Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS KUALITATIF

Disusun oleh kelompok 4:


Alamanda Ayu 41204720116004

Erwin Sulaeman 41204720116035

Irawati Nurani 41204720116043

Mirta Mariandani 41204720116054

M. Ridwan Fauzi 41204720116055

Zevana Prasetya 41204720116014

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NUSA BANGSA

2018
Kata Pengantar

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
PERCOBAAN I ......................................................................................................................... 1
Reaksi Identifikasi Kation Golongan I ..................................................................................... 1
PERCOBAAN II ........................................................................................................................ 6
Reaksi Identifikasi Kation Golongan II .................................................................................... 6
PERCOBAAN III ..................................................................................................................... 16
Reaksi Identifikasi Kation Golongan III ................................................................................. 16
PERCOBAAN IV ..................................................................................................................... 26
Reaksi Identifikasi Kation Golongan IV ................................................................................ 26
PERCOBAAN V ...................................................................................................................... 32
Uji Nyala Pada Kation ........................................................................................................... 32
PERCOBAAN VI ..................................................................................................................... 38
Reaksi Identifikasi Anion ...................................................................................................... 38
PERCOBAAN VII .................................................................................................................... 57
Uji Kualitatif Logam pada Sampel Kosmetik ........................................................................ 57

ii
PERCOBAAN I
Reaksi Identifikasi Kation Golongan I

1. Pendahuluan

Salah satu hal umum yang dikerjakan dalam kimia analitik adalah
mengidentifikasi ion-ion berbeda yang ada dalam sampel tertentu. Dalam
analisis kualitatif, ion-ion dalam campuran dipisahkan melalui pengendapan
selektif. Pengendapan selektif melibatkan penambahan reagen tertentu ke
dalam larutan ion-ion yang dapat mengendapkan satu atau lebih jenis ion. Ion
yang diperoleh diidentifikasi dan dapat dikonfirmasi me nggunakan reaksi
kimia spesifik terhadap ion tersebut.

Kation-kation biasanya dibagi menjadi beberapa golongan, dimana


setiap golongan menggunakan reagen tertentu untuk pengendapan selektif.
Kation Ag+, Pb2+, dan Hg22+ disebut kation golongan I karena merupakan
golongan pertama yang dipisahkan dari campuran yang lebih besar. Karena
semua ion tersebut membentuk endapan klorida, pemisahan ion-ion tersebut
dari campurannya dapat dilakukan dengan menambahkan 6M HCl (aq) yang
menghasilkan endapan AgCl (s), PbCl2 (s) dan Hg2Cl2 (s).

1.1 Tujuan
Mengidentifikasi kation-kation Ag+, Pb2+, dan Hg22+ dengan pereaksi
yang sesuai.

1.2 Dasar Teori

Kation-kation golongan I diendapkan sebagai garam klorida.


Pemisahan kation golongan I tersebut dari campuran sebagai garam
klorida didasarkan fakta bahwa garam klorida dari golongan I tidak larut
dalam suasana asam (pH : 0,5-1). Kation-kation dalam golongan I yang
terdiri dari Ag+, Hg22+, dan Pb2+. Garam klorida dari kation golongan I
adalah Hg2Cl2, AgCl, dan PbCl2. Pemisahan masing-masing kation
tersebut dilakukan berdasarkan cara sebagai berikut:

1
1) PbCl2 dipisahkan dari Hg2Cl2 dan AgCl berdasarkan perbedaan
kelarutan kation. PbCl2 larut dalam air panas, sedangkan Hg2Cl2 dan
AgCl tidak larut dalam air panas.
2) Hg2Cl2 dan AgCl dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan antara
kompleks Hg(NH2)Cl dan [Ag(NH3)2] yang dibentuk dengan
penambahan amonia terhadap Hg2Cl2 dan AgCl setelah PbCl2
terpisah. Kompleks Hg(NH2)Cl berbentuk endapan hitam yang
bercampur dengan Hg+, sedangkan
[Ag(NH3)2] tidak terbentuk endapan (Ibnu.2005:105). Identifikasi
terhadap ketiga kation golongan I setelah terpisah adalah sebagai
berikut:
1) Pb2+ dapat direaksikan dengan K2CrO4 yang akan membentuk
PbCrO4 (endapan kuning) Pb2+ + CrO4 PbCrO4 (endapan kuning)
2) Ag+ dapat diidentifikasi dengan mereaksikannya dengan KI.
Sehingga terbentuk AgI (endapan kuning muda). Atau mengasamkan
filtrat yang diperoleh dari pemisahan dengan asam nitrat encer,
sehingga kompleks [Ag(NH3)2] terurai kembali dan dihasilkan endapan
putih AgCl
[Ag(NH3)2] + KI AgI + 2NH3 + K+
(endapan kuning muda) (Nugroho. 2008 : 75-76)
Diantara sulfat-sulfat, timbel sulfat praktis tidak larut,
sedangkan perak sulfat larut jauh lebih banyak. Kelarutan
merkurium(II)sulfat terletak diantara kedua zat diatas, Bromida dan
iodida juga tidak larut, sedangkan pengendapan timbel halida tidak
sempurna, dan endapan itu mudah sekali melarut dalam air panas,
sulfida tidak larut. Asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat
bisa mengendap dari larutan yang agak pekat. Hidroksida dan
karbonat akan diendapkan dengan reagensia yang jumlahnya ekivalen,
tetapi jika reagensia berlebihan, ia dapat bertindak dengan bermacam-
macam cara. Juga ada perbedaan dalam sifat zat-zat ini terhadap
amonia (Vogel. 1990 : 205)

2
2. Metode Percobaan
2.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1) Gelas kimia 4) Gelas ukur
2) Pipet tetes 5) Rak tabung reaksi
3) Tabung reaksi 6) Botol semprot

b. Bahan
1) Larutan Ag+ 0.1 M 5) Larutan NH3 1 M
2) Larutan Pb2+ 0.1 M 6) Larutan K2CrO4 1 M
3) Larutan Hg22+ 0.1 M 7) Air panas
4) Larutan HCL 6 N

2.2 Cara Kerja


1) Larutan Ag+, Pb2+ , Hg22+ masing-masing diambil 2 ml kemudian dimasukan
ke dalam tabung reaksi yang berbeda.
2) Masing-masing larutan yang sudah dimasukkan ke dalam tabung reaksi di
tetesi dengan HCL 6 N dan diamati perubahan yang terjadi.
3) Tambahkan air panas pada endapan yang di peroleh.
4) Ditetesi NH3 1 M dan diamati perubahan yang terjadi.
5) Ditetesi K2CrO4 1 dan diamati perubahan yang terjadi..

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil

Pengamatan Pengamatan
Perlakuan
sedikit berlebih
 Golongan I
a. Ag+, Pb2+ , Hg22+ Ag+ : Ag+ :
b. ditambah HCl 6 N - Warna larutan menjadi Warna larutan menjadi
- Dimasukkan masing- putih dan terdapat putih dan terdapat
masing ke dalam tabung endapan putih setelah endapan putih lebih
reaksi. ditambah HCl. banyak setelah
- Dimasukkan HCl 6 N ditambah HCl.
- Diamati dan dicatat
perubahan yang terjadi. Ketika penambahan
air panas :

3
Kemudian ditambahkan air Ketika penambahan air Tidak ada perubahan
panas catat perubahan yang panas : masih tetap sama
terjadi Tidak ada perubahan
masih tetap sama
2. Pb2+:
b Warna larutan
Pb2+: menjadi putih dan
- Warna larutan menjadi terdapat endapan
putih dan terdapat putih lebih banyak
endapan putih setelah setelah ditambah
ditambah HCl. HCl.
Ketika penambahan
air panas :
Ketika penambahan air Tidak ada perubahan
panas : masih tetap sama
Tidak ada perubahan
masih tetap sama.
Hg22+ :
Larutan tak berwarna
Hg22+ : dan tidak ada endapan
Larutan tak berwarna putih
dan tidak ada endapan
Filtrat Ag+, Pb2+ putih

Dimasukkan filtrat Ag+ ,


Ag+:
Pb2+ ke dalam tabung
Larutan berwarna
reaksi.
Ag+: orange dan tidak
- Dimasukkan K2CrO4.
- Larutan berwarna orange terdapat endapan
- Diamati dan dicatat
dan tidak terdapat putih
perubahan yang terjadi.
endapan putih

2
Filtrat Pb2+
Pb2+ :
Dimasukkan filtrat Pb2+ ke
dalam tabung reaksi. Larutan berwarna
- Dimasukkan NH3. orange dan terdapat
- Diamati dan dicatat endapan putih
Pb2+ :
perubahan yang terjadi Larutan berwarna
orange dan terdapat
endapan putih

3.2 Pembahasan

Pada percobaan ini diuji 2 ml sampel yang diduga mengandung


kation golongan I yaitu Pb2+, Hg2+, dan Ag+. Terhadap sampel ini akan
dilakukan pemisahan dan identifikasi agar diperoleh kation-kation
golongan I. Kation golongan I dapat membentuk endapan putih jika
direaksikan dengan HCl. Ion-ion golongan ini adalah timbal (Pb2+), merkuri
(II) (Hg22+), dan perak (Ag+). Endapan yang terbentuk PbCl2, Hg2Cl2, dan
AgCl bewarna putih. Jika ditambahkan air panas, maka endapan PbCl2 akan
larut dan larutan ini dapat diidentifikasi dengan ion kromat yang akan
membentuk endapan kuning PbCrO4 dan ion sulfat membentuk endapan
putih PbSO4. Sedangkan AgCl dapat dipisahkan dari Hg2Cl2 dengan cara
melarutkan ke dalam larutan NH4OH karena AgCl larut membentuk
kompleks Ag(NH3)2+ sedangkan Hg2Cl2 tidak larut. Golongan I
Kation golongan I : Timbel (II), Merekurium (I), dan Perak (I)
Pereaksi golongan : Asam klorida encer (2M)
Reaksi golongan : endapan putih timbal klorida (PbCl2),
Merkurium(I) klorida (Hg2Cl2), dan perak klorida (AgCl)
Kation golongan I membentuk klorida-klorida yang tak larut, namun
timbal klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tak pernah
mengendap dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer kepada
suatu cuplikan ion timbal yang tersisa itu diendapkan secara kuantitatif
dengan H2S dalam suasana asam bersama-sama kation golongan II nitrat

3
dari kation-kation golongan I sangat mudah larut diantara sulfat -sulfat,
timbal praktis tidak larut, sedang perak sulfat jauh lebih banyak. Kelarutan
merkurium (I) sulfat terletak diantara kedua zat diatas. Bromide dan iodida
juga tidak larut. Sedangkan pengendapan timbal halida tidak sempurna dan
endapan itu mudah sekali larut dalam air panas.sulfida tidak larut asetat-
asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat bisa mengendap dari larutan
yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan diendapkan dengan
reagensia yang jumlahnya ekuivalen.tetapi pada reagensia berlebih, ia dapat
bergerak dengan bermacam-macam cara dimana ada perbedaan dalam sifat-
sifat zat ini terhadap ammonia ( Svehla, 1985 ).
Dari hasil percobaan analisa kation golongan I Ag+ ditambahkan HCl
6 N menghasilkan warna putih dan endapan putih. Disini HCl bertindak
sebagai pereaksi selektif. Sedangkan apabila Ag+ ditambah dengan K2CrO4
akan menghsailkan endapan merah bata. Larutan K2CrO4 berfungsi sebagai
perekasi spesifik. Pb2+ ditambah dengan HCl 6 N berwarna bening.
Seharusnya ketika Pb2+ ditambah HCl 6 N menghasillkan warna putih dan
endapan putih. Sampel Pb2+ ditambah dengan K2CrO4 meghasilkan warna
orange dan terdapat endapan putih. Kemudian sampel Pb2+ ditambahkan
NH3 menghasilkan larutan berwarna orange dan tidak terdapat endapan
(apabila penambahan berlebih ). Lalu Hg2 2+ ditambah dengan HCl 6 N
menghasilkan warna bening. Seharusnya Hg22+ apabila ditambah dengan
HCl 6 N menghasilkan warna putih dan endapan putih bukan warna bening.
Kesalahan pada perubahan warna hasil reaksi ini karena kemungkinan
kurang tepatnya pembuatan larutan sampel Hg22+

4. Penutup
4.1 Simpulan

Golongan I dapat membentuk garam klorida jika direaksikan dengan


Cl-. Senyawa yang terbentuk berupa AgCl2, Hg2Cl2, PbCl2. PbCl2 dapat
dipisahkan dari senyawa klorida Hg dan Ag dengan cara memanaskan
campuran garam klorida sampai mendidih kemudian disaring. Pb2+ akan
terlarut karena kation Pb2+ mudah larut dalam air panas dan asam klorida.

4
4.2 Saran
1. Mengefisienkan waktu agar praktikum dapat dilaksanakan secara
maksimal.
2. Tetap menjaga kebersihan supaya laboraturium tetap terkesan rapi dan
bersih.

5. Daftar Pustaka
Ibnu, Sodiq. 2005. Kimia Analitik 1. Malang: UM press
Maslahat, Mamay, S.Si, M.Si, dan Paramita, Gladys Ayu, S.Si, M.Si. 2017.
Modul Praktikum Kimia Analisis Kualitatif. Bogor: Universitas Nusa Bangsa
Nugroho, Rachmas. 2008. Diktat Analisis Kualitatif. Malang: FMIPA UM
Tim Kimia Analitik 1. 2014. Modul Praktikum Kimia Analitik 1. Padang: UNP
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka

5
PERCOBAAN II
Reaksi Identifikasi Kation Golongan II

1. Pendahuluan
Kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan melakukan uji
menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik, meskipun agak sulit
mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh karena itu
umumnya dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum dilakukan
pengendapan golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah
cuplikan padat harus dilarutkan dahulu. Larutan cuplikan dapat mengandung
beberapa jenis kation. Salah satu cara identifikasi kation adalah dengan H2S.
Kation yang dapat membentuk endapan dengan H2S diklasifikasikan
dalam kation golongan II. Kation golongan ini bereaksi dengan HCl tetapi
membentuk endapan sulfida dengan H2S dalam suasanan asam mineral encer.
Kation golongan II dibagi menjadi dua sub golongan tembaga (ion Hg2+, Pb2+,
Bi3+, Cu2+, Cd2+) tidak larut dalam amonium polisulfida, sedangkan sulfida sub
golongan arsenik (As3+, As5+, Sb3+, Sb5+, Sn2+, Sn4+) larut membentuk garam
garam kation.

1.1 Tujuan
Mengidentifikasi kation-kation golongan II dengan pereaksi yang sesuai.

1.2 Dasar Teori

Kation golongan II merupakan kation yang tidak bereaksi dengan


asam klorida tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam
suasana asam mineral encer.Kation golongan ini terdiri dari merkurium(II),
timbal(II), bismut(III), tembaga(II), kadnium(II), arsenik(III), arsenik(V),
stibium(III), stibium(V), timah(II) dan timah(IV).
Kation-kation golongan II dibagi menjadi dua sub-golongan, yaitu
sub-golongan tembaga dan sub-golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini
adalah kelarutan endapan sulfida dalam amonium polisulfida. Sementara
sulfida dari sub-giolongan tembaga tidak larut dalam reagensia ini, dan sub-
golongan arsenik melarut dengan membentuk garam tio. (Svehla, 1990)

6
Sub-golongan tembaga (golongan IIA) terdiri dari merkurium (II),
timbal (II), bismut (III), tembaga (II), dan kadmium (II).Klorida, nitrat, dan
sulfat dari kation sub-golongan tembaga sangat mudah larut dalam air
sedangkan sulfida, hidroksida, dan karbonatnya tidak larut.Beberapa kation
dari sub-golongan tembaga (Hg, Cu, Cd) cenderung membentuk kompleks
(amonia, ion sianida). Sub-golongan arsenik terdiri dari ion arsenik (III),
arsenik (V), stibium (III), stibium (V), timah (II), dan timah (IV). Ion-ion
ini memiliki sifat amfoter, dan oksidanya membentuk garam baik dengan
asam maupun basa. (Svehla, 1990).

2. Metode Percobaan
2.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1) Gelas kimia 5) Gelas ukur
2) Tabung Reaksi 6) Botol semprot
3) Rak tabung reaksi 7) Seperangkat alat penghasil gas H2S
4) Pipet tetes

b. Bahan
1) Larutan Bi3+ 0,1 M 7) (NH4)2CO3 1 M
2) Larutan Cu2+ 0,1 M 8) NH4OH 5 M
3) Larutan As3+ 0,1 M 9) K2CrO4 1 M
4) Larutan Sn2+ 0,25 M 10) NaOH 1 M
5) Larutan Pb2+ 0,1 M 11) Aquades
6) HCl 6 N 12) H2S (FeS & HCl 7 M)

2.2 Cara Kerja


1) Diambil masing-masing larutan kation 2 mL dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang berbeda.
2) Masing-masing kation ditetesi dengan pereaksi yang ada dan diamati
saat penambahan sedikit dan berlebih.

7
3) Untuk pereaksi H2S, dihembuskan ke masing-masing larutan kation
selama kurang lebih 1 menit.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil

HCl 6 N NH4OH 5 M
Kation
Sedikit Berlebih Sedikit Berlebih
Endapan putih, Endapan putih, Endapan putih, Endapan putih,
Pb2+ larutan tidak larutan tidak larutan tidak larutan tidak
berwarna berwarna berwarna berwarna
Sedikit
Tidak ada Tidak ada Tidak ada endapan putih,
Bi3+
perubahan perubahan perubahan larutan tidak
berwarna
Endapan biru
Tidak ada Larutan hijau Endapan biru,
Cu2+ muda, larutan
perubahan kekuningan larutan biru
biru muda

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


As3+
perubahan perubahan perubahan perubahan

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


Sn2+
perubahan perubahan perubahan perubahan

K2CrO4 1 M NaOH 1M
Kation
Sedikit Berlebih Sedikit Berlebih
Endapan putih, Endapan larut,
Endapan putih, Endapan putih,
Pb2+ larutan tidak larutan tidak
larutan kuning larutan kuning
berwarna berwarna
Sedikit
Endapan jingga- Endapan putih,
Endapan putih, endapan putih,
Bi3+ kuning, larutan larutan tidak
larutan jingga larutan tidak
jingga kuning berwarna
berwarna
Endapan
Endapan coklat Endapan biru Endapan biru
coklat
Cu2+ kekuningan, muda, larutan tua, larutan
kekuningan,
larutan biru biru muda biru
larutan kuning
Larutan hijau Tidak ada Tidak ada
As3+ Larutan kuning
kekuningan perubahan perubahan
Endapan coklat,
Endapan biru, Endapan putih, Endapan putih,
Sn2+ larutan biru
larutan putih larutan putih larutan putih
muda

8
3.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan reaksi identifikasi


kation golongan II, kation yang digunakan sebagai bahan uji adalah Pb2+,
Bi3+, Cu2+, As3+, dan Sn2+. Masing-masing kation direaksikan dengan
beberapa pereaksi yaitu, HCl 6 N, NH4OH 5 M, K2CrO4 1 M, dan NaOH 1
M. Kemudian diamati perubahan yang terjadi (perubahan warna larutan,
pembentukan endapan) saat penambahan sedikit dan berlebih. Sehingga
dapat diketahui hasil reaksi antara kation-kation yang diuji dengan
pereaksi-pereaksi yang digunakan dan dapat diamati secara visual seperti
pembentukan endapan, perubahan warna, dan juga pembentukan gas.

1) Kation Pb2+
Pada sampel kation Pb2+ , mula-mula direaksikan dengan HCl 6 N
lalu terbentuk endapan putih PbCl2 dan larutan tidak berwarna kemudian
ditambahkan pereaksi berlebih dan tidak terjadi perubahan. Menurut
litelatur jika ditambahkan perekasi berlebih akan terbentuk kompleks
[PbCl4]2- , reaksi yang terjadi adalah
 Pb2+ + 2Cl- PbCl2
putih

 PbCl2 + 2Cl- [PbCl4]2-


putih

Kemudian jika sampel kation Pb2+ direaksikan dengan NH4OH 5 M


terbentuk endapan putih Pb(OH)2 , dan jika ditambahkan berlebih tidak ada
perubahan. Reaksinya adalah,
Pb2+ + 2 OH- Pb(OH)2
putih
2+
Ketika sampel kation Pb direaksikan dengan K2CrO4 1 M terbentuk
endapan kuning PbCrO4 , reaksinya:
Pb2+ + CrO42- PbCrO4
kuning

lalu ketika direaksikan dengan NaOH terbentuk endapan putih Pb(OH)2 ,


dan ketika berlebih endapan putih larut, reaksinya:
Pb2+ + 2OH- Pb(OH)2
putih

Pb(OH)2 + 2OH- PbO22- + 2 H2O


putih

9
2) Kation Bi3+

Bismuth adalah logam yang berwarna putih-kemarahan,


kristalin, dan getas. Titik leburnya 271,5 ̊C. Bismuth tidak larut dalam
asam klorida disebabkan oleh potensial standarnya (0,2 V), tetapi
melarut dalam asam pengoksid seperti asam nitrat pekat, air raja, atau
asam sulfat pekat.
Hasil reaksi antara kation Bi3+ dengan HCl tidak menghasilkan
endapan dan tidak terjadi perubahan, larutan tidak berwarna:
Bi3+ + 2Cl- BiCl3

Reaki larutan kation dengan NH4OH

Dengan mereaksikan larutan Bi(NO3)3 dengan lerutan NaOH bertetes tetes mengasilkan
endapan berwarna putih yang kemudian ditambah larutan NaOH hingga berlebihan
mennghasilkan endapan putih yang semakin banyak.

Dengan mereaksikan larutan Bi(NO3)3 dengan larutan NH3 menghasilkan endapan


berwarna putih, kemudian diberikan larutan NH3 namun tidak terjadi perubahan yan

Reaksi larutan Bi(NO3)3 dengan larutan NH3 (encer) satu tetes akan menghasilkan
endapan putih. Hasil yang sama terjadi pada larutan NH3(encer) berlebih. Karena hal ini
sesuai dengan literatur dimana jika larutan Bi(NO3)3 direaksikan dengan NH3 (encer) akan
membentuk endapan putih (Bi(OH)2NO3↓). (Vogel ; 226)

Bi3+ + 2NH3 + NO3– + 2H2O→ Bi(OH)2NO3↓ + 2NH4+ ……….(3)

Reaksi larutan Bi(NO3)3 dengan larutan NH3 (pekat) satu tetes akan menghasilkan
endapan putih. Hasil yang sama terjadi pada larutan NH3(pekat) berlebih, keduanya
menghasilkan endapan berwarna putih. Karena larutan NH3 merupakan “larutan
basa dan menghasilkan endapan
bismut hidroksida, yang mana endapan ini tidak larut dengan kelebihan atau
penambahan reagen. (Vogel; 24).

Reaksi larutan Bi(NO3)3 dengan larutan NaOH satu tetes kemudian berlebih akan
menghasilkan endapan putih. Karena larutan Natrium Hidroksida (NaOH) dan Amonia
(NH3) merupakan larutan basa dan menghasilkan endapan
bismut hidroksida, yang mana endapan ini tidak larut dengan kelebihan atau
penambahan reagen.

Bi3+ + 3OH– → Bi(OH)3↓ ……….(4)

10
Endapan hanya sedikit sekali larut dalam reagensia berlebihan dalam larutan dingin, 2-3
mg bismuth terlarut per 100 ml natrium hidroksida (2M). Hidroksida ini larut dengan asam
kuat yang pekat. (Vogel ; 226).

Kation Bi3+
Pereaksi Hasil Reaksi

HCl 6 N  Bi3+ + 2Cl- BiCl3

 Bi3+ + 2OH- Bi(OH)3


putih
NH4OH 1 M  Bi(OH)3 + 2OH- + 2 H2 O
putih

K2CrO4 1 M  Bi3+ + CrO42- Bi(CrO4)3


jingga kuning

 Bi3+ + 3 OH- Bi(OH)3


putih

NaOH 1 M  Bi(OH)3 + 2 OH- + 2 H2 O


putih

Kation Cu2+
Pereaksi Hasil Reaksi
 Cu2+ + 2Cl- CuCl2
HCl 6 N  CuCl2 + 2Cl- [CuCl4]2-
hijau kekuningan

 Cu2+ + 2 NH4OH Cu(OH)2 + 2NH4+


biru
NH4OH 1 M
 Cu(OH)2 + 2 NH4OH [Cu(NH3)4]2+
biru
+ 2 OH- + 4 H2O
K2CrO4 1 M  Cu2+ + CrO42- CuCrO4

11
coklat kekuningan

 Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2


NaOH 1 M putih

Kation As3+
Pereaksi Hasil Reaksi
 As3+ + 2Cl- AsCl3
HCl 6 N  AsCl3 + Cl- [AsCl4]-

 As3+ + 3NH4OH As(OH)3 + 3NH4+


NH4OH 1 M  2As(OH)3 + 3NH4OH [As2(NH3)3]2+
+ 2OH- + 9H2O
 2As3+ + 3K2CrO4 As2(CrO4)3 + 6K+
 As2(CrO4)3 + K2CrO4 [As2(CrO4)5]2-
K2CrO4 1 M
+ 2K+

 As3+ + 3OH- As(OH)3


NaOH 1 M
 As(OH)3 + 2OH- + 2 H2 O

Kation Sn2+
Pereaksi Hasil Reaksi

HCl 6 N  Sn2+ + Cl- + H2O Sn(OH)Cl + H+

 Sn2+ + 2OH- Sn(OH)2


putih
NH4OH 1 M
+ 2OH- + 9H2O
 Sn2+ + CrO42- SnCrO4
endapan coklat
K2CrO4 1 M  SnCrO4 + CrO42- [Sn(CrO4)]2-
endapan coklat

 Sn2+ + 2NaOH Sn(OH)2 + 2Na+


NaOH 1 M  Sn(OH)2 + 2NaOH [Sn(OH)4]2- + 2Na+

12
3) Kation Sn2+
+ NaOH 1 M
 Sn2+ + 2OH- Sn(OH)2
putih

Bismut adalah logam berwarna putih-kemerahan, kristalin dan getas.


Titik leburnya 271,5 oC dan tidak larut dalam asam klorida karena
potensial standarnya, tetapi larut dalam asam oksidator seperti asam nitrat
pekat, aqua regia atau asam sulfat pekat.
Bismut ditambahkan dengan larutan NaOH menghasilkan endapan
putih Bi(OH)3 kemudian ditambahkan NaOH berlebih menghasilkan
endapan putih yang lebih banyak. Larutan bismut ditambahkan dengan
HCl namun tidak bereaksi. Kemudian ditambahkan kalium kromat
menghasilkan endapan Jingga kuning Bi2(CrO4)3 dengan larutan
berwarna jingga, ditambahkan berlebih menghasilkan endapan yang
berwarna putih dengan larutan jingga. Bismut ditambah NH4OH
menghasilkan endapan putih, ditambahkan berlebih menghasilkan
edapan putih yang lebih banyak. Jika sampel bismut ditambahkan H2S
akan menghasilkan endapann hitam Bi2S3 yang tidak larut dalam asam
encer dingin dan amonium sulfida. Namun endapan larut dalam HCl
pekat mendidih dimana makna membebaskan gas H2S. Asam nitrat encer
melarutkan bismut sulfida dan meninggalkan belerang sebagai endapan
putih.
Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan
liat. Melebur pada 1038 OC dan karena potensial elektrodanya positif
maka tidak larut dalam asal klorida dan asam sulfat encer meski dengan
adanya oksigen dapat sedikit larut. Asam nitrat, asam sulfat pekat dan
aqua regia dengan mudah melarutkan tembaga.
Tembaga ditambahkan dengan NaOH menghasilkan larutan biru
muda dengan endapan biru muda, kemudian ditambahkan berlebih
menghasilkan larutan biru dengan endapan biru tua. Tembaga ditambah
dengan HCl tidak menunjukkan adanya reaksi, kemudian ditambahkan
berlebih menghasilkan larutan berwarna hijau kekuningan. Tembaga
ditambahkan kalium kromat menghasilkan larutan biru dengan endapan
cokelat kekuningan, ditambahkan berlebih menghasilkan larutan cokelat
dengan endapan cokelat kekuningan. Tembaga ditambahkan dengan
NH4OH menghasilkan larutan biru muda dengan endapan biru muda,
kemudian direaksikan berlebih membentuk larutan biru dengan endapan
biru tua, sama seperti saat direaksikan dengan NaOH. Jika tembaga
ditambahkan dengan H2S maka akan mengasilkan endapan hitam
tembaga (II) sulfida, CuS. Endapan ini tidak larut dalam asam sulfat encer

13
mendidih namun larut dalam asam nitrat pekat panas dan meninggalkan
belerang sebagai endapan putih.
Arsen memiliki sifat amfoter, di mana oksidanya membentuk garam
baik dengan asam maupun basa. Jadi arsenik (III) oksida dapat dilarutkan
dalam asam klorida dan terbentuk kation arsenik. Selain dalam asam
klorida, aren(III) oksida juga larut dalam natrium hidroksida yang akan
membentuk ion arsenat.
Tidak terjadi perubahan pada penambahan pereaksi kepada As3+
kecuali saat ditambahkan K2CrO4 yang menghasilkan larutan berwarna
kuning dan saat ditaambahkan berlebih menjadi larutan berwarna hijau
kekuningan. Tidak terjadinya reaksi kemungkinan karena saat praktikum
larutan As3+ yang digunakan sudah rusak, karena sudah keruh. Jadi
memungkinkan untuk tidak terjadi reaksi. Ion arsenik (III) dapat
dioksidasi menjadi arsenik (V) dan besarnya potensial oksidasi-reduksi
bergantung pada pH, maka oksidasi atau reduksi ion yang bersangkutan
dapat dibantu dengan memilih pH yang sesuai untuk aksi tersebut.
Pemberian gas H2S pada sampel yang mengandung As(III) hanya akan
terbentuk larutan berwarna kuning karena terbentuknya koloid As2O3.
Endapan ini tidak larut dalam HCl pekat namun larut dalam HNO3pekat,
panas. Endapan juga larut dalam larutan hidroksida alkali dan amonia
yang akan membentuk ion tioarsenit.
Timah juga memiliki sifat amfoter seperti arsen karena termasuk
golongan arsenik yang oksidanya dapat membentuk garam baik dengan
asam maupun basa. Dengan NaOH membentuk larutan putih dan endapan
yang berwarna putih juga, ditambahkan pereaksi berlebih juga masih
memberikan larutan putih dan endapan putih. Dan saat penambahan kalium
kromat menghasilkan larutan berwarna biru muda dengan endapan cokelat,
saat penambahan berlebih menjadi larutan putih dengan endapan biru.
Dengan pereaksi yang lain tidak menghasilkan perubahan apapun. Jika
kation timah ditambahkan asam sulfida menghasilkan endapan hitam timah
sulfida yang mana hanya akan larut jika ditambahkan amonium polisulfida
yang bertindak sebagian sebagai pengoksida sehingga terbentuk ion
tiosianat.
4. Penutup
4.1 Simpulan

Pada praktikum kation golongan II dapat diketahui bahwa kation-kation golongan II


tidak bereaksi dengan asam klorida namun membentuk endapan dengan hidrogen
sulfida dalam suasana asam mineral encer.

Kation golongan II dipisah ke dalam dua sub golongan yaitu golong IIA atau
golongan tembaga dan golongan IIB atau golongan arsenik. Pembagian ini

14
didasarkan pada kelarutan endapan dalam bentuk sulfidanya di dalam amonium
polisulfida. Sub golongan IIA (golongan tembaga) di mana bentuk sulfidanya tidak
dapat larut dalam amonium polisulfida yang terdiri dari Hg(II), Pb(II), Bi(III), Cu(II)
dan Cd(II). Sedangkan sub golongan IIB (golongan arsenik) di mana bentuk
sulfidanya larut dalam amonium polisulfida yang terdiri dari As)III), As(V), Sb(III),
Sb(V), Sn(II) dan Sn(IV).

Kesalahan yang terjadi saat praktikum kemungkinan karena tidak teliti dalam
mengamati hasil reaksi dan juga karena beberapa reagen tidak fresh sehingga
mempengaruhi hasil dari praktikum.

4.2 Saran
1. Sebaiknya dipastikan semua alat dipersiapkan dengan baik dan bahan-
bahan atau reagen yang digunakan dalam keadaan fresh.
2. Pengambilan kation dan reagen menggunakan pipet yang berbeda di
setiap larutannya sesuai dengan label.
3. Berhati-hati dalam meletakkan pipet agar ujung pipet yang satu dengan
yang lain tidak saling bersentuhan, karena dapat memungkinkan
terjadinya reaksi jika bersentuhan dengan pipet yang lain dan akan
mempengaruhi hasil praktikum.

Tugas Pendahuluan

Tuliskan reaksi kation-kation dengan pereaksinya!

Tuliskan skema kerja dari percobaan!

15
PERCOBAAN III
Reaksi Identifikasi Kation Golongan III

1. Pendahuluan

Kation golongan III tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini
membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana
netral/amoniakal. Kation golongan III membentuk sulfida yang lebih larut
dibandingkan kation golongan II. Karena itu, untuk mengendapkan kation
golongan III sebagai garam sulfida digunakan pH 9.
Kation golongan III dibagi menjadi dua sub golongan, yaitu sub
golongan aluminum (III A) dan sub golongan nikel (III B). Pemisahan ini
didasarkan pada kelarutan hidroksidakation terhadap NaOH. Kation golongan
III A meliputi Al3+, Cr3+, dan Zn2+, kation golongan III B meliputi Fe2+, Fe3+,
Mn2+, Co2+ dan Ni2+.

1.1 Tujuan
Mengidentifikasi kation-kation golongan III dengan pereaksi yang sesuai.

1.2 Dasar Teori

Analisa kualitatif adalah suatu cara yang dilakukan untuk


menentukan macam, jenis zat atau komponen-komponen bahan yang
dianalisa. Dalam melakukan analisa kualitatif yang dipergunakan adalah
sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya.
Tujuan analisis kualitatif adalah untuk memisahkan dan mengidentifikasi
sejumlah unsur. Yang kemudian digunakan untuk menganalisa komponen
atau jenis zat yang ada dalam suatu larutan. Analisa kualitatif merupakan
salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-
unsur serta ion-ionnya dalam larutan.
Analisis kualitatif kation secara sistematis telah berkembang cukup
lama. Penggolongan kation telah dilakukan oleh Karl Remegius Fresenius
pada tahun 1897, yang dikenal dengan metoda H2S. Beberapa modifikasi

16
telah dilakukan untuk memudahkan pemisahan dan pengidentifikasian
kation-kation dalam suatu sampel.
Penggolongan dan pemisahan kation didasarkan pada kemampuan
kation membentuk suatu endapan (yang memenuhi nilai Ksp). Tahapan di
dalam penggolongan dan pemisahan kation adalah uji pendahuluan,
pemisahan golongan, pemisahan kation dalam satu golongan, dan uji
identifikasi.
Kation-kation yang masuk ke dalam golongan III adalah Mn(II),
Al(III), Fe(III), Fe(II), Ni(II), Co(II), dan Zn(II). Kation golongan III
dibedakan menjadi kation golongan III A dan III B. Kation golongan III A
(Al3+, Cr3+, dan Zn2+) diendapkan sebagai hidroksida, sedangkan kation
golongan III B (Ni2+, Co2+, Mn2+, Fe3+, dan Fe2+) dapat diendapkan sebagai
sulfida dalam suasana amoniakal.
Syarat pengendapan golongan III adalah sampel harus bebas dari
senyawa organik (seperti format, asetat, oksalat, dan sitrat), fosfat, borat
dan silikat. Apabila dalam sampel asli ditemukan anion-anion tersebut,
maka anion harus dihilangkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu
analisis.

2. Metode Percobaan
2.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1) Gelas kimia 5) Gelas ukur
2) Tabung reaksi 6) Botol semprot
3) Rak tabung reaksi 7) Seperangkat alat penghasil
4) Pipet tetes
b. Bahan

1) Larutan Zn2+ 0,25 M 7) Larutan Al3+ 0,33 M


2) Larutan Ni2+ 0,5 M 8) Aquadest
3) Larutan Co2+ 0,5 M 9) HCl 6 N
4) Larutan Mn2+ 0,25 M 10) NH4OH 5 M
5) Larutan Fe2+ 0,5 M 11) K2CrO4 1 M
6) Larutan Fe3+ 0,5 M 12) NaOH 1 M

17
2.2 Cara Kerja
1. Diambil masing-masing larutan kation 2 ml dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berbeda.
2. Masing-masing kation ditetesi dengan pereaksi yang ada dan diamati
saat penambahan sedikit dan berlebih.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil

Pengamatan
Unsur
Pereaksi Penambahan
Kation Penambahan Sedikit
Berlebih
Larutan Orange +
Zn2+ Larutan Kuning +
Endapan Kuning
Endapan Kuning
Berlebih
Ni2+ Larutan Hijau Larutan Kuning
Kekuningan Kecoklatan
Co2+ Larutan Coklat Larutan Coklat
Kehitaman Kehitaman
Mn2+ K2CrO4 1 M Larutan Orange + Larutan Orange +
Endapan Hitam Endapan Hitam
Fe2+ Larutan Kuning + Larutan Kuning Tua +
Serbuk Fe Hitam Serbuk Fe Hitam
Larutan Kuning Larutan Kuning
Fe3+ Keorangenan + Keorangenan +
Endapan Coklat Endapan Coklat
Larutan Orange Mulai
Al3+ Larutan Orange Terbentuk Endapan
(seperti koloid)
Zn2+ Larutan Hijau Tosca Larutan Hijau Tosca
Ni2+ Larutan Tidak Larutan Tidak
Berwarna Berwarna
Co2+ Larutan Merah Larutan Merah
Mn2+ Larutan Kuning Larutan Kuning
HCl 6 N
Larutan Tidak Larutan Tidak
Fe2+ Berwarna + serbuk Fe Berwarna + serbuk Fe
Hitam Hitam
Larutan Tidak Larutan Tidak
Fe3+ Berwarna + serbuk Berwarna + serbuk
Merah Bata Merah Bata
Al3+ Larutan Tidak Larutan Tidak
Berwarna Berwarna
Zn2+ Larutan dan Endapan
NH4OH 5 M Terbentuk Gel Putih
Putih Susu
Ni2+ Larutan Hijau + Larutan Biru +
Endapan Putih Endapan Putih

18
Pengamatan
Unsur
Pereaksi Penambahan
Kation Penambahan Sedikit
Berlebih
Co2+ Larutan Ungu + Larutan Ungu +
Endapan Biru Endapan Tosca
Larutan Tidak
Mn2+ Larutan Coklat Muda +
Berwarna + Endapan
Endapan Putih
Abu-abu
Larutan Tidak
Fe2+ Larutan Putih Gading +
Berwarna + Endapan
Endapan Hitam
Hitam
Larutan Tidak Larutan Tidak
Fe3+ Berwarna + Endapan Berwarna + Endapan
Merah Bata Merah Bata
Al3+ Putih Susu Putih Susu
Zn2+ Larutan Putih + Larutan Putih +
Endapan Putih Endapan Putih
Ni2+ Larutan Hijau + Larutan Hijau +
Endapan Putih Endapan Putih
Larutan Ungu Tua +
Co2+ Larutan Ungu +
Endapan Biru
Endapan Ungu
Kehitaman
Larutan Putih
Mn2+ NaOH 1 M Larutan Kuning +
Kekuningan + Endapan
Endapan Hitam
Putih
Larutan Tidak
Fe2+ Larutan Putih +
Berwarna + Endapan
Endapan Hitam
Hitam
Larutan Tidak
Fe3+ Larutan Putih +
Berwarna + Endapan
Endapan Merah Bata
Merah Bata
Al3+ Larutan Putih +
Putih Susu
Endapan Putih

3.2 Pembahasan

Analisis kualitatif dilakukan untuk mendeteksi keberadaan suatu


unsur kimia dalam suatu cuplikan yang tidak diketahui. Dalam uji analisis
ada dikatakan menguji suatu sampel dengan menggunakan metode
sepesifik dan metode selektif metode spesifik yaitu metode pengujian suatu
unsur dengan menggunakan beberapa pereaksi dan uji selektif yaitu metode
pengujian suatu unsur dengan menggunakan satu unsur saja.
Pada praktikum kali ini, dilakukan analisa reaksi Identifikasi Kation
Golongan III. Sampel kation yang diuji yaitu larutan Zn2+ , larutan Ni2+,
larutan Co2+, larutan Mn2+, larutan Fe2+, larutan Fe3+, dan larutan Al3+.

19
Dengan penambahan pereaksi K2CrO4 1 M, HCl 6 N, NH4OH 5 M, dan
NaOH 1 M.
Golongan III merupakan kation yang tidak bereaksi dengan asam
klorida (HCl) encer ataupun dengan hydrogen sulfide dalam suasana asam
mineral encer. Sehigga saat penambahan HCl 6 N baik sedikit maupun
berlebih tidak ada perubahan warna larutan serta endapan. Namun, kation
ini membentuk endapan dengan ammonium sulfide dalam suasana netral
atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah kobalt (II), nikel (II),
besi (II), besi (III), kromium (III), aluminium (II), zink (II) dan mangan (II).

3.2.1. Besi
Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan
liat. Ia melebur pada 15350C. Jarang terdapat besi komersial yang murni;
biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, dan sulfide dari
besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting
dalam kekuatan struktur besi. Besi dapat dimagnitkan. Asam klorida encer
atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada mana dihasilkan
garam-garam besi(II) dab gas hydrogen.

Fe + 2H+ → Fe2+ + H2 ↓

Fe + 2HCl → Fe2+ + 2Cl- + H2 ↑

Asam sulfat pekat yang panas, menghasilkan ion-ion besi(II) dan


belerang dioksida :

2Fe + 3H2SO4 + 6H+ → 2Fe3+ + 3SO2 ↑ + 6H2O

Dengan asam nitrat encer dingin, terbentuk ion besi(II) dan amonia :

4Fe + 10H+ + NO-3 4Fe2+ + NH4 + 3H2O

Dengan larutan natrium hidroksida: endapan putih besi (II) hidroksida,


Fe(OH)2, bila tak terdapat udara sama sekali. Endapan ini tak larut dalam
asam. Bila terkena udara, besi (II) hidroksida dengan cepat dioksidasikan,
yang pada akhirnya menghasilkan besi (III) hidroksida yang coklat-
kemerahan. Pada kondisi biasa, Fe(OH)2 nampak sebagai endapan hijau

20
kotor; dengan penambahan hidrogen peroksida, segera dioksidasikan
menjadi besi (III) hidroksida.
Dengan larutan ammonia: terjadi pengendapan besi (II) hidroksida
(lihat, reaksi). Tetapi, jika ada ion ammonium dalam jumlah yang lebih
banyak, disosia ammonium hidroksida tertekan dan konsentrasi ion
hidroksil menjadi semakin rendah, sehingga hasilkali larutan besi (II)
hidroksida, Fe(OH)2, tak tercapai, dan pengendapan tidak terjadi.
Keterangan serupa juga berlaku untuk unsure-unsur divalent lainnya dari
Golongan III, nikel, kobalt, zink dan mangan dan juga magnesium.

3.2.2. Alumunium
Alumunium adalah logam putih, yang liat dan dapat ditempa;
bubuknya berwarna abu-abu. Ia melebur pada 6590. Bila terkena udara,
objek-objek alumunium teroksidasi pada permukaan tetapi lapisan oksida
ini melindungi objek dari oksida lebih lanjut. Asal klorida encer dengan
mudah melanjutkan logam ini, pelarutan lebih dalam asam sulfat encer atau
asam nitrat encer:
2Al + 6H+ 2Al3+ + 3H2
Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit
merkurium (II) klorida pada campuran. Asam klorida pekat juga
melarutkanb alumunium:
2Al + 6HCl 2Al3+ + 3H2 + 6Cl-
Asam sulfat pekat melarutkan alumunium dengan membebaskan belerang
dioksida:
2Al + 6H2SO4 2Al3+ + 3SO4 + 3SO2 +H2O
Asam nitrat pekat membuat logam menjadi pasif. Dengan hidroksida alkali,
terbentuk larutan terahidroksoaluminat :
2Al + 2OH- + 6H2O 2[Al(OH)4]- + 3H2
Dengan larutan ammonium: endapan putih seperti gelatin, yaitu alumunium
hidroksida Al(OH)3, yang larut sedikit dalam reagensie berlebihan.
Kelarutan berkurang dengan adanya garam-garam ammonium, disebabkan
oleh efek ion sekutu. Sebagian kecil endapan masuk kedalam larutan sebagai
alumunium hidroksida koloid: sol ini berkoagulasi pada pendidihan ataun

21
pada penambahan garam-garam yang larut (misalnya: ammonium klorida),
dengan menghasilkan endapan alumunium hidroksida, yang dikenal sebagai
gel alumunium hidroksida. Untuk menjamin pengendapan yang sempurna
dengan larutan ammonia. Larutan alumunium itu ditambahkan dengan
sedikit berlebihan, dan campuran dididihkan sampai cairan sedikit berbau
ammonia. Bila baru diendapkan ia mudah melarut dalam asam kuat dan basa
kuat, tetapi setelah dididihkan ia menjadi sangat sedikit larut:
Al3+ + 3NH3 + 3H2O Al(OH)3 + 3N

3.2.3. Kobalt
Kobalt adalah logam berwarna abu-abu seperti baja, dan bersifat secara
magnetis. Ia melebur pada 1490 °C. Logam ini mudah melarut dalam asam-
asam mineral encer :
Co + 2H+ Co2+ + H2
Pelarut dalam asam nitrat di sertai dengan pembentukan nitrogen
oksida:
3Co + 2HNO3 + 6H+ 3Co2+ + 2NO + 4H2O
Dalam larutan air, kobalt secara normal terdapat sebagai ion kobalt
(II) Co2+ ;
Kadang-kadang, khususnya dalam kompleks-kompleks, di jumpai ion
kobalt (III), Co3+ . Kedua ion ini masing-masing di turunkan Co2O3 . oksida
kobalt (II) – kobalt (III), Co3O4 , juga diketahui.
Dengan larutan natrium hidroksida. Dalam keadaan dingin, mengendap
suatu garam basa berwarna biru.
Co2+ + OH- + NO3- Co(OH)NO 3¯
Dengan larutan ammonia : jika tak terdapat garam-garam ammonium,
sedikit ammonia akan mengendapkan garam basa seperti dalam reaksi 1 :
Co2+ + NH3 + H2O + NO3- Co (OH)NO3¯+NH4+

3.2.4. Nikel
Nikel adalah logam putih perak yang keras. Nikel bersifat liat, dapat di
tempa dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada 1455 °C, dan bersifat
sedikit magnetis.

22
Asam klorida (baik encer maupun pekat) dan asam sulfat encer,
melarutkan nikel dengan membentuk hydrogen:
Ni + 2H+ Ni2+ + H2
Ni + 2HCl Ni2+ + 2Cl- +H2
melarutkan nikel dengan membentuk belerang di oksida :
Ni+ H2SO4 + 2H+ Ni2+ + SO2 + 2H2O
Asam nitrat encer dan pekat melarutkan nikel dengan mudah dalam
keadaan dingin :
3Ni + 2HNO3 + 6H+ 3Ni2+ + SO2 + 2H2O
Garam-garam nikel (II) yang stabil, di turunkan dari nikel (II)
oksida, NiO, yang merupakan zat berwarna hijau. Garam-garam nikel yang
terlarut, berwarna hijau, di sebabkan oleh warna dari kompleks
heksakuonikelat (II), [Ni(H2O)6]2+ ; tetapi untuk singkatnya, kita akan
menggapnya sebagai ion nikel (II) Ni2+ saja. Nikel (II) oksida, Ni2O 3, yang
hitam kecoklatan juga ada tapi zat ini melarut dalam asam dengan
membentuk ion nikel (II). Dengan asam klorida encer reaksi ini
menghasilkan gas klorida :
Ni2O3 + 6H+ + 2C1- 2Ni2 + C12 + 3H2O
3.2.5. Zink
Zink adalah logam yang putih-kebiruan; logam ini cukup mudah
ditempa dan liat pada 110-150°C. Zink melebur pada 410°C dan mendidih
pada 906°C.
Zink-zink komersial dapat mudah larut dalam asam klorida encer dan
asam sulfat encer dengan mengeluarkan hydrogen:
Zn + 2H+ Zn2+ + H2
Pelarut akan terjadi dalam asam nitrat yang encer sekali, pada mana
tak ada gas yang dilepaskan:
4Zn + 10H+ + NO3- 4Zn2+ + NH4+ + 3h2O
Dengan bertambah pekatnya konsentrasi asam nitrat, akan terbentuk
dinitrogen oksida ( N2O), nitrogen oksida (NO):
4Zn + 10H+ + 2NO3- 4Zn2+ + N2O + 5H2O
3Zn + 8HNO3 3Zn2+ + 2NO + 6NO3- + 4H2O

23
Asam nitrat pekat mempunyai pengaruh yang kecil terhadap zink,
karena rendahnya kelarutan zink nitrat dalam suasana demikian. Dengan
asam sulfat pekat, panas, dilepaskan belerang dioksida:
Zn + 2H2SO4 Zn2+ + SO2 + SO42- + 2H2O
Zink juga larut dalam hidroksida alkali, pada mana terbentuk
tetrahidroksoziinkat(II):
Zn + 2OH- + 2H2O [Zn(OH)4]2- + H2
Dengan larutan ammonia: endapan zink putih hidroksida, yang
mudah larut dalam reagensia berlebihan dan dalam larutan garam
ammonium, karna menghasilkan tetraaminazinkat(II).
Zn2+ + 2NH3 + 2H2O Zn(OH)2 ¯ + 2NH4+
Zn(OH)2 ¯ + 4NH3 [Zn(NH3)4]2+ + 2OH-
Pada golongan III jika larutan kation bereaksi dengan NaOH 1 M.
Hidroksida aluminium dan kromium bersifat amfoter sehingga larut
dengan NaOH. Sebaliknya hidroksida besi dan mangan bersifat amfoter
sehingga kation tersebut tidak larut dengan NaOH. Hal ini yang mendasari
pemisahan kedua sub golongan dalam kation golongan III. Aqua regia juga
akan mengoksidasi Fe2+ dan Fe3+.

4. Penutup
4.1 Simpulan
 Dari percobaan yang telah dilakukan banyak reaksi-reaksi yang
menghasilkan endapan dan perubahan warna larutan analisa kualitatif.
Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan warna
yang berbeda-beda.
 Pada praktikum kali ini saat larutan kation ditambahkan pereaksi
K2CrO4 1 M, tidak terjadi perubahan yang sangat besar atau
pembentukan endapan saat penambahan pereaksi baik jumlah sedikit
atau berlebih.
 Saat penambahan pereaksi HCl 6 N, tidak semua larutan kation pada
golongan III dapat bereaksi begitupun dengan penambahan pereaksi
NH4OH 5 M.

24
 Sedangkan saat penambahan pereaksi NaOH 1 M dengan larutan kation
golongan III terdapat pembentukan berbagai macam endapan dan
perubahan warna larutan.

4.2 Saran

Tetap menjaga kebersihan dilaboratorium, lebih teliti, dan


membersihkan alat gelas lebih steril agar dapat meminimalisir kesalahan
saat praktikum. Serta lebih menggunakan waktu dengan benar agar
praktikum dapat dilaksanakan secara maksimal.

5. Daftar Pustaka
 Day RA. Jr dan Al Underwood. 1992, Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
Kelima, Erlangga, Jakarta
 Haryadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia: Jakarta.
 Maslahat, Mamay, S.Si, M.Si, dan Paramita, Gladys Ayu, S.Si, M.Si.
2017. Modul Praktikum Kimia Analisis Kualitatif. Bogor: Universitas
Nusa Bangsa
 Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka

25
PERCOBAAN IV
Reaksi Identifikasi Kation Golongan IV

1. Pendahuluan
Kation golongan ini (Ca2+, Sr2+ dan Ba2+) mengendap sebagai
karbonatnya dalam suasana netral atau sedikit asam dengan adanya
ammonium karbonat. Endapan yang terbentuk adalah BaCO3, CaCO3 dan
SrCO3 yang semuanya berwarna putih. Garam logam alkali tanah yang
digunakan untuk pemisahan satu sama lain ialah kromat, karbonat, sulfat dan
oksalat.

1.1 Tujuan

Mengidentifikasi kation-kation golongan IV dengan pereaksi yang sesuai.

1.2 Dasar Teori

Kation-kation golongan ke empat, tidak bereaksi dengan asam klorida,


hidrogen sulfida ataupun amonium sulfida; tetapi amonium karbonat (jika ada
amonia atau ion amonium dalam jumlah yang sedang) membentuk endapan-
endapan putih. Uji ini harus dijalankan dalam larutan netral atau basa. Jika tak
ada amonia atau ion amonium, magnesium juga akan mengendap. Endapan-
endapan putih yang terbentuk dengan reagensia golongan adalah barium
karbonat BaCO3, strontium karbonat SrCO3, dan kalsium karbonat CaCO3.
(G. Svehla, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro).

Barium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat, yang stabil
dalam udara kering. Barium bereaksi dengan air dalam udara yang lembab,
membentuk oksida atau hidroksida. Barium melebur pada 710oC. Logam ini
bereaksi dengan air pada suhu ruang, membentuk barium hidroksida dan
hidrogen.
Ba + H2O → Ba2+ + H2↑ + 2OH-
Asam encer melarutkan barium dengan mudah dengan mengeluarkan
hidrogen.
Ba + 2H+ → Ba2+ + H2↑

26
Barium adalah bivalen dalam garam-garamnya, membentuk
kation barium (II), Ba2+. Klorida dan nitratnya larut, tetapi dengan
menambahkan asam klorida pekat atau asam nitrat pekat kepada larutan
barium, barium klorida atau nitrat mungkin mengedap sebagai akibat
hukum kegiatan massa.
Strontium adalah logam putih-perak, yang dapat ditempa dan liat.
Strontium melebur pada 771oC. Sifat-sifatnya serupa dengan sifat-sifat
barium.
Kalsium adalah logam putih perak, yang agak lunak melebur pada
845oC. Kalsium terserang oleh oksigen atmosfer dan udara lembab; pada
reaksi ini terbentuk kalsium oksida dan/atau kalsium hidroksida. Kalsium
menguraikan air dengan membentuk kalsium hidroksida dan hidrogen.
Kalsium membentuk kation kalsium (II), Ca2+, dalam larutan-
larutan air. Garam-garamnya biasanya berupa bubuk putih dan
membentuk larutan yang tidak berwarna, kecuali bila anionnya berwarna.
Kalsium klorida dan kalsium nitrat larut dengan mudah dalam etanol atau
dalam campuran 1:1 dari etanol bebas air dan dietil eter.

2. Metode Percobaan
2.1 Alat dan Bahan
a. Alat:
1) Gelas kimia 5) Gelas ukur
2) Tabung reaksi 6) Botol semprot
3) Rak tabung reaksi 7) Seperangkat alat penghasil gas
4) Pipet tetes H2S

b. Bahan:
1) Larutan Ba2+ 0.25 M 6) HCl 6 N
2) Larutan Ca2+ 0.5 M 7) Aquades
3) Larutan Sr2+ 0.25 M 8) H2S
4) K2CrO4 1 M 9) (NH4)2CO3 1 M
5) NaOH 1 M 10) NH4OH 5 M

27
2.2 Cara Kerja
1) Diambil masing-masing larutan kation sebanyak 2 mL dan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi yang berbeda.
2) Masing-masing tabung reaksi yang berisikan sampel, ditetesi dengan
pereaksi yang ada dan diamati saat penambahan pereaksi secara sedikit
dan berlebih.
3) Untuk pereaksi H2S, gas dihembuskan ke masing-masing larutan
kation selama kurang lebih 1 menit.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan identifikasi kation


golongan IV didapatkan berdasarkan tabel berikut:

HCl NH4OH
Kation Sedikit Berlebih Sedikit Berlebih
Tidak terbentuk Tidak terbentuk Larutan keruh Larutan tetap
Ba2+ endapan. endapan. tetapi tidak keruh tetapi
terbentuk tidak terbentuk
endapan. endapan.
Endapan larut Tidak terjadi Terbentuk Terbentuk
2+
Ca sehingga larutan peubahan endapan. endapan yang
menjadi jernih. larutan tetap semakin
jernih. banyak.
Tidak terbentuk Tidak terbentuk Larutan jernih Larutan
Sr2+ endapan. endapan. dan tidak berubah jadi
terbentuk keruh tetapi
endapan. tidak terbentuk
endapan.
Filtrat berwarna Tidak terjadi Larutan keruh Larutan tetap
2+ kuning, timbul
Ba perubahan, tetapi tidak keruh dan tidak
endapan kuning filtrat berwarna terbentuk terbentuk
sebagai BaCrO4↓. kuning dan endapan. endapan.
menghasilkan
endapan kuning
sebagai BaCrO4↓.
Tidak terbentuk Tidak terjadi Larutan jernih, Larutan tetap
Ca2+ endapan. perubahan, tidak terbentuk jernih dan
tejadi endapan (↓) terbentuk
pengendapan. putih. endapan.

28
Filtrat berwarna Tidak terjadi Larutan jernh, Tidak ada
2+
Sr kuning, timbul perubahan, terbentuk perubahan,
endapan kuning endapan tetap endapan putih larutan jernih
sebagai berwarna kuning susu. terbentuk
SrCrO4↓. sebagai SrCrO4↓. endapan putih
susu.

3.2 Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membedakan


reaksi kation golongan IV. Adapun kation yang termasuk golongan IV yaitu
Ba2+, Ca2+, dan Sr2+ dengan menggunakan pereaksi K2CrO4 1 M, NaOH 1
M, HCl 6 M, dan NH4OH 5 M.

 Persamaan Reaksi
a. Larutan cuplikan (Ca2+)
Ca2+ + 2 NH4OH → Ca(OH)2↓ + 2 NH4+
Ca2+ + CrO42- → CaCrO42-↓
Ca2+ + 2 HCl → CaCl2 + 2 H+↑
Ca2+ + 2 NaOH → Ca(OH)2↓ + 2 Na+
b. Larutan cuplikan Ba2+
Ba2+ + 2 NH4OH- → Tidak bereaksi
Ba2+ + CrO42- → BaCrO42-↓
Ba2+ + 2 HCl → BaCl2 + 2 H+↑
Ba2+ + 2 NaOH → Ba(OH)2 + 2 Na+
c. Larutan cuplikan Sr2+
Sr2+ + NH4OH → Tidak bereaksi
Sr2+ + CrO42- → SrCrO42-↓
Sr2+ + 2OH- → Sr(OH)2↓
Sr2+ + 2 HCl → Tidak bereaksi

Pada sampel cuplikan Ca2+, tidak terjadi pengendapan saat


ditambahkan HCl 6 N karena kation-kation golongan IV tidak bereaksi
dengan asam klorida, hidrogen sufida, maupun amonium sulfida tetapi
dapat terbentuk endapan putih saat ditambahkan reagen NH4OH 5 M.
Endapan yang terbentuk pada penambahan NH4OH terjadi karena adanya

29
ion amonium dalam jumlah yang sedang. Kemudian endapan larut ketika
ditambahkan K2CrO4 1 M dan mengendap kembali setelah penambahan
reagen NaOH 1 M. Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa
cuplikan tersebut merupakan kation Ca2+.
Pada sampel cuplikan Ba2+, tidak terjadi pengendapan saat
ditambahkan HCl 6 N karena kation-kation golongan IV tidak bereaksi
dengan asam klorida. Pada saat penambahan NaOH 1 M larutan menjadi
keruh dan tidak ada endapan begitupun saat penambahan NH4OH.
Penambahan reagen K2CrO4 1 M pada cuplikan membentuk endapan
berwarna kuning, namun endapan berubah warna menjadi putih ketika
ditambahkan larutan HCl 6 N. Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan
bahwa cuplikan tersebut merupakan kation Ba2+.
Pada sampel cuplikan Sr2+, cuplikan tersebut tidak bereaksi dengan
HCl 6 N, tetapi pada saat penambahan NaOH 1 M terbentuk endapan
berwarna putih susu. Cuplikan jernih ketika ditambahkan NH4OH 5 M,
namun pada penambahan NH4OH 5 M berlebih larutan berubah menjadi
keruh tetapi tidak terbentuk endapan. Penambahan reagen K2CrO4 1 M
pada cuplikan membentuk endapan berwarna kuning dan filtrat berwarna
kuning. Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa cuplikan tersebut
merupakan kation Sr2+.

4. Penutup
4.1 Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa larutan pada ketiga cuplikan tersebut merupakan kation golongan IV
dengan logam Ca2+, Ba2+, dan Sr2+.

4.2 Saran
Saran untuk praktikum ini sebaiknya dilakukan secara teliti dan
cermat serta bahan maupun sample yang digunakan harus dalam keadaan
fresh agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat mengganggu proses
analisis.

30
5. Daftar Pustaka
1) Day, R. A. dan Underwood, A.L.. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga.
2) G. SVEHLA. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan
Semimikro. Jakarta: Kalman Media Pusaka
3) Haryadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia: Jakarta.
4) Maslahat, Mamay, S.Si, M.Si, dan Paramita, Gladys Ayu, S.Si, M.Si.
2017. Modul Praktikum Kimia Analisis Kualitatif. Bogor: Universitas
Nusa Bangsa
5) Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka

31
PERCOBAAN V
Uji Nyala Pada Kation

1. Pendahuluan

Analisis kualitatif kation dapat dilakukan dengan reaksi kering. Salah


satu jenis reaksi kering adalah reaksi uji nyala. Beberapa senyawa logam
tertentu dapat memberikan warna yang khas pada nyala pembakar Bunsen,
misalnya kuning dari Natrium dan lembayung dari Kalium. Ketika melakukan
tes nyala perlu dipahami secara benar bagian-bagian utama nyala bunsen.

Tes nyala dilakukan dengan cara mencelupkan kawat platina atau


nikrom yang telah bersih ke dalam HCl pekat lalu disentuhkan kedalam zat
yang akan diperiksa, kemudian dimasukkan kedalam nyala pada daerah
oksidasi bawah. Warna nyala dapat dilihat dengan mata langsung atau melalui
kaca kobalt. Beberapa contoh warna nyala ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel Warna Nyala Logam

Warna Nyala Melalui


Senyawa Logam Warna Nyala
Kaca Kobalt
Na Kuning Tak tampak (tak ada warna)
K Lembayung Merah tua
Ca Merah Bata Hijau muda
Sr Merah Tua Ungu
Ba Hijau kekuningan Hijau kebiruan

1.1 Tujuan
Mengidentifikasi kation-kation berdasarkan warna nyala yang tampak.

1.2 Dasar Teori

Logam biasanya dipikirkan sebagai padatan yang rapat, keras dan


tidak reaktif. Kenyataannya, logam-logam alkali berlawanan dari sifat-sifat
ini yaitu, rapatan massa rendah, lunak dan sangat reaktif. Semua logam
alkali (Li, Na, K, Rb, Cs dan Fr) berkenampakan mengkilat, berwarna
keperakan, mempunyai konduktivitas listrik dan panas yang tinggi. Logam
alkali bersifat sangat lunak dan semakin lunak dengan naiknya nomor atom.

32
Litium (Li) dapat dipotong dengan pisau, tetapi kalium (K) dapat diremas
seperti mentega lunak. Sebagian besar logam mempunyai titik leleh yang
sangat tinggi, tetapi alkali mempunyai titik leleh rendah dan semakin
rendah dengan naiknya nomor atom. Unsur-unsur ini memiliki daya hantar
(konduktivitas) listrik danpanas yang tinggi dimana hal ini merupakan sifat
khas dari logam.

Golongan alkali tanah terdiri atas berilium (Be), magnesium (Mg),


kalsium (Ca), stronsium (Sr), barium (Ba) dan radium (Ra). Logam alkali
tanah berwarna putih keperakan dan mempunyai densitas (rapatan) relatif
rendah yang semakin besar dengan naiknya nomor atom kecuali kalsium
(Ca). Ikatan metalik logam-logam alkali tanah lebih kuat daripada ikatan
metalik logam alkali sebagaimana ditunjukkan oleh data entalpi, atomisasi,
data titik leleh dan kekerasan yang lebih besar pula. Walaupun densitas naik
dengan naiknya nomor atom seperti halnya golongan alkali, titik leleh dan
entalpi atomisasi berubah hanya sedikit saja berbeda dari golongan alkali.
Logam alkali tanah kurang reaktif, artinya kurang elektropositif daripada
logam alkali, namun lebih reaktif daripada logam-logam yang lain.
Pertambahan jari-jari menyebabkan penurunan energi pengionan dan
keelektronegatifan.

2. Metode Percobaan
2.1 Alat dan Bahan
a. Alat:
1) Gelas Kimia
2) Kaca Arloji
3) Cutton Bud
4) Bunsen
5) Spatula

33
b. Bahan:
1) Serbuk Ba2+ 10) Serbuk As3+
2) Serbuk Ca2+ 11) Serbuk Sn2+
3) Serbuk Sr 2+ 12) Serbuk Ni2+
4) Serbuk Fe3+ 13) Serbuk Pb2+
5) Serbuk Mn2+ 14) Serbuk Bi3+
6) Serbuk Co2+ 15) Serbuk Fe2+
7) Serbuk Na+ 16) HCl pekat
8) Serbuk K + 17) Aquadest
9) Serbuk Cu2+

2.2 Cara Kerja


1) Dinyalakan bunsen dan atur nyalanya sampai diperoleh nyala ideal
2) Dicelupkan cutton bud ke dalam aquadest
3) Dicelupkan ke serbuk kation yang di uji
4) Dibakar pada nyala api bunsen
5) Diamati warna nyala yang muncul dan catat.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil

Tabel Pengamatan

No Jenis Kation Warna Nyala


1. Ba2+ Hijau Kekuningan
2. Ca2+ Orange
3. Sr 2+ Merah
4. Fe3+ Hijau (Percikan merah)
5. Mn2+ Jingga (Percikan Jingga)
6. Co2+ Kuning (Percikan emas)
7. Na+ Kuning
8. K+ Lembayung
9. Cu2+ Hijau

34
10. As3+ Lembayung (Percikan emas)
11. Sn2+ Ungu
12. Ni2+ Kuning (Percikan emas)
13. Pb2+ Ungun Muda (Percikan orange)
14. Fe2+ Merah
15. Bi3+ Orange

3.2 Pembahasan

Uji dengan nyala api dilakukan sesuai dengan prosedur kerja.


Sebelum melakukan praktikum uji nyala, dilakukan pengaturan nyala
bunsen sehingga diperoleh nyala api yang kebiruan. Lampu bunsen
saat dinyalakan dibagian bawah berwarna merah sedangkan diatur
pada bagian atas berwarna jingga. Hal ini karena pembakar bunsen
yang tersedia tidak sempurna, sehingga tidak dapat dihasilkan warna
nyala yang kebiruan. Untuk menghasilkan nyala api yang sempurna
perlu dilakukan pengaturan pada katub dan kran pembakaran bunsen,
pengaturan nyala api ini dapat memudahkan di dalam mengamati
warna nyala dari kation selama proses pembakaran. Dalam uji nyala
yang digunakan adalah cutton bud.

Sampel untuk uji nyala dibuat dari garam-garam klorida yang


ditempelkan pada cutton bud yang sudah dicelupkan dalam air
sehingga memudahkan sampel menempel pada cutton bud untuk
proses uji nyala. Kemudian cutton bud yang sudah berisi sampel lalu
dibakar pada oksidasi bawah karena pada daerah tersebut sampel
dioksidasi sehingga unsur logam penyusun sampel menguap dan
dihasilkan warna nyala sesuai dengan warna nyala unsur logam
penyusun sampel tersebut. Warna nyala yang dihasilkan oleh masing-
masing logam berbeda-beda sesuai dengan pembakaran uji sampel
logam yg dihasilkan.

35
Sampel yang digunakan dalam uji nyala ini adalah sampel yang
mengandung unsur logam golongan IA dan golongan IIA. Golongan
alkali dan alkali tanah ini jika dibakar akan menghasilkan warna nyala
yang khas dan mudah diamati dengan mata telanjang. Golongan alkali
dan alkali tanah memiliki elektron valensi pada subkulit s dengan
elektron valensi masing- masing 1 dan 2. Golongan alkali dan alkali
tanah ini memiliki kecenderung melepaskan elektron sehingga pada
saat di berikan pengaruh dari luar yaitu berupa panas maka logam-
logam golongan alkali dan alkali tanah tersebut membentuk logam-
logam berenergi tinggi atau dalam keadaan tereksitasi.

Dari hasil percobaan uji nyala golongan IA alkali terdapat


kalium dan natrium. Sampel Kalium saat dibakar menghasilkan warna
nyala Lembayung, saat sampel Natrium dibakar menghasilkan warna
uji nyala Kuning. Untuk golongan IIA alkali tanah (barium, stronsium,
dan kalsium). Pada saat sampel Barium dibakar menghasilkan uji nyala
Hijau kekuningan, Stronsium menghasilkan uji nyala Merah, dan
Kalsium menghasilkan uji nyala Orange. Dari pengamatan yg kita
amati untuk golongan IA alkali dan golongan IIA alkali tanah
menghasilkan warna uji nyala berbeda-beda karena setiap sampel yang
diuji memiliki karakteristik masing-masing. Selain melakukan
percobaan uji nyala pada golongan IA alkali dan golongan IIA alkali
tanah, pada tabel pengamatan diatas melakukan uji nyala pada logam
seperti Besi, Kobalt, Arsen, Bismut, Timbal, Tembaga, warna yang
dihasilkan pada uji nyala logam berbeda-beda sesuai dengan sifat khas
masing-masing pada karakteristik sampel tersebut.

4. Penutup
4.1 Simpulan

Berdasarkan data hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa


pembakaran suatu unsur logam alkali, alkali tanah dan logam melalui uji
nyala dapat mengakibatkan zat tersebut memancarkan radiasi cahaya sesuai
panjang gelombangnya masing-masing. Setiap sampel yang dilakukan uji

36
nyala menghasilkan warna nyala berbeda beda sesuai dengan khas dan sifat
karakteristiknya.

4.2 Saran
1) Mengefisienkan waktu agar praktikum dapat dilaksanakan secara
maksimal.
2) Tetap menjaga kebersihan supaya laboratorium tetap terkesan rapi dan
bersih.

5. Daftar Pustaka
1) Braddy,J. 1999. Kimia Universitas. Jakarta : Binarupa Aksara
2) Keenan,C., Kleinfelter.D. dan Wood,J. 1984. Ilmu Kimia Untuk
Universitas. Jakarta : Erlangga
3) Laksono,E., Laniwati,M. dan Ikhsan,M. 2006. Efek pH terhadap
kemampuan adsorbs dengan kisaran logam. Jurnal Kimia Lingkungan.
3(1) : 32-34
4) Petrucci,R., Harwood,W., Herring,F. dan Madura, J. 2011. Kimia
Dasar. Jakarta : Erlangga
5) Scarlett,A. 1958. College Chemistry. New York : Henry Holt and Company
6) Sunarya,Y. 2012. Kimia Dasar 2. Bandung : Yrama Widya

37
PERCOBAAN VI
Reaksi Identifikasi Anion

1. Pendahuluan

Analisis anion tidak jauh berbeda dengan analisi kation, hanya saja
pada analisis anion tidak memiliki metode analisis yang sistematis seperti
analisis kation. Uji pendahuluan awal pada analisis anion juga berdasarkan
pada sifat fisika seperti warna, bau, terbentuknya gas dan kelarutannya.

Secara umum, anion dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan


reaksinya dengan HCl encer, BaSO4, dan AgNO3. Anion yang membentuk
endapan garam barium termasuk ke dalam golongan sulfat. Anion yang
membentuk endapan garam perak termasuk dalam golongan halida.
Sedangkan anion yang tidak membentuk kedua endapan tersebut termasuk ke
dalam anion golongan nitrit.

1.1 Tujuan
Mengidentifikasi anion-anion dengan pereaksi yang sesuai.

1.2 Dasar Teori

Analisa kualitatif dapat dilakukan pada bermacam-macam skala. Dalam


analisis makro kuantitas zat yang dikerjakan adalah 0.5-1 gram dan volume
larutan yang diambil untuk analisis sekitar 20 mL. Dalam analisis
semimikro, kuantitas yang digunakan untuk analisis sekitar 0.05 gram dan
volume larutan sekitar 1 mL. Untuk analisis mikro kuantitas zat yang
digunakan sekitar 0.01 gram atau kurang. Tidak ada batas yang tajam antara
analisis semimikro dan mikro yang pertama pernah disebut analisis
sentigram dan yang kedua analisis milligram, tetapi istilah-istilah ini hanya
menyatakan sangat kasar mengenai kuantitas yang digunakan dalam ion-
ion tetap tak berubah. Teknik eksperimen yang khusus telah dikembangkan
untuk menangani volume dan kuantitas endapan yang lebih kecil.

Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada


kelarutan garam pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan garam zink

38
ini hanya boleh dianggap berguna untuk memberi identifikasi dari
keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion bukanlah
skema yang baku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu
subgolongan. Pada dasarnya proses-proses yang dipakai dapat
dibagi (Svehla, 1985).

Untuk penentuan anion-anion yang lain, bahan diberi larutan Na2CO3


lalu dimasak. Bila terjadi endapan, campuran ini digunakan; bila terbentuk
endapan, disaring dan dicuci filtrat yang digunakan. Untuk setiap anion
daiambil sebagian dari cairan tersebut dan dilakukan reaksi-reaksi yang
membedakan anion yang sedang dicuci dari anion yang lain.

Untuk tinjauan analisis kualitatif sistematik, anion-anion


diklasifikasikan dalam ilmu golongan berdasarkan sifat-sifat anion itu
tehadap beberapa reagensia. Reagen golongan yang dipakai untuk
klasifikasi anion yang paling umum adalah AgNO3, Ba(NO3)2, dan HNO3.
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu anion bereaksi dengan reagen-
reagen ini dengan membentuk endapan atau tidak (Harjadi,W. 1986).

2. Metode Percobaan
2.1 Alat dan Bahan
● Alat
- Gelas kimia - Gelas ukur
- Tabung reaksi - Rak tabung
- Pipet tetes - Botol semprot
● Bahan
- Larutan CO32- 0.5M - Larutan oksalat 0.1M
-
- Larutan HCO3 0.1M - Larutan fosfat 0.1M
-
- Larutan NO2 0.1M - Larutan CN- 0.1M
- Larutan BO33- 0.5M - Larutan ferosianida 0.1M
2-
- Larutan S2O3 0.5M - Larutan tartrat 0.1M
2-
- Larutan SO3 0.5M - Larutan asetat 0.5M
- Larutan benzoate 0.5M - Larutan ferisianida 0.1M
- Larutan salisilat 0.5M - H2SO4 encer
2-
- Larutan S 2M - AgNO3 1M
-
- Larutan Cl 0.1M - HCl encer
-
- Larutan Br 0.1M - BaCl2

39
- Larutan I- 0.1M - HNO3 1M
- Larutan SCN- 0.1M - Larutan sitrat 0.5M

2.2 Cara Kerja


1. Diambil masing-masing larutan anion 2 mL dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berbeda.
2. Masing-masing larutan ditetesi dengan pereaksi yang ada dan diamati
saat penambahan sedikit dan berlebih.

40
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil

Pereaksi

Anion H2SO4 encer AgNO3 HCl BaCl2 HNO3

sedikit berlebih sedikit berlebih sedikit berlebih sedikit berlebih sedikit berlebih

Terbentuk Terbentuk Terbentuk Terbentuk


Tidak Tidak endapan endapan Tidak Tidak endapan endapan Tidak Tidak
CO32- berwarna berwarna hijau hijau berwarna berwarna putih putih berwarna berwarna

Terbentuk Terbentuk
Tidak Tidak endapan endapan Tidak Tidak Berubah Berubah Tidak Tidak
HCO3- berwarna berwarna hijau hijau berwarna berwarna warna putih warna putih berwarna berwarna

Terbentuk Terbentuk
Tidak Tidak endapan endapan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
NO2- berwarna berwarna putih putih berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna

Terbentuk Terbentuk
Tidak Tidak endapan endapan Tidak Tidak Tidak Berubah Tidak Tidak
CN- berwarna berwarna tidak larut tidak larut berwarna berwarna berwarna warna putih berwarna berwarna

Berubah Berubah
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak warna warna
S2O32- berwarna berwarna Keruh Keruh berwarna berwarna berwarna berwarna putih putih

Berubah Terbentuk Terbentuk Terbentuk Terbentuk


warna Berubah endapan endapan Tidak Tidak endapan endapan Tidak Tidak
SO32- hijau warna hijau putih putih berwarna berwarna putih putih berwarna berwarna

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak


Benzoat berwarna berwarna Keruh Keruh berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Salisilat berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna

Terbentuk Terbentuk
Tidak Tidak endapan endapan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Cl- berwarna berwarna putih putih berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna

Terbentuk Terbentuk
Tidak Tidak endapan endapan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Br- berwarna berwarna putih putih berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna

Terbentuk Terbentuk
Tidak Tidak endapan endapan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
I- berwarna berwarna hitam hitam berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna

Terbentuk Terbentuk
endapan endapan
SCN- kuning Kuning putih putih Kuning Kuning Keruh Keruh Kuning Kuning

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
BO33- berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna

41
Terbentuk Terbentuk Terbentuk Terbentuk
Tidak Tidak endapan endapan Tidak Tidak endapan endapan Tidak Tidak
Oksalat berwarna berwarna putih putih berwarna berwarna putih putih berwarna berwarna

Terbentuk Terbentuk Terbentuk Terbentuk


Tidak Tidak endapan endapan Tidak Tidak endapan endapan Tidak Tidak
Tartrat berwarna berwarna putih putih berwarna berwarna putih putih berwarna berwarna

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak


Sitrat berwarna berwarna Keruh Keruh berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak


Asetat berwarna berwarna berwarna Keruh berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna

Keruh, Keruh,
terbentuk terbentuk Terbentuk Terbentuk
Tidak Tidak endapan endapan Tidak Tidak endapan endapan Tidak Tidak
Posfat berwarna berwarna kuning kuning berwarna berwarna putih putih berwarna berwarna

Keruh,
Terbentuk terbentuk
endapan endapan
Ferisianida Kuning Kuning merah merah Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning kuning

3.2 Pembahasan
a) CO32-
 CO32- + H2SO4 → HSO4- + HCO3-
Ketika anion CO32- ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana anion CO32- direaksikan dengan H2SO4 tidak akan terbentuk
endapan apapun.
 CO32- + AgNO3 → NO3- + AgCO3↓
Ketika anion CO32- ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan endapan yang berwarna hijau. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur, dimana endapan AgCO3 seharusnya berwarna putih

 CO32- + HCl → H2O + Cl2↑ + CO2↑


2-
Ketika anion CO3 ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak terbentuk endapan apapun melainkan
menghasilkan gas Cl2 dan CO2.

 CO32- + BaCl2 → Ba(CO3)2 + Cl2↑


2-
Ketika anion CO3 ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
dihasilkan endapan yang berwarna putih. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana endapan Ba(CO3)2 berwarna putih.

42
 CO32- + HNO3 → NO3- + CO2↑ + H2O
Ketika anion CO32- ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

b) HCO3-
 HCO3- + H2SO4 → H2SO4 + H2CO3-
Ketika anion HCO3- ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana terjadi reaksi netralisasi dan tidak terbentuk endapan apapun.

 HCO3- + AgNO3 → HNO3- + Ag2CO3↓


-
Ketika anion HCO3 ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan endapan yang berwarna hijau. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur, dimana seharusnya reaksi tersebut menghasilkan endapan
Ag2CO3 yang berwarna putih.

 HCO3- + HCl → CO2↑ + H2O + Cl2↑


-
Ketika anion HCO3 ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun melainkan
menghasilkan gas Cl2 dan CO2.

 HCO3- + BaCl2 → Cl- + Ba(HCO3)2


Ketika anion HCO3- ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang berwarna putih. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur, dimana seharusnya reaksi tersebut tidak ada perubahan warna
larutan.

 HCO3- + HNO3 → NR
-
Ketika anion HCO3 ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak berlangsung.

c) NO2-
 NO2- + H2SO4 → SO42- + NO2↑ + H2O
Ketika anion NO2- ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

43
 NO2- + AgNO3 → AgNO3↓ + NO2↑ + O2
Ketika anion NO2- ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan endapan yang berwarna putih. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut menghasilkan endapan AgNO3 yang berwarna
putih.

 NO2- + HCl → Cl- + NO3- + H2O


Ketika anion NO2- ditambahkan dengan HClsedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 NO2- + BaCl2 → Ba(NO2)2 + Cl-


Ketika anion NO2- ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 NO2- + HNO3 → NO2↑ + H2O


-
Ketika anion NO2 ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

d) CN-
 CN- + H2SO4 → NR
Ketika anion CN- ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana tidak terjadi reaksi apapun.

 CN- + AgNO3 → [Ag(CN)2]-↓ + NO3-


Ketika anion CN- ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan endapan yang tidak larut. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana dihasilkan suatu kompleks [Ag(CN)2]-

 CN- + HCl → Cl2↑ + HCN-


Ketika anion CN- ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 CN- + BaCl2 → NR
-
Ketika anion CN ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dihasilkan larutan
yang tidak berwarna, sedangkan saat penambahan berlebih dihasilkan
larutan berwarna putih. Hal ini tidak sesuai dengan literatur, dimana
reaksi tersebut seharusnya tidak berlangsung.

 CN- + HNO3 → NR

44
Ketika anion CN- ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak berlangsung.

e) S2O32-
 S2O32- + H2SO4 → SO42-↓ + S + SO2↑ + H2O
Ketika anion S2O32- ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur, dimana seharusnya dihasilkan endapan SO42- berwarna putih.

 S2O32- + AgNO3 → [Ag(S2O3)2]- + NO3-


Ketika anion S2O32- ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang keruh. Hal ini sesuai dengan literatur, dimana
reaksi tersebut menghasilkan suatu kompleks [Ag(S2O3)2]-.

 S2O32- + HCl → Cl- + SO2↑ + S + H2O


Ketika anion S2O32- ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 S2O32- + BaCl2 → Cl- + SO2↑ + S


Ketika anion S2O32- ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 S2O32- + HNO3 → NR
2-
Ketika anion S2O3 ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
larutan yang dihasilkan berubah warna menjadi putih. Hal ini tidak sesuai
dengan literatur, dimana reaksi tersebut seharusnya tidak berlangsung.

f) SO32-
 SO32- + H2SO4 → SO2↑ + H2O
2-
Ketika anion SO3 ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang berwarna hijau. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur, dimana seharusnya dihasilkan gas yang tidak berwarna.

 SO32- + AgNO3 → Ag2SO3↓ + NO3-


Ketika anion SO32- ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan endapan berwarna putih. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut menghasilkan endapan Ag2SO3 berwarna putih.

45
 SO32- + HCl → Cl- + HSO3-
Ketika anion SO32- ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 SO32- + BaCl2 → BaSO4↓ + Cl-


Ketika anion SO32- ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
dihasilkan endapan yang berwarna putih. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut menghasilkan endapan BaSO4 yang berwarna
putih.

 SO32- + HNO3 → NR
2-
Ketika anion SO3 ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak berlangsung.

g) C6H5CO2-
 C6H5CO2- + H2SO4 → NR
-
Ketika anion C6H5CO2 ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak berlangsung.

 C6H5CO2- + AgNO3 → NR
-
Ketika anion C6H5CO2 ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan
berlebih dihasilkan larutan yang berwarna keruh. Hal ini tidak sesuai
dengan literatur, dimana reaksi tersebut seharusnya tidak berlangsung.

 C6H5CO2- + HCl → ClC6H5 + HCO3


-
Ketika anion C6H5CO2 ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 C6H5CO2- + BaCl2 → CO2↑ + H2O + BaCl2


-
Ketika anion C6H5CO2 ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 C6H5CO2- + HNO3 → NR
-
Ketika anion C6H5CO2 ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak berlangsung.

46
h) C7H5O3-
 C7H5O3- + H2SO4 → C7H6O3 + SO42-
Ketika anion C7H5O3- ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 C7H5O3- + AgNO3 → NR
-
Ketika anion C7H5O3 ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak berlangsung.

 C7H5O3- + HCl → C7H6O3 + Cl-


Ketika anion C7H5O3- ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 C7H5O3- + BaCl2 → NR
-
Ketika anion C7H5O3 ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak berlangsung.

 C7H5O3- + HNO3 → NR
-
Ketika anion C7H5O3 ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak berlangsung.

i) Cl-
 Cl- + H2SO4 → ClO3- + H2SO3
Ketika anion Cl- ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 Cl- + AgNO3 → AgCl2↓ + NO3-


Ketika anion Cl- ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan endapan yang berwarna putih. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut menghasilkan endapan AgCl2 berwarna putih.

 Cl- + HCl → NR
-
Ketika anion Cl ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak berlangsung.

47
 Cl- + BaCl2 → NR
-
Ketika anion Cl ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak berlangsung.

 Cl- + HNO3 → NH4NO3 + AgCl↓


-
Ketika anion Cl ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur, dimana seharusnya dihasilkan endapan AgCl berwarna putih.

j) Br-
 Br- + H2SO4 → ClO3 + H2SO3
-
Ketika anion Br ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 Br- + AgNO3 → AgBr↓ + NO3-


Ketika anion Br- ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan endapan yang berwarna putih. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut seharusnya menghasilkan endapan AgBr
berwarna kuning.

 Br- + HCl → HBr + Cl-


Ketika anion Br- ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 Br- + BaCl2 → BaBr2 + Cl-


Ketika anion Br- ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 Br-+ HNO3 → HBrO3 + NO2↑ + H2O


-
Ketika anion Br ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

48
k) I-
 I- + H2SO4 → HI + HSO4-
Ketika anion I- ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 I- + AgNO3 → AgI↓ + I(NO3)3


Ketika anion I- ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan endapan yang berwarna hitam. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut seharusnya menghasilkan endapan AgI
berwarna kuning.

 I- + HCl → HI + Cl-
Ketika anion I- ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih dihasilkan
larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur, dimana
reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 I- + BaCl2 → NR
Ketika anion I- ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak berlangsung.

 I-+ HNO3 → HIO3 + NO2↑ + H2O


Ketika anion I- ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

l) SCN-
 SCN- + H2SO4 → NR
-
Ketika anion SCN ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak berlangsung.

 SCN- + AgNO3 → AgSCN↓ + NO3-


Ketika anion SCN- ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan berlebih
dihasilkan endapan yang berwarna putih. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut seharusnya menghasilkan endapan
AgSCN yang tidak berwarna.

49
 SCN- + HCl → Cl- + H+ + SCN-
Ketika anion SCN- ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 SCN- + BaCl2 → Ba(SCN)2 + Cl-


Ketika anion SCN- ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
dihasilkan larutan yang berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.

 SCN- + HNO3 → H2SO4 + CO2↑ + NH4NO3 + NO2↑ + H2O


-
Ketika anion SCN ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan literatur, dimana reaksi tersebut
tidak menghasilkan endapan apapun.

m) BO33-
 BO33- + H2SO4 → NR
Ketika anion BO33- ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut tidak dapat berlangsung.

 BO33- + AgNO3 → NR
Ketika anion BO33- ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut tidak dapat berlangsung.

 BO33- + HCl → NR
Ketika anion BO33- ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut tidak dapat berlangsung.

 BO33- + BaCl2 → NR
3-
Ketika anion BO3 ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut tidak dapat berlangsung.

50
 BO33- + HNO3 → NR
Ketika anion BO33- ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut tidak dapat berlangsung.

n) C2O42-
 C2O42- + H2SO4 → NR
2-
Ketika anion C2O4 ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut tidak dapat berlangsung.
 C2O42- + AgNO3 → Ag2C2O4↓
2-
Ketika anion C2O4 ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan berlebih
menghasilkan endapan yang berwarna putih, Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut menghasilkan endapan yang berwarna
putih.
 C2O42- + HCl → NR
Ketika anion C2O42- ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut tidak dapat berlangsung.
 C2O42- + BaCl2 → Ba2C2O4↓
Ketika anion C2O42- ditambahkan dengan BaCl2 menghasilkan endapan
yang berwarna putih. Hal ini sesuai dengan literatur, dimana reaksi
tersebut menghasilkan endapan yang berwarna putih.
 C2O42- + HNO3 → NR
Ketika anion C2O42- ditambahkan dengan HNO3 menghasilkan larutan
yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur, dimana reaksi
tersebut tidak dapat berlangsung.

o) C4H4O62-
 C4H4O62- + H2SO4 → (SO4)32-↓ + H2C4H4O6
Ketika anion C4H4O62- ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur, dimana seharusnya reaksi tersebut menghasilkan endapan yang
berwarna putih.

51
 C4H4O62- + AgNO3 → (NO3)33-↓ + Ag2C4H4O6
Ketika anion C4H4O62- ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan berlebih
menghasilkan endapan yang berwarna putih. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut menghasilkan endapan yang berwarna
putih.
 C4H4O62- + HCl → NaCl + C4H4O6 +H2
Ketika anion C4H4O62- ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut menghasilkan larutan yang tidak
berwarna.
 C4H4O62- + BaCl2 → NR
Ketika anion C4H4O62- ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
menghasilkan endapan yang berwarna putih. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut seharusnya tidak dapat berlangsung.
 C4H4O62- + HNO3 → C4H4O6- + HNO3
Ketika anion C4H4O62- ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut menghasilkan larutan yang tidak
berwarna.

p) C6H5O73-
 C6H5O73- + H2SO4 → NR
Ketika anion C6H5O73- ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut tidak dapat berlangsung.
 C6H5O73- + AgNO3 → (NO3)22-↓ + Ag3C6H5O7
Ketika anion C6H5O73- ditambahkan dengan AgNO3 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang keruh. Hal ini sesuai dengan literatur, tetapi
penambahan AgNO3 seharusnya lebih banyak lagi agar endapannya
terbentuk dengan sempurna.
 C6H5O73- + HCl → C6H8O7 + CaCl
Ketika anion C6H5O73- ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut memang tidak menghasilkan endapan.

52
 C6H5O73- + BaCl2 → NR
Ketika anion C6H5O73- ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut tidak dapat berlangsung.
 C6H5O73- + HNO3 → NR
Ketika anion C6H5O73- ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut tidak dapat berlangsung.

q) C2H3O2-
 C2H3O2- + H2SO4 → C2H4O2 + H2SO4
Ketika anion C2H3O2- ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut tidak menghasilkan endapan apapun.
 C2H3O2- + AgNO3 → (NO3)22- + Ag(C2H3O2)2↓
Ketika anion C2H3O2- ditambahkan dengan AgNO3 sedikit,
menghasilkan larutan tidak berwarna. Sedangkan ketika dilakukan
penambahan AgNO3 berlebih, dihasilkan larutan yang keruh. Hal ini
sesuai dengan literatur, tetapi penambahan AgNO3 seharusnya dalam
jumlah yang banyak sehingga terbentuk endapan putih yang telah
mengendap sempurna.
 C2H3O2- + HCl → H2Cl + C2H3O2
Ketika anion C2H3O2- ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut menghasilkan larutan yang tidak
berwarna.
 C2H3O2- + BaCl2 → Cl22- + (C2H3O2)22-↓
Ketika anion C2H3O2- ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut seharusnya menghasilkan endapan yang
berwarna putih.
 C2H3O2- + HNO3 → HC2H3O2 + NO3-
Ketika anion C2H3O2- ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut menghasilkan larutan yang tidak
berwarna.

53
r) PO43-
 PO43- + H2SO4 → H2(PO4)22- ↓+ SO42-
Ketika anion PO43-ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut seharusnya menghasilkan endapan yang
berwarna putih.
 PO43- + AgNO3 → (PO4)32-↓ + NO3-
Ketika anion PO43- ditambahkan dengan AgNO3 sedikit, menghasilkan
larutan yang keruh dan terbentuk endapan berwarna kuning. Hal ini
sesuai dengan literatur, tetapi penambahan AgNO3 seharusnya dalam
jumlah yang banyak sehingga terbentuk endapan kuning yang telah
mengendap sempurna.
 PO43- + HCl → H3PO4 + Cl-
Ketika anion PO43- ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut menghasilkan larutan yang tidak
berwarna.
 PO43- + BaCl2 → Cl- + Ba(PO4)3↓
Ketika anion PO43- ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
menghasilkan endapan yang berwarna putih. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut menghasilkan endapan yang berwarna
putih.
 PO43- + HNO3 → (NO3)22-↓ + (H2PO4)2
Ketika anion PO43- ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut seharusnya menghasilkan endapan yang
berwarna putih.

s) [Fe(CN)6]3-
 [Fe(CN)6]3- + H2SO4 → NR
3-
Ketika anion [Fe(CN)6] ditambahkan dengan H2SO4 sedikit dan
berlebih menghasilkan larutan yang berwarna kuning. Hal ini sesuai
dengan literatur, dimana reaksi tersebut tidak dapat berlangsung.
 [Fe(CN)6]3-+ AgNO3 → Ag4[Fe(CN)6] ↓ + NO3-
Ketika anion [Fe(CN)6]3- ditambahkan dengan AgNO3 sedikit,
menghasilkan endapan berwarna merah. Sedangkan ketika dilakukan
penambahan AgNO3 berlebih, dihasilkan larutan yang keruh dan
endapan berwarna merah. Hal ini sesuai dengan literatur, tetapi

54
penambahan AgNO3 seharusnya dalam jumlah yang lebih banyak
sehingga terbentuk endapan merah darah yang telah mengendap
sempurna.
 [Fe(CN)6]3- + HCl → H3[Fe(CN)6] + Cl-
Ketika anion [Fe(CN)6]3- ditambahkan dengan HCl sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut tidak dapat berlangsung.

 [Fe(CN)6]3- + BaCl2 → Ba3[Fe(CN)6]2 + Cl-


Ketika anion [Fe(CN)6]3- ditambahkan dengan BaCl2 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut tidak dapat berlangsung.
 [Fe(CN)6]3- + HNO3 → [Fe(NO)(CN)5] + HCN + O2 + NO3- + H2O
Ketika anion [Fe(CN)6]3- ditambahkan dengan HNO3 sedikit dan berlebih
menghasilkan larutan yang berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan
literatur, dimana reaksi tersebut tidak dapat berlangsung.

4. Penutup
4.1 Simpulan

Analisis anion dapat dilakukan dengan penambahan pereaksi


tertentu yang akan memberikan hasil yang spesifik bagi setiap anion.
Metode yang tersedia untuk mendeteksi anion tidak sesistematik metode
untuk analisis kation. Anion dapat dipisahkan ke dalam golongan-
golongan utama berdasarkan pada kelarutan garam peraknya, garam
kalsium atau bariumnya dan garam zinknya. Selain itu, ada cara
penggolongan anion menurut Bunsen, Gilreath dan Vogel.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, terdapat hasil yang


sesuai dan kurang sesuai dengan literatur. Ketidaksesuaian tersebut dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya kekurangtelitian pengamat,
alat gelas yang kurang bersih, pereaksi yang kurang sesuai dan lain
sebagainya.

55
4.2 Saran

Kesalahan analisis tersebut dapat diminimalisir dengan pengamatan


yang lebih teliti, mencuci dan mengeringkan kembali alat gelas sebelum
digunakan dan mencari pereaksi yang lebih sesuai dengan anion yang
direaksikan.

5. Daftar Pustaka
1) Chang, R.. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
2) Day, R. A. dan Underwood, A.L.. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga.
3) Harjadi, W.. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Erlangga.
4) Svehla, G.. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Jilid I. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka
5) Svehla, G.. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Jilid II. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

56
PERCOBAAN VII
Uji Kualitatif Logam pada Sampel Kosmetik

1. Pendahuluan
1.1 Tujuan
Mengidentifikasi logam-logam yang terkandung dalam kosmetik.
1.2 Dasar Teori
Banyak kosmetika yang mengandung unsur-unsur logam berat, maka
pengujian kation dapat dilakukan terhadap bahan-bahan kosmetik. Salah
satu contoh kandungan kosmetik yang berbahaya yaitu mengandung
merkuri (Hg). Merkuri akan berbahaya terutama apabila terlepas ke
lingkungan kemudian terjadi proses metilasi menjadi CH3Hg oleh
mikroorganisme dalam air dan keasaman air.
Logam berat yang terkandung dalam kosmetik umumnya merupakan
zat pengotor pada bahan dasar pembuatan kosmetik. Kandungan logam
berat dalam kadar yang berlebih dalam kosmetik baik yang ditambahkan
dengan sengaja atau tidak sengaja sangat tidak dibenarkan karena logam
berat tersebut akan kontak dengan kulit secara langsung. Apabila
terabsorpsi, logam berat akan masuk kedalam darah dan menyerang organ-
organ tubuh sehingga mengakibatkan berbagai penyakit. Selain merkuri,
logam berat yang sering terdapat dalam kosmetik yaitu logam timbal,
kadmium, dan arsen.

2. Metode Percobaan
2.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1) Gelas kimia 8) Penangas
2) Tabung Reaksi 9) Penjepit tabung
3) Rak tabung reaksi 10) Termometer
4) Pipet tetes 11) Pengaduk kaca
5) Gelas ukur 12) Neraca digital
6) Corong 13) Bunsen
7) Kertas Saring

57
2.2 Cara Kerja

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil
3.2 Pembahasan

4. Penutup
4.1 Simpulan
4.2 Saran

58
LAMPIRAN

Reaksi Identifikasi Kation Golongan I

Endapan Pb2+, Hg22+, Ag+ Filtrat Ag2+ Filtrat Pb2+

59
Reaksi Identifikasi Kation Golongan III

Penambahan K2CrO4 1 M Sedikit

Penambahan K2CrO4 1 M Berlebih

60
Penambahan HCl 6 N Sedikit

Penambahan HCl 6 N Berlebih

61
Penambahan NH4OH 5 M Sedikit

Penambahan NH4OH 5 M Berlebih

62
Penambahan NaOH 1 M Sedikit

Penambahan NaOH 1 M Berlebih

63
LAMPIRAN

Uji Nyala Pada Kation

Sn2+ Na+ Cu2+

Bi3+ Fe2+ K+

As3+ Ca2+
Mn2+

64
Pb2+ Sr2+ Ba2+

Co2+ Ni2+ Fe3+

65
LAMPIRAN

Reaksi Identifikasi Kation Golongan IV

Kation Ca2+ saat ditambah HCl sedikit dan


Kation Sr2+ saat ditambah HCl
berlebih
sedikit dan berlebih

Kation Ba2+ saat ditambah HCl sedikit dan


berlebih

Kation Sr2+ saat ditambah NH4OH


sedikit dan berlebih

66
Kation Ba2+ saat ditambahkan NH4OH sedikit Kation Ca2+ saat ditambahkan NH4OH
dan berlebih sedikit dan berlebih

Kation Ca2+ saat ditambahkan K2CrO4 sedikit Kation Ba2+ saat ditambahkan K2CrO4
dan berlebih sedikit dan berlebih

67
Kation Sr2+ saat ditambahkan K2CrO4 sedikit Kation Ca2+ saat ditambahkan NaOH
dan berlebih sedikit dan berlebih

Kation Sr2+ saat ditambahkan NaOH sedikit Kation Ba2+ saat ditambahkan NaOH
dan berlebih sedikit dan berlebih

68

Anda mungkin juga menyukai