Anda di halaman 1dari 11

USEJ 5 (1) (2016)

Unnes Science Education Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS


PENDIDIKAN MULTIKULTURAL MENGGUNAKAN PERMAINAN UNTUK
MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA

Novi Ratna Dewi1, Isa Akhlis2

Prodi Pendidikan IPA


1

Prodi Ilmu Komputer


2

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ ______________________________________________________________________
Sejarah Artikel: ujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan draf permainan serta perangkat pembelajaran yang tervalidasi
Diterima Januari 2016 oleh ahli dan teruji keterbacaannya disertai deskripsi pembuatan Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan
prosedur model pengembangan produk 4-D (Four D model) dari Thiagarajan (1974: 5 - 9). Adapun tahapan yangakan
Disetujui Februari 2016 digunakan terdiri dari tiga tahap, yaitu: a) pendefinisian (define), b) perancangan (design) dan c) pengembangan (develop)
Dipublikasikan 1. Metode pengumpulan dan analisis data yang digunakan ialah metode dokumentasi untuk mendapatkan data
Februari 2016 perangkat sebelum dikembangkan, observasi untuk memperoleh data karakter peserta didik sebelum pengembangan
perangkat, angket untuk mendapatkan data validasi ahli dan keterbacaan oleh guru dan peserta di dik serta tes untuk
________________ memperoleh data kelayakan instrument tes. Seluruh data pada tahun pertama dianalisis secara deskriptif, kecuali data
Keywords: kelayakan instrument tes dianalisis secara statistik menggunakan uji validitas, reabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembeda. Dari hasil validasi diperoleh hasil bahwa perangkat sudah layak digunakan meskipun ada perbaikan namun
Pembelajaran; pendidikan bukan mencangkup konsep. Pada kegiatan simulasi RPP, seluruh rencana kegiatan hampir terlaksana dengan baik.
multicultural; media Hanya terdapat kendala dalam pengumpulan laporan LTM karena minimnya sosialisasi. Hasil uji keterbacaan dan
permainan validasi instrumen tes menunjukan ada beberapa kata yang perlu direvisi dan dari 60 soal yang dibuat, hanya 25 soal
yang diambil. Untuk nilai karakter budaya yang mungkin muncul, baik dari ahli, guru model maupun pengamat
____________________
sepakat bahwa perangkat pembelajaran IPA berbasis pendidikan multikultural menggunakan permainan memberikan
peluang yang besar bagi peserta didik untuk menumbuhkembangkan karakter siswa.

Abstract
______________________________________________________________________
The purpose of this research is to get game draft and learning tools validated by expert and tested its readability along with description
of development. Development of learning device using procedure of product development model 4-D (Four D model) from Thiagarajan
(1974: 5-9). The stages that will be used consists of three stages, namely: a) definitions (define), b) design (design) and c) develop ment
1. Method of collecting and analyzing data used is documentation method to get device data before developed, observation to obtain
student character data before device development, questionnaire to get expert validation data and readability by teacher and learner as
well as test to obtain test instrument feasibility data. All data in the first year were analyzed descriptively, except the test instrument
feasibility data were statistically analyzed using validity, reliability, reliability and distinguishing test. From the valid ation results
obtained the results that the device is feasible to use although there are improvements but not cover the concept. In the RPP simulation
activities, the entire activity plan is almost done well. There are only constraints in the collection of LTM reports due to the lack of
socialization. The results of the test legibility and validation of the test instrument show there are some words that need to be revised
and of the 60 questions made, only 25 questions are taken. For the values of cultural characters that may arise, both from experts,
model teachers and observers agree that science-based learning tools based on multicultural education use the game provides great
opportunities for learners to foster the character of students.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


p-ISSN 2252-6617
e-ISSN 2502-6232
 Alamat korespondensi:
Prodi Pendidikan IPA FMIPA UniversitasNegeri Semarang
E-mail: noviratnadewi@gmail.com

1098
Dewi, N.R. danAkhlis, I./ Unnes Science Education Journal 5 (1) (2016)

PENDAHULUAN belajar, (6) lembar pengamatan aktifitas peserta didik


(aplikasi nilai karakter), (7) lembar pengamatan
Pendidikan multikultur membawa siswa untuk kemampuan guru, dan (8) angket keterbacaan untuk
memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata guru dan peserta didik ; (9) angket respon peserta
pelajaran. Disamping itu, pendidikan multicultural didik terhadap perangkat pembelajaran dan proses
juga mengidentifikasi karakteristik siswa dalam pembelajaran.
menentukan metode pembelajaran. Hal ini sejalan Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap
dengan teori kebebasan belajar yang dikemukakan 2014 dan semester ganjil 2015, dan mengambil
oleh Roger (1969). Dalam hal ini, kebebasan belajar tempat di 2 SMPN, yaitu : SMP PGRI Wonosobo
yang diberikan melalui sebuah strategi yang tetap dan SMP PL Santo Yusup Mijen. Variabel dalam
harus menyenangkan sebagai upaya untuk penelitian ini meliputi : (1) Prestasi belajar
memanusiakan siswa (Haglun, 2004). Atas dasar (kreatifitas) peserta didik, ialah kemampuan peserta
tersebut, maka strategi pembelajaran yang tepat didik dalam menyelesaiakan persoalan yang
digunakan pada siswa kelas VII SMP ialah dengan diberikan melalui tes tertulis ; (2) Aktivitas peserta
permainan. Games juga dapat dibuat untuk didik, indikatornya diturunkan dari langkah-langkah
mengeksplor ide-ide IPA tertentu ke permukaan pembelajaran inkuiri (Praptiwi, 2012) dan nilai-nilai
sedangkan anak-anak dari segala usia suka bermain pancasila (Aqib dan Sujak, 2011: 7-8). (3)
game (Muslimin, 2012). Kemampuan guru mengelola pembelajaran,
Kenyataan di sekolah, berdasar survei awal, indikatornya diturunkan dari dari langkah-langkah
perangkat pembelajaran yang ada kurang pembelajaran inkuiri (Praptiwi, 2012) dan nilai
mendukung usaha guru untuk mengaplikasikan nilai karakter (Aqib dan Sujak, 2011: 7-8); serta (3)
budaya yang ada di sekitar siswa dalam pembelajaan. Respon peserta didik, indikatornya: perasaan peserta
Selain itu, pembelajaran IPA yang sudah identik didik terhadap komponen pembelajaran, pendapat
dengan keseriusan membuat guru jarang untuk peserta didik terhadap komponen pembelajaran,
menerapkan strategi permainan dalam pembelajaran. minat peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran,
Meskipun tak dapat dipungkiri, pendidikan karakter dan pendapat peserta didik tentang web
sudah mulai diterapkan oleh pemerintah, namun pembelajaran dan lembar tugas peserta didik.
masih menggunakan nilai-nilai yang berbasis Prosedur pengembangan perangkat
nasional. Untuk itu, rancangan pembelajaran IPA pembelajaran menggunakan model 4-D (Four D
berbasis multikultural saja tidak cukup karena perlu model) dari Thiagarajan (1974: 5 - 9) yang terdiri dari
perangkat pembelajaran yang mendukung yang tahap I (tiga tahap thiagaradjan), yaitu: a)
digunakan pada pembelajaran di SMP. pendefinisian (define), b) perancangan (design), c)
Beradasarkan latar belakang maka peneliti pengembangan (develop), dan tahap ke II (tahap
merumuskan permasalahan yang menjadi fokus penyebaran (desseminate)).
penelitian, yaitu: bagaimana pengembangan
perangkat pembelajaran IPA berbasis pendidikan HASIL DAN PEMBAHASAN
multikultural menggunakan permainan yang valid?
Nilai Budaya dan Perangkat Pembelajaran IPA
Sebelum Dikembangkan
METODE Berikut ini adalah hasil analisis pendahuluan
berdasarkan hasil pengamatan dan angket.
Penelitian ini tergolong dalam penelitian 1. Macam-macam nilai budaya yang ada pada
pengembangan. Perangkat yang dikembangkan siswa
dalam penelitian ini meliputi: (1) silabus, (2) RPP Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (3) Web peneliti menggolongkan siswa menjadi 2 golongan
pembelajaran, (4) lembar tugas mandiri, (5) pedoman berdasarkan daerah asalnya.
permainan, dan (6) tes prestasi belajar.
a. Siswa yang berasal dari daerah bagian atas/
Instrumen penelitian meliputi: (1) lembar pegunungan
validasi silabus, (2) lembar validasi RPP, (3) lembar Mengingat letak daerah asal yang masih di
validasi web pembelajaran, (4) lembar validasi pegunungan, maka siswa yang berasal dari daerah
lembar tugas mandiri, (5) lembar validasi tes prestasi ini memiliki kadar keimanan yang lebih tinggi

1099
Dewi, N.R. danAkhlis, I./ Unnes Science Education Journal 5 (1) (2016)

dibandingankan dengan daerah yang lain. praktek pembelajaran, terdapat beberapa model
Kepatuhan yang nampak dari tiap anaknya terwujud pembelajaran yang biasa digunakan untuk
dalam motivasi yang tinggi dalam belajar. Selain itu, membelajarkan materi pecahan. Beberapa model
pola asuh keluarga yang terbiasa hidup bergotong pembelajaran yang digunakan diantaranya:
royong menciptakan karakter yang kuat tentang a. model pembelajaran konvensional
musyawarah dan demokrasi. Namun karena tidak Dalam hal ini guru langsung mengiformasikan
terbiasa diberi sebuah tanggungjawab, maka siswa tentang sifat-sifat maupun rumus keliling dan luas
dari daerah ini mudah putus asa, kurang kerja keras pecahan pada siswa. Kelebihan pembelajaran ini
serta memiliki tanggungjawab yang lemah. waktu yang diperlukan untuk pembelajaran relatif
b. Siswa yang berasal dari kota sedikit. Namun terdapat banyak kelemahan dalam
Teknologi yang berkembang pesat dilingkunan model pembelajaran ini karena penekanan model ini
tempat tinggalnya membuat anak yang berasal dari adalah bagaimana pengetahuan dapat diserap siswa
daerah kota memiliki sikap manja. Mereka dan pengembangan potensi siswa diabaikan (
menginginkan segala sesuatu yang berbau instan. Wallace, 1992: 13). Hal ini berarti pengetahuan yang
Bahkan mereka lebih menikmati interaksi dengan telah dimiliki siswa tidak diberdayakan.
dunia maya dibandingkan dengan interaksi dalam b. Model Pembelajaran Kooperatif
dunia nyata. Hal ini menyebabkan mereka tidak STAD sebagai model pembelajaran yang
memiliki nilai demokrasi dan musyawarah. Selain diaplikasikan dalam tahap ke 2 STAD yaitu kerja
itu, sikap individualis yang berkembang pesat seakan kelompok. Slavin (dalam Norman, 2005: 6-8)
mematikan nilai toleransi yang ada pada diri mereka. menyebutkan tahap-tahap model pembelajaran
Namun karena memiliki rasa percaya diri yang baik, kooperatif (STAD), yaitu: (1) presentasi kelas; (2)
siswa dari daerah kota lebih mau mengeluarkan ide- kerja kelompok; (3) tes; (4) peningkatan skor
ide kreatif yang mereka miliki. individu; (5) penghargaan kelompok. Dalam
2. Model Pembelajaran pelaksanaan di lapangan, tahap ini diisi kegiatan
Perangkat pembelajaran merupakan komponen diskusi tentang materi dan kemudian presentasi hasil
penting penentu keberhasilan peserta didik dalam diskusi kelompok sehingga melalui kegiatan ini salah
mempelajari suatu materi. Di Indonesia, penyusunan satu karakteristik kelas inkuiri telah tercipta, yaitu
perangkat pembelajaran : silabus, RPP dan alat guru telah membiarkan peserta didik untuk
penilaian disesuaikan dengan aturan-aturan yang mengkomunikasikan hasil pemikirannya. Namun
terdapat dalam peraturan menteri pendidikan demikian, STAD tidak menekankan pada
nasional republik Indonesia no 41 tahun 2007 penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki peserta
tentang Standar Proses. Terlihat dari kelengkapan didik sebagai modal peserta didik dalam mempelajari
Silabus yang digunakan telah mememuat identitas materi baru, serta keterampilan mengamati peserta
mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi didik. Hal ini yang menjadikan guru tidak terlalu
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pen- memperhatikan materi apersepsi yang disampaikan
capaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan pada awal pembelajaran. Misalnya ketika guru akan
sumber belajar (BSNP, 2007:7). Hal yang serupa juga mengajarkan materi klasifikasi benda, tidak ada
diterapkan dalam penyusunan RPP yang telah materi apersepsi digunakan guru. Ini akan
memuat identitas mata pelajaran, Standar menjadikan bekal pengetahuan peserta didik dalam
Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator menyusun materi baru kurang terpadu sehingga
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi memungkinkan adanya kesalahan dalam menyusun
ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan konsep materi baru.
pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber 3. Sumber belajar
belajar (BSNP, 2007:8-11). Buku yang dipakai oleh guru dan siswa
Perumusan tujuan pembelajaran yang kebanyakan adalah buku paket dan LKS. Untuk
dicantumkan dalam RPP juga telah sesuai dengan menghasilkan hasil yang sesuai dengan yang
KD yang terdapat pada KTSP. Selain itu telah diharapkan guru, diperlukan sumber belajar
tampak dalam RPP terdapat perencanaan pendukung yang dibuat sendiri oleh guru seperti
pengelolaan aktivitas peserta didik yang ditunjukan LKS. Pada kenyataan dilapangan tidak ada LKS
dengan pemilihanmodel pembelajarannya. Dalam yang cara penyajian materinya dapat merangsang

1100
Dewi, N.R. danAkhlis, I./ Unnes Science Education Journal 5 (1) (2016)

keingin tahuan peserta didik, sehingga menempatkan hidup yang ada belum memenuhi karakteristik kelas
peserta didik sebagai penyelidik. LKS yang inkuiri dan pengaplikasian pendidikan karakter. Hal
digunakanpun adalah LKS yang berisi rangkuman ini menyebabkan tindakan peserta didik yang
materi dan kumpulan soal. Hal ini kurang membantu cenderung kurang berempati dengan peserta didik
peserta didik dalam mempelajari materi baru. lain, kurang menghargai bahkan mereka cenderung
Sehingga untuk menghindari kesalahan dalam membuat kelompok-kelompok di sekolah.
penyusunan konsep baru oleh peserta didik, guru Kelompok-kelompok ini membatasi pergaulan
harus memberikan bimbingan yang intensif pada peserta didik sehingga untuk peserta didik kelas VII
peserta didik. Bertolak pada kenyataan rasio yang berasal dari pedesaan akan kesulitan dalam
perbandingan guru dan jumlah peserta didik adalah bersosialisasi. Menurut Piaget (Hidayat, 2004)
1:30 maka akan tersita banyak waktu sehingga sangat menyatakan bahwa transmisi sosial mempengaruhi
dimungkinkan tidak akan tercapai ketuntasan secara kemampuan intelektual manusia dan Vygotsky
klasikal atau dengan kata lain hanya sebagian kecil (Hidayat, 2004) menyatakan bahwa proses aditif
dari peserta didik yang dapat mencapai ketuntasan. dalam peningkatan pengetahuan dilakukan dalam
Ini diperkuat dengan nilai murni peserta didik dalam interaksi dengan lingkungannya sehingga rendahnya
ujian semester 1 yang sebagian besar tidak tuntas. kemampuan sosialisasi peserta didik kelas VII
Untuk itu dalam pengembangannya, akan dibuat berdampak pada rendahnya kemampuan intelektual
LKS yang menyertakan materi prasyarat sebagai peserta didik.
sarana project individu yang harus diselesaikan
sebelum pembelajaran dimulai (tugas rumah). Proses Pengembangan Perangkat
4. Media pembelajaran Pada bagian ini akan dipaparkan tahapan-
Media yang digunakan dalam pembelajaran tahapan pada pengembangan perangkat
materi klasifikasi benda dan klasifikasi makhluk pembelajaran IPA berbasis pendidikan multikultural
hidup yaitu power point yang dibuat oleh guru di dengan menggunakan modifikasi teori Thiagarajan
kelas. Melalui kegiatan ini guru kurang (1974: 5-9) dimulai dari tahap pendefinisian sampai
menempatkan peserta didik sebagai penyelidik. pada tahap ujicoba.
Dalam proses pembelajaran, media seperti ini akan 1. Tahap Pendefinisian
membuat siswa pasif dalam pencarian konsep serta Hasil tahap pendefinisian dipergunakan untuk
membatasi ruang siswa dalam menentukan cakupan merancang draf perangkat pembelajaran. Adapun
ilmu yang akan ia pelajari. Pengamatan yang kegiatan yang telah dilakukan dalam tahap
disyaratkan kurikulum 2013 hanya dilakukan siswa perencanaan dirancang berdasarkan 5 dimensi
tanpa adanya interaksi. Disamping itu, baik sumber pendidikan multikultural (Banks, 1993), antara lain:
maupun media yang ada kurang menyinggung a. Menentukan Tujuan Pembelajaran yang
masalah nilai-nilai luhur bangsa. Aplikasi pendidikan mengintegrasikan berbagai budaya (Content
karakter dalam perangkat pembelajaran telah terlihat integration) dan aplikasinya (The Knowledge
pada silabus dan RPP yang ada. Karakter yang telah Construction Process)
dituangkan dalam RPP ialah kerjasama, percaya diri, Berdasarkan hasil analisis siswa dan lingkungan
saling menghargai. Nilai-nilai tersebut masih sangat maka kebutuhan akan desain pendidikan
umum bila dibandingkan dengan ideologi pancasila multikultural sudah semakin mendesak, untuk itu
yang telah mencakup seluruh aspek kehidupan. pembelajaran didesain untuk mencapai keempat
Disamping itu, belum ada kolerasi pendidikan kopetensi inti secara maksimal. Termasuk di
karakter dalam perangkat dan media pembelajaran. dalamnya memberikan kesempatan pada siswa untuk
Hal ini mengidentifikasikan bahwa pendidikan mengembangkan KI 1 dan KI 2 melalui serangkaian
karakter baru sebatas hitam diatas putih. Pernyataan kegiatan yang sengaja dihadirkan dalam
tersebut didukung oleh hasil wawancara yang pembelajaran untuk mengakomodir nilai budaya
dilakukan dengan beberapa peserta didik yang yang telah dimiliki oleh masing-masing siswa.
menyebutkan bahwa aplikasi pendidikan karakter b. Menentukan Metode Pelaksanaan dan
belum mereka rasakan. Penilaian sesuai dengan cara belajar siswa (An
Secara keseluruhan, perangkat pembelajaran Equity Paedagogy)
materi klasifikasi benda dan klasifikasi makhluk

1101
Dewi, N.R. danAkhlis, I./ Unnes Science Education Journal 5 (1) (2016)

Metode yang akan digunakan dalam g. Draf Instrumen penilaian dan Angket
pembelajaran ialah penemuan, kooperatif Learning Untuk menilai KI 1 dan 2 maka penilaian yang
dan permainan. Metode penemuan dipilih sebagai dilakukan tidak hanya berupa tes, namun juga dibuat
wujud dari kebebasan belajar untuk mengakomodir lembar observasi siswa untuk menilai sikap yang
nilai kerja keras, kreatifitas dan tanggungjawab. mencerminkan nilai-nilai budaya bangsa. Lembar
Kooperatif learning dipilih untuk mengakomodir observasi kemampuan guru untuk memastikan guru
nilai toleransi, musyawarah dan demokrasi. Adapun melaksanakan rencana dengan maksimal serta angket
metode permainan digunakan untuk mengakomodir untuk mengetahui respon siswa dan guru terhadap
suasana pembelajaran yang menyenangkan. Ketiga perangkat pemblajaran. Adapun instrumen observasi
metode ini akan menciptakan situasi active learning siswa, guru, angket siswa dan guru secara berturut-
sehingga nilai toleransi dan disiplin juga akan turut dapat dilihat pada Lampiran.
terakomodir dengan sendirinya.
c. Memilih Media Tahap Perancangan
Berdasarkan metode yang digunakan maka 1. Penyusunan Tes Acuan Patokan
media yang digunakan ialah website pembelajaran Bedasarkan hasil tahap pendefinisian, disusun
sebagai sarana tutorial bagi siswa untuk tes acuan patokan yang mengacu pada kemampuan
melaksanakan pembelajaran. kognitif dan evaluasi karakter peserta didik.
d. Membuat Draf RPP 2. Pemilihan Media
Materi yang dipilih untuk simulasi strategi ini Media yang digunakan dalam penelitian ini
ialah klasifikasi benda dan klasifikasi makhluk hidup, menggunakan website pembelajaran sebagai panduan
dengan pertimbangan banyak filosofi yang penyusunan materi secara mandiri oleh peserta didik,
terkandung pada materi klasifikasi benda dan serta internet yang digunakan untuk mendownload
klasifikasi makhluk hidup. Berdasarkan materi soal-soal yang menjadi tugas kelompok peserta didik.
tersebut, maka pembelajaran terbagi menjadi 4 3. Pemilihan Format
pertemuan, dimana pertemuan 1 sampai 3 adalah Dalam pemilihan format perangkat
penurunan konsep dan prinsip sedangkan pertemuan pembelajaran berpedoman peserta didik mengacu
4 adalah aplikasi skill. Sehingga terciptalah RPP 1 pada standar proses (BSNP, 2013); lembar
sampai dengan RPP 3, dengan alokasi waktu 2 x 45’ pengamatan aktifitas peserta didik mengacu pada
untuk tiap RPPnya. Secara lengkap RPP dapat macam-macam keaktifan dan disesuaiakan dengan
dilihat pada Lampiran. langkah pembelajaran berbasis inkuiri. Adapun
e. Membuat Draf Lembar Kerja Siswa format lembar tugas dan soal disesuaikan dengan
Sesuai dengan jumlah tatap muka, maka LTM yang telah ada dilapangan.
pun terdiri dari 4 untuk menyertai masing-masing 4. Desain Awal Perangkat Pembelajaran
pertemuan. LTM merupakan pengembangan dari a. Silabus, yaitu rencana pembelajaran materi
buku siswa (kurikulum 2013), yaitu dengan klasifikasi benda dan klasifikasi makhluk hidup
menambahkan materi-materi apersepsi, pembuatan pada kelas VII SMP selama 8 x 40’.
contoh mulai dari yang dimengerti siswa sampai b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
dengan penambahan pertanyaan sebagai stimulus yaitu panduan langkah-langkah yang akan
untuk menemukan konsep. Secara lengkap LTM dilakukan oleh guru dalam kegiatan
dapat dilihat pada Lampiran. pembelajaran yang disusun dalam skenario
f. Membuat Draf Soal Tes Hasil Belajar kegiatan. RPP yang dikembangkan dalam
Mengacu pada KD pada KI 3 dan 4 maka penelitian ini terdiri atas 4 RPP, yaitu RPP-1,
dirumuskan 25 soal yang dapat mengakomodir RPP-2, RPP-3, RPP-4, yang masing-masing
kreativitas (soal analisis), kerjakeras (variasi tingkat dirancang untuk pertemuan selama 80 menit.
kesukaran), kejujuran (soal yang meminta siswa Rumusan indikator dan skenario kegiatan
untuk membuat soal dengan tema yang ditentukan) pembelajaran dalam RPP dikembangkan dari
serta komunikasi yang tercermin dari tatacara rumusan tujuan pembelajaran dalam langkah-
penulisan jawaban. Secara lengkap Soal tes hasil langkah kegiatan yang disarankan dalam
belajar dapat dilihat pada lampiran. petunjuk guru dengan mengacu pada
Kompetensi Inti (KI) dan Kompentensi Dasar

1102
Dewi, N.R. danAkhlis, I./ Unnes Science Education Journal 5 (1) (2016)

(KD) yang dirumuskan dalam kurikulum 2013. Setelah lembar validator perangkat
Selain itu pembuatan RPP langkah-langkah pembelajaran selesai divalidasi, maka dilakukan
pembelajaran sesuai dengan metode inkuiri dari pengambilan lembar validasi di 3 validator,
Kauchak (Praptiwi, 2012) untuk yaitu Miranita Khusniati, S.Pd., M.Pd., Arif
mengembangkan kreatifitas peserta didik Widiyatmoko, S.Pd., M.Pd., dan Erna Noor
(Silver, 1997) dengan penanaman nilai-nilai Savitri, S.Si., M.Pd.
pancasila (Aqib dan Sujak, 2011) sebagai dasar 2. Melakukan deskripsi hasil penilaian umum para
karakter peserta didik sehingga dapat menjadi validator.
benteng/ solusi dari salah satu masalah global Setiap masukan dari para Validator direkap
yaitu cultural deviance. menjadi satu, dievaluasi kemudian dicarikan
c. Website pembelajaran merupakan Website solusi perbaikannya. Berikut uraian dari
panduan yang digunakan oleh peserta didik deskripsi penilaian para validator.
dalam kegiatan pembelajaran untuk 1) RPP
menemukan materi klasifikasi benda dan
a) Komponen yang ada sudah sesuai dengan
klasifikasi mahluk hidup. Di dalam website
komponen RPP dalam Permendikbud no.65
tersebut terdapat petunjuk kegiatan-kegiatan
tahun 2013.
yang manstimulus peserta didik untuk dapat
Saran: lembar evaluasi sikap disatukan
melakukan kegiatan pengamatan dan
dengan RPP.
eksperimen secara mandiri, dan bisa di akses
b) RPP sudah menerapkan prinsip penyusunan
kapanpun.
RPP sesuai Permendikbud no.65 tahun
d. Lembar Tugas Mandiri (LTM) merupakan
2013.
panduan kegiatan yang diberikan pada peserta
Saran:
didik sebagai pendamping dalam memanfaatkan
- Perlu pengembangan budaya membaca
website pembelajaran, yang sekaligus sebagai
dan menulis.
panduan laporan tugas rumah. Terdapat 4 LTM
Solusi: menambah/ menekankan
dalam penelitian ini yaitu LTM-1, LTM-2,
penugasan pembuatan soal bisa
LTM-3 dan LTM-4.
mengambil sumber dari buku/ internet.
e. Soal Kuis disusun untuk memperdalam
- Belum optimal dalam memberikan
pemahaman peserta didik tentang konsep yang
layanan pada perbedaan individu.
baru mereka pelajari. Terdapat 4 soal dalam
Solusi: penggunaan metode diskusi
penelitian ini yang diberikan setiap akhir
kelompok dan klasikal sebagai variasi
pembelajaran.
dalam pembelajaran.
f. Tes hasil belajar disusun berdasar indikator
c) RPP telah menerapkan metode sesuai
pembelajaran, karena hasil dari tes tersebut
harapan kurikulum 2013.
nantinya akan digunakan untuk melihat
d) Prinsip multikultural sudah diterapkan
ketuntasan belajar peserta didik dan
dalam RPP dan sesuai dengan tuntutan
perbandingan prestasi belajar peserta didik pada
Kurikulum 2013.
kegiatan uji coba penggunaan perangkat.
e) Saran: menjadikan siswa sadar jika ia
mngerjakan tugas dengan baik maka itu akan
Tahap Pengembangan
membuatnya sejahtera dan akan berdampak
Hasil Validasi Ahli dan Pembahasannya
pada teman-teman yang lain.
Analisis data ini dilakukan setelah diperoleh
f) RPP sudah memberikan peluang terciptanya
data hasil penilaian, koreksi dan masukan/saran dari kegiatan untuk meningkatkan nilai budaya
validator terhadap perangkat pembelajaran draft I.
bangsa.
Secara berturut-turut analisis data ini dilakukan g) Penggunaan bahasa sudah efisien, tidak ada
dengan cara: yang memberi makna ganda.
1. Melakukan pengumpulan data tentang penilaian h) Kesimpulan: seluruh validator menyatakan
dan masukan/saran perbaikan dari para bahwa RPP layak digunakan dan sudah
validator. memberi peluang terciptanya kegiatan untuk
meningkatkan nilai budaya bangsa.

1103
Dewi, N.R. danAkhlis, I./ Unnes Science Education Journal 5 (1) (2016)

2) Lembar Tugas Mandiri (LTM) rata-rata memberikan alasan bahwa hal


tersebut membuat tugas rumah mereka
a) Perintah dan bangsa yang digunakan pada
bertambah banyak, sedangkan mereka
LTM sudah jelas dan efisien.
yang menyatakan suka beralasan bahwa
b) LTM juga mendukung prinsip belajar yang
hal tersebut membuat mereka lebih siap
dituntut sesuai Kemendikbud n.65 dan model-
dalam mengikuti pembelajaran.
model yang dituntut Kurikulum 2013.
c) LTM mendukung terealisasikan prinsip b) Prosentase siswa yang merasa senang
multikultural. terhadap keberadaan soal ialah 63,89%
d) Saran: LTM bisa didesain untuk menjalin atau 23 siswa dari 36 siswa yang menjadi
kerjasama siswa. responden menyatakan kesukaannya
e) Nilai-nilai budaya dalam LTM perlu terhadap soal. Mereka yang tidak suka,
digali lagi. rata-rata memberikan alasan bahwa soal
f) Kesimpulan: Seluruh validator yang ada membuat mereka bingung karena
berpendapat LTM layak digunakan ketika jawaban yang dimiliki dicocokan
karena mendukung pembelajaran yang dengan teman yang lain maka mereka
dirancang dengan prinsip multikultural. menemukan jawaban yang berbeda-beda.
4) Instrumen Tes Dan merekapun harus memberikan alasan
ketika memberikan jawaban, hal itu
a) Kejelasan perintah dan bahasa yang
merupakan hal yang tidak biasa.
digunakan sudah efektif.
b) Instrumen sudah mendukung pencapaian c) Adapun minat siswa untuk mengikuti
paparan indikator dalam pembelajaran pembelajaran dengan perangkat yang telah
(Kognitif, afektif dan psikomotorik). dikembangkan, seluruh responden
c) Saran: Instrumen keterampilan perlu menyatakan berminat untuk mengikutinya.
divariasi.
d) Untuk hasil keterbacaan, keberadaan guru
d) Saran: menggunakan hasil kerja individu
membantu mereka memahami bahasa
sebagai salah satu instrumen penilaian
yang ada dalam perangkat sehingga
keterampilan.
seluruh kata yang ada dapat mereka
e) Perlu adanya penegasan pada petunjuk
pahami maknanya.
untuk penanaman kejujuran dan
kemandirian. 4. Hasil pengamatan nilai-nilai multikultural
f) Kesimpulan: seluruh validator Berdasarkan hasil pengamatan karakter nilai
mengatakan instrumen penilaian layak budaya siswa pada saat simulasi perangkat maka
digunakan dengan sedikit revisi. diperoleh hasil sebagai berikut.
2. Uji coba keterbacaan dan instrumen tes 1). Nilai Religi
Uji coba terbatas perangkat pembelajaran di Nilai religi yang tercermin melalui doa
lapangan bertujuan untuk memperoleh data atau pembuka dan penutup pada pembelajaran
masukan dari guru, siswa dan para pengamat yang tidak menggunakan perangkat hasil
(observer) terhadap semua perangkat pembelajaran pengembangan tidak muncul. Hal ini
yang telah disusun sebagai dasar untuk melakukan dikarenakan kebiasaan berdoa di sekolah
revisi (penyempurnaan) perangkat pembelajaran dan hanya dilakukan pada pembelajaran yang
instumen tes draft II menjadi draft III. terjadwal pada jam pembelajaran pertama dan
3. Hasil Simulasi RPP dan Pembahasannya terakhir, sehingga untuk pembelajaran di luar
a. Respon Siswa serta pembahasannya itu tidak dilakukan doa. Hal ini terlihat
Berdasarkan hasil angket yang diberikan perbeda ketika pembelajaran telah
pada siswa pada kelas uji coba diperoleh data menggunakan perangkat pembelajaran yang
sebagai berikut. dikembangkan.
a) Prosentase siswa yang merasa senang 2). Nilai Disiplin dan Tanggung Jawab
terhadap keberadaan lembar kerja siswa Pada awal simulasi RPP, nilai kedisiplinan
ialah 76,33%. Mereka yang tidak suka, kurang terlihat. Terbukti bahwa hanya
sebagian kecil siswa yang mau dengan senang

1104
Dewi, N.R. danAkhlis, I./ Unnes Science Education Journal 5 (1) (2016)

hati mematuhi saran guru untuk mengerjakan umpan balik di tiap akhir kegiatan inti. Ini
LTM. Sehingga strategi pembelajaran diubah salah satu perubahan yang mendasar dalam
kedalam diskusi klasikal. Namun dalam rencana pembelajaran sebelum.
prosesnya, kedisiplinan siswa mulai nampak 6). Nilai Toleransi
ketika mereka mampu menempatkan posisi Nilai toleransi terjadi perubahan antara
antara permainan dan serius. Selain itu, pembelajaran yang belum menggunakan
kedisiplinan juga ditunjukan dengan perangkat yang telah dikembangkan
mengerjakan tugas tepat waktu. Hal ini dibandingkan dengan yang sudah
dikarenakan prinsip multikultural yang menggunakan. Hal ini dikarenakan sebelum
diterapkan membuat siswa yakin akan penggunaan perangkat, usaha guru dalam
kemampuan yang dimiliki tiap individu dan mendesain pembelajaran yang menggunakan
adanya kebebasan dalam berpikir bagi setiap metode diskusi dan pendekatan scientifik
individu. membuat siswa dilatih untuk menghargai
3). Nilai Kejujuran pendapat orang lain dalam kelompok maupun
Nilai kejujuran tercermin dari originalitas secara klasikal.
tugas yang dihasilkan baik melalui tugas 7). Nilai Kreativitas
rumah maupun tugas di kelas. Pada Nilai kedisiplinan belum mengalami
pembelajaran yang tidak menggunakan perubahan tetap dikisaran 60% - 80%. Adapun
perangkat yang dikembangkan, hasil tugas nilai rasa ingin tahu dan gemar membaca juga
siswa tidak bisa dipilah mana yang dikerjakan mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari
sendiri dan mana yang hanya mencontek antusias siswa ketika proses tanya jawab
pekerjaan teman. Hal ini dikarenakan tugas maupun diskusi berlangsung. Nilai yang mulai
yang diberikan terbatas pada soal-soal tertutup muncul yaitu kemandirian dan kreatifitas, hal
sehingga bahasa yang digunakan siswa kurang ini karena desain pembelajaran dalam
bervariatif. perangkat yang dikembangkan memberikan
4). Nilai Kerjasama kesempatan pada perserta didik untuk belajar
Penumbuhkembangan nilai musyawarah secara mandiri terlebih dahulu sehingga
sudah ada sebelum perangkat dikembangkan, membuat mereka lebih siap mengikuti proses
namun setelah perangkat dikembangkan pembelajaran.
terdapat sedikit pertumbuhan prosentase siswa 5. Hasil Uji Coba Perangkat Tes dan
yang menunjukkan sikap demokratis ini. Hal Pembahasannya
ini dikarenakan prinsip socio humanis yang a. Validitas
diterapkan membuat siswa percaya bahwa Paket soal yang diujikan dibagi menjadi 2
kerja sama dan penggunaan perkembangan bagian yaitu paket A berisi 30 soal mengenai
pengetahuan dapat memberikan kesejahteraan Klasifikasi Benda yang diujikan pada kelas IX A dan
bersama. paket B berisi 30 soal mengenai Klasifikasi Makhluk
5). Nilai Musyawarah Hidup yang diujikan pada kelas IX B. Pembagian
Penumbuhkembangan nilai musyawarah paket ini disesuaikan dengan jam yang diberikan
sudah ada sebelum perangkat dikembangkan, pihak SMP N 1 Ungaran untuk melaksanakan uji
namun setelah perangkat dikembangkan validitas. Pada paket soal A, soal yang valid yakni
terdapat sedikit pertumbuhan prosentase siswa nomor 1, 2, 3, 5, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20,
yang menunjukkan sikap demokratis ini. 21, 24, 25, 26, 29 dan 30. Pada paket soal B, soal
namun hal ini tidak berbanding lurus dengan yang valid yakni nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13,
nilai komunikasi karena perubahan nilai 14, 16, 17, 18, 20, 22, 23, 24, 26, 29 dan 30.
komunikasi tidak mudah terlihat. Dengan Perbandingan presentase soal valid dengan tidak
penggunaan perangkat yang telah valid sebesar 67 : 33.
dikembangkan, siswa juga mulai mengenal b. Reliabilitas
nilai menghargai prestasi siswa lain. Hal ini Perhitungan Reliabilitas soal pilihan ganda
dimungkinkan karena desain pembelajaran dapat dihitung dengan rumus K-R 20. Hasil
selalu menuntut guru untuk memberikan perhitungan diperoleh rxx = 0,5942 maka reliabilitas

1105
Dewi, N.R. danAkhlis, I./ Unnes Science Education Journal 5 (1) (2016)

tes sangat tinggi. Contoh perhitungan reliabilitas 0,413 sehingga rhittung>rtabel, maka soal dianggap
dapat dilihat pada lampiran 16. Pada perhitungan reliabel. Terlihat kedua paket soal memenuhi kriteria
didapatkan reliabilitas paket soal A sebesar 0,838 bahwa keduanya reliabel.
dengan r tabel = 0,404 sehingga rhittung>rtabel, maka soal c. Tingkat Kesukaran Soal
dianggap reliabel. Pada perhitungan didapatkan Dari Perhitungan taraf kesukaran butir soal,
reliabilitas paket soal B sebesar 0,799 dengan r tabel = didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 1. Rekap Data Taraf Kesukaran Butir Soal
Paket Nomor Soal Jumlah Soal Kriteria
Soal
A 3, 9, 12, 16, 17, 29 6 Sukar
1,5, 6, 8, 13, 14, 15, 18, 21, 10 Sedang
26
2, 4, 7, 10, 11, 19, 20, 22, 14 Mudah
23, 24, 25, 27, 28, 30
B 25 1 Sukar
2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 22 Sedang
14, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 24,
26, 27, 28, 29, 30
1, 3, 4, 11, 19, 21, 23 7 Mudah

d. Daya Pembeda
Dari Perhitungan daya pembeda butir soal, didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 2. Rekap Data Daya Pembeda Butir Soal Paket A dan B


Paket Nomor Soal Jumlah Soal Kriteria
Soal
A 1, 2, 3, 5, 13, 14, 15, 18, 20, 29 10 Baik Sekali
8, 21, 26 3 Baik
6, 7, 10, 16, 17, 24, 25, 30 8 Cukup
4, 9, 11, 12, 19, 22, 23, 27, 28 9 Jelek
B 1, 2, 3, 4, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 17 Baik Sekali
19, 21, 22, 23, 26, 27, 28
9, 17 2 Baik
7, 10, 20, 29, 30 5 Cukup
5, 6, 16, 18, 24, 25 6 Jelek

e. Transformasi Nomor Soal digunakan dapat mengukur secara menyeluruh


Setelah mendapatkan data validitas butir soal, pengetahuan peserta didik mengenai bab klasifikasi.
dipilih 25 soal yang dengan kriteria valid. Soal yang Transformasi soal yang digunakan dalam posttest
dipilih juga memenuhi indikator yang ada. Hal ini yakni :
bertujuan agar posttest sebagai alat evaluasi yang

Tabel 3. Transformasi Nomor Soal Paket A dalam Soal Posttest


Nomor dalam soal posttest 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nomor soal asal 1 3 7 9 11 14 17 22 23 26 29 30

Tabel 4. Transformasi Nomor Soal Paket B dalam Soal Posttest


Nomor dalam
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
soal posttest
Nomor soal
2 3 8 10 11 15 16 17 19 21 26 29 30
asal

1106
Dewi, N.R. danAkhlis, I./ Unnes Science Education Journal 5 (1) (2016)

SIMPULAN coba menunjukan bahwa perangkat memiliki


keterbacaan yang baik dan berpotensi menjadi media
Berdasarkan proses pengembangan perangkat penumbuhkembangan nilai-nilai karakter budaya
pembelajaran dengan menggunakan modifikasi bangsa yang sesuai dengan tema pendidikan nasional
pengembangan perangkat model 4-D (four D models) 2011.
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran
bahwa proses penghasilan perangkat pembelajaran yang dapat peneliti kemukakan, sebagai berikut.
IPA berbasis multikultural dengan menggunakan 1. Dalam mengembangkan website pembelajaran
permainan dimulai dari tahap pendefinisian melalui perlu diperhatikan aspek kemudahan dalam
analisis ujung awal menggunakan metode pustaka penggunaan.
menemukan permasalahan bahwa UU No. 20 Tahun 2. Perlu adanya kemampuan pengelolaan kelas
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab yang sangat baik ketika akan menerapkan
II Pasal 3 menuntut sekolah tidak hanya pendekatan pembelajaran IPA berbasis
menghasilkan lulusan yang berkemampuan kognitif pendidikan multikultural dengan menggunakan
tinggi serta dapat mengikuti perkembangan informasi permainan, karena kegiatan di kelas
dan teknologi namun juga kreatif, mandiri dan keseluruhan berupa permainan dan presentasi
bertanggung jawab. Pendekatan IPA berbasis oleh peserta didik.
multikultural dengan menggunakan permainan dapat 3. Penelitian hanya sampai pada tahap
dijadikan alternatif solusi dari permasalahan tersebut. pengembangan (develop) menurut model
Melalui analisis peserta didik dan lingkungan pengembangan perangkat Thiagarajan yang
diperoleh informasi bahwa penerepan pendidikan telah dimodifikasi, belum sampai pada kegiatan
karakter dalam kehidupan sekolah masih rendah, hal uji coba lapangan. Oleh katena itu perangkat
ini dikarenakan perangkat yang ada belum tersebut perlu dilakukan ujicoba lebih lanjut
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk untuk mengetahui efektivitas dari perangkat
meumbuhkembangkan karakter diri. Melalui analisis pembelajaran yang telah dikembangkan.
konsep, analisis tugas dan analisis tujuan
pembelajaran menghasilkan informasi bahwa DAFTAR PUSTAKA
penugasan untuk persiapan dan evaluasi diperlukan
Tias, W., Tapilouw, F. S., & Widodo, A. (2008).
dalam penyampaian materi klasifikasi benda dan
Perbandingan Pembelajaran Berbasis Inkuiri
klasifikasi makhluk hidup yang sarat akan nilai-nilai Melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi
karakter. Selanjutnya dilakukan tahap perencanaan pada Topik alat Indera Di SMA. Jurnal Penelitian
untuk merancang perangkat baru yang Pendidikan IPA, 2(3), 339-358.
dikembangkan dari perangkat lama menggunakan
Aqib, Z. (2011). Panduan dan Aplikasi Pendidikan
informasi-informasi yang diperoleh dari tahap Karakter. Bandung: Yrama Widya.
pendefinisian. Kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini sebagai berikut. (a) penyusunan kriteria tes; (b) Arsury. (2007). Pendidikan yang Humanistik.
http://arsury.blogspot.com/2007/12/pendidikan
pemilihan media; (c) pemilihan format; dan (d) -yang-humanistik.html14/10/2009].
perancangan awal yang akan menghasilkan draft I.
Setelah diperoleh draf I, kemudian dilakukan uji B Banks, J. A. (1993). Multicultural Education: Historical
Development, Dimension, and Practice Review
validasi ahli. Secara umum validator menilai bahwa
of Research in Education. American Educational
perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP Research Association.
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), website
pembelajaran, pedoman permainan serta lembar Clark, C. R., Guskey, T. R., & Benninga, J. S. (1983). The
effectiveness of mastery learning strategies in
tugas mandiri adalah baik dan dapat digunakan
undergraduate education courses. The Journal of
dengan revisi dalam hal bahasa, penulisan dan Educational Research, 76(4), 210-214.
format. Masukan validator digunakan untuk merevisi
draf I menjadi draf II. Draf yang telah baik dimata Dirgantara, Y., Redjeki, S., & Setiawan, A. (2008). Model
Pembelajaran Laboratorium Berbasis Inkuiri
para ahli disimulasikan ke lapangan untuk untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
mengetahui keterbacaan dan potensi Keterampilan Proses Sains Siswa MTS pada
penumbuhkembangan nilai-nilai karakter. Hasil uji Pokok Bahasan Kalor. Jurnal Penelitian Pendidikan
IPA, 2(1), 87-97.

1107
Dewi, N.R. danAkhlis, I./ Unnes Science Education Journal 5 (1) (2016)

Gulo, W. (2008). Strategi Belajar Mengajar (Cover Baru). Rogers, C.R. (1969). Freedom to
Grasindo. Learn.http://www.panarchy.org/rogers/learning.
html[29/10/2009].
Haglun, R. (2004). Humanistic Mathematics Teaching Can
Make a Difference: Using Humanistic Content Samsudi. (2009). Desain Penelitian Pendidikan. Semarang:
and Teaching Methods to Motivate Students and Unnes Pres.
Counteract Negative Perceptions of
Mathematics. The Humanistic Mathematics Network Santoso, S. (2003). Mengatasi Berbagai Masalah Statistik
Journal Online, 27. dengan SPSS Versi 11,5. Jakarta: PT. Gramedia.

Hasan, H. S. (2000). Multikulturalisme Untuk Seah, W.T. (2005). Negotiating About Perceived Value
Penyempurnaan Kurikulum Nasional. Jurnal Differences in Mathematics Teaching: The Case of
Pendidkan dan Kebudayaaan. Immigrant Teachers in Australia.On Proceedings of the
29th Conference of the International Group for the
Haylock, D. (1997). Recognising mathematical creativity in Psychology of Mathematics Education, 4. Melbourne:
schoolchildren. ZDM, 29(3), 68-74. PME.

Hidayat, M. A. (2004). Bahan Penelitian Matematika ” Teori- Supriadi. (2010). Intisari Teori Kriminologi. Tersedia di
teori Belajar Matematika”. Jakarta: Departemen http://excellent-
Pendidikan Nasional. lawyer.blogspot.com/2010/04/intisari-teori-
kriminologi.html?m=1 [21/03/2013]
Irwanto. (2002). Psikologi Umum. Jakarta: Prenhallindo.
Thiagarajan, S. (1974). Instructional Development for Teacher
Karwati, E. (2010). Pelestarian dan Pengembangan Budaya of Exceptional Children. Bloomington: Indiana
Melalui Manajemen Pendidikan. Jurnal Ilmiah University.
Kopertis IV: Wawasan Tridharma. No. 1, tahun
XXIII. Yumarlin. (2013). Pengembangan Permainan Ular Tangga
untuk Kuis Mata Pelajaran Sains Sekolah Dasar.
Kemendiknas. (2011). Sambutan Mediknas pada Hardiknas Jurnal Teknik, 3(1): 75-84.
2011.
www.kemendiknas.go.id/media/424570/Sambut
anHardiknas2011-Final.pdf [02/05/2011]

Krutetskii, V.A. (1976). The Psychology of Mathematical


Abilities in choolchildren. Chicago: The University
of Chicago Press

Muslimin, M., Putri, R. I. I., & Somakim, S. (2012).


Desain Pembelajaran Pengurangan Bilangan
Bulat Melalui Permainan Tradisional Congklak
Berbasis Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia di Kelas IV Sekolah Dasar. Kreano,
Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 3(2), 100-112.

Nizaruddin, N., Dwijayanti, I., & Ariyanto, L. (2013,


January). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika Humanistik
Berideologi Pancasila Berbasis konstruktivis
menggunakan ICT di SMP. In INOVASI
PEMBELAJARAN. Prosiding Seminar Nasional
Inovasi Pembelajaran. Semarang: IKIP Pres

Praptiwi, L., & Handayani, L. (2012). Efektivitas model


pembelajaran eksperimen inkuiri terbimbing
berbantuan my own dictionary untuk
meningkatkan penguasaan konsep dan unjuk
kerja siswa SMP RSBI. Unnes Science Education
Journal, 1(2): 9.

Repulika. (2013). Januari 2013 Diwarnai 25 Kasus Perkosaan.


Tersedia di
www.m.republika.co.id/berita/nasional/hukum/
13/01/28 [21/03/2013]

1108

Anda mungkin juga menyukai