Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ANALISIS SENYAWA KIMIA


“IDENTIFIKASI ANION”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Senyawa Kimia
Dosen Pengampu: Riva Ismawati, S.Pd.,M.Sc.

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Milky Dinarias Krisyuniawan (1710303015)
2. Arina Novia Dewi (1710303021)
3. Camila Azhar Ramadhanty (1710303035)
4. Riva Duwi Anggiyani (1710303045)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2020

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan..........................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................1
BAB II Pembahasan..........................................................................................2
A. Klasifikasi Anion....................................................................................2
B. Anion.......................................................................................................2
1. Karbonat.............................................................................................2
2. Nitrit....................................................................................................5
3. Sianida................................................................................................7
4. Tiosianat.............................................................................................10
5. Klorida................................................................................................12
6. Bromida..............................................................................................13
7. Iodida..................................................................................................15
8. Nitrat...................................................................................................17
9. Klorat..................................................................................................20
10. Iodat....................................................................................................23
11. Sulfat...................................................................................................25
12. Asetat..................................................................................................26
13. Oksalat................................................................................................27
BAB III Penutup...............................................................................................28
A. Simpulan..................................................................................................28
B. Saran........................................................................................................28
Daftar Pustaka...................................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analisis senyawa anion bertujuan untuk menganalisa adanya ion dalam
sampel percobaan/penelitian. Dalam menganalisa menggunakan analisis
kualitatif untuk mengetahui jenis ion maupun unsur yang terdapat pada
sampel.
Anion merupakan ion bermuatan negatif. Dalam menganalisis anion
dari zat asal dan analisis anion dengan menggunakan larutan reagensia. Dari
hasil analisis sebelumnya (data kelarutan) dan pengetahuan tentang kation
yang ada dapat memberikan petunjuk tentang anion yang mungkin ada atau
tidak dalam larutan sampel. Dalam menganalisis kualitatif dikenal dengan
analisa pendahuluan yang dibagi menjadi dua yaitu :
1. Analisa Kering : Meliputi pemeriksaan organoleptis : ( warna, bau, rasa )
dan pemanasan
2. Analisa Basah : Analisa dengan melarutkan zat-zat dalam
larutan.meliputi pemeriksaan kelarutan dalam air, reaksi pengendapan
filtrasi atau penyaringan dan pencucian endapan

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penggolongan anion?
2. Bagaimanakah cara identifikasi anion?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami dasar penggolongan anion.
2. Mengetahui dan memahami cara identifikasi anion.
1.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Anion
Metode dalam mendeteksi anion tidak sesistematik kation. Namun tetap
dapat memisahkan anion-anion kedalam golongan utama, bergantung pada
kelarutan garam perak , garam kalsium/barium, dan garam zinknya.
Pada hakekatnya proses-proses dipakai dapat dibagi kedalam :
1. Proses yang melibatkan identifikasi produk-produk yang mudah
menguap yang diperoleh pada pengolahan dengan asam-asam
2. Proses yang tergantung pada reaksi-reaksi dalam larutan
Anion dapat digolongkan menjadi dua kelas penjelasan adan pada
makalah sebagai berikut
1. Kelas A
(i) Gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer,
karbonat hidrogen karbonat (bikarbonat) , sulfot, tiosulfat, sulfida,
nitrit, hipoklorit, sianida dan sianat.
(ii) Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat. Ini
meliputi zat-zat dari (i) ditambah zat berikut : fluorida,
heksafluorosilikat, klorida, bromida, iodida, nitrat, klorat, perklorat,
permanganat, bromat, borat, heksasianoferat (II) , heksasianoferat
(III), Tiosianat, format, asetat, oksalat, tartrat dan sitrat.
2. Kelas B
(i) Reaksi pengendapan
Sulfat, peroksodisulfat, fosfat, fosfit, hipofosfit, arsenat, arsenit,
kromat, dikromat, silikat, heksafluorosilikat, silisilat, benzoat, dan
suksinat.
(ii) Oksidasi dan reduksi dalam larutan
Manganat, permanganat, kromat dan dikromat.
Reaksi-reaksi dari semua anion dipelajari secara sistematis dan
dikelompokkan seperti asam organik tertentu. Semuanya memberikan
perwarnaan dan endapan yang khas setelah ditambahkan larutan besi (III)
klorida kepada suatu larutan yang praktis netral.

B. Anion
1. Karbonat
Kelarutan semua Karbonat normal, kecuali kabonat dari logam-
logam alkali serta amonium yang tidak dapat larut dalam air. Hidrogen
karbonat atau bikarbonat dari kalsium, strontium, barium, magnesium
terbentuk karena aksi oleh asam karbonat yang berlebihan terhadap
karbonat-karbonat normal, baik didalam larutan air maupun suspensi dan
terurai dalam pendidihan larutan.

2
CaCO3 + H2O + CO2  Ca2+ + 2HCO3-
Dalam mempelajari reaksi ini dapat menggunakan larutan natrium
karbonat, Na2CO3 , 10H2O, 0,5M
Reaksi-reaksi sebagai berikut :
a. Asam klorida encer
Reaksi : CO32- + 2H+  CO2 + H2O
Penggambaran hasil reaksi ini adalah terjadi penguraian
dengan berbuih, karena karbon dioksida dilepaskan.
Gas tersebut dapat diidentifikasi bersifat mengeruhkan air
kapur/ air burit dengan reaksi:
CO2 + Ca2+ + 2OH-  CaCO3 + H2O
CO2 + Ba2+ + 2OH-  BaCO3 + H2O
Karbonat alam seperti magnesit, MgCO3 , siderit, FeCO3 , dolomit,
(Ca,Mg)CO3 tidak bereaksi dalam keadaan dingin, sehingga
dihancurkan terlebih dulu menjadi bubuk halus dan campuran dalam
reaksi dipanaskan.
Dalam uji air kapur maupun air barit dilakukan dengan dengan
peralatan pada gambar 1. Zat pada diletakkan pada tabung uji atau
tabung suling kecil berkapasitas 10-25ml, asam klorida encer
ditambahkan dan segera ditutup gabus. Gas dilepaskan (perlu
pemanasan) dialirkan ke dalam air kapur/barit yang terdapat dalam
tabung uji, apabila menunjukkan kekeruhan maka positif terdapat
karbonat. Catatan bahwa pengaliran karbon dioksida yang terlalu
lama akan menghilangkan kekeruhan karena terbentuknya hidrogen
karbonat larut:
CaCO3 + CO2 + H2O  Ca2+ + 2HCO3-
Setiap asam yang lebih kuat dari karbonat (K I = 4,31 x 10-7)
akan mendesak terutama saat pemanasan. Sehingga asam sekalipun
(K = 1,76 x 10-5) akan menguraikan karbonat, asam borat (KI = 5,8 x
10-10) dan asam sianida (K = 4,79 x 10-10) yang lemah tidak
mendesak.

3
Gambar 1.
b. Larutan barium klorida / kalsium klorida
Reaksi :
CO32- + Ba2+  BaCO3
CO32- + Ca2+  CaCO3
Penggambaran reaksi terdapat endapan putih barium atau
kalsium karbonat. Endapan larut dalam asam mineral dan asam
karbonat:
BaCO3 + 2H+  Ba2+ + CO2 + H2O
BaCO3 + CO2+ H2O  Ba2+ + 2HCO3-
c. Larutan perak nitrat
Reaksi :
CO32 + 2Ag+  Ag2CO3
Penggambaran terjadi endapan putih perak karbonat.
Endapan larut dalam asam nitrat dan amonia pada reaksi :
Ag2CO3 + 2H+ 2Ag+ + CO2 + H2O
Ag2CO3 + 4NH3  2[Ag(NH3)2]+ + CO32-
Penambahan reagensia berlebihan menjadikan endapan
berwarna kuning maupun coklat karena terbentuknya perak oksida:
Ag2CO3  Ag2O + CO2
d. Uji natrium karbonat-fenolftalein
Uji ini didasarkan pada fakta bahwa fenolftalein diubah
menjadi merah jambu oleh karbonat yang larut dan dijadikan tak
berwarna oleh bikarbonat yang larut, sehingga jika karbondioksida
dibebaskan oleh asam encer dari kabornat dibuat berkontaak dengan
suatu larutan fenolftalein yang telah diwarnai merah jambu oleh
natrium karbonat, sehingga karbondioksida dapat diidentifikasi dari
hilangnya warna tersebut:
CO2 + CO32-+ H2O  2HCO3-
Konsentrasi larutan natrium karbonat harus sedemikian, karena
warna tersebut tidak dapat dihilangkan oleh karbondioksida di
atmosfer.
Beri 1-2 tetes larutan uji dalam
peralatan pada gambar 2 dan beri 1 tetes
reagensa natrium karbonat-fenolftailen
pada tombol penutup. Tambahkan juga
3-4 tetes asam sulfat M dan masukkan
penutup ke tempatnya. Tetesan tersebut
akan kehilangan warna dalam waktu
yang singkat tergantung dari jumlah karbondioksida yang terbentuk.
Gambar 2

4
Reagensia dibuat dengan mencampurkan 1 ml natrium
karbonat 0,05M dengan 2 ml larutan fenolftalein 0,5 persen dan 10
ml air.
Sulfida, sulfit, tiosulfat, sianidam sianat, fluorida, nitrit dan
asestat mengganggu, anion yang mengandung belerang dapat
dioksidasikan secara kuantitatif menjadi sulfat oleh hidrogen
peroksida:
S2- + 4H2O2  SO42-
SO32- + H2O2  SO42- + H2O
S2O32- + 4H2O2  SO42-+ 3H2O + 2H+
Prosedur yang diubah dengan adanya anion-anion adalah
mengaduk setetes larutan uji dengan 4 tetes hidrogen peroksida 3
persen, lalu menambahkan 2 tetes asam sulfat M dan seterusnya
seperti diatas. Sianida dibuat tak menganggu dengan mengolah
larutan uji dengan 4 tetes larutan merkurium (II) klorida jenuh,
diikuti oleh 2 tetes asam sulfat dsb, akan terbentuk merkurium (II)
sianida yang sedikit berdisosiasi. Nitrit dihilangkan dengan
mengolahnya dengan anilina hidroklorida.
2. Nitrit
Kelarutan perak nitrit larut sangat sedikit dalam air namun semua
nitrit lainnya larut dalam air. Dalam reaksi ini digunakan kalium nitritm
KNO2 0,1M.
a. Asam klorida encer
Saat penambahan nitrit dalam keadaan dingin harus hati-hati,
dimana dihasilkan cairan berwarna biru –pucat yang tak tetap
(transien) (karena adanya nitrit bebas , HNO 2, atau anhidridanya
N2O3) dan dilepaskan uap nitrogen dioksida yang coklat , uap
sebagian besar terjadi karena bersenyawanya nitrogen oksida dengan
oksigen dari udara. Hasil yang serupa dengan dilarutkannya dalam
air
NO2- + H+  HNO2
(2 HNO2  H2O + N2O3)
3HNO2  HNO3 + 2NO + H2O
2NO + O2  2NO2
b. Larutan besi (II) sulfat
Larutan nitrit ditambahkan dengan hati-hati ke larutan pekat
25% besi (II) sulfat yang diasamkan dengan asam asetat encer atau
asan sulfat encer terbentuk cincin coklat pada perbatasan antara
kedua cairan yang ditimbulkan oleh senyawa [Fe,NO]SO 4 . Jika
penambahan tidak dilakukan dengan hati-hati hasilnya perwarnaan
yang coklat, reaksi ini serupa dengan uji cincin coklat terhadap

5
nitrat, dimana harus memakai asam yang lebih kuat (asam sulfat
pekat)
NO2- + CH3COOH  HNO2 + CH3COO-
3 HNO2  H2O + HNO3 + 2NO
Fe + SO42- + NO  [Fe,NO]SO4
2+

Iodida, bormida, ion-ion berwarna dan anion yang memberi


senyawa berwarna dengan ion besi (II) tak boleh ada.
c. Larutan barium klorida
Tidak ada endapan
d. Larutan perak nitrat
Reaksi :
NO2- + Ag+  AgNO2
Penggambaran terdapat endapan kristalin putih perak nitrit dari
larutan yang pekat.
e. Larutan kalium iodida
Reaksi :
2NO2- +2I- + 2 CH3COOH I2 + 2NO + 2 CH3COO- + 2H2O
Penambahan larutan nitrit kepada larutan kalium iodida
diteruskan dengan mengasamkannya dengan asam asetat atau dengan
asam sulfat encer, iod akan dibebaskan, yang dapat diidentifikasi
dari warna biru yang dihasilkan dengan pasta kanji. Hasil yang
serupa saat dicelupkan kertas kalium iodida-kanji yang dibasahi
dengan sedikit asam encer kedalam larutan. Metode lain dengan
mengekstasi iod yang dibebaskan itu dengan kloroform atau karbon
tetraklorida.
f. Larutan kalium permanganat yang diasamkan
Reaksi :
5NO2- + 2MnO4- + 6H+  5 NO3-+ 2Mn2+ + 3H2O
Penggambaran warna larutan ini dihilangkan oleh larutan suatu
nitrit tetapi tak ada gas yang dilepaskan.
g. Amonium klorida
Reaksi :
NO2- + NH4+  N2 + 2H2O
Penggambaran dengan mendidihkan larutan suatu nitrit dengan
reagensia padat berlebihan, nitrogen dilepaskan dan nitrit terurai
hampir sempurna.
h. Urea CO(NH2)2
Reaksi :
CO(NH2)2 + 2HNO2  2N2 + CO2 + 3H2O
Penggambaran: larutan nitrit diolah dengan urea dan campuran
diasamkan dengan asam klorida encer, nitrit akan terurai dan
nitrogen serta karbondioksida dilepaskan.

6
i. Tiourea CS(NH2)2
Larutan nitrit dalam asetat encer diolah dengan sedikit tiourea,
nitrogen akan dilepaskan dan dihasilkan asam tiosianat. Yang
terakhir ini dapat diidentifikasi dari warna merah yang dihasilkannya
dengan HCl encer dan larutan FeCl3 :
CS(NH2)2 + HNO2  N2 + H++ SCN- + 2 H2O
Tiosianat dan iodida menganggu dan jika ada harus dihilangkan
dengan Ag2SO4 Padat berlebihan atau dengan larutan AgNO3 encer
sebelum menambahkan asam asetat dan tiourea.
j. Asam sulfamat (HO.SO2.NH2)
Reaksi :
HO.SO2.NH2+ HNO2  N2 + H++ SO42- + H2O
Penggambaran : larutan nitrit diolah dengan asam sulfamat
maka nitrit akan terurai dengan sempurna. Reaksi ini nitrat tak
terbentuk sehingga metode yang baik untuk menghilangkan nitrit
dengan sempurna.
3. Sianida

Kelarutan pada sianida terjadi dari logam-logam alkali dan alkali


tanah yang larut dalam air, larutan ini bereaksi basa karena hidrolisis:
CN- + H2O  HCN + OH-
Dalam mempelajari reaksi-reaksi menggunakan larutan kalium
sianida, KCN 0,1M .
Sianida sangat beracun, asam bebasnya, HCN, mudah menguap
dan sangat berbahaya, sehingga semua eksperimen dalam mana gas ini
akan dilepaskan , dan dipanaskan dalam kamar asam.
a. Asam klorida encer
Reaksi :
CN- + H+  HCN
Asam sianida, HCN, yang berbau seperti amandel pahit
dilepaskan dalam keadaan dingin. Uap ini harus dibaui dengan hati-
hati. Metode untuk mengidentifikasi asam sianida dengan
mengubahnya menjadi amonium tiosianat dengan membiarkan uap
berkontak dengan sedikit amonium polisulfida diatas kertas saring.
Kertas dapat ditaruh dengan baik diatas sebuah tabung uji/cawan, zat
diolah dengan asam encer. Lalu penambahan setetes larutan besi (III)
tiosianat, Fe(SCN)3 . Merkurium (II) sianida tak diuraikan oleh asam
encer.
b. Larutan perak nitrat
Terjadi endapan putih perak sianida, AgCn, yang mudah larut
dalam larutan sianida yang berlebihan dengan membentuk ion
kompleks, disianoargentat (I) [Ag(CN)2]- . reaksi:

7
CN- + Ag+  AgCN
AgCN + CN-  [Ag(CN)2]-
Perak sianida larut dalam larutan amonia dan dalam larutan
natrium tiosulfanat namun larut dalam asam nitrat
c. Asam sulfat pekat
Reaksi :
2KCN + 2H2SO4 + 2 H2O  2CO + K2SO4 (NH4)2SO4
Dengan memanaskan sedikit garam padat dengan asam sulfat
pekat, akan dilepaskannya karbondioksida yang dapat dinyalakan
dan terbakar dengan nyala biru. Semua sianida yang kompleks dan
yang sederhana akan terurai dengan pengolahan ini.
d. Uji biru prusia
Merupakan uji yang sulit dan dilakukan secara : larutan sianida
dijadikan sangat basa dengan larutan natrium hidroksida
ditambahkan dengan beberapa ml larutan besu (II) sulfat (25%)
dicampurkan dan didihkan. Sehingga terbentuk ion heksasianoferat
(II) . setelah diasamkan dengan asam klorida (menetralkan setiap
alkali bebas yang mungkin ada) diperoleh larutan jernih yang
memberi endapan biru prusia setelah ditambahkan sedikit larutan
besi (III) klorida . jika mengandung sedikit sianida maka terbentuk
larutan hijau yang akan mengendapkan biru prusia setelah
didiamkan.
Reaksi :
- 2+
6CN + Fe  [Fe(CN)6]4-
3[Fe(CN)6]4- + 4Fe3+  Fe4[Fe(CN)6]3

e. Larutan merkurium (I) nitrat


Reaksi :
2CN- + Hg22+  Hg + Hg(CN)2
Penggambaran terjadi endapan abu-abu merkurium logam
( perbedaan dari klorida, bromida dan iodida).
Merkurium (II) sianida sedikit sekali terion dalam larutan.
Untuk mendeteksi adanya sianida dengan adanya merkurium, harus
ditambahkan kalium iodida berlebihan kepada cuplikan pada masa
ion sianida akan dibebaskan :
Hg(CN)2 + 4I-  [HgI4]2- + 2CN-
Merkurium II sianida akan diuraikan dengan hidrogen sulfida.
Dimana merkurium (II) sulfida mengendap (KS=4X10-53) . Jika
endapan telah disaring, ion-ion sianida dapat diuji dalam larutan
tersebut:
Hg(CN)2 + H2S  HgS + 2HCN
f. Uji besi (III) tiosianat

8
Merupakan uji yang sangat baik terhadap sianida dan
berdasarkan pada persenyawaan langsung antara alkali sianida
dengan belerang . sedikit larutan amonium polisulfida ditambahkan
pada larutan kalium sianida yang diletakkan pada cawan porselen
dan keseluruhannya diuapkan sampai kering diatas penangas air
dalam kamar asam . residu mengandung alkali dan amonium
tiosianat, bersama polisulfida yang tersisa. Zat terakhir hilang
terurai dengan menambahkan beberapa tetes asam klorida lalu
ditambahkan satu-dua tetes larutan besi (III) klorida. Sehingga
terjadi perwarnaan merah-darah disebabkan oleh kompleks besi (III)
tiosianat:
CN- + S22-  SCN- + S2-
3SCN- + Fe3+  Fe(SCN)3
Untuk teknik uji bercak dengan mengaduk setetes larutan uji
dengan setetes amonium sulfida kuning diatas kaca arloji dan
panaskan sampai terbentuk bingkai dari belerang sekeliling cairan
( penguapan sampai kering, hindari dengan memakai penangas air)
kemudian tambahkan 1-2 tetes asam klorida encer dibiarkan
mendingin dan ditambahkan 1-2 tetes larutan besi (III) klorida 3%
diperoleh pewarnaan merah
Uji ini dapat dipakai meskipun terdapat sulfida atau sulfit jika
tiosianat dari semulanya ada, sianida harus diisolasi dulu dengan
mengendapkan sebagai zink sianida.
g. Uji tembaga sulfida
Larutan sianida mudah melarutkan tembaga(II) sulfida dengan
membentuk ion tetrasianokuprat (I) yang tak berwarna :
2CuS + 10CN-  2 [Cu(CN)4]3- + 2S2- + (CN)2
Bilangan oksidasi tembaga dalam larutan ini adalah +1. Uji ini
paling baik dilakukan diatas kertas saring atau kertas reaksi tetes
dan dapat digunakan meski ada ion klorida, bromida, iodida,
heksasianoferat (II) dan (III).
Taruh setetes suspensi tembaga sulfida diatas kerta saring atau
diatas lempeng bercak dan tambahkan setetes larutan uji. Warna
coklat dari tembaga segera lenyap.
Suspensi tembaga dibuat dengan melarutkan 0,12g tembaga
sulfat yang berbentuk kristal dalam 100ml air tambahkan beberapa
tetes larutan amonia dan buat larutan menjadi keruh dengan sedikit
hidrogen sulfida.
h. Uji tembaga asestat-benzidina
Reagensia ini dapat menimbulkan kanker karsinogenik. Reaksi
ini terjadi karena potensial oksidasi reduksi dari pasangan tembaga

9
(II)-(I) bertambah besar jika ion tembaga (I) dihilangkan oleh ion
sianida.
Campurkan beberapa tetes larutan uji dengan sedikit asam
sulfat encer dalam uji tabung –uji mikro dan ikatkan atau pasangkan
dengan sehelai kertas reaksi tetes yang telah dibasahi dengan
campuran reagensia tembaga asetat dan benzidina yang sama
banyaknya pada puncak tabung dihasilkan warna biru.
Gas-gas pengoksida dan pereduksi menganggu sehingga
dianjurkan agar asam sianida dibebaskan dengan memanaskan
dengan natrium hidrogen karbonat.
4. Tiosianat (SCN-)
Tiosianat dalam bentuk perak dan tembaga (I) tiosianat memiliki
sifat tidak larut dalam air dengan nilai kelarutan pada suhu 20ᵒ masing-
masing yaitu 0,0003 g/l dan 0,0005 g/l. Dalam bentuk merkurium (II)
dan timbel tiosianat memiliki sifat sangat sedikit larut dengan nilai
kelarutan pada suhu 20ᵒ masing-masing yaitu 0,7 g/l dan 0,45 g/l.
Tiosianat dalam bentuk logam lain sifatnya larut dalam air.
Dalam mempelajari mengenai reaksi-reaksi pada tiosianat biasanya
digunakan larutan KSCN (kalium tiosianat) dengan konsentrasi 0,1 M.
Beberapa reagen yang digunakan dalam identifikasi tiosianat sebagai
berikut.
a. Asam Sulfat
Dengan asam pekat dihasilkan larutan berwarna kuning dalam
keadaan dingin. Dengan adanya pemanasan akan terbentuk karbonil
sulfida yang terbakar dengan nyala api biru saat uji nyala.
SCN- + H2SO4 +H2O → COS↑ + NH4+ + SO42-
Dengan asam 2,5 M, tidak terjadi reaksi dalam keadaan dingin,
tetapi setelah dididihkan akan terbentuk larutan kuning belerang
dioksida dan sedikit karbonil sulfida dilepaskan. Reaksi ini serupa
dengan reaksi sebelumnya, namun berjalan lebih lambat daripada
dengan asam sulfat.
b. Larutan Perak Nitrat
Dengan perak nitrat dihasilkan endapan perak tiosianat,
AgSCN, yang putih seperti dadih susu yang larut dalam amonia
namun tidak larut dalam asam nitrat encer.
SCN- + Ag+ → AgSCN↓
AgSCN↓ + 2NH3 → [Ag(NH3)2]+ + SCN+
Endapan yang ditambahkan dengan natrium kloroda dan
dilakukan pendidihan akan menjadi perak klorida.
AgSCN↓ + Cl- → AgCl↓ + SCN-

10
Setelah diasamkan dengan asam klorida, ion tiosianat dapat
dideteksi dengan besi (III) klorida. Perak tiosianat juga terurai pada
pemijaran atau peleburan dengan natrium karbonat.
c. Larutan Tembaga Sulfat
Pada awalnya larutan berwarna hijau, lalu muncul endapan
hitam tembaga (II) tiosianat.
2SCN- + Cu2+ → Cu(SCN)2↓
Penambahan asam sulfit akan mengubah endapan menjadi
tembaga (I) tiosianat berwarna putih.
2Cu(SCN)2 + SO2 + 2H2O → 2CuSCN↓ + 2SCN- + SO42- + 4H+
d. Larutan Merkurium (II) Nitrat
Dengan larutan merkurium (II) nitrat terbentuk endapan putih
merkurium (II) tiosianat Hg(SCN)2. Endapan tersebut mudah larut
dalam larutan tiosianat berlebih. Jika dipanaskan, endapan akan
mengembang besar membentuk suatu produk yang sianogen yang
terpolimer.
2SCN- + Hg2+ → Hg(SCN)2↓
Hg(SCN)2↓ + 2SCN- → [Hg(SCN)4]2-
e. Zink dan Asam Klorida Encer
Saat ditambahkan zink dan asam klorida encer hidrogen sulfida
dan hidrogen sianida akan dilepaska.
SCN- + Zn + 3H+ → H2S↑ + HCN↑ + Zn2+
f. Larutan Besi (III) Klorida
Dengan larutan besi (III) klorida akan terbentuk suatu
kompleks dan muncul warna merah-darah.
3SCN- + Fe3+ → Fe(SCN)3
Ada sederetan kation dan anion kompleks yang terbentuk.
Kompleks ini tidak bermuatan dan dapat diekstraksi dengan
mengocok dengan eter. Warna merah dapat dihilangkan dengan ion
flourida, merkurium (II), dan oksalat yang membentuk komponen
kompleks tidak berwarna.
Fe(SCN)3 + 6F- → [FeF6]3- + 3SCN-
4Fe(SCN)3 + 3Hg2+ → 3[Hg(SCN)4]2- + 4Fe3+
Fe(SCN)3 + 3(COO)22- → [Fe{(COO)2}3]3- + 3SCN-
g. Asam Nitrat Encer
Dengan asam nitrat encer akan terurai ketika dipanaskan.
Selain itu, akan terjadi pewarnaan merah. Nitrogen oksida dan
hidrogen sianida akan dilepaskan.
SCN- + H+ + 2NO3- → 2NO↑ + HCN↑ + SO42-
Jika digunakan asam nitrat pekat, maka akan terjadi reaksi
yang lebih keras, disertai pembentukan nitrogen oksida dan karbon
dioksida.

11
h. Uji Penyulinyan HSCN Bebas.
Asam tiosianat dapat dibebaskan dengan asam klorida, lalu
disuling ke dalam larutan amonia yang diidentifikasi dengan besi
(III) klorida. Uji ini dipakai untuk memisahkan tiosianat dari
campuran ion penganggu. Hasil akhir adalah warna merah pada
larutan.
i. Larutan Kobalt Nitrat
Dengan larutan kobalt nitrat akan terbentuk warna biru oleh
[Co(SCN)4]2- tanpa adanya endapan.
4SCN- + Co2+ → [Co(SCN)4]2-
j. Uji Katalis Reaksi Iod-Azida
Dalam uji ini, tiosianat bertindak sebagai katalis yang kuat
dalam reaksi antara iod dan natrium azida.
I3- + 2N3- → 2I- + 3N2-↑
k. Reagensia Tembaga (II) Sulfat-Piridina
Ketika larutan netral tiosianat ditambahkan reagen reagensia
tembaga (II) sulfat-piridina maka akan terbentuk endapan hijau-
kekuningan dengan komposisi [Cu(C5H5N)2](SCN)2. Senyawa larut
dalam klorofom membentuk warna larutan hijau emerald.
Penggunaan pereaksi secara berlebihan perlu dihindari.
2SCN- + Cu2+ + 2 C5H5N → [Cu(C5H5N)2](SCN)2↓
5. Klorida
Klorida pada kebanyakan memiliki sifat larut dalam air. Dalam
mempelajari mengenai reaksi-reaksi pada klorida biasanya digunakan
larutan NaCl (natrium klorida) dengan konsentrasi 0,1 M. Beberapa
reagen yang digunakan dalam identifikasi tiosianat sebagai berikut.
a. Asam Sulfat Pekat
Klorida dapat terurai cukup banyak dalam keadaan dingin dan
dalam keadaan panas dapat terjadi penguraian secara sempurna yang
disertai dengan pelepasan klorida.
Cl- + H2SO4 → HCl↑ + HSO4-
Hasil dari penguraian dapat diidentifikasi dengan cara:
1) Berdasarkan bau yang merangsang dan adanya asap putih.
2) Pembentukan kabut putih amonium klorida saat didekatkan
batang kaca yang dibasahi larutan amonia.
3) Sifatnya yang mengubah kertas lakmus biru menjadi merah.
b. Mangan Dioksida dan Asam Sulfat Pekat
Jika klorida padat dicampur mangan dioksida sama banyak,
kemudian ditambahkan asam sulfat pekat dan dipanaskan perlahan,
maka klor akan dilepaskan yang ditandai dengan bau yang
menyengat, warna hijau-kekuningan, memutihkan kertas lakmus
basah, dan mengubah kertas kalium iodida-kanji menjadi

12
biru.Hidrogen klorida yang mula-mula terbentuk, dioksidasikan
menjadi klor.
MnO2 + 2H2SO4 + 2Cl → Mn2+ + Cl2↑ + 2SO42- + 2H2O
c. Larutan Perak Nitrat
Dengan larutan ini akan terbentuk endapan putih AgCl seperti
dadih. Endapan ini tidak larut dalam asam nitrat encer, tetapi larut
dalam larutan amonia encer, kalium sianida, dan tiosulfat.
Cl- + Ag+ → AgCl↓
AgCl↓ + 2NH3 → [Ag(NH3)2]+ + Cl-
[Ag(NH3)2]+ + Cl- + 2H+ → AgCl↓ + 2NH4+
Jika endapan AgCl disaring, dicuci dengan air suling, dan
ditambahkan dengan larutan natrium arsenit, maka akan terbentuk
endapan kuning perak arsenit. Uji ini dipakai untuk uji pemastian
terhadap klorida.
3AgCl + AsO33- → Ag3AsO3↓ + 3Cl-
d. Larutan Timbel Asetat
Denagn larutan timbel asetat akan terbentuk endapan putih
timbel klorida dari larutan pekat.
2Cl- + Pb2+ → PbCl2↓
e. Kalium Dikromat dan Asam Sulfat (Uji Kromil Klorida)
Klorida padat yang dicampurkan denga serbuk kalium
dikromat lalu ditambahkan asam sulfat dan dipanaskan perlahan-
lahan akan terbentuk uap merah-tua kromil klorida. Uap ini dialirkan
ke dalam larutan NaOH akan dihasilkan larutan berwarna kuning
karena mengadung kromat. Pembentukan kromat menunjukkan
adanya klorida dalam padatan, karena kromil klorida merupakan
cairan yang mudah menguap.
4Cl- + Cr2O72- + 6H+ → 2CrO2Cl2↑ + 3H2O
CrO2Cl2↑ + 4OH- → Cr2O42- + 2Cl- + 2H2O
Sedikit klor mungkin juga dibebaskan melalui reaksi berikut.
6Cl- + Cr2O72- + 14H+ → 3Cl2↑ + 2Cr3+ + 7H2O
6. Bromida
Perak, merkurium (I), dan tembaga (I) bromida memiliki sifat tidak
larut dalam air. Timbel bromida sangat sedikit larut dalam air dingin,
tetapi lebih larut dalam air mendidih. Dalam mempelajari mengenai
reaksi-reaksi pada bromida biasanya digunakan larutan KBr (natrium
klorida) dengan konsentrasi 0,1 M. Beberapa reagen yang digunakan
dalam identifikasi tiosianat sebagai berikut.
a. Asam Sulfat pekat
Saat asam sulfat pekat dituangkan pada padatan
kaliumbromida, mula-mula akan terbentuk larutan coklat kemerahan,

13
lalu uap bron yang coklat kemerahan beserta hidrogen bromida akan
dilepaskan.
KBr + H2SO4 → HBr ↑ + HSO4- + K+
2KBr + 2H2SO4 → Br2↑ + SO2↑ + SO42- + 2K+ +2H2O
Reaksi dapat dipercepat dengan pemanasan. Jika asam sulfat
diganti dengan asam fosfat pekat dan dipanaskan, maka hanya
hidrogen bromida yang terbentuk.
KBr + H3PO4 → HBr ↑ + H2PO4- + K+
Sifat hidrogen bromida serupa dengan sifat hidrogen klorida.
b. Mangan Dioksida dan Asam Sulfat Pekat
Jika campuran bromida padat, mangan dioksida, dan asam
sulfat pekat dipanaskan, akan terbentuk uap brom coklat kemerahan
yang dilepaskan. Brom dapat dideteksi dengan baunya yang
merangsang, sifat memutihkan kertas lakmus, dan sifatnya menodai
kertas kanji menjadi merah jingga, dan pewarna merah yang
dihasilkan di atas kertas saring yang dijenuhi fluoresin.
2KBr + MnO2 + 2H2SO4 → Br2↑ + 2K+ + Mn2+ + 2SO42- + 2H2O
c. Larutan Perak Nitrat
Dengan perak nitrat terbentuk endapan kuning pucat perak
bromida. Endapan ini sedikit larut dalam larutan amonia encer,
mudah larut dalam amonia pekat. Selain itu, endapan mudah larut
dalam kalium sianida dan natrium tiosulfat, tetapi tidak larut dalam
asam nitrat encer.
Br- + Ag+ → AgBr↓
AgBr↓ + 2NH3 → [Ag(NH3)2]+ + Br-
AgBr↓ + 2CN- → [Ag(CN)2]- + Br-
AgBr↓ + 2S2O32- → [Ag(S2O3)2]3+ + Br-
d. Larutan Timbel Asetat
Denagn timbel asetat terbentuk endapan kristal putih timbel
bromida yang larut dalam air mendidih.
2Br- + Pb2+ → PbBr2↓
e. Air Klor
Penambahan air klor setetes demi setetes akan membebaskan
brom bebas dengan warna larutan merah jingga. Brom larut dalam
karbon disulfida, kloroform, dan karbon tetraklorida dan menjadi
coklat kemerahan setelah pendiaman. Dengan reagen berlebih akan
terbentuk brom monoklorida kuning atau menjadi asam hiperbromit/
bromat tak berwarna atau kuning pucat.
2Br- + Cl2↑ → Br2↑ + 2Cl-
Br2↑ + Cl2↑ → 2BrCl
Br2↑ + Cl2↑ + 2H2O→ 2OBr- + 2Cl- + 4H+
Br2↑ + 5Cl2↑ + 6H2O→ 2OBr- + 10Cl- + 12H+

14
f. Kalium Dikromat dan Asam Sulfat Pekat
Campuran bromida padat, asam sulfat pekat, dan kalium
dikromat dipanaskan dan dialirkan uapnya ke dalam air akan
dihasilkan larutan coklat kekuningan yang mengandung brom bebas.
Dengan NaOH menghasilkan larutan tidak berwarna. Larutan tidak
bereaksi dengan kromat dan asam sulfat encer.
6KBr + K2Cr2O7 + 7H2SO4 → 3Br↑ + 2Cr3+ + 4SO42- + 7H2O
g. Asam Nitrat
Asam nitrat (1:1) dan panas akan menoksidasi bromida
menjadi brom.
6Br- + 8HNO3 → 3Br2↑ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O

h. Uji Fluoresin
Brom bebas mengubah zat warna fluoresin (I) kuning menjadi
eosin (II) merah.
i. Uji Fuksin
Zat pewarna fuksin (magenta) membentuk suatu senyawa
adisi. Brom bebas mengubah fuksin yang telah dihilangkan
warnanya menjadi zat warna terbrominasi biru atau lembayung.
7. Iodida
Iodida memiliki sifat kelarutan yaitu serupa dengan klorida dan
bromida. Dalam mempelajari mengenai reaksi-reaksi pada iodida
biasanya digunakan larutan KI (natrium klorida) dengan konsentrasi 0,1
M. Beberapa reagen yang digunakan dalam identifikasi tiosianat sebagai
berikut.
a. Asam Sulfat Pekat
Dengan iodida padat, iod akan dibebaskan. Saat pemanasan,
uap lembayung dilepaskan, mengubah kertas kanji biru. Sedikit
hidrogen iodida dapat diamati dengan melihat asap putih yang
mereduksi asam sulfat menjadi belerang dioksida, hidrogen sulfida,
dan belerang.
2I- + 2H2SO4 → I2↑ + SO42- + 2H2O
I- + H2SO4 → HI↑ + HSO4-
6I- + 4H2SO4 → 3I2↑ + S↓ + 3SO42- + 4H2O
8I- + 5H2SO4 → 4I2↑ + H2S↓ + 4SO42- + 4H2O
b. Larutan Perak Nitrat
Dengan perak nitrat akan terbentuk endapan kuning AgI yang
mudah larut dalam kalium sianida dan natrium tiosulfat. Sangat
sedikit larut dalam amonia pekat dan tidak larut dalam asam nitrat
encer.
I- + Ag+ → AgI
AgI↓ + 2CN- → [Ag(CN)2]- + I-

15
AgI↓ + 2S2O32- → [Ag(S2O3)2]3- + I-
c. Larutan Timbel Asetat
Dengan timbal asetat terbentuk endapan kuning PbI2 yang larut
dalam air panas dan saat dingin membentuk keping panas.
2I- + Pb2+ → PbI2↓
d. Air Klor
Penambahan air klor setetes demi setetes akan membebaskan
iod bebas dengan warna larutan coklat. Saat berlebihan akan
dioksidasi menjadi emas iodat tak berwarna.
2I- + Cl2↑ → I2 + 2Cl-
I- + 5Cl2- + 6H2O → 2IO3- + 10Cl- + 12H+
e. Kalium Dikromat dan Asam Sulfat pekat
Hanya iod yang dibebaskan dalam destilat.
6I + Cr2O72- + 7H2SO4 → 3I2↑ + 2Cr3+ + 7SO42- + 7H2O
-

f. Larutan Natrium Nitrit


Iod dibebaskan saat reagensia ini ditambahkan ke larutai iodin
yang diasamkan oleh asam asetat encer atau asam sulfat encer. Iod
dapat diidentifikasi dari sifatnya yang mewarnai kanji menjadi biru,
atau karbon tetraklorida menjadi lembayung.
2I- + 2NO2- + 4H+ → I2 + 2NO↑ + 2H2O
g. Larutan Tembaga Sulfat
Dengan tembaga sulfat terbentuk endapan coklat yaitu
campuran CuI dan iod. Iod dapat dihilangkan dengan penambahan
natrium tiosulfat atau asam sulfit dan diperoleh endapan CuI hampir
putih.
4I- + Cu2+ → 2CuI↓ + I2
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-
h. Larutan Merkurium (II) Klorida
Dengan merkurium (II) klorida membentuk endapan merah
skarlet HgI2.
2I- + HgCl2 → HgI2↓ + 2Cl-
Endapan larut dalam KI berlebihan membentuk kompleks
tetraiodomerkurat (II).
HgI2↓ + 2I- → [HgI4]2-
i. Larutan Kanji
Iodida mudah dioksidasikan dalam larutan asam menjadi iod
bebas dengan zat pengoksid. Lalu iod bebas diidentifikasi dari
pewarna biru tua dari larutan kanji.
2I- + 2NO2- + 4H+ → I2 + 2NO↑ + 2H2O
j. Uji Reduksi Katalitik Garam Serium (IV)

16
Reduksi garam serium (IV) dalam asan oleh asrsenat berjalan
sangat lambat. Iodida akan mempercepat rekasi tersebut karena iod
yang dilepaskan dalam reaksi seketika (I).
2Ce4+ + 2I- → 2Ce3+ + I2
Beraksi lagi menurut.
AsO33- + I2 + H2O → AsO43- + 2I- + 2H+
Selesainya reduksi ditunjukkan oleh hilangnya warna kuning
dari larutan serium (IV).
k. Uji Paladium (II) Klorida
Larutan iodida bereaksi dengan reagen ini untuk menghasilkan
endapan PdI2 berwarna merah kecoklatan yang tidak larut dalam
asam mineral.
2I- + Pd2+ → PdI2↓

8. Nitrat
Kelarutan semua nitrat larut dalam air. Nitrat dari merkurium dan
bismuth menghasilkan garam basa setelah diolah degan air; garam-garam
ini larut dalam asam nitrat encer. Reaksi ini dapat dipelajari dengan
larutan kalium nitrat, KNO3, 0,1M.
a. Asam sulfat pekat
Uap nitrogen dioksida yang coklat kemerahan, disertai oleh
uap asam nitrat yang berbau menusuk dan berasap dalam udara akan
terbentuk ketika nitrat padat dipanaskan dengan reagensia. Asam
sulfat encer tak memberi aksi atau perubahan apa-apa (perbedaan
dari nitrit) :
4 NO3- 2H2SO4  4NO2  + O2  + 2SO42- + 2H2O
b. Asam sulfat pekat dan serutan tembaga yang mengkilat
Dengan memanaskan bahan-bahan ini dengan nitrat padat, uap
nitrogen dioksida yang coklat kemerahan akan dilepaskan, dan
larutan jadi berwarna biru oleh terbentuknya ion-ion tembaga(II).
Boleh juga dipakai larutan dari nitrat tersebut; asam sulfat itu lalu
ditambahkan dengan hati-hati sekali.
2NO3- + 4H2SO4 + 3Cu  3Cu2+ + 2NO + 4SO42- +4H2O
2NO + O2  2NO2
c. Larutan besi(II) sulfat dan asam sulfat pekat (uji cincin coklat). Uji
ini dilakukan dengan salah satu dari kedua cara ini:
1) Tambahkan 3 mL larutan besi(II) sulfat yang baru saja dibuat
kepada 2 mL larutan nitrat, dan tuangkan 3 – 5 mL asam sulfat
pekat dengan perlahan-lahan sepanjang sisi tabung uji sehingga
asam ini membentuk suatu lapisan disebelah bawah campuran

17
tersebut. Sebuah cincin coklat akan terbentuk pada tempat dimana
kedua cairan bertemu.
2) Tambahkan 4 mL asam sulfat pekat dengan perlahan-lahan
kepada 2 mL larutan nitrat, campurkan cairan-cairan itu dengan
seksama, dan dinginkan campuran dibawah aliran air dingin dari
kran. Tuangkan larutan jenuh besi(II) sulfat dengan perlahan-
lahan sepanjang sisi tabung sehingga membentuk suatu lapisan
diatas cairan tadi. Sebuah cincin coklat akan terbentuk pada zona
persentuhan antara kedua cairan itu.
Cincin coklat ini disebabkan oleh pembentukan [Fe(NO)]2+.
Setelah campuran dikocok dan dipanaskan, warn coklat ini hilang,
nitrogen(II) oksida dilepaskan, dan tinggallah larutan ion besi(III)
yang kuning. Uji ini tak dapat diandalkan dengan adanya biomida,
iodida, nitrit, klorat, dan kromat (lihat Bagian IV.45, reaksi 3 dan 4)
2NO3- + 4H2SO4 +6Fe2+ + 2NO + 4SO42- + 4H2O + Fe2+ + NO
 [Fe(NO)]2+
Bromida dan iodida mengganggu, karena halogen yang akan
dibebaskan; uji ini tak dapat dipercaya dengan adanya ion kromat,
sulfit, tiosulfat, iodat, sianida, tiosianat, heksasianoferat(II) dan (III).
Semua anion ini dapat dihilangkan dengan menambahkan Ag2SO4
yang bebas nitrat dengan berlebihan kepada suatu larutan dalam air
(atau ekstrak natrium karbonat), mengocok dengan keras selama 3 –
4 menit, dan menyaring garam-garam perak yang tak larut dan
sebagainya.
Nitrit bereaksi serupa dengan nitrat. Nitrit ini paling baik
dihilangkan dengan dengan menambahkan sedikit asam sulfamat
(bandingkan bagian IV.7, reaksi 10). Reaksi yang berikut terjadi
dalam keadan dingin:
H2N – HSO3 + NO2-  N2 + SO42- + H+ + H2O
Teknik uji-bercaknya adalah sebagai berikut. Taruh sebutir
kristal besi(II) sulfat kira-kira sebesar pentol jarum diatas lempeng
bercak. Tambahkan setetes larutan uji dan alirkan setetes asam sulfat
pekat ke sisi tetes itu. Akan terbentuk sebuah cincin coklat sekitar
kristal besi(II) sufat.
Kepekaan: 2,5 g NO3-. Batas konsentrasi: 1 dalam 25.000.
d. Reduksi nitat dalam suasana basa
Amonia akan dilepaskan (dideteksi dari baunya; dari kerjanya
atas lakmus merah dan kertas lakmus merkurium(I) nitrat; atau
dengan uji asam tanat-perakk nitrat, Bagian III.38, reaksii 7) bila
larutan suatu nitrat dididihkan dengan serbuk zink atau dipanaskan
perlahan-lahan dengan bubuk alumunium dan larutan natrium
hidroksida. Hasil-hasil yang sangat baik diperoleh dengan memakai

18
alise Devarda (45% Al, 5% Zn, dan 50% Cu). Ion-io amonium,
sudah tentu harus dihilangkan dengan mendidihkan larutan dengan
larutan natrium hidroksida (dan lebih baik menguapkan sampai
hampir kering) sebelum penambahan logam itu.
NO3- + 4Zn + 7OH- +6H2O  NH3 + 4[Zn(OH)4]2-
3NO3- + 8Al +5OH- + 18H2O  3NH3 + 8[Al(OH)4]-
Nitrit memberi reaksi yang serupa dan boleh dihilangkan,
paing sederhana dengan menggunakan asam sulfanat (perhatikan
reaksi 3). Prosedur yang lain, namun lebih mahal yaitu meliputi
penambahan natrium azida pada larutan asam itu; larutan didiamkan
sebentar lalu didihkan utuk menyelesaikan reaksi dan
menghilangkan hidrogen hidrogen azida yang mudah menguap.
NO2- + N3- +2H+  N2 + N2O + H2O
N3- + H+  HN3
Senywa-senyawa nitrogen lain yang melepaskan amonia pada
kondisi-kondisi diatas sianida-sianida, tiosianat, ion heksasianoferat
(II) dan (III). Ion-ion ini dihilangkan dengan mengolah larutan
airnya (atau suatu ekstrak natrium karbonatnya) dengan perak sulfat
yang bebas-nitrat dengan berlebihan (Bagian IV.45, 3), memanaskan
campuran sampai kira-kira 60, mengocok dengan keras selama 3 –
4 menit dan menyaringnya dari garam-garam perak dan anion-anion
yang menggangu serta zat pengendap yang berlebihan. Ion perak
yang berlebihan dihilangkan dari filtrat dengan menambahkan
larutan natrium hidroksida secara berlebihan, dan menyaringnya dari
perak oksida yang mengendap. Filtrat dipekatkan dan diuji dengan
zink, alumunium atau alise Devarda.
Perlu diperhatikan bahwa arsenit direduksi dalam larutan basa
oleh alumunium, alise Devarda, dan sebagainya menjadi arsina yang
menghitamkan kertas merkurium(I) nitrat dan juga memberi hasil
positif pada uji asam tanat-perak nitrat. Maka, baik uji merkurium(I)
nitrat maupun uji asam tanat-perak nitrat terhadap amonia tak dapat
dipakai jika terdapat arsenit.
Uji teknikk bercaknya dilakukan sebagai berikut. Taruh setetes
larutan uji dalam tabung dari gambar II.56, tambahkan 1 – 2 tetes
larutan natrium hidroksida 20% dan beberapa mg alise Devarda.
Letakkan sebuah kaca arloji dengan setetes reagensia p-
nitrobenzena-diazonium klorida (untuk pembuatannya dapat dilihat
pada Amonium, Bagian III.38, reaksi 8) pada sisi bawahnya diatas
corong tutup. Panaskan alat ini dengan perlahan-lahan sebentar.
Tambahkan sekeping kecil kalsium oksida kepada tetes reagensia
itu: sebuah cincin merah akan terbentuk dalam 10 – 15 detik.
Kepekaan: 10 g NO3-. Batas konsentrasi: 1 dalam 5.000.

19
e. Reagensia difenilamiina (C6H5.NH.C6H5)
Tuangkan larutan nitrat itu dengan hati-hati sepanjang sisi
tabung uji, sehingga membentuk suatu lapisan diatas larutan
reagensia; sebuah cincin biru terbentuk pada zona persentuhan antara
dua cairan. Uji ini merupakan uji yang sangat peka, tetapi sayangnya
juga memberi hasill yang positif dengan sejumlah zat pengoksid,
seperti garam-garam nitrat, klorat, bromat, iodat, permanganat,
kromat, vanadat, molibdat, dan besi(III).
Reagensia dibuat dengan melarutkan 0,5 g difenilamina dalam
85 mL asam sulfat pekat yang diencerkan menjadi 100 mL dengan
air.
f. Reagensia nitron (difenil-endo-anilo-dihidrotriazol C20H16n4)

Endapan kristalin putih nitron nitrat C20H16n4,HNO3 dengan


larutan nitrat. Bromida, iodida, nitrit, kromat, klorat, perklorat,
tiosianat, oksalat, dan pikrat, juga menghasilkan senyawa yang tak
larut, maka reaksi iini tak terlalu khas.
Reagensia dibuat dengan melarutkan 5 g nitron dalam 100 mL
asam asetat 2M.
g. Kerja oleh panas
Kerja oleh panas hasilnya berbeda-beda tergantung pada
logamnya. Nitrat dari natrium dan kalium melepaskan oksigen (uji
dengan batang bilah kayu yang berpijar) dan tertinggallah nitrit-nitrit
padat (uap coklat dengan asam encer); amonium nitrat menghasilkan
dinitrogen oksida dan uap air; nitrat dari logam-logam mulia
meninggalkan residu berupa logamnya, serta suatu campuran
nitrogen dioksida dan oksigen dilepaskan; nitrat dari logam-logam
lainnya, seperti timbel dan tembaga, melepaskan oksigen dan
nitrogen dioksida, dan meninggalkan residu berupa oksida
logamnya.
2NaNO3  2NaNO2 + O2
NH4NO3  N2O + 2H2O
2AgNO3  2Ag + 2NO2 + O2
2Pb(NO3)2  2PbO + 4NO2 +O2
h. Uji reduksi menjadi nitrit
Nitrat-nitrat direduksi menjadi nitrit oleh logam zink dalam
larutan asam asetat; nitrat ini dapat dengan mudah dideteksi
memakai reagensia asam sulfanilat--naftilamina (lihat pada Nitrit,

20
Bagian IV.7, reaksi 11). Nitrit tentu saja mengganggu dan lebih baik
dihilangkan dengan asam sulfamat (lihat reaksi 3 diatas).
Campurkan di atas lempeng bercakk setetes larutan uji yang
netral atau dalam asam asetat dengan setetes reagensia asam
sufanilat dan setetes reagensia -naftilamina, dn tambahkan
beberapa mg serbuk zink. Terbentukk pewarnaan merah.
Kepekaan: 0,05 g NO3-. Batas konsentrasi: 1 dalam
1.000.000.
9. Klorat
Kelarutan: semua klorat larut dalam air; kalium klorat adalah salah
satu dari yang paling sedikit larut (66 g ℓ-1 pada 18) litium klorat
merupakan salah satu yang paing banyak larut (3150 g ℓ-1 pada 18).
Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini pakailah larutan kalium klorat 0,1M.
a. Asam sulfat pekat (BAHAYA)
Semua klorat diuraikannya dengan disertai pembentukan gas
klor dioksida (ClO2), yang kuning kehijauan, yang melarut dalam
asam sulfat dengan menghasilkan larutan kuning jingga. Pada
pemanasan perlahan-lahan terjadi gemertak yang eksplosif
(meledak-ledak) yang mungkin berkembang menjadi ledakan yang
dahsyat. sDalam melakukan uji ini, satu atau dua butir kristal kaium
klorat yang kecil (beratnya tak lebih dari 0,1 g), diolah dengan 1 mL
asam sulfat pekat dalam keadaan dingin; klor dioksida yang kuning
dan mudah meledak (eksplosif) dapat terlihat dengan mengocok
larutan. Tabung uji tak boleh dipanaskan, dan mulutnya harus
diarahkan menjauhi mahasiswa.
3KClO3 + 3H2SO4 +2ClO2 + ClO4- +3SO42- + 4H+ + 3K+ + H2O
b. Asam klorida pekat
Semua klorat diuraikan oleh asam ini, dan klor bersama-sama
dengan klor dioksida yang mudah meledak dalam jumlah yang
berbeda-beda dilepaskan; klor dioksida ini memberi warna kuning
pada asam. Campuran gas ini kadang-kadang disebut ‘euklor’.
Percobaan ini harus dilakukan dalam skala kecil dan tak lebih dari
0,1 g kalium klorat boleh dipakai. Dua reaksi kimia berikut ini
mungkin trjadi bersamaan:
2KClO3 + 4HCl  2ClO2 + Cl2 + 2K+ + 2Cl- + 2H2O
KClO3 + 6HCl  3Cl2 + K+ + Cl- + 3H2O
c. Larutan natrium nitrit
Dengan memanaskan reagensia ini dengan suatu larutan klorat,
klorat direduksi menjadi klorida yang bisa diidentifikasi dengan
menambahkan larutan perak nitrat setelah diasamkan dengan asam
nitrat encer. Nitrit ini tentu saja harus bebas klorida. Larutan asam
sulfit atau larutan formaldehida (10%, 1 bagian formalin dengan 3

21
bagian air) berperilaku serupa. Hasil yang sangat baik diperoleh
dengan zink, alumunium atau aliase Devarda dan larutan natrium
hidroksida (lihat Bagian Nitrat IV.8, reaksi 4); larutan ini diasamkan
dengan asam nitrat encer setelah beberapa menit dididihkan dan
larutan perak nitrat ditambahkan.
ClO3- + 3NO2-  Cl- + 3NO3-
ClO3- + 3H2SO3  Cl- + 3SO42- + 6H+
ClO3- + 3HCHO  Cl- + 3HCOOH
ClO3- + 3Zn + 6OH- + 3H2O  Cl- + 3[Zn(OH)4]4-
ClO3- + 2Al + 2OH- + 3H2O  Cl- + 2[Al(OH)4]-
d. Larutan perak nitrat
Tidak terjadi endapan dalam larutan netral atau dengan adanya
asam nitrat encer. Dengan menambahkan sedikit natrium nitrit murni
(bebas klorida) kepada larutan asam nitrat encer tersebut, diperoleh
endapan putih perak klorida, karena reduksi klorat menjadi klorida
(lihat reaksi 3 diatas).
Tak diperoleh endapan dengan larutan barium klorida.
e. Larutan kalium iodida
Iod dibebaskan jika terdapat asam mineral. Jika dipakai asam
asetat, tak ada iod yang memisah, bahkan setelah lama didiamkan
(perbedaan dari iodat).
ClO3- + 6I- + 6H+  3I2 + Cl- + 3H2O
f. Larutan besi(II) sulfat
Reduksi menjadi klorida dengan pendidihan yang disertai asam
mineral (perbedaan dari perklorat).
ClO3- + 6Fe2+ + 6H+  Cl- + 6Fe3+ + 3H2O
g. Uji indigo
Suatu larutan encer indigo dalam asam sulfat pekat
ditambahkan kepada larutan klorat, sampai yang terakhir ini
berwarna biru pucat. Lalu larutan asam sulfit atau natrium sulfit
encer ditambahkan setetes demi setetes; warna biru hilang. Klorat
direduksi oleh asam sulfit tersebut menjadi klor atau menjadi
hipoklorit, yang terakhir ini menghasilkan warna indigo.
h. Uji anilina sulfat (C6H5.NH2)2H2SO4
Klorat badat (BAHAYA) dalam jumlah sedikit (misalnya 0,05
g) dicampurkan dengan 1 mL asam sulfat pekat, dan ditambahkan 2
– 3 mL larutan anilina sulfat dalam air; kita memperoleh warna biru
tua (perbedaan dari nitrat).
i. Uji mangan(II) sulfat-asam fosfat
Mangan(II) sulfat dalam asam fosfat pekat bereaksi dengan
klorat untuk membentuk ion difosfatomanganat(III) yang berwarna
lembayung.

22
ClO3- + 6Mn2+ + 12PO43- + 6H+  6[Mn(PO4)2]3- + Cl- +
3H2O
Peroksodisulfat, nitrit, bromat, iodat, dan juga periodat
bereaksi serupa. Zat yang disebut pertama dapat diuraikan dengan
menguapkan larutanya dalam asam sulfat dengan sedikit perak nitrat
sebagai katalis.
Taruh setetes larutan uji dalam krus mikro dan tambahkan
setetes reagensia. Panaskan dengan cepat di atas pembakar mikro
dan biarkan mendingin. Muncul pewarnaan lembayung. Pewarnaan-
pewarnaan yang sangat pucat bisa dikuatkan dengan menambahkan
setetes larutan difenilkarbazida 1% dalam alkohol, pada mana
diperoleh pewarnaan lembayung tua, yang disebabkan oleh suatu
produk oksidasi dari difenilkarbazida.
Kepekaan: 0,05 g ClO3-. Batas konsentrasi: 1 dalam
1.000.000.
Reagensia dibuat dengan mencampurkan larutan mangan(II) sulfat
dan asam fosfat pekat yang sama volumenya.
j. Kerja oleh panas
Semua klorat diuraikan oleh panas menjadi klorida dan
oksigen. Sedikit perklorat biasanya terbentuk sebagai hasil perantara.
Klorida ini diidentifikasi dalam residu dengan mengekstraksinya
dengan air, dan menambahkan asam nitrat encer dan larutan perak
nitrat. Suatu klorat yang tak larut harus dicampur dengan natrium
karbonat sebelum dipijarkan.
2KClO3  2KCl + 3O2
2KClO3  KCLO4 + KCl + O2
10. Iodat
Kelarutan: Iodat logam-logam alkali larut dalam air; iodat logam-
logam lainnya sangat sedikit larut, dan umumnya kurang larut dari klorat
dan bromat padanannya. Beberapa kelarutan dalam g ℓ-1 pada 20
adalah: timbel iodat 0,03 (25), perakk iodat 0,06, barium iodat 0,22,
kalsium iodat 3,7, kalium iodat 81,3, dan natrium iodat 90,0. Asam iodat
merupakan zat padat kristalin, dan mempunyai kelarutan 2,330 g ℓ-1 pada
20.
Untuk mempelajari reaksi-reaksii ini, pakailah larutan kalium iodat
(KIO3) 0,1M.
a. Asam sulfat pekat
Tidak melakukan aksi apa-apa tanpa adanya zat-zat pereduksi;
mudah merubah iodat menjadi iodida dengan adanya besi(II) sulfat:
IO3- + 6Fe2+ + 6H+  I- + 6Fe3+ + 3H2O

23
Jika iodat tersebut berlebiahn, iod terbentuk karena interaksi
antara iodat dan iodida (lihat reaksi 6):
IO3- + 5I- + 6H+  3I2 + 3H2O
b. Larutan perak nitrat
Menghasilkan endapan perak iodat, yang putih dan seperti
dadih, yang mudah larut dalam larutan amonia encer, tetapi sangat
sedikit larut dalam asam nitrat encer:
IO3- + Ag+  AgIO3
AgIO3 + 2NH3  [Ag(NH3)2]+ + IO3-
Jika larutan amoniakal dari endapan ini diolah dengan larutan
asam sulfit setetes demi setetes, perak iodida akan mengendap; zat
yang terakhir ini tidak larut dalam larutan amonia pekat (perbedaan
dari bromat)
[Ag(NH3)2]+ + IO3- + 3H2SO3  AgI + 3SO42- + 2NH4+ + 4H+
c. Larutan barium klorida
Meghasilkan endapan putih merkurium(II) iodat (perbedaan
dari klorat), yang sangat sedikit larut dalam air panas dan dalam
asam nitrat encer, tetapi tak larut dalam alkohol (perbedaan dari
iodida). Jika endapan barium iodat ini dicuci dengan baik, diolah
dengan sedikit larutan asam sulfit dan 1 – 2 mL karbon tetraklorida,
maka yang terakhir ini akan diwarnai lembayung oleh iod yang
dibebaskan, dan barium sulfat mengendap:
2IO3- + Ba2+ +  Ba(IO3)2
Ba(IO3)2 + 5H2SO3  I2 + BaSO4 + 4SO42- + 8H+ + H2O
d. Larutan merkurium(II) nitrat
Meghasilkan endapan putih merkurium(II) iodat (perbedaan
dari klorat dan bromat). Larutan timbel asetat, serupa halnya dengan
memberi endapan timbel iodat. Larutan merkurium(II)klorida, yang
praktis tak terionisasi (karena merkurium(II) klorida adalah
kovalen), takk memberi endapan
2IO3- + Hg2+  Hg(IO3)2
2IO3- + Pb2+  Pb(IO3)2
e. Belerang dioksida atau hidrogen sulfida
Pengaliran belerang dioksida atau hidrogen sulfida kedalam
larutan suatu iodat, yang diasamkan dengan asam klorida encer,
membebaskan iod yang dapat dikeali dengan menambahkan larutan
kanji atau kloroform atau karbon tetraklorida, dengan salah satu dari
dua reagesia itu berlebihan, iod akan direduksi lebih lanjut menjadi
iodida.
2IO3- + 5H2SO3  I2 + 5SO42- + 8H+ + H2O
I2 + H2SO3 + H2O  2I- + SO42- + 4H+

24
2IO3- + 5H2S + 2H+  I2 + 5S + 6H2O
I2 + H2S  2I- + 2H+ + S
f. Larutan kalium iodida
Campurkan bersama larutan kalium iodida dan larutan kalium
iodat, dan asamkan dengan asam kloridaasam asetat atau dengan
larutan asam tartarat; iod segera dibebaskan (pakailahuji kloroform
atau karbon tetraklorida)
IO3- + 5I- + 6H+  3I2 + 3H2O
g. Kerja oleh panas
Iodat alkali terurai menjadii oksigen dan suatu iodida.
Kebanyakan iodat dari logam-logam bivalen menghasilkan iod serta
oksigen dan meninggalkan residu berupa oksida; kecuali barium
iodat, yang memberi periodat (lebih tepatnya heksoksoiodat):
2KIO3  2KI + 3O2
2Pb(IO3)2  2I2 + 5O2 + 2PbO
5Ba(IO3)2  Ba5(IO6)2 + 4I2 + 9O2

h. Uji asam hipofosfit-larutan kanji


Iodat-iodat direduksi oleh asam hipofosfit dengan pada
akhirnya menjadi iodida. Reaksi ini berlangsug dalam tiga tahap
(transisi dengan pembentukan peralihan asam fosfit):
IO3- + H3PO2  I- + 3H3PO3
5I- + IO3- + 6H+  3I2 + 3H2O
I2 + H3PO3 + H2O  2I- + H3PO4 + 2H+
Kedua tahap pertama adalah cepat dan tahap yang ke-tiga
adalah reaksi yang lambat. Iod ini dapat diidentifikasi dengan mudah
dengan reaksi kanji. Klorat dan bromat tidak bereaksi pada kondisi-
kondisi ini.
Taruh setetes larutan uji yang netral diatas lempeng bercak dan
campurkan dengan setetes larutan kanji (untuk pembutan, lihat pada
Iodida, Bagian IV.16, reaksi 9), dan setetes larutan asam hipofosfit
yang encer. Dihasilkan pewarnaan biru yang tak tetap (transien).
Kepekaan: 1 g IO3-. Batas konsentrasi: 1 dalam 50.000.
i. Uji kalium tiosianat
Iodidat bereaksi dengan tiosianat dalam larutan yang asam
dengan membebaskan iod:
6IO3- + 5SCN- + H+ + 2H2O  3I2 +5HCN  + 5SO42-
Oleh sehelai kertas kanji berturut-turut dengan setetes kalium
tiosianat 0,1M dan setetes larutan uji yang asam. Kita memperoleh
suatu bercak yang biru.
Kepekaan: 3 g IO3-. Batas konsentrasi: 1 dalam 12.000.

25
11. Sulfat
Kelarutan sulfat dari barium, strontium dan timbel praktis memiliki
sifat tak larut dalam air. Sulfat yang berasal dari kalsium dan
merkurium(II) memiliki sifat sedikit larut di dalam air. Kebanyakan
sulfat dari logam-logam sisanya memiliki sifat larut di dalam air.
Beberapa sulfat memiliki sifat basa seperti dari merkurium, bismut, dan
kromium yang juga memiliki sifat tak larut dalam air namun larut dalam
asam klorida encer atau asam nitrat encer.
Beberapa reaksi yang dapat terjadi pada sulfat:
a. Larutan barium klorida
Menghasilkan endapan putih barium sulfat (BaSO4). Endapan
ini memiliki sifat yang tak larut dalam asam klorida encer panas dan
dalam asam nitrat encer, tetapi larut sebagian dalam asam klorida
pekat yang mendidih.
SO2−¿ + Ba2+ → BaSO4↓
¿
4

Uji ini biasanya dapat dilakukan dengan menambahkan reagen


dalam larutan yang diasamkan dengan asam klorida encer. Asam
klorida pekat atau asam nitrat pekat tidak boleh dipakai meskipun
akan membentuk endapan barium klorida atau endapan barium
nitrat, tetapi endapan-endapan ini terlarut setelah diencerkan dengan
air.
b. Larutan timbel asetat
Menghasilkan endapan putih timbel sulfat, yang dapat larut
dalam asam sulfat pekat panas, dalam larutan amonium asetat dan
larutan amonium tartrat, dan dalam larutan natrium hidroksida. Hasil
terakhir, terbentuk natrium tetrahidroksoplumbat(II), dan setelah
diasamkan dengan asam klorida, timbel akan mengkristal sebagai
kloridanya.
SO 2−¿ + Pb2+ → PbSO4↓
¿
4

c. Larutan perak nitrat


Menghasilkan endapan kristalin putih perak sulfat dari larutan
pekat.
SO2−¿ + 2Ag+ → Ag2SO4↓
¿
4

d. Uji natrium rodizonat


Hasil dari pencampuran garam-garam barium dengan sulfat
akan menghasilkan endapan coklat kemerahan dan natrium
rodizonat.
e. Uji kalium permanganat-barium sulfat
Ketika barium sulfat diendapkan dalam larutan yang memiliki
kalium permanganat, endapannya akan memiliki warna merah jambu
yang merupakan hasil dariadsorpsi permanganat.

26
f. Larutan merkurium(II) nitrat
Menghasilkan endapan kuning merkurium(II) sulfat yang
bersifat basa
SO 2−¿ + 3Hg2+ + 2H2O → HgSO4.2HgO↓ + 4H+
¿
4

g. Larutan benzidina hidroklorida


Terdapat endapan putih benzidina sulfat (reagen ini dapat
menimbulkan kanker). Ion-ion kromat, oksalat, heksasianoferat(II)
dan (III) dapat mengganggu reaksi ini.
12. Asetat
a. Asam sulfat encer
Menghasilkan asam asetat, yang mudah dikenali dari baunya
yang seperti cuka.
CH3COO- + H+ → CH3COOH↑
b. Asam sulfat pekat
Asam asetat dilepaskan saat pemanasan, bersama dengan
belerang dioksida yang mcenderung dapat menutupi bau dari uap
asam asetat.
c. Asam sulfat pekat dan etanol
Setelah dipanaskan maka akan terbentuk etil asetat
CH3COO.C2H5, dan setelah didinginkan dan diencerkan maka akan
tercium bau harum seperti buah.
−¿¿
CH3COONa + H2SO4 → CH3COOH + Na+ + H SO 4
CH3COOH + C2H5OH → CH3COO.C2H↑ + H2O
d. Larutan perak nitrat
Terbentuk endapan perak asetat yang berwarna putih, kristalin,
dan dihasilkan dalam keadaan dingin. Endapan ini lebih mudah larut
dalam air mendidih.
CH3COO- + Ag+ ↔ CH3COOAg↓
e. Larutan barium klorida
Tidak terjadi perubahan dengan adanya asetat.
f. Larutan besi (III) klorida
Terjadi perubahan warna menjadi merah tua yang disebabkan
oleh pembentukan ion kompleks.
6 CH3COO- + 3Fe3+ + 2H2O → [Fe3(OH)2(CH3COO)6]+ + 2H+
[Fe3(OH)2(CH3COO)6]+ + 4H2O →
→ 3Fe(OH)2CH3COO↓ + 3CH3COOH + H+
g. Reaksi kakodil oksida
Reaksi ini terjadi akibat pemanasan asetat dengan arsenik(III)
oksida yang menghasilkan bau busuk dan beracun.
h. Uji lantanum nitrat

27
Uji ini dilakukan dengan cara memanaskan asetat, larutan iod,
larutan amonia, dan larutan nitratyang kemudian dipanaskan
sehingga berubah warna menjadi biru.
i. Pembentukan uji indigo
Uji ini akan bergantung pada pengubahan aseton yang
terbentuk setelah penyulingan asetat-asetat menjadi indigo.
j. Kerja oleh panas
Semua asetat akan terurai dengan pemanasan yang kuat dengan
menghasilkan aseton.
2CH3COONa →CH3.COO.CH3↑ + Na2CO3
13. Oksalat
a. Asam sulfat pekat
Pada saat asam sulfat ditambahkan oksalat maka yang terjadi
adalah penguraian semua oksalat dengan disertai pelepasan karbon
monoksida dan karbon dioksida.
(COOH)2 → H2O + CO↑ + CO2↑
2−¿¿
(COO)2 + MnO2 + 4H+ → Mn2+ + 2CO2↑ + 2H2O
b. Larutan perak nitrat
Hasil dari percampuran ini adalah endapan berwarna putih dari
oksalat dan seperti dadih susu.
(COO)2−¿¿
2 + 2Ag+ → (COOAg)2↓
(COOAg)2↓ + 4NH3 → 2[Ag(NH3)2]+ + (COO)2−¿¿
2

(COOAg)2↓ + 2H+ → Ag+ + (COO)2−¿¿


2 + 2H+

c. Larutan kalsium klorida


Terdapat endapan putih kristalin, atau disebut kalsium oksalat
dengan larutan-larutan netral. Larutan in I tidak larut dalam asam
asetat encer, asam oksalat dan larutan amonium oksalat, tetapi larut
dalam asam klorida encer.
(COO)2−¿¿
2 + Ca2+ → (COO)2Ca↓
(COO)2−¿¿
2 + Ba2+ → (COO)2Ba↓
d. Larutan kalium permanganat
Saat dipanaskan menggunakan larutan asam dengan suhu 60º -
70º warnanya akan menghilang.
5(COO)2−¿¿
−¿¿
2 + 2 MnO4 + 16H+ → 10CO2↑ + 2Mn2+ + 8H2O
e. Uji resorsinol taruh
Uji ini dapat terbukti ketika adanya cincin biru dari reaksi
asam sulfat encer, bubuk magnesium, dan resorsinol dalam keadaan
dingin atau dipanaskan pada suatu tabung reaksi yang sama.
f. Uji mangan(II)

28
Campuran antara mangan(II) sulfat ketika ditambahkan NaOH
dan kemudian campuran dipanaskan sehingga terjadi oksidasi
endapan menggunakan oksigen.
7(COO)2−¿¿
2 + 2MnO(OH)2↓ + 8H+ → 2{Mn[(COO)2]3}3- + 2CO2↑ +
6H2O
g. Kerja oleh panas
Sebagian besar oksalat akan terurai setelah dipanaskan.
Sedangkan untuk oksalat dari logam alkali dan alkali tanah, akan
menghasilkan karbonat-karbonat, karbon monoksida, dan sedikit
karbon juga.
7(COONa)2 → 7Na2CO3 + 3CO↑ + 2CO2↑ + 2C
(COO)2Ba → BaCO3 + CO↑
(COO)2Mg → MgO+ CO↑ + CO2↑
(COOAg)2 → 2Ag + CO↑
(COOH)2 → HCOOH + CO2↑
HCOOH → CO↑ + H2O↑
h. Pembentukan uji biru anilina
Pada saat pemanasan oksalat-oksalat yang tidak larut dengan
asam fosfat pekat akan terbentuk zat pewarna biru anilina. Beberapa
asam tidak akan bereaksi pada uji ini.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Klasifikasi yang ada dalam makalah ini adalah merupakan makalah
tentang reaksi-reaksi untuk menentukan anion dengan baik. Anion memiliki 2
kelas yang berbeda dalam anion, berbeda dengan kation yang memiiki 5
golongan.

B. Saran
Dalam mempelajari materi analisis kualitatif anion ini hendaknya
perbanyaklah membaca dan memahami materi karena banyak reaksi-reaksi
yang harus dipahami.

29
DAFTAR PUSTAKA

Shevla,G.1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro


(Edisi 5, Bagian II). Terjemahan oleh L. Setiono dan A. Handyana
Pudjaatmaka. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

30

Anda mungkin juga menyukai