkan pada tabel 2 berikut.

Tabel 1. Ion, Oksida, Hidroksida Kation Golongan III pada Berbagai Tingkat Oksidasi

Tingkat Oksidasi
+2 +3 +4 +6 +7
Al Al3+
Al2O3
Al(OH)3
[Al(OH)4]-
Cr Cr3+ CrO42-
Cr2O3 Cr2O72-
[Cr(OH)4]- Cr3+
CrO3
Mn Mn2+ MnO(OH) MnO2 MnO42- MnO4-
Mn(OH)2
Fe Fe2+ Fe3+
Fe(OH)2 FeO(OH)
[Fe(CN)6]4- Fe2O3
[Fe(CN)6]3-
Co Co2+ Fe(OH)3

37
Co(OH)2 [Co(NH3)6]3+
[Co(NH3)6]4- [Co(NO2)6]3-
Co(CN)6]3-
Ni Ni2+ NiO(OH) NiO2
Ni(OH)2 Ni2O3
[Ni(NH3)6]2+
Zn Zn2+
Zn(OH)2
[Zn(NH3)4]2+
[Zn(OH)4]2-

Tabel 2. Warna Beberapa Ion Golongan III

Ion Warna Ion Warna


[Al(OH)4]- Tak berwarna [Fe(H2O)6]3+ Violet pucat
[Cr(H2O)6]3+ Biru-violet [FeOH(H2O)5]2+ Amber?
[Cr(H2O)2Cl]2+ Hijau [Fe(H2O)5Cl2]2+ Kuning
CrO42- Kuning [Fe(SCN)]2+ Merah darah
Cr2O72- Oranye MnO42- Hijau tua
[Cr(H2O)6]2+ Merah Rose MnO4- Ungu
[Co(NH3)6]2+ Tan? [Ni(H2O)6]2+ Hijau pekat
[Co(NCS)4]2+ Biru-hijau [Ni(NH3)6]2+ Biru gelap
[Co(DMG)]3- Coklat [Zn(H2O)4]2+ Tak berwarna
[Co(NH3)5(H2O)]2+ Merah [Zn(NH3)4]2+ Tak berwarna
[Fe(H2O)6]2+ Hijau pucat

1. Ion Seng (II), Zn2+

Seng memiliki tingkat oksidasi +2 dalam senyawanya. Unsurnya merupakan reduktor


yang cukup kuat. Ikatan dalam senyawa seng cenderung bersifat kovalen pada senyawa
anhidratnya, tetapi ikatan mirip garam pada senyawa hidrat. Endapan seng hidroksida terbentuk
pada suasana sedikit asam, tetapi larut kembali membentuk kompleks hidrokso bila konsentrasi
OH- dinaikkan. Seng hidoksida juga larit dalam larutan amoniak, membentuk kompleks
[Zn(NH3)4]2+. Seng hidroksida bersifat amfoter, dan dalam suasana asam membentuk Zn2+.

Ion Zn2+ membentuk komples berbagai ligand, yang memiliki konstanta disosiasi lebih
besai dibandingkan dengan kompleks raksa(II) yang bersesuaian. Kompleks [Zn(NH3)4]2+. (Kd =
3,4 x 10-10) dan [Zn(CN)4]2- (Kd = 2,4 x 10-20) lebih stabil dibandingkan kompleks halidanya.

Garam dari senyawa seng yang larut dalam air mencakup asetat, bromida, klorida, iosida,
nitrat, sulfat, dan thiosianat. Senyawa tidak larutnya meliputi karbonat, hidroksida, sulfida garam
rangkap kalium heksasianoferat(II), K2Zn3[Fe(CN)6]2.

38
Reaksi penting untuk pemisahan dan identifikasi dari Zn2+

Reaksi pengendapan golongan :

Zn2+ + 4NH3(aq) → [Zn(NH3)4]2+

Zn(NH3)4]2+ + S2- → ZnS (s) + 4NH3(aq)

Pelarutan kembali dalam asam :

ZnS (s)+ 2H+ → Zn2+ + H2S(aq)

Pembentukan Kompleks :

Zn2+ + 4OH- → [Zn(OH)4]2+

Uji konfirmasi :

Pengulangan uuji pengendapan menghasilkan ZnS

2. Ion Alumunium, Al3+

Pada suhu kamar dan dalam larutan, alumunium stabil sebagai alumunium(III), Al3+.
Senyawa anhidrat dari alumunium(III) umumnya berikatan secara kovalen, tetapi bila larut dalam
air, senyawa alumunium(III) tidak berwarna, sehingga hidrat dari alumunium bersifat ionik.
Karena muatan yang besar dan ukurannya relative kecil, ion alumunium(III) bereaksi dengan air.
Adanya anion basa kuat seperti CO32-, CN-, S2- akan terjadi hidrolisis menghasilkan endapan
hidroksida, Al(OH) 3. Al(OH)3 bersifat amfoter, yang larut dalam larutan basa dengan pH>10
menghasilkan [Al(OH)4]-. Pemanasan endapan Al(OH)3 menghasilkan bentuk oksidanya, Al2O3.

Hanya sedikit kompleks alumunium yang penting dalam analisis kualitatif, seperti
[Al(OH)4]-, [AlF6]3+, [Al(H2O)6]3+. Aluminon, suatu garam ammonium dari asam aurin
karboksilat, bereksi dengan Al3+ menghasilkan kompleks berwarna merah yang tidak larut,
banyak digunakan pada dunia industry sebagai pewarna. Reaksi dengan aluminon juga digunakan
sebagai uji identifikasi adanya Al3+.

Senyawa aluminium(III) yang larut dalam air mencakup asetat, bromida, klorida, iodida,
nitrat, perklorat, sulfat, dan thiosianat. Senyawa yang tidak larutnya meliputi hidroksida dan
fosfat.

Reaksi penting ntuk Pemisahan dan Identifikasi dari Al3+

Reaksi pengendapan golongan :

Al3+ + 3OH- → Al(OH)3 (s)

Putih

39
Pelarutan kembali dalam asam :

Al(OH)3 (s)+ 3H+ → Al3+ + 3H2O(l)

Pembentukan ion kompleks dan penguraian kembali :

Al3+ + 4OH- → [Al(OH)4]-

[Al(OH)4]- + 4H+ (berlebih) → Al3+ + 4H2O(l)

Uji konfirmasi :

Al3+ + aluminon → endapan merah

3. Ion Kromium(III), Cr3+

Kation kromium diketahui dalam bentuk kromium(II) dan kromium(III), dengan potensial
standar sebagai berikut

Cr3+ + e- → Cr2+ E0 = -0,41 V

Cr(OH)3 (s) + e → Cr(OH)2(s) E0 = -1,10 V

Kromium(II) mudah teroksidasi, membiarkan larutan kromium(II) diudara terbuka akan


menyebabkan teroksidasi menjadi kromium(III).

Senyawa anhidrat dari kromium(III) bersifat molekuler, sedangkan senyawa hidratnya


mirip garam, dalam keadaan larutan terdiri atas kation terhidrat. Bentuk-bentuk kompleks hidrat
atau lainnya selalu berwarna. Ion kompleks [Cr(H2O6]3+ yang berwarna violet akan berubah
menjadi hijau bila terdapat Cl- karena terbentuknya kompleks [Cr(H2O)5Cl]2+ dan
[Cr(H2O)4Cl2]2+. Kompleks kromium(III) stabil dengan tetapan disosiasi yang sangat kecil.
Beberapa kompleks dari krom (III) yang stabil adalah [Cr(NH3)6]3+ - kuning, [Cr(NH3)5Cl]3+ -
merah, [Cr(NH3)5(OH)]2+ - pink dan [Cr(NH3)2(SCN)4]- - merah.

Senyawa kromium(III) yang larut dalam air mencakup asetat, bromide, klorida, iodida,
nitrat perklorat, dan sulfat. Senyawa yang sulit larut meliputi hidroksida dan fosfat. Hidroksida
dari kromium(III) bersifat amfoter, larut dengan baik pada larutan basa kuat atau larutan asam.
Kromium(III) hidroksida cukup kecil kelarutannya (Ksp = 6 x 10-31), sehingga anion basa kuat
seperti S2- dan CO32- mampu menghasilkan ion hidroksida yang dapat mengendapkan Cr3+.

3Cr3+ + 3S2- +6H2O (l) →2Cr(OH)3(l) + 2H2S(g)

3Cr3+ + 3CO32- + 3H2O (l) → 2Cr(OH)3(l) + 3CO2(g)

Oksidasi menjadi kromium(IV) lebih mudah berlangsung dalam suasana basa dibandingkan
dalam suasana asam, seperti yang ditunjukkan oleh nilai potensial standarnya.

40
CrO42- +4H2O (l) + 3e- →Cr(OH)3(s) + 5OH- E0 = -0,13 V

Cr2O72- + 14H+ + 6e- → Cr3++ 7H2O E0 = +1,33 V

Ion dikromat Cr2O72- dan kromat Cr42- ada dalam kesetimbangan yang tergantung pada nilai pH.
Pada kondisi asam ion dikromat lebih stabil, sedangkan dalam kondisi basa ion kromat yang
lebih stabil.

Reaksi penting untuk pemisahan dan identifikasi dari Cr3+

Reaksi pengendapan golongan :

Cr3+ + 3OH- → Cr(OH)3 (s)

Pelarutan kembali dalam asam :

Cr(OH)3 (s)+ 3H+ → Cr3+ + 3H2O(l)

Pembentukan ion kompleks dan penguraian kembali :

Cr3+ + 4OH- → [Cr(OH)4]-

2[Cr(OH)4]- + 2OH- + 3H2O(l) → CrO42- + 8H2O(l)

CrO42- + 2H+ → Cr2O72- + H2O(l)

Uji konfirmasi :

Ba2+ + CrO42- → BaCrO4 (s)

2BaCrO4 (s) + 2H+ + 3H2O (l) → Ba2+ + CrO42- + 8H2O(l)

Cr2O72- + 4H2O(l) + 2H+ → 2CrO3 (dalam amil alkohol) + 5H2O (l)

(Cr(OH)3 = hijau kelabu, [Cr(OH)4]- = hijau tua, CrO42- = kuning, Cr2O72- = jingga,
BaCrO4 = kuning, CrO3 = biru)

4. Ion Mangan(II), Mn2+

Kation manga nada dalam bentuk mangan(II) dan mangan(III). Berdasarkan nilai
potensialnya dapat disimpulkan bahwa mangan (II) tahan terhadap oksidasi maupun reduksi,
sehingga Mn2+ adalah bentuk kation yang stabil dalam bentuk larutan.

Mn2+ + 2e- → Mn E0 = -1,185 V

Mn(OH)2 + 2e- → Mn + 2OH- E0 = -1,55 V

Mn3+ + e- → Mn2+ E0 = +1,51 V

41
MnO2(s)+ 4H+ + 2e- → Mn2++ 2H2O (l) E0 = +1,23 V

MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O (l) E0 = -1,51 V

Ion Mn2+ tidak bereaksi dengan air, berbentuk senyawa hidrat yang berwarna pink pucat,
dan berbentuk ion kompleks sangat sedikit. Senyawa mangan yang larut dalam air mencakup
asetat, bromida, klorida, iodida, nitrat, sulfat, dan thiosianat. Senyawa yang sulit larut meliputi
hidroksida, karbinat, dan sulfide. Senyawa mangan(II) memiliki sifat-sifat yang mirip dengan
senyawa magnesium. Hidroksida dari mangan(II) tidak dapat diendapkan bila terdapat ion
ammonium, seperti juga hidroksida magnesium.

Proses oksidanya dipengaruhi hanya oleh kekuatan oksidator. Pengubahan menjadi MnO4-
yang berwarna ungu dapat dilakukan oksidator natrium bismutat(V) atau timbal (IV) oksida.
Oksidasi oleh ion klorat dalam asam nitrat menghasilkan MnO2, padatan berwarna hitam yang
tak larut dalam air.

Reaksi penting untuk pemisahan dan identifikasi dari Mn2+

Reaksi pengendapan golongan :

Mn2+ + NH3(aq) → NH4+ tidak terjadi reaksi

Mn2+ + S- → MnS(s)

Pelarutan kembali dalam asam :

MnS(s) + 2H+ → Mn2+ + H2S(g)

Oksidasi dan Reduksi dari Mn :

Mn(OH)2(s) + 2H2O(aq) → MnO2(s) + 2H2O(l)

MnO2(s) + 2H2O (l) + 2H+ → Mn2+ + 2H2O(l) + O(g)

Oksidasi reduksi dari Mn :

3Mn2+ + 2H2O (l) + ClO3- → 2MnO2(s) + 6H+ + Cl-

MnO2(s) + HNO2(aq) + 2H+ → Mn2+ + H2O(l) + NO3-

Uji konfirmasi :

2Mn2+ + 14H+ + 5NaBiO3(s) → 2MnO4- + 5Bi3+ + 7H2O(l) + Na-

(MnS = pink, Mn(OH)2= pink pucat, MnO2 = hitam, MnO4- = ungu-violet)

42
5. Ion Besi(II) dan Besi(III), Fe2+, Fe3+

Kation besi dalam larutan berbentuk Fe2+ dan Fe3+ terhidrat, disamping dalam bentuk
senyawanya. Potensial reduksi standar dari besi dalam keadaan larutan adalah sebagai berikut.

Fe2+ + 2e- → Fe E0 = -0,0440 V

Fe(OH)2 + 2e- → Fe + 2OH- E0 = -0,877 V

Fe3+ + e- → Fe2+ E0 = +0,771 V

Fe(OH)3 + e- → Fe(OH)2 + OH- E0 = -0,56 V

Oksidasi dari unsur menjadi besi(II) dan ion besi(II) menjadi besi(III) lebih mudah berlangsung
dalam suasana basa dari pada suasana asan. Dalam suasana asam unsur besi lebih mudah
dioksidasi menjadi besi(II), tetapi untuk mengoksidasi besi (II) menjadi besi(III) diperlukan
oksidator kuat.

Unsur besi, besi(III) dan besi(II) dalam larutan membentuk kesetimbangan heterogen.

Fe(s) + 2Fe3+ → 2Fe2+ K = 7,4 x 1039

Penambahan unsur besi kedalam larutan besi(II) akan melindungi oksidasi lebih lanjut menjadi
besi(III).

Senyawa besi(III) memiliki kemiripan sifat dengansenyawa mangan(II), kobalt(II) dan


nikel(II), sedangkan senyawa besi(III) memiliki kemiripan sifat dengan senyawa aluminium(III)
dan kromium(III). Dalam larutan, hidrat besi(II) berwarna hijau yang hanya terlihat bila
konsentrasinya besar, hidrat besi(III) berwarna coklat, tetapi karena terbentuknya koloid besi(III)
oksida akan teramati warna kuning hingga coklat-kemerahan.

Kelebihan OH- tidak melarutkan kembali Fe(OH)2 dan Fe(OH)3, sehingga tidak terjadi
kompleks hidroksonya. Kompleks besi(II) atau besi(III) dalam suasana asam yang umum adalah
[Fe(CN)6]4- berwarna kuning, [Fe(CN)6]3- berwarna merah, [Fe(NCS)]2+ berwarna merah.
Komples amina dari besi (II) atau besi(III) tidak dapat terbentuk dalam system larutan air.

Senyawa besi(II) dan besi(III) yang larut dalam air mencakup asetat, bromide, klorida,
nitrat dan perklorat. Senyawa besi(II) dan besi(III) yang sulit larut meliputi hidroksida, fosfat dan
sulfide. Besi(II) karbonat tidak larut, tetapi reaksi CO32- dengan Fe3+ akan menghasilkan Fe(OH)3
karena terjadinya hidrolisis. Dalam suasana asam reaksi –dengan hydrogen sulfida atau
tioasetamida akan menyebabkan reduksi besi(III) menjadi besi(II) tetapi tidak mengendapkan
sebagi besi(II) sulfida. Dalam suasana basa, reaksi dengan hydrogen sulfide mengendapkan ion
besi dalam bentuk FeS dan Fe2S3.

Reaksi penting untuk pemisahan dan identifikasi dari Mn2+

43
Reaksi pengendapan golongan :

Fe2+ + 2OH-(berlebih) → Fe(OH)2(s)

Fe3+ + 3OH-(berlebih) → Fe(OH)3(s)

Fe(OH)2(s) + S3- → FeS(s) + 2OH-

2Fe(OH)3(s) + 3S3- → Fe2S3(s) + 6OH-

Pelarutan kembali dalam asam :

FeS(s) + 2H+ → Fe2+ + H2S(g)

Fe2S3(s) + 4H+ → Fe3+ + 2H2S(g) + S(s)

Oksidasi besi(II) menjadi besi(III) :

3Fe2+ + NO3- + 4H+→ Fe3+ + NO(g) + 2H2O(l)

Uji konfirmasi :

Fe3+ + K+ + [Fe(CN)6]4- → KFe[Fe(CN)6](s)

Fe3+ + NCS- → [Fe(NCS)]2+

(Fe(OH)2 = hijau, Fe(OH)3 = coklat-merah, FeS, Fe2S3 = hitam, KFe[Fe(CN)6] = biru tua,
[Fe(NCS)]2+ = merah).

6. Ion Kobalt(II), Co2+

Walaupun diketahui adanya kobalt(II) dan kobalt(III) dalam berbagai senyawa, hanya
kobalt(II) terhidrat yang stabil dalam larutan. Adanya ligand pengompleks akan menyebabkan
oksidasi Co2+ menjadi Co3+ dalam kompleks. Komples kobalt(III) merupakan komples yang
paling stabil dan paling banyak jumlahnya diantara kompleks-komples kation logam lainnya,
yang dapat digambarkan dari potensial standar berikut.

Co2+ + e- → Co2+ E0 = +1,808 V

Co(OH)3 +2e- → Co(OH)2+ OH- E0 = +0,17 V

[Co(NH3)6]3+ + e- → [Co(NH3)6]2+ E0 = +0,11 V

[Co(CN)6]3- + e- → [Co(CN)6]4- E0 = -0,83 V

44
Berdasarkan data potensial standarnya dapat digambarkan bahwa reduksi kobalt(III)
mudah berlangsung dalam larutan, tetapi adanya OH- atau ligand segera teroksidasi kembali
menjadi kobalt(III) dalam bentuk kompleksnya.

Dalam berbagai reaksinya ion Co2+ memiliki sifat-sifat yang mirip dengan Fe2+ atau Ni2+,
sehingga cukup sulit untuk memisahakan ketiga ion ini. Senyawa kobalt(II) yang larut dalam air
mencakup asetat, bromida, klorida, iodida, nitrat, sulfat dan sulfida. Ada dua bentuk sulfide,
pertama adalah endapan hitam dari α- CoS yang larut dalam HCl 6M, kedua adalah dari β- CoS
yang sangat sulit larut dalam HCl 6M. Kobalt (II) membentuk barbagai ion kompleks sejumlah
ligand seperti berbagai ion kompleks [Co(NH3)6]2+ - tan, [CoCl6]4- - biru, [Co(CN)6]4- - coklat.
Dalam larutan, ion kompleks ini tidak stabil dan berubah menjadi hidratnya atau mengalami
oksidasi misalnya :

[CoCl6]4- + 6H2O(l) → [Co(H2O)6]2+ + 6Cl-

4[Co(NH3)6]2+ + 2H2O(l) + O2(g) → 4[Co(NH3)6]3+ + 4OH-

Ion kobalt(II) hanya sedikit terhidrolisa dan hidroksinya tidak bersifat amfoter.

Reaksi penting untuk pemisahan dan identifikasi dari Co2+

Reaksi pengendapan golongan :

Co2+ + 2OH-(berlebih) → Co(OH)2(s)

Co(OH)2(s) + 6NH3(aq) → [Co(NH3)6]2+(aq)+ 2OH-

[Co(NH3)6]2+(aq)+ S2- → CoS(s) + 6NH3(aq)

Pelarutan kembali dengan mengoksidasi S2- :

3CoS(s) + 8H+ + 2NO3- → 3Co2+ + 2NO(g) + 4H2O(l) + 3S(s)

Oksidasi kobalt(II) menjadi kobalt(III) dalam suasana basa atau netral :

4Co(OH)2(s) + 2H2O(l) → 4Co(OH)3(s)

Reduksi kobalt(III) menjadi kobalt(II) dalam suasana asam :

4Co(OH)3(s) + 4H+ + 2H2O(l) → 3Co2+ + 6H2O(l) + O2(g)

Uji konfirmasi :

Co2+ + 7KNO3(s) + 4H+ → K3[Co(NO2)6] + NO(g) + H2O(l) + 4K+

Co2+ + 4NCS- → [Co(NCS)4]2- (dalam amilalkohol)


45
7. Ion Nikel(II), Ni2+

Dalam larutan hanya diketahui Ni2+ sebagai kation dari nikel. Nikel dengan tingkat
oksidasi lebih tinggi diketahui dalam bentuk padatan oksidanya seperti NiO, Ni2O3 atau NiO2.
Pelarutan dalam suasana basa akan menhasilkan Ni(OH)2, sedangkan dalam suasana asam
menghasilkan ion Ni2+.

NiO2 + H2O + 2e- → Ni(OH)2 + 2OH- E0 = +0,490 V

Senyawa-senyawa nikel(II) memiliki kemiripan sifat dengan senyawa kobalt(II), kecuali


dalam warna dan ketahanannya terhadap oksidasi. Endapan NiS segera berubah menjadi koloid
coklat dalam suasana basa. Kompleks karakteristik dari nikel(II) kompleks khelat dengan dimetil
glioksim (DMG) yang berwarna merah. Ktion logam lain tidak bereaksi dengan DMG.
Pengendapan kompleks Ni-DMG dalam larutan buffer asetat mampu mendeteksi Ni2+ sampai
konsentrasi 5 x 10-5 mol/L.

Reaksi penting untuk pemisahan dan identifikasi dari Ni2+

Reaksi pengendapan golongan :

Ni2+ + 2OH-(berlebih) → Ni(OH)2(s)

Ni(OH)2(s) + 6NH3(aq) → [Ni(NH3)6]2+(aq)+ 2OH-

[Ni(NH3)6]2+(aq)+ S2- → NiS(s) + 6NH3(aq)

Pelarutan kembali dengan mengoksidasi S2- :

3NiS(s) + 8H+ + 2NO3- → 3Ni2+ + 2NO(g) + 4H2O(l) + 3S(s)

Pelarutan kembali dalam suasana asam :

Ni(OH)2(s) + 2H+→ Ni2+ + 2H2O(l)

Uji konfirmasi :

Ni2+ + HDMG(aq) + 2CH3OO- → Ni(DMG)2(s) + 2CH3OOH(aq)

Analisis Kation Golongan III

Prosedur 1 : Larutan hari hasil pemisahan golongan II yang bersifat asam, pertama kali
dididihkan untuk menghilangkan sisa sulfide dalam bentuk H2S. kemudian ditambahkan larutan
amoniak untuk memperoleh suasana basa, sehingga terjadi pengendapan hidroksidanya ataupun
pembentukan kompleks aminanya.

Fe2+ + 2NH4OH(aq) → Fe(OH)2(s) + NH4OH(berlebih) → tidak ada reaksi


Hijau

46
Co2+ + 2NH4OH(aq) → Co(OH)2(s) + NH4OH(berlebih) → [Co(NH3)6]2+

Ni2+ + 2NH4OH(aq) → Ni(OH)2(s) + NH4OH(berlebih) → [Co(NH3)6]2+

Zn2+ + 2NH4OH(aq) → Zn(OH)2(s) + NH4OH(berlebih) → [Zn(NH3)4]2+

Al3+ + 3NH4OH(aq) → Al(OH)3(s) + NH4OH(berlebih) → tidak ada reaksi

Cr3+ + 3NH4OH(aq) → Cr(OH)3(s) + NH4OH(berlebih) → tidak ada reaksi

Mn(OH)2 tidak dapat diendapkan karena [OH]- dikendalikan oleh ion NH4, demikian pula
dengan pengendapan magnesium yang dapat dicegah oleh adanya ion ammonium.

Prosedur 2 : Bentuk β dari CoS dan NiS yang tidak larut dalam HCl 12 M, akan larut bila
ditambahkan HNO3 karena ion sulfide teroksidasi menjadi untur belerang. Residu hitam yang
tinggal setelah penambahan HCl menunjukkan adanya Co2+ atau Ni2+ atau keduanya.

Prosedur 3 : Pemisahan pada prosedur ini didasarkan pada sifat amfoter hidroksida aluminium,
kromium, seng. Penambahan pelan-pelan dari larutan NaOH pertama kali mengendapkan seluruh
hidroksida, tetapi penambahan berlebih akan melarutkan kembali hidroksida yang bersifat
amfoter.

Prosedur 4 : MnO2(s) dan Co(OH)2(s) yang sulit larut dalam asam nitrat ditambahkan hydrogen
peroksida untuk meningkatkan kelarutannya.

Prosedur 5 : Oksidasi MnO2 oleh ClO3- dalam suasana asam cukup memberikan indikasi adanya
mangan dalam sampel.

Prosedur 6 : Mangan(IV) oksida kembali dilarutkan dalam suasana asam hanya sebagai
konsekuensi reduksi oleh nitrit. Oksidasi menghasilkan MnO4- yang berwarna ungu merupakan
reaksi khusus untuk indikasi ion mangan.

Prosedur 7 :

Pemisahan yang dimulai dari kesetimbangan

NH3(aq) + 2H2O→ NH4+ + OH-

Ion Fe3+ bereaksi dengan OH- sedangkan ion Co2+ dan Ni2+ bereaksi dengan NH3 saat pertama
kali larutan amoniak berlebih ditambahkan, maka semua hidroksida adan mengendap.
Penambahan amoniak berlebih menyebabkan nikel(II) dan kobalt(II) larut kembali membentuk
kompleks.

Prosedur 8 :

47
Reaksi ion Fe3+ dengan [Fe(CN)6]4- dengan CNS- merupakan reaksi spesifik dan sangat
sensitive untuk ion Fe3+.

Prosedur 9 :

Ion Ni2+ tidak mengganggu dalam pebentukan warna biru dari [Co(NCS)4]2- atau endapan
kuning K3[Co(NO2)6]. Fluorida digunakan untuk menarik Fe3+ sebagai kompleks [FeF6]3+ agar
pembentukan [Fe(NCS)]2 dapat dihindarkan.

Prosedur 10 :

DMG hanya memberikan warna coklat dengan Co2+, sehingga Ni2+ tetap terdeteksi walaupun ada
ion Co2+.

Prosedur 11 :

Penambahan HCl untuk menetralkan kompleks hidrokso dari Al3+, Zn2+, dan mengubah
CrO42- menjadi Cr2O72-.

Prosedur 12 :

Prinsip yang sama dengan prossedur 7 digunakan pada prosedur ini Al3+ bereaksi dengan
OH- dan Zn2+ bereaksi dengan NH3. Membuat larutan bersuasana basa akan menyebabkan
perubahan Cr2O72- menjadi CrO42-.

Cr2O72-+ OH-→ CrO42- + H2O

Prosedur 13 :

Pembentukan endapan (danau) merah dari reaksi antara Al3+ dengan aluminon.

Prosedur 14 :

Warna barium kromat yang kurang tajam dibandingkan timbal (II) kromat menyebabkan
kesulitan tersendiri pada prosedur ini. Endapan kuning yang larut dalam asam adalah barium
kromat.

Prosedur 15 :

Pembentukan warna biru dari peroksokromat dilakukan dengan penambahan peroksida


berlebih sambil dipanaskan. Adanya warna biru menandakan adanya kromium dalam sampel.

Prosedur 16 :

Seng sulfida merupakan endapan putih tidak larut dalam air dan larut dalam asam klorida.

48
.

E. KATION GOLONGAN IV
Kation golongan IV tidak bereaksi dengan asam klorida,hidrogen sulfida, maupun
ammonium sulfide, tetapi dengan ammonium karbonat akan membentuk endapan putih.
Endapan-endapan yang terbentuk dengan ammonium karbonat adalah barium karbonat BaCO3 ,
Stronsium karbonat SrCO3, dan Kalsium Karbonat CaCO3.Uji ini harus dijalankan dalam larutan
netral atau basa.

Golongan IV adalah golongan alkali tanah yang bersifat hampir serupa satu dengan yang lain
dalalm larutan air, sukarlah bagi kita untuk membedakannya dan terutama untuk memisahkannya.
Namun ada perbedaan-perbedaan dalam kelarutan beberapa garam dalam medium bukan air.
Perbedaan ini bisa dipakai sebagai pemisahan.

Pengenalan Unsur

1. Barium, Ba (Ar = 137,34)

Barium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat, yang stabil dalam udara kering. Barium
bereaksi dengan air dalam udara yang lembab, membentuk oksida atau hidroksida. Barium
melebur paa 710 0C. Logam ini bereaksi dengan air pada suhu ruang, membentuk barium
hidroksida dan hidrogen :

Ba + 2 H2O Ba(OH)2 + H2

Asam encer melarutkan barium engan muah mengeluarkan hidrogen :


Ba + 2HCl BaCl2 + H2

2. Stronsium, Sr ( Ar : 87,62 )

Stronsium adalah logam putih perak, yang dapat ditempa . Storonsium melebur pada 771 0C.
Sifat-sifatnya serupa dengan sifat-sifat barium.

3. Kalsium, Ca (Ar = 40,08)

Kalsium adalah logam putih perak, yang agak lunak. Ia melebur pada 845 0C. Ia dapat bereaksi
dengan oksigen membentuk kalsium oksida :
Reaksi : 2Ca + O2 2CaO

Kalsium membentuk kation Ca2+ dalam larutan berair garam-garamnya biasanya berupa bubuk
putih dan membentuk larutan yang tak berwarna, kecuali bila anionnya berwarna. Kalsium
klorida padat bersifat higroskopis dan sering digunakan zat pengering. Kalsium klorida dan an
kalsium nitrat larut dengan mudah dalam etanol atau dalam campuran 1:1 dari etanol bebas air
dan dietil eter

49
Uji Golongan IV

1. Ion Ba2+
Digunakan BaCl2.2H2O

a.Uji basah
1. Dengan larutan Amonia (NH4OH)
Tidak terdapat endapan Ba(OH)2 karena relative kelarutannya tinggi, jika larutan
dibiarkan diudara terbuka, maka beberapa CO2 akan diserap dan menimbulkan kekeruhan pada
larutan, karena terbentuk BaCO3. Reaksi yang terjadi :
BaCl2 + 2NH4OH Ba(OH)2 + 2NH4Cl

2. Dengan (NH)2CO3
Terbentuk endapan putih dari BaCO3 yang terlarut dalam asam asetat dan dalam asam
mineral encer.
Reaksi :

BaCl2 + (NH4)2CO3 ↓(putih)BaCO3 + NH4Cl

Endapan sedikit larut dalam larutan garam ammonia dari asam kuat. Ini disebabkan
karena ion NH4+ termasuk asam kuat bereaksi dengan basa, seperti ion CO32- yang dalam larutan
membentuk ion HCO3- sehingga menyebabkan kadar ion CO berkurang dalam larutan.
Reaksi :
NH4+ + CO32- NH3 + HCO3-

Atau

NH4+ + BaCO32- NH3 + HCO3- + Ba2+

Jika jumlah BaCO3 sangat sedikit, bisa larut dengan baik dalam garam ammonium yang pekat.

3. Dengan ammonium oksalat


Endapan putih berbentuk dari BaC2O4 endapan hanya sedikit larut dalam air tapi segera
larut dalam endapan dengan asam asetat encer panas (perbedaan dengan Ca dan dengan asam
mineral)
Reaksi :
BaCl2 + (NH4)2C 2O4 ↓(putih)BaC2O4 + 2(NH4)Cl

4. Dengan H2SO4 encer


Terbentuk endapan putih BaSO4. Endapan tidak larut dalam air dan hampir tidak larut
dalam NH4 asam encer, dan larutan (NH4)2SO4
Reaksi :
BaCl2 + H2SO4 ↓(putih)BaSO4 + 2HCl

50
5. Dengan larutan CaSO4 jenuh
Mula –mula terbentuk endapan putih BaSO4, tapi SrSO4 jenuh juga membentuk endapan
putih. Dari ketiga alkali tanah sulfat, barium sulfatlah yang paling sedikit larut. Dalam larutan
kalsium sulfat jenuh, konsentrasi ion sulfat cukup tinggi untuk menimbulkan pengendapan
dengan barium yang berjumlah agak banyak karena hasil kali konsentrasi –konsentrasi ion
melampi nilai hasil kali kelarutannya.
Reaksi :
BaCl2 + CaSO4 ↓(putih)BaSO4 + CaCl2
6. Dengan larutan K2Cr2O4
Terbentuk endapan kuning BaCrO4. Endapan tidak larut dalam air CH3COOH encer (
beda dengan Sr dan Ca). Tapi endapan segera larut dalam asam mineral.
Reaksi :
BaCl2 + K2CrO4 ↓(kuning)BaCrO4 + 2 KCl
7. Dengan reagen Na Rhodizonate(C6O6Na)
Terbentuk endapan coklat kemerahan dari garam Ba Rhodizonat dalam larutan yang
netral.
Caranya : teteskan contoh (yang telah netral atau sedikit) pada kertas reaksi, kemudian
tetes dengan reagen, maka terlihat warna coklat atau coklat kemerah-merahan pada kertas.Bila
ditambahkan dengan HCl, akan terbentuk endapan merah cemerlang.

Reaksi : BaCl2 + 2 C6O6Na ↓(coklat-kemerahan) (C 6O6)2Ba + 2 NaCl

b. Uji kering
Garam-garam barium bila dipanaskan dalam nyala Bunsen, memberi warna Hijau
kekuningan.

2. Ion Sr2+

Gunakan larutan SrCl2.6H2O

a. Uji Basah
1. Dengan larutan NH4OH
Tidak terbentuk endapan.

Reaksi : SrCl2 + 2 NH4OH Sr(OH)2 + 2 NH4Cl


2. Dengan H2SO4 encer.
Terbentuk endapan putih SrSO4 sangat sukar larut dalam air endapan tidak larut
(NH4)SO4 walaupun didihkan (perbedaan dengan Ca) dan endapan sedikit larut dalam HCl
mendidih.
Endapan berubah dengan sempurna dengan larutan pekat NaCO3 yang didihkan.
Reaksi :

51
SrCl2 + H2SO4 ↓(putih)SrSO4 + 2 HCl
SrSO4 + NaCO3 SrCO3 + Na2SO4
3. Dengan (NH4)2CO3

Terbentuk endapan putih SrCO3, kelarutan SrCO3 kecil dalam ammonium.

Reaksi : SrCl2 + (NH4)2CO3 ↓(putih)SrCO3 + 2 NH4Cl

4. Dengan larutan CaSO4


Terbentuk endapan putih dari SrSO4 , terbentuk endapannya lambat dalam suasana
dingin, tapi cepat mengendap bila dididihkan (perbedaan dengan Ba)
Reaksi :
SrCl2 + CaSO4 ↓(putih) SrSO4 + CaCl2
5. Dengan larutan ammonium oksalat
Terbentuk endapan putih SrC2O4, sulit larut dalam air, dan dalam CH3COOH. Tapi
endapan larut dalam asam mineral.

Reaksi : SrCl2 + (NH4)2C2O4 ↓(putih) SrC2O4 + NH4Cl

6. Dengan larutan K2CrO4


Terbentuk endapan kuning dari SrCO4 dari larutan yang pekat. Jika K2CrO 4 encer tidak
terdapat endapan juga jika dalam larutan mengandung asam asetat endapan tidak ada.(perbedaan
dengan Ba) endapan dapat larut dalam air.
Reaksi :
SrCl2 + K2CrO4 ↓(Kuning) SrCO4 + 2 KCl

7. Dengan reagen Na rodizonat

Terbentuk endapan Coklat kemerahan stronsium rodizonat dalam larutan netral. Bila
ditambahkan asam klorida maka endapan akan hilang.

Reaksi : SrCl2 + Na2C6O6 ↓ (Coklat Kemerahan) CaC6O6 + 2 NaCl


CaC6O6 + 2 HCl H2C6O6 + CaCl2

b. Reaksi kering

Garam-garam barium bila dipanaskan dalam nyala Bunsen, memberi warna merah-karmin.

3. Uji Ca2+
Digunakan larutan CaCl2.6H2O.
1. Dengan larutan ammonia.
Tidak terbentuk endapan sama dengan lain Ba dan Sr.

52
Reaksi : CaCl2 NH4OH Ca(OH)2 NH4Cl
2. Dengan larutan (NH4)2CO3
Terbentuk endapan putih CaCO3 berbentuk amorph putih, yang menjadi kristal bila
dididihkan. Endapan larut dalam air yang mengandung banyak CO2 membentuk larutan
bikarbonat.
Reaksi : CaCl2 + (NH4)2CO3 ↓(putih) CaCO3 + 2 NH4Cl
CaCO3 + H2O + CO2 Ca(HCO3)2

3. Dengan larutan H2SO4 encer


Terbentuk endapan putih CaSO4 dari larutan yang pekat. Endapan agak larut dalam air
daripada larut dalam asam dan endapan segera larut dalam (NH4)2SO4 pekat panas membentuk
garam kompleks.
Reaksi : CaCl2 + H2SO4 ↓(putih) CaSO4 + 2 HCl
CaSO4 + (NH4)2SO4 (NH4)2[Ca(SO4)2]
4. Dengan larutan CaSO4
Tidak terbentuk endapan (perbedaan dengan Sr dan Ba).
5. Dengan (NH4)2C 2O4
Terbentuk endapan putih CaC2O 4 dari larutan yang pekat. Endapan tidak larut dalam
air,asam asetat tapi segera larut dalam asam mineral.

Reaksi : CaCl2 + (NH4)2C2O4 ↓(putih)CaC2O4 + NH4Cl

6.Dengan larutan K2CrO4

Tidak berbentuk endapan dalam larutan encer juga tidak terbentuk endapan bila larutan

mengandung asam asetat. Reaksi :

CaCl2 + K2CrO4 CaCrO4 + 2 KCl

7. Dengan larutan K4Fe(CN)6

Terbentuk endapan putih dari CaK2(Fe(CN)6) yang dihasilkan dari reagen berlebihan.

Test ini lebih sensitif dalam larutan NH4Cl yang membentuk endapan CaK2(Fe(CN)6, yang

berwarna putih (perbedaan Sr).

CaCl2 + K4Fe(CN)6 ↓(putih) CaK 2(Fe(CN)6) + 2 KCl

8. Dengan asam pikrolonik(atau 1-p-nitrofenil-3-metil-4-nitro-5-pirazolon)

Terbentuk Kristal yang persegi panjang dari Ca picrolonate dalam larutan netral atau

53
dalam larutan asam (acetic acid). Stronsium dan barium juga memberikan endapan tetapi dengan

bentuk Kristal yang berbeda.

Caranya : Ambil contohkan asamkan dengan asetat, teteskan pada plate test yang panas,

kemudian tetes yang panas, kemudian tetesi dengan asam picrolonic jenuh akan dihasilkan

bentuk yang segi empat.

Reaksi : CaCl2 + 2 HC10H7O5N4 ↓(persegi panjang) Ca(C10H7O5N7)2 + 2 HCl

b. Uji Kering

Garam-garam barium bila dipanaskan dalam nyala Bunsen, memberi warna merah kekuningan.

Reagen spesifik utama

Pada golongan IV reagen spesifiknya adalah K2CrO4 dan Natrium rodizonat.

Reagen Spesifik Kation

1. Reagen Spesifik Ba2+

Reagen spesifik pada Ba2+ adalah larutan ammonium oksalat yang ditambahakan dengan asam

asetat encer . Ketiga ion dari golongan IV akan mengendap ketika bereaksi dengan ammonium

oksalat. Setelah ditambahkan asam asetat encer, larutan BaC 2O4 akan larut , sedangkan SrC2O4

dan CaC 2O 4 akan tetap mengendap.

2. Reagen Spesifik Sr2+

Sr2+ tidak memilii reagen spesifik kation.

3. Reagen Spesifik Ca2+

Reagen spesifik pada Ca2+ adalah sebagai berikut :

a. Larutan kalsium sulfat jenuh

54
Hanya ion Ca2+ yang larut ketika ditambahkan kalsium sulfat jenuh , sedangkan ion Ba2+ dan ion

Sr2+ menbentuk endapan putih .

b. Reagen Natrium Dihidroksitartat Osazon

Ion Ca2+ membentuk endapan kuning garam kalsium. Semua ion lain kecuali garam alkali dan

ammonium tak boleh ada.

b. Reagensia asam pikrolonat(atau 1-p-nitrofenil-3-metil-4-nitro-5-pirozalon)

Ion Ca2+ akan membentuk kristal-kristal empat persegi panjang yang khas dari kalsium

pikrolonat yakni Ca(C10H7O5N4)2.8 H2O .

DATA TABULASI GOLONGAN IV

Berikut tabel keseluruhan dari reaksi kation golongan IV :

Kation
No. Reagen
Ba2+(BaCl2) Sr2+(SrCl2) Ca2+(CaCl2)
1 NH4OH ↓(Putih) ↓(Putih) ↓(Putih)
Ba(OH)2 Sr(OH)2 Ca(OH)2
2 (NH4)2CO3 ↓ (Putih) ↓ (Putih) ↓ (Putih)
BaCO3 SrCO3 CaCO3
3 (NH4)2(COO)2 ↓ (Putih) ↓ (Putih) ↓ (Putih)
Ba(COO)2 Sr(COO)2 Ca(COO)2
+ CH3COOH(encer) +CH3COOH(encer) +CH3COOH(encer)
(Larut) (mengendap) (mengendap)

4 H2SO4(encer) ↓ (Putih) ↓ (Putih) ↓ (Putih)


BaSO4 SrSO4 CaSO4

55
5 CaSO4(jenuh) ↓ (Putih) ↓ (Putih) (larut)
BaSO4 SrSO4 CaSO4
6 K2CrO4 ↓ (Kuning) ↓ (Kuning) -
BaCrO4 SrCrO4
+Asam +Asam
↓ (Jingga- (larut) __
kemerahan)
(K2Cr2O7)

7 Na2C6O6 ↓ (Coklat- ↓ (Coklat-


__
Kemerahan) Kemerahan)
CaC6O6 SrC6O6
+ HCl + HCl
(mengendap)
(mengendap)
8 K4[Fe(CN)6] __ __ ↓ (Putih)
K2Ca[Fe(CN)6
9 Na2(C14N4H12O4) ↓ (Kuning)
__ __ Ca(C14N4H12O4)

10 (C10H7O5N4)- __ __ ↓(persegi panjang)


Ca(C10H7O5N4

Reagen Spesifik Utama : K2CrO4 dan Na2C6O6


Reagen Spesifik Kation :
a. Ion Ba2+ : (NH4)2(COO)2
b. Ion Sr2+ : (Tidak Ada)
c. Ion Ca2+ : Na2(C14N4H12O4), (C10H7O5N4)- dan CaSO4

56
F. ANALISIS KATION GOLONGAN V
Reagensia Golongan : tak ada reagensia umum untuk kation – kation golongan ini.
Reaksi golongan: kation-kation golongan kelima tidak bereaksi dengan asam klorida, hydrogen
sulfide atau garam-garam asmonium dengan ammonium karbonat.
Reaksi ion ammonium sangat serupa dengan reaksi-reaksi ion kalium, karena jari-jair ion
dari kedua ion ini hamper identik.

MAGNESIUM, Mg ( Ar : 24,305).
Magnesium adalah logam putih, dapat ditempa dan diliat. Ia melebur pada 6500C. logam
ini mudah terbakar dalam udara atau oksigen dengan mengeluarkan cahaya putih yang
cemerlang, membentuk oksida MgO dan beberapa nitride Mg3N2. logam ini perlahan-lahan
terurai oleh air pada suhu biasa, tetapi pada titik didih air reaksi berlangsung secara cepat :

Magnesium hidroksida, jika tak ada garam ammonium, praktis tak larut. Magnesium larut dengan
mudah dalam asam :

Magnesium membentuk kation bivalen . oksida, hidroksida, karbonat, dan fosfatnya tak
larut : garam-garam lainnya larut. Rasanya pahit, beberapa dari garam-garam ini adalah
higroskopis.

Reaksi-reaksi ion magnesium : untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, dapat dipakai larutan 0,5M
dari magnesium klorida, MgCl6.6H2O atau magnesium sulfat, MgSO4.7H2O
1) Larutan ammonia : pengendapan parsial magnesium hidroksida yang putih dan seperti
gelatin:

Endapan larut sangat sedikit sekali dalam air (12 mg?liter, Ks = 3,4 x 10 -11 ), tetapi mudah
larut dalam garam-garam ammonium.
Larutan natrium hidroksida : endapan putih magnesium hidroksida yang tidak
larut dalam reagensia berlebihan, tetapi mudah larut dalam garam-garam ammonium.

57
2) Larutan Natrium hidroksida : endapan putih meganeszium hidroksida, yang tak larut
dalam reagensia berlebihan, tetapi mudah larut dalam garam-garam ammonium :

3) Larutan ammonium karbonat : jika tidak ada garam-garam ammonium, terjadi endapan
putih magnesium karbonat basa.

Dengan adanya garam-garam ammonium, tidak terjadi pengendapan karena


kesetimbangan.

4) Larutan dinatrium hydrogen fosfat : terbentuk endpan Kristal putih magnesium


ammonium fosfat jika ada serta ammonium klorida ( untuk
mencegah pengendapan magnesium hidroksida) dan larutan ammonia.

Endapan larut sangat sedikit dalam air, larut dalam asam asetat dan dalam asam-asam
mineral. Kelarutan yang normal dari Mg(NH4)PO4.6H2O bertambah karena garam ini
terhidrolisis dalam air :

Kecenderungan ini akan berkurang oleh adanya ammonia dalam jumlah yang sedang
(didapatkan, bahwa senyawa ini sangat sedikit sekali larut dalamlarutan ammonia 2.5 %).
Endapan memisah denagan lambat dari larutan jenuh; ini biasanya juga bias diatasi
dengan mendinginkan dan dengan mengosok-gosok tabung uji atau gelas piala (beaker)
dibawah permukaan cairan dengan sebatang kaca.
Gumpalan (seperti kapas) putih magnesium hidorgen sulfat,MgPO4 , dihasilkan
dalam larutan yang netral.

5) Larutan natrium karbonat : endapan putih, bervolume besar, yaitu karbonat basa, yang tak
larut dalam larutan basa, tetapi mudah larut dalam asam dan larutan garam ammonium.

58
6) Reagensia difenilkarbazida (C6H5.NH.NH.CO.NH.NH.C6H5) : larutan garam magnesium
itu, diolah dengan larutan natrium hidroksida akan terbentuk endapan magnesium
hidroksida lalu beberapa tetes reagensia difenilkarbazida dan larutan disaring. Setelah
endapan dicuci dengan air panas akan terlihat bahwa ia telah memperoleh warna
lembayung merah karena pembentukan suatu garam kompleks atau suatu kompleks
adsorpsi. Logam golongan I dan III menggangu, maka tak boleh ada.
Reagensia dibuat dengan melarutkan 0,2 g difenilkarbazida dalam 10 ml asam
asetat glacial dan mengencerkannya menjadi 100 ml dengan etanol.
7) Reagensia 8-hidroksikuinolina atau „oksina‟

Bila larutan suatu garam magnesium yang mengandung sedikit ammonium


klorida, diolah dengan 1-2 ml reagensia yang telah dijadikan sangat amoniakal dengan
menambahkan 3-4 ml larutan ammonia encer, dan campuran dipanaskan sampai titik
didih, kita memperoleh endapan kuning garam kompleks Mg(C9H6NO)2, 4H2O. smua
logam-logam lain, kecuali natrium dan kalium, tak boleh ada.
Reagensia dibuat dengan melarutkan 2 g oksina dalam 100 ml asam asetat 2 M.
8) Reagensia p-nitrobenzena-azo-resorsinol (atau magneson I)

Uji ini bergantung pada adsorpsi reagensia yang merupakan suatu zat pewarna,
diatas Mg(OH)2 dalam larutan basa pada mana dihasilkan bahan pewarna biru. Dua ml
larutan uji yang sedikit diasamkan dengan asam klorida, diolah dengan 1 tetes reagensia
dan larutan natrium hidroksida 2 M yang cukup untuk membuat larutan menjadi basa kuat
(misalnya 2-3 ml). endapan biru muncul. Ini adalah suatu uji pemastian yang sangat baik
dalam analisis makro, tetapi penting sekali untukmelakukan uj blanko dengan reagensia-

59
reagensia, yang sering menghasilkan pewarnaan biru. Untuk alasaan ini, endapan birulah
yang harus kita cari. Semua logam, kecuali logam-logam alkali, tak boleh ada. Garam
ammonium mengurangi kepekaan uji ini dengan mencegah pengendapan Mg(OH)2, dan
karenanya harus dihilangkan.
Zat lain sebagai penggantinya adalah p-nitrobenzenaz- -naftol atau magneson II.

Ia menghasilkan perubahan-perubahan warna yang serupa seperti magneson I, tetapi


kelebihannya adalah bahwa ia lebih peka ( kepekaan : 0,2 Mg ; batas konsentrasi : 1
dalam 250.000) dan daya mewarnainya kurang, sehingga uji blanko tak berwarna begitu
tua. Cara menggunakannya dn pembuatannya adalah identik dengan yang diuraikan diatas
untuk magneson I.
9) Reagensia kuning titan : kuning titan (juga dikenal sebagai kuning clayton) adalah zat
pewarna kuning yang larut dalam air. Ia diadsorpsi oleh magnesium hidroksida,
menhasilakn warna atau endapan merah tua. Barium dan kalium tak bereaksi tetapi
mepertajam warna merah itu. Semua unsure dari golongan I sampai III harus dihilangkan
sebelum menguji.
Taruh setetes larutan uji diatas lempeng bercak, bubuhkan setetes reagensia dan
setetes natrium natrium hidroksida 2M. Dihasilkan warna atau endapan merah.
10) Reagensia kuinalizarin : endapan biru atau perwarnaan biru seperti bunga-jagung dengan
garam-garam magnesium. Pewarnaan dapat dibedakan dengan mudah dari warna
lembayung-biru reagensia. Setelah ditambahkan sedikit air-brom , warna hilang
(perbedaan dari berilium). Logam-logam alkali tanah dan aluminium tidak mengganggu
pada kondisi-kondisi uji ini, tetapi semua unsure dari golongan I sampai III harus
dihilangkan. Fosfat dan garam-garam ammonium dalam jumlah bayak , mengurangi
kepekaan reaksi.
11) Uji kering ( uji pipa-tiup) semua senyawa-senyawa magnesium bila dipijarkan diatas
arang dengan adanya natrium karbonat diubah menjadi magnesium oksida putih, yang
berkilau terang ketika panas. Setelah dibasahi dengan satu dua tetes larutan kobalt nitrat,

60
dan dipanaskan lagi sampai panas sekali, kita memperoleh massa yang berwarna merah-
jambu muda.

NATRIUM, Na (Ar : 22,99)

Natrium adalah logam putih perak yang lunak, yang melebur pada 97,5. Natrium
teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam
pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan air, membentuk natrium hidroksida
dan hydrogen :

Dalam garam-garamnya, natrium berada sebagai kation monovalen Na+ . garam-garam ii


membentuk larutan tak berwarna kecuali jika anionnya berwarba; hamper semua garam natrium
larut dalam air

Reaksi-reaksi ion natrium

Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini dapat dipakai dipakai larutan natrium klorida NaCl, 1M.
1) Larutan uranil magnesium asetat : endapan kristalin kuning, natrium magnesium uranil
asetat NaMg(UO2)3(CH3)(CH3COO)99H2O, dari larutan pekat. Penambahan kira-kira
sepertiga volume alcohol akan dapat membantu pengendapan :

Reagensia dibuat sebagai berikut. Larutkan 10 g uranil asetat dalam 6 g asam asetat
galsisal dan 100 ml air (larutan a). Larutkan 33 g magnesium asetat dalam 10 g asama
setat dan 100 ml air (larutan b). campurkan kedua larutan a dan b, diamkan selama 24
jam, dan saring. Sebagai alternative, reagensia dari konsentrasi yang ekuivalen, dapat
dibuat dengan melarutkan uranil magnesium asetat dalam air atau dalam asam asetat M
dengan volume yang sesuai.
2) Larutan asam kloroplatinat, asam tartarat atau natrium heksanitritokobaltat (III) : tak ada
endapan dengan larutan garam natrium

61
3) Reagensia uranil zink asetat. Sebagai uji yang peka terhadap natrium, Reagensia uranil
zink asetat kadang-kadang lebih disukai ketimbang memakai uranil magnesium asetat,
NaZn(UO2)3(CH3COO)9H2O. reaksi ini cukup selektif untuk natrium. Kepekaan reaksi
dipengaruhi oleh tembaga, merkurium, cadmium, alumunium, kobalt, nikel, mangan,
zink, kalsium, stronsium, barium, dan ammonium jika terdapat dalam konsentrasi yang
melebihi 5 g /l, garam-garam klaium dan litium mengendap jika konsentrasi dalam larutan
masing-masing melebihi 5 g/l dan 1 g/l.
4) Uji kering (pewarnaan nyala). nyala Bunsen yang tak cemerlang akan diwarnai kuning
kuat oleh uap garam natrium. Warna ini tak terlihat bila dipandang melalui 2 lapisan
lempeng kaca kobalt yang biru. Garam natrium dalam jumlah yang sedikit sekali member
hasil positif pada uji ini, dan hanya warna yang kuat dan bertahan lama yang
menunjukkan bahwa natrium terdapat dalam jumlah yang berarti.

KALIUM, K (Ar=39,098)
Kalium adalah logam putih-perak yang lunak. Logam ini melebur pada 63,5oC. Ia tetap
tak berubah dalam udara kering, tetapi dengan cepat teroksidasi dalam udara lembab, menjadi
tertutup dengan suatu lapisan biru. Logan itu menguraikan air dengan dahsyat, sambil
melepaskan hydrogen dan terbakar dengan nyala lembayung:

Kalium biasanya disimpan dalam pelarut nafta.


Garam-garam kalium mengandung kation monovalen K+. garam-garam ini biasanya larut
dan membentuk larutan yang tak berwarna, kecuali bila anionnya berwarna.
Reaksi-reaksi ion kalium
Larutan kalium klorida, KCL, M dapat dipakai untuk uji-uji ini.
1. Larutan natrium heksanitritokobaltat (III) Na3[Co(NO2)6]: endapan kuning kalium
heksanitritokobaltat (III):

Endapan tak larut dalam asam asetat ence. Jika ada natrium dalam jumlah yang lebih
banyak (atau jika reagensia ditambahkan berlebihan) terbentuk suatu garam campuran,
K2Na[Co(NO2)6]. Endapan terbentuk dengan segera dalam larutan-larutan pekat, dan
lambat dalam larutan encer; pengendapan dapat dipercepat dengan pemanasan. Garam-

62
garam ammonium memberi endapan yang serupa dan tak boleh ada. Dalam larutan yang
basa, kita memperoleh endapan coklat atau hitam, yaitu kobalt (III) hidroksida Co(OH)3.
Iodida dan zat pereduksi yang lain mengganggu, maka harus dihilangkan sebelum
menguji.

2. Larutan asam tartarat (atau larutan natrium hydrogen tartrat): endapan kristalin putih
kalium hydrogen tartrat :

Dan

Jika asam tartarat yang dipakai larutan harus dibufferkan dengan natrium asetat,
karena asam kuat yang terbentuk dalam reaksi (a), melarutkan endapan. Basa-basa (alkali)
kuat juga melarutkan endapan.
Endapan larut sedikit dalam air (3,26 g l-1, Ks = 3 x 10-4), tetapi sangat tidak larut
dalam etanol 50 persen. Pengendapan dipercepat dengan mengaduk keras-keras, dengan
menggosok-gosok dinding dalam bejana dengan sebatang kaca, dan dengan
menambahkan alcohol. Garam-garam ammonium menghasilkan endapan yang serupa,
maka tak boleh ada.
3. Larutan asam perklorat (HClO4) : endapan kristalin putih kalium perklorat KClO4 dari
larutan yang tak begitu encer.

Endapan larut sedikit dalam air (3,2 g l-1 dan 198 g l-1 masing-masing pada 0o dan 100oC),
dan praktis tak larut dalam alcohol mutlak. Larutan dalam alcohol tak boleh dipanaskan,
karena bisa menimbulkan ledakan yang berbahaya. Reaksi tak dipengaruhi oleh adanya
garam-garam ammonium.

4. Reagensia asam heksakloroplatinat (IV) (H2[PtCl6]) : endapan kuning kalium


heksakloroplatinat (IV):

Pengendapan terjadi seketika dari larutan yang pekat; dalam larutan encer, pengendapan
berlangsung perlahan-lahan kalau didiamkan, tetapi dapat dipercepat dengan

63
mendinginkan dan dengan menggosok-gosok dinding dalam bejana memakai sebatang
kaca. Endapan larut sedikit dalam air, tetapi hamper tak larut dalm alcohol 75 persen.
Garam-garam ammonium member endapan yang serupa, dan tak boleh ada.
Reagensia dibuat dengan melarutkan 2,6 g asam kloroplatinat terhidratasi,
H2[PtCl6].6H2O, dalam 10 ml air. Karena mahalnya reagensia hendaklah dipakai dalam
jumlah yang hanya sedikit saja, dan semua endapan ditaruh dalam botol residu platinum.

5. Uji natrium heksanitritokobaltat (III)-perak nitrat


Ini adalah suatu modifikasi dari reaksi 1 dan dapat dipakai untuk larutan yang
bebas-halogen. Pengendapan garam-garam kalium dengan larutan natrium
heksanitritokobaltat (III) dan larutan perak nitrat, menghasilkan senyawa
K2Ag[Co(NO2)6], yang kurang larut dibanding senyawa natrium padanannya
K2Na[Co(NO2)6], maka uji ini adalah lebih peka. Garam-garam litium, talium dan
ammonium tak boleh ada, karena mereka member endapan dengan larutan
heksanitritokobaltat (III).
Taruh setetes larutan uji yang netral atau asam dengan asam asetat, di atas
lempeng bercak hitam, dan tambahkan setetes larutan erak nitrat 0,1 M dan sejumlah kecil
sekali natrium heksanitritokobaltat (III) yang berbentuk bubuk halus. Muncul endapan
atau kekeruhan yang berwarna kuning.
Kepekaan: 1µg K. Batas konsentrasi: 1 dalam 50.000.
Jika larutan perak nitrat tak ditambahkan, kepekaan adalah 4µg K.
6. Reagensia dipikrilamina (atau heksanitrodifenilamina)

Atom hydrogen dari gugus NH dapat diganti dengan logam, garam natriumnya larut
dalam air dengan menghasilkan larutan yang kuning. Dengan larutan garam-garam
kalium, garam-garam ini menghasilkan endapan kristalin dari turunan (derivate)
kaliumnya yang merah jingga. Uji ini dapat dipakai dengan hadirnya natrium sebanyak 80

64
kali dan litium sebanyak 130 kali lipat kaliu. Garam-garam ammonium harus dihilangkan
sebelum menguji. Magnesium tak mengganggu.
Taruh setetes larutan uji yang netral di atas kertas reaksi-tetes dan segera
tambahkan setetes reagensia yang sedikit basa itu. Diperoleh suatu bercak merah-jingga
yang tak terpengaruh oleh pembubuhan 1-2 tetes asam klorida 2M.
Kepekaan: 3µg K. Batas konsentrasi : 1 dalam 10.000.
Reagensia dibuat dengan melarutkan 0,2 g dipikrilamina dalam 20 ml natrium
karbonat 0,05 M dan menyaing cairan yang telah didinginkan ini.
7. Uji natrium tetrafenilboron
Kalium membentuk endapan putih dalam larutan netral atau dengan adanya asam asetat:

Endapan hamper tak larut dalam air (0,053 g l-1, Ks = 2,25 x 10-8); kalium mengendap
secara kuantitatif jika dipakai reagensia yang sedikit berlebihan (0,1-0,2 persen). Endapan
larut dalam asam kuat dan alkali-alkali, dan juga dalam aseon. Ion-ion rubidium, caesium,
talium (I), dan ammonium mengganggu.
Reagensia dibuat dengan melarutkan 3,42 g natrium tetrafenilboron Na[B(C6H5)4]
(Mr: 342,2) dalam air, dan mengencerkannya sampai 100 ml. larutan yang kira-kira 0,1 M
ini dapat tahan selama 2 minggu. Jika larutan tidak jernih harus disaring.

8. Uji kering (pewarnaan nyala)


Senyawa-senyawa kalium, sebaiknya kloridanya, mewarnai nyala Bunsen yang tak
cemerlang menjadi lembayung (lila). Nyala kuning yang dihasilkan oleh natrium dalam
jumlah sedikit, mengganggu warna lembayung itu, tetapi dengan memandang nyala
melalui dua lapisan kaca kobalt yang biru, sinar-sinar natrium yang kuning akan diserap
sehingga nyala kalium yang lembayung kemerahan jadi terkihat. Larutan tawas krom (310
g l-1) setebal 3 cm, juga merupakan penyaring yang baik.

ION AMONIUM, NH4+ (Mr: 18,038).


Ion-ion ammonium diturunkan dari ammonia, NH3, dan hydrogen H+. Ciri-ciri
khas ion ini adalah serupa dengan cirri-ciri khas ion logam-logam alkali. Dengan

65
elektrolisis memakai katode dari merkurium dapat dibuat ammonium amalgam, yang
mempunyai sifat-sifat serupa dengan amalgam dari natrium atau kalium.
Garam-garam ammonium umumnya adalah senyawa-senyawa yang larut dalam
air, dengan membentuk larutan yang tak berwarna (kecuali bila anionnya berwarna).
Dengan pemanasan, semua garam ammonium terurai menjadi ammonia dan asam yang
sesuai. Kecuali jika asamnya tak mudah menguap, garam ammonium dapat dihilangkan
secara kuantitatif dari campuran kering dengan memanaskan.
Reaksi-reaksi ion ammonium umumnya serupa dengan reaksi-reaksi kalium,
karena ukuran kedua ion itu hamper identik.
Reaksi-reaksi ion ammonium
Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, dapat dipakai larutan ammonium klorida NH4Cl, M.
1. Larutan natrium hidroksida: gas ammonia dilepaskan ketika dipanaskan.

Ini dapat diidentifikasikan (a) dari baunya (dengan hati-hati ciumlah uap setelah
mengangkat tabung uji atau gelas piala kecil dari api); (b) dari terbentuknya uap putih
ammonium klorida bila sebuah batang kaca yang dibasahi asam klorida pekat
dipegangi dalam uapnya; (c) dari fakta bahwa gas ini menyebabkan kertas lakmus
merah berubah menjadi biru atau kertas kunyit menjadi coklat; (d) dari
kemampuannya untuk mengubah kertas saring yang dibasahi larutan merkurium (I)
nitrat menjadi hitam (ini adalah uji yang sangat terpercaya); dan (e) kertas saring yang
dibasahi larutan mangan (II) klorida dan hydrogen peroksida member warna coklat,
karena oksida terhadap mangan oleh larutan basa yang terbentuk itu.
Dalam uji 1 (d), terbentuk campuran merkurium (II) amidonitrat (endapan
putih) dan merkurium (endapan hitam):

Dalam uji 1(e) terbentuk mangan (IV) oksida berhidrat:

2. Reagensia Nessler (larutan basa dari kalium tetraiodomerkurat (II)): endapan coklat
atau pewarnaan coklat atau kuning dihasilkan sesuai dengan jumlah ammonia atau ion
ammonium yang terdapat. Endapan adalah merkurium (II) amidoiodida basa:

66
Rumus endapan coklat yang ditulis sebagai 3HgO.Hg(NH3)2I2 (Britton dan
Wilson, 1933) dan sebagai NH2.Hg2I3 (Nichols dan Willits, 1934).
Uji ini luar biasa peka, dan akan mendeteksi runutan ammonia yang terdapat
dalam air minum. Semua logam, kecuali natrium atau kalium, tak boleh ada.
Reagensia dibuat dengan melarutkan 10 g kalium iodide dalam 10 ml air bebas
ammonia, lalu tambahkan larutan merkurium (II) klorida jenuh (60 g l-1) sedikit demi
sedikit, sambil dikocok, sampai terbentuk endapan yang sedikit dan tetap, lalu
tambahkan 80 ml larutan kalium hidroksida 9 M dan encerkan sampai 200 ml.
diamkan semalaman, dan dekantasi cairan yang jernih. Maka reagensia terdiri dari
larutan kalium tetraiodomerkurat (II), K2[HgI4] yang basa.
Reagensia Nessler yang asli pernah diuraukan sebagai larutan yang terdiri dari
kalium tetraiodomerkurat (II), K2[HgI4] kira-kira 0,09 M, dan kalium hidroksida 2,5
M.
Cara lain untuk membuat reagensia ini adalah sebagai berikut: larutan 23 g
merkurium (II) iodide dan 16 g kalium iodide dalam air yang bebas ammonia, dan
tambahkan volumenya sampai menjadi 100 ml; tambahkan lagi 100 ml natrium
hidroksida 6M. Diamkan selama 24 jam, dan dekantasi larutan dari setiap endapan
yang mungkin terbentuk. Larutan harus disimpan dalam tempat yang gelap.
Teknik uji bercaknya adalah sebagai berikut: campurkan setetes larutan uji
dengan setetes larutan natrium hidroksida pekat di atas kaca arloji. Pindahkan setetes
mikro larutan atau suspense yng dihasilkan ke atas kertas reaksi tetes dan tambahkan
setetes reagensia Nessler. Dihasilkan noda atau cincin berwarna kuning atau merah-
jingga.
Kepekaan: 0,3µg NH3 (dalam 0,002 ml).
Suatu prosedur yang lebih baik adalah dengan memakai teknik yang diuraikan
pada reagensia mangan (II) nitrat-perak nitrat dalam reaksi di bawah. Setetes larutan
Nessler di taruh di atas tombol kaca dari alat itu. Setelah reksi selesai, tetesan
reagensia itu disentuh dengan sepotong kertas reaksi tetes atau kertas saring kuantitatif
pada mana akan tampak pewarnaan kuning.

67
Kepekaan: 0,25 µg NH3
3. Natrium heksanitritokobaltat (III) , (Na3[Co(NO2)6]): endapan kuning ammonium
heksanitritokobaltat (III), (NH4)3[Co(NO2)6], yang serupa dengan yang dihasilkan
oleh ion kalium:

4. Asam heksakloroplatinat (IV) (H2[PtCl6]: endapan kuning ammonium


heksakloroplatinat (IV):

Cirri khas endapan adalah serupa dengan cirri-ciri garam kalium yang
bersangkutan , tetapi berbeda darinya dalam hal endapan ini terurai ketika dipanaskan
dengan larutan natrium hidroksida, dengan melepaskan gas ammonia.
5. Larutan natrium hydrogen tartat ( NaH.C4H4O6)* jenuh : endapan putih ammonium
tartat asam NH4.H.C4 H4O6, yang serupa tetapi sedikit lebih larut daripada garam
kalium yang bersangkutan, dari at mana endapan itu dapat dibedakan karena
dilepaskannya gas ammonia, sewaktu endapan dipanaskan denagn larutan natrium
hidroksida.

6. Larutan asam perklorat atau natrium perklorat : tak ada pengendapan (perbedaan
kalium ).
7. Uji asam tunak-perak nitrat : dasar dari uji ini adalah sifat mereduksi dari asam tanat (
suatu glukosida dari asam digalat) atas kompleks perak amina [Ag(NH3)2]+ untuk
menghasilkan perak hitam, karena itu assam tanat mengendapkan perak dengan
adanya ammonia, tetapi tidak dair larutan perak nitrat yang sedikit asam.
Campurkan 2 tetes larutan asam tanat ( tannin) 5 persen dengan 2 tetes larutan
persk nitrat 20 [ersen, dan taruh campuran diatas kertas reaksi-tetes atau diatas sedikit
kapas. Pegang kertas dalam uap yang dihasilkan dalam pemanasan suatu garam
ammonium dengan larutan natrium hidroksida. Terbentuk noda hitam diatas kertas
atau diatas kapas itu. Uji ini adalah uji yang peka.

68
8. Reagensia p-ntrobenzena-diazonium klorida. Reagensia (I) menghasilkan pewarnann
merah( ditimbulkan oleh II) dengan garam amoniium, bila terdapat larutan natrium
hidroksida.

Taruh setetes larutan uji yang netral atau sedikit asam diatas lempeng bercak,
diikuti oleh setetes reagensia dan sebutir ( granul ) kalsium oksida di antara kedua
tetes itu. Terbentuk suatu zona merah sekitar kalsium oksida. Uji blanko harus
dilakukan terhadap setetes air.
Kepekaan : 0,7 NH3. Batas konsentrasi : 1 dalam 75.000.
Reagensia (kadang-kadang disebut sebagai larutan liegler) dibuat sebagai berikut.
Larutkan 1 g p-nitroanilina dalam 25 ml asam klorida 2M ( mungkin perlu
dipanaskan), dan encerkan dengan 160 ml air. Dinginkan, tambahkan 20 ml natrium
nitrit 2-5 persen sambil dikocok kuat-kuat. Terus kocok sampai semuanya melarut.
Reagensia menjadi keruh setelah disimpan, tetapi bisa dipakai lagi sesudah disaring.

9. Uji pembentukan- ammonia.


Ini adalah suatu modifikasi dari reaksi 1, yang disesuaikan untuk analisis yang peka.
Alat terdiri dari sebuah tabung uji kecil dengan kapasitas 1 ml, yang dapat ditutup
dengan penutup kecil dari kaca asahan yang pada ujung bawahnya terdapat kait kaca
kecil.
Taruh setetes larutan uji atau sedikit zat padat dalam tabung uji mikro itu, dan
tambahkan setetes larutan natrium hidroksida 2M. pasang sepotong kecil kertas
lakmus merah pada kait kaca, dan masukkan penutup ketempatnya. Panaskan sampai
400 C selama 5 menit. Kertas jadi berwarna biru.
Kepekaan : 0,001 NH3 . batas konsentrasi : 1 dalam 5.000.000.
Sianida tidak boleh ada, karena zat-zat ini menghasilkan ammonia dengan alkali :

69
Tetapi, jiak ditambahkan sedikit merkurium (II) oksida, atau garam
merkurium(II), terbentuk merkurium(II) sianida, Hg(CN)2, yang stabil terhadap alkali,
sehingga efek mengganggu dari sianida telah sebagian besar dihilangakan.
10. Uji kering .
Semua logam ammonium menguap dan terurai, bila dipanaskan sampai sesaat
sebelum berpijar. Pada beberapa kasus, dimana asamnya mudah menguap, uapnya
akan bergabung kembali setelah mendingin dengan membentuk sublimat garam
itu, misalnya ammonium klorida.

Analisis Kation Golongan V

Golongan V disebut juga golongan sisa karena tidak bereaksi dengan reagensia reagensia
golongan sebelumnya. Ion kation yang termasuk dalam golongan ini antara lain magnesium,
natrium, kalium, dan ammonium. (Vogel, 1990). Selain itu juga merupakan sisa pemisahan dari
golongan I,II,III,IV. Khusus untuk harus diperiksa dari sampel awal, karena pada
pemisahan golongan I sampai IV sering ditambahkan yang berasal dari
. Golongan sisa tidak memerlukan pereaksi untuk pemisahannya.
Masing-masing kation dapat diidentifikasi dengan pereaksi khusus yanh membedakan satu
dengan yang lainnya.
Kation-kation Golongan V (Mg2+, Na+, K+, dan NH4+) dapat diidentifikasi satu persatu
tanpa pemisahan pendahuluan. Dalam sekema yang diuraikan pada table, pemisahan parsial Mg
diikuti dengan uji-uji terhadap K dan Na .

Identifikasi Kation Golongan V

Olah residu yang kering dari golongan IV dengan air 4 ml air, aduk, panaskan selama 1 menit,
dan saring (1).
Jika residu melarut sempurna (atau hamper sempurna) dalam air, encerkan larutan yang
terjadi (jika perlu, setelah disaring) sampai kira-kira 6 ml, dan bagi menjadi tiga bagian yang
kira-kira sama: (i) pakai bagian yang pertama untuk menguji terhadap Mg dengan larutan

70
„oksina‟ yang telah disiapkan: pastikan Mg dengan memberlakukan uji „magneson‟ kepada 3-4
tetes larutan : (ii) da (iii) uji terhadap Na dan K. Masing-masing, seperti diuraikan dibawah.

Residu Filtrate
Larutkan dalam beberapa tetes HCl encer dan Dibagi menjadi dua bagian (a) dan (b).
tambahkan 2-3 ml air. Bagi larutan menjadi (a)Tambahkan sedikit uranil
dua bagian yang tak sama. magnesium asetat, kocok dan diamkan selama
(i)Bagian yang lebih banyak : olah 1 ml beberapa menit.
larutan oksina 2 persen dalam asam asetat 2M, Endapan Kristal kuning.
dengan 5 ml larutan ammonia 2M, dan jika Na ada (3).
perlu, panaskan untuk melarutkan setiap oksina Pastikan dengan uji nyala : nyala
yang diendapkan. Tambahkan sedikit larutan kuning yang bertahan lama.
NH4Cl kepada larutan uji, diikuti dengan (b)Tambahkan sedikit larutan natrium
reagensia oksina amoniakal, dan panaskan heksanitritokobaltat (III) (atau kira-kira 4 mg
sampai titik didih selama 1-2 menit (bau NH3 zat padatnya) dan beberapa tetes asam asetat
harus terbedakan). encer. Aduk-aduk, dan jika perlu, diasamkan
Endapan kuning muda Mg „oksinat‟. selama 1-2 menit.
Mg ada (2). Endapan kuning K3[Co(NO2)6].
(ii)Bagian yang lebih sedikit : kepada K ada (4).
3-4 tetes, tambahkan 2 tetes reagensia „ Pastikan dengan uji nyala dan pandang melalui
magneson‟ diikuti dengan beberapa tetes dua lapisan kaca kobalt ; warna merah
larutan NaOH sampai basa. Endapan biru (biasanya tidak tetap (transien)).
memastikan Mg.
Penyelidikan terhadap ammonium. Ini telah dilakukan dengan zat yang asli dalam uji-uji
pendahuluan (5).

71
Catatan dan penjelasan atas tabel :

1. Pengolahan Filtrat dari Golongan IV


Filtrat dari Golongan IV yang mungkin mengandung garam-garam Mg,
Na, K, dan ammonium. Filtrate diuapkan sampai kering dan dipanaskan sampai
semua garam ammonium telah menguap. Adanya residu menunjukkan adanya satu
atau lebih dari logam ini. Olah residu yang kering (diekstraksi) dengan menambahkan
4 ml air, aduk, panaskan selama 1 menit untuk memisahkan garam Na dan K yang
larut, kemudian saring. Residunya diuji terhadap Mg dan filtratnya untuk menguji
adanya Na dan K.
Jika residu melarut sempurna (atau hampir sempurna) dalam air, encerkan
larutan yang terjadi (jika perlu, setelah disaring) sampai kira-kira 6 ml, dan bagi
menjadi tiga bagian yang kira-kira sama. Bagian yang pertama digunakan untuk
menguji Mg dengan larutan oksina yang telah disiapkan (pastikan Mg dengan
memberlakukan uji magneson kepada 3-4 tetes larutan). Sedangkan bagian kedua dan
ketiga digunakan terhadap uji Na dan K.
2. Identifikasi Kation Magnesium (Mg2+)
Residu dilarutkan dalam beberapa tetes HCl encer dan tambahkan 2-3 ml
air. Kemudian bagi menjadi dua bagian yang tidak sama.
Bagian yang lebih banyak.
Olah 1 ml larutan oksina 2 % dalam asetat 2M dengan 5 ml larutan ammonia
2M. Jika perlu panaskan untuk melarutkan setiap oksina yang diendapkan.
Tambahkan NH4Cl kepada larutan uji, diikuti dengan reagensia oksina amoniakal
yang telah dibuat. Kemudian panaskan sampai mendidih selama 1-2 menit (bau NH3
harus terbedakan). Adanya endapan kuning muda menandakan adanya Mg oksina.
Reagensia 8-hidroksikuinolina atau „ oksina‟

72
Bagian yang lebih sedikit.
Sekitar 3-4 tetes sampel tambahkan 2 tetes reagensia „magneson‟ diikuti
dengan beberapa tetes NaOH sampai basa. Adanya endapan biru memastikan adanya
Mg. Uji ini bergantung pada adsorpsi reagensia, yang merupakan suatu zat pewarna,
diatas Mg(OH)2 dalam larutan basa maka akan dihasilkan bahan pewarna biru.
Pengendapan Mg sebagai fosfat atau dengan
penambahan sedikit NH4Cl dan Na2HPO4 yang berlebihan kepada larutan amoniakal
tersebut kadang-kadang agak lambat; juga runtutanlogam golongan IV cenderung
mengganggu; oleh sebab inilah, uji oksina dan „magneson‟ lebih disukai.
Namun, jika dikehendaki untuk melakukan uji Na2HPO4 yang kurang
memuaskan sebagai perbandingan dengan uji oksina terhadap Mg, olah larutan dalam
asam itu dengan sedikit NH4Cl, diikuti dengan larutan NH3 encer sampai bersifat
basa, dan tambahkan larutan Na2HPO4. Kocok dan aduk dengan kuat. Endapan
kristalin putih, Mg(NH4)PO4.6H2O, menunjukkan Mg. endapan ini kadang-kadang
memisah dengan lambat.

Larutan dinatrium hydrogen fosfat : terbentuk endpan Kristal putih magnesium


ammonium fosfat jika ada serta ammonium klorida ( untuk
mencegah pengendapan magnesium hidroksida) dan larutan ammonia.

3. Identifikasi Kation Natrium (Na+)


Filtrat bagian pertama digunakan untuk mengidentifikasi kation Na. filtrate
ditambahkan sedikit uranil magnesium asetat, kocok, dan diamkan selama beberapa
menit. Adanya endapan kristalin kuning menandakan Na ada.

73
Na+ + Mg2+ + 3U2 2+ + 9CH3COO - → NaMg(UO2)3(CH3COO)9 ↓
Pengendapan yang paling baik untuk ion-ion natrium adalah pengendapan
dengan uranil magnesium atau zink asetat. Uji nyalanya akan menghasilkan warna
kuning kuat yang bertahan lama (khas). Runutan natrium mungkin terbawa masuk
dari reagensia selama nalisis, maka sangat penting untuk memperhatikan warna
kuning kuat yang muncul dan bertahan lama. Jika warnanya kuning lemah maka
boleh diabaikan.
Larutan uranil magnesium asetat : endapan kristalin kuning, natrium
magnesium uranil asetat NaMg(UO2)3(CH3COO)9.9H2O, dari larutan pekat.

Reagensia uranil zink asetat : diperoleh Kristal-kristal kuning natrium zink


uranil asetat.

4. Identifikasi Kation Kalium (K+)


Filtrat ditambahkan dengan sedikit larutan natrium heksanitritokobaltat (III)
atau kira-kira 4 mg zat padatnya dan beberapa tetes asam asetat encer. Aduk-aduk,
dan jika perlu diasamkan selama 1-2 menit. Adanya endapan kuning K3[Co(NO2)6]
menandakan adanya K.
3K+ + [Co(NO2)6]3- → K3[Co(NO2)6] ↓
Endapan tak larut dalam asam asetat encer. Jika ada natrium dalam jumlah
yang lebih banyak (atau jika reagensia ditambahkan berlebihan) terbentuk suatu
garam campuran, K2Na[Co(NO2)6]. Endapan terbentuk dengan segera dalam larutan-
larutan pekat, dan lambat dalam larutan encer, pengendapan dapat dipercepat dengan
pemanasan.
Pastikan dengan uji nyala dan lihat melalui dua lapisan kaca kobalt warna
merah (biasanya tidak tetap (transien)). Sebaiknya kaca kobalt itu diuji dengan garam
kalium untuk memastikan bahwa kaca itu baik kondisinya. Pada beberapa contoh

74
kaca kobalt menyerap sama sekali garis-garis merah kalium. Oleh karena itu
dianjurkan untuk memakai spektroskop sederhana bila tersedia.
Larutan asam tartat ( larutan natrium hydrogen tartat) : endapan kristalin putih
kalium hydrogen tartat.

5. Ion Amonium
Terhadap ammonia telah diuji. Dengan memanaskan zat asli dengan
larutan NaOH, NH3 akan dilepas dari garam-garam ammonium. Gas NH3 ini
bisa diidentifikasi dari baunya, dari kerjanya atas kertas lakmus atau atas
kertas saring yang dibasahi dengan larutan merkurium(I) nitrat, atau dengan
uji asam tanat-perak nitrat. Dengan menyumbatkan gumpalan kapas longgar-
longgar pada bagian atas tabung, tak ada lagi bahaya bahwa cipratan-cipratan
larutan NaOH akan mempengaruhi kertas reagensia.
12) Ion natrium hidroksida : gas ammonia dilepaskan ketika dipanaskan,

13) Reagensia Nessler ( larutan basa dari kalium tetraiodo merkurat (II)) :
endapan coklat merkurium (II) amidoioda basa :

14) Natrium heksanitrokobaltat (III) : endapan kuning

75
DAFTAR PUSTAKA

Besari, Ismail, dkk. (1982), Kimia Organik untuk Universitas, Edisi I, Armico
Bandung, Bandung.

Svehla, G. (1985). VOGEL: Buku Teks Anlisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro, Bagian I, Edisi V, PT. Kalma Media Pustaka, Jakarta.

Vogel, A.I.(1990).Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. PT Kalman


Media Pustaka, Jakarta.
Sodiq Ibnu, M, dkk. (2004). Kimia Analitik 1, jurusan kimia FMIPA universitas
Negeri Malang, Malang.
L. Underwood, A., (1993), Analisis Kimia Kualitatif, Edisi IV. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Tim Kimia Analitik. (2012). Dasar - dasar Kimia Analisis. Universitas Riau, Pekan
baru.

Anda mungkin juga menyukai