Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM REAKSI PENGENALAN

KATION GOLONGAN II (Teknik


Kimia UNNES)
13 Mei 2016Siti Ermi

BAB II

A. TUJUAN

1. Mahasiswa mengenal reaksi-reaksi identifikasi kation-kation golongan II zat


anorganik.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam setiap
identifikasi kation golongan II.
3. Mahasiswa dapat menuliskan persamaan-persamaan reaksi yang terjadi.

B. DASAR TEORI

Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur
atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan
analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur analisis
kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau
contoh (Underwood, 1986).

Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu reaksi kering dan reaksi
basah. Reaksi kering biasanya digunakan pada zat padat, sedangkan reaksi basah digunakan
pada zat cair (larutan) yang sebagian besar menggunakan pelarut air. Reaksi kering hanya
menyediakan informasi yang diperlukan dan informasi tersebut bersifat jangka pendek,
sedangkan reaksi basah dapat digunakan untuk analisis makro, semi makro, dan mikro,
sehingga banyak keuntungan yang didapat, misalnya reaksi terjadi dengan cepat dan mudah
dikerjakan. Perubahan yang terjadi pada reaksi basah adalah terjadinya endapan, perubahan
warna larutan, dan timbulnya gas.

Kation-kation golongan II dibagi menjadi dua sub-golongan: sub-golongan tembaga dan sub-
golongan arsenik. Dasar pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida dalam ammonium
polisulfida. Sulfida dari sub-golongan tembaga tak larut dalam reagensia ini, sulfida dari sub-
golongan arsenik melarut dengan membentuk garam tio.

Sub-golongan tembaga terdiri dari merkurim(II), timbel(II), bismuth(III), tembaga(II) dan


kadmium(II). Klorida, nitrat, dan sulfat dari kation-kation sub-golongan tembaga, sangat
mudah larut dalam air. Sulfida, hidroksida, dan karbonatnya tak larut. Beberapa kation dari
sub-golongan tembaga merkurium(II), tembaga(II) dan kadmium(II) cenderung membentuk
kompleks (amonia, ion sianida dan seterusnya).
Bismuth(III) adalah logam putih kemerahan, kristalin, dan getas. Titik leburnya 271,5°C.
Bismuth(III) tidak larut dalam asam klorida disebabkan oleh potensial standarnya(0,2V),
tetapi melarut dalam asam pengoksid seperti asam nitrat pekat, dan asam sulfat. Garam-
garam bismuth mudah terhidrolisis karena bersifat sebagai basa lemah. Untuk
mempertahankan bismuth(III) tetap berada dalam larutan yang harus dilakukan adalah
dengan mengasamkan larutan tersebut .Kation Bi3+ dapat membentuk endapan hitam jika
direaksikan dengan reagen KI. endapan tersebut adalah BiI3.

Bi3+ +3I– → BiI3↓ ……………….(1)

Endapan ini mudah melarut dalam reagensia berlebihan membentuk ion tetraiodobismutat
berwarna jingga.

BiI3↓ + I– ↔ [BiI4]–……………….(2)

Kation Bi3+ akan membentuk endapan putih bismuth(III) hidroksida bila direaksikan dengan
larutan NaOH.

Bi3+ + 3OH– → Bi(OH)3↓……………….(3)

Endapan ini hanya sedikit sekali larut dalam reagensia berlebihan dalam larutan dingin, 2-3
mg bismuth (III) terlarut per 100 ml narium hidroksida (2M). Kation Bi3+ akan membentuk
garam basa putih dengan berbagai komposisi. Endapan ini tak larut dalam reagensia
berlebihan.

Bi3+ + 2NH3 + NO3– 2H2O→ Bi(OH)2NO3↓ + 2NH4+…………(4)

Merkurium(II) adalah logam cair yang berwarna putih keperakan pada suhu kamar,
penghantar panas yang buruk, dan dapat bereaksi dengan oksigen. Unsur ini mudah
membentuk campuran logam dengan logam-logam yang lain seperti emas, perak, dan timah
(disebut juga amalgam). Logam ini banyak digunakan di laboratorium untuk pembuatan
termometer, barometer, pompa difusi dan alat-alat elektronik lainnya. Selain itu, kegunaan
lainnya adalah dalam membuat pestisida, soda kaustik, produksi klor, gigi buatan, baterai dan
katalis. Merkurium(II) memiliki sifat tidak mudah larut. Kation Hg+ dapat membentuk
endapan merah apabila direaksikan dengan KI.

Hg2+ + 2I– → HgI2↓ ……………….(5)

Endapan melarut dalam reagensia berlebihan dan membentuk ion tetraiodomerkurat(II).

HgI2↓+ 2I– → [ HgI4]2-……………….(6)

Reaksi Hg(NO3)3 dengan larutan amonia akan menghasilkan endapan putih dengan
komposisi tercampur. Pada dasarnya terdiri dari merkurium(II) oksida dan merkurium(II)
amidonitrat.

2Hg2++4NH3+NO3–+H2O→HgO.Hg(NH)2NO3↓+3NH4+……………….(7)
Natirum hidroksida apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit akan menghasilkan endapan
merah kecoklatan. Jika ditambahkan dalam jumlah stoikiometri endapan berubah menjadi
kuning ketika terbentuk merkurium(II) oksida.

Hg2+ + 2OH– → HgO↓ + H2O……………….(8)

Tembaga(II) adalah logam merah-mudayang lunak, dan dapat di tempa, serta melebur pada
suhu 1038oC. Karena potensial elektrode standarnya positif, ia tak larut dalam asam klorida
dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Reaksi Cu2+
dengan kalium iodida menghasilkan endapan putih tembaga(I)iodida, tetapi larutannya
berwarna coklat tua karena terbentuknya ion-ion triiodida.

2 Cu2+ + 5I– → 2CuI↓ + I3-……………….(9)

Endapan biru tembaga(II)hidroksida terbentuk apabila Cu2+ direaksikan dengan natirum


hidroksida dalam larutan dingin.

Cu2+ + 2OH– → Cu(OH)2↓……………….(10)

Endapan ini tak larut dalam reagensia berlebihan. Larutan amonia bila ditambahkan sedikit
ke Cu2+ akan menghasilkan endapan biru suatu garam basa( tembaga sulfat basa).

2Cu2+ +SO42- + 2NH3 + 2H2O→ Cu(OH)2CuSO4↓ + 2NH4+……………….(11)

Endapan ini akan larut dalam reagensia berlebihan menjadi biru tua yang disebabkan oleh
terbentuknya ion kompleks tetraaminokuprat(II).

Cu(OH)2CuSO4↓ + 8NH3→2[ Cu(NH3)4]2+ + SO42–+ 2OH–………………. (12)

Sementara itu, Kadmium(II) adalah logam putih keperakan, yang dapat di tempa dan liat. Ia
melarut dengan lambat dalam asam encer dengan melepaskan hidrogen (di sebabkan
potensial elektrodenya yang negatif). Reaksi antara Cd2+ dengan larutan kalium iodida tidak
membentuk endapan (perbedaaan dari tembaga). Endapan putih kadmium(II) hidroksida
akan terbentuk apabila direaksikan dengan natrium hidroksida.

Cd2+ 2OH– → Cd(OH)2↓………………. (13)

Endapan ini tak larut dalam reagensia berlebihan. Endapan putih kadmium(II) hidroksida
terbentuk apabila direaksikan dengan larutan amonia.

Cd2+ + 2NH3 + 2H2O ↔ Cd(OH)2↓ + 2NH4+……………….(14)

Endapan melarut dalam asam yang menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kiri. Reagensia
berlebihan melarutkan endapan. Kemudian ion-ion tetraaminakadmium(II) terbentuk dan
tidak berwarna. Kation Cd2+tidak membentuk endapan jika direaksikan dengan KI.

Sub-golongan arsenik terdiri dari ion arsenik(III) dan (V), stibium (III) dan stibium(V),
timah(II) dan timah(IV). Ion-ion ini memiliki sifat amfoter : oksidanya membentuk garam
baik dengan asam maupun basa. Jadi, arsenik(III) oksida dapat dilarutkan dalam asam klorida
dan terbentuk kation arsenik(III).
As2O3 + 6HCl → 2As3+ + 6Cl– + 3H2O……………….(15)

Sementara itu, arsenik(III) larut pula dalam natrium hidroksida, yang manaterbentuk ion
arsenat.

As2O3 + 6OH- → 2As2O33- + 3H2O………………. (16)

Melarutnya sulfida dalam amonium polisulfida dapat dianggap sebagai pembentukan garam
tio dari asam tio anhidrat. Jadi, melarutnya sulfida (asam tio anhidrat) mengakibatkan
terbentuknya ion-ion amonium dan tioarsenitb(amonium tioarsenit : suatu garam tio).

As2S3 + 3S2- → 2AsS33-……………….(17)

Semua sulfida dari golongan arsenik larut dalam ammonium sulfida (tak berwarna), kecuali
timah(II) sulfida : untuk melarutkan yang terakhir ini, diperlukan ammonium polisulfida,
yang bertindak sebagian sebagai zat pengoksid, sehingga terbentuk ion tiostanat.

SnS + S22- → SnS32-……………….(18)

Perhatikan, bahwa sementara timah adalah bivalen dalam endapan timah (II) sulfida, ia
adalah tetravalen dalam ion tiostanat.

Ion-ion arsenik(III), stibium(III)dan timah(II), dapat dioksidasikan menjadi ion arsenik(V),


stibium(V) dan timah(IV). Di lain pihak, ion yang terakhir ini dapat direduksi oleh zat-zat
pereduksi yang sesuai. Besarnya potensial oksidasi-reduksi dari sistem arsenik(III) dan
arsenik(V), dan stibium(III) dan stibium(V) bergatung pH, maka oksidasi atau reduksi ion
yang bersangkutan dapat dibantu dengan memilih pH yang sesuai untuk reaksi tersebut
(Vogel : 222).

Pada praktikum kali ini, reagensia yang digunakan terdiri dari tiga jenis larutan yaitu, larutan
KI encer dan pekat, larutan NH3 encer dan pekat, dan larutan NaOH. Masing-masing reagen
memiliki sifat fisik dan kimia berbeda. Kalium adalah logam putih-perak yang lunak. Logam
ini melebur pada suhu 63,5°C. Ia tetap tak berubah dalam udara kering, tetapi dengan cepat
teroksidasi dalam udara lembab, menjadi tertutup dengan suatu lapisan biru. Logam ini
menguraikan air dengan dahsyat, sambil melepaskan hidrogen dan terbakar dengan nyala
lembayung :

2K+ + 2H2O 2K+ + 2OH– + H2 ↑……………….(19)

Kalium biasanya disimpan dalam pelarut nafta. Garam-garam kalium mengandung kation
monokovalen K+. Garam-garam biasanya larut dan membentuk larutan yang tak berwarna,
kecuali anionnya berwarna (Vogel : 312).

Ion-ion amonium diturunkan dari amonia, NH3 dan ion hidrogen H+. Ciri-ciri khas ion ini
adalah serupa dengan ciri-ciri khas ion logam-logam alkali. Dengan elektrolisis memakai
katode dari merkurium dapat dibuat amonium amalgam, yang mempunyai sifat-sifat serupa
dengan amalgam dari natrium atau kalium. Garam-garam amonium umumnya adalah
senyawa-senyawa yang larut dalam air, dengan membentuk larutan yang tak berwarna.
Dengan pemanasan, semua garam amonium terurai menjadi amonia dan asam yang sesuai
(Vogel : 308).
Natrium adalah logam putih perak yang lunak dan melebur pada suhu 97,5°C. Natrium
terokidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya
dalam pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan air, membentuk natrium
hidroksida dan hidrogen. Dalam garam-garamnya natrium berada sebagai kation
monokovalen Na+. Garam-garam ini membentuk larutan tak berwarna kecuali jika anionnya
berwarna (Vogel : 310).

Sifat fisika dan kimia pada reagen dan kation dapat digunakan untuk mengembangkan suatu
metode analisis kualitatif menggunakan alat-alat yang sederhana yang dimiliki hampir semua
laboratorium. Sifat fisika yang dapat diamati langsung seperti warna, bau, terbentuknya
gelembung gas atau pun endapan merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis
selanjutnya.

Analisis kualitatif berdasarkan sifat kimia melibatkan beberapa reaksi kimia seperti reaksi
asam basa, redoks, kompleks, dan pengendapan. Hukum kesetimbangan massa sangat
berguna untuk menentukan ke arah mana reaksi berjalan. Dalam bahasan berikut akan
diberikan tinjauan ringkas tentang prinsip-prinsip reaksi dan bagaimana kegunaanya dalam
analisis kualitatif.

1. Kesetimbangan

Tetapan kesetimbangan untuk reaksi berikut:

aA + Bb cC + dD

adalah : K = [C]c + {D]d

[A]a + [B]b

Nilai K tersebut konstan pada suhu dan tekanan tertentu. Dalam analisis kualitatif nilai K
tersebut dapat digunakan untuk menggeser kesetimbangan ke arah reaksi yang dikehendaki.
Kesetimbangan kimia dapat digeser ke arah pembentukan hasil reaksi dengan menambahkan
lebih banyak pereaksi atau dengan mengeluarkan salah satu hasil reaksi dari sistem
kesetimbangan. Dalam praktiknya, hal ini berarti menambahka n pereaksi-pereaksi dengan
berlebih, atau mengeluarkan hasil reaksi dari fase larutan misalnya dengan pengendapan,
penguapan atau pun ekstraksi. Pergeseran kesetimbangan juga dapat dilakukan dengan cara
merubah suhu atau pun tekanan.

2. Reaksi Pengendapan

Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut, maka setelah
dilakukan penyaringan terhadap endapan tebentuk dua kelompok campuran yang massa
masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya. Reaksi yang terjadi saat
pengidentifikasian menyebabkan terbentuknya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan
berbeda sifat fisiknya (Harjadi, 1993). Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan
berperan penting dalam analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau
koloid dan dengan warna yang berbeda-beda. Endapan tersebut terbentuk jika larutan menjadi
terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.Kelarutan suatu endapan adalah sama dengan
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti
tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut. Perubahan kelarutan dengan
perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting dalam analisis kualitatif, karena semua
pekerjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada tekanan atmosfer. Kenaikan suhu umumnya
dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat.
Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam campuran
larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya kelarutan
endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam praktiknya ini
dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang berlebih, tetapi penambahan
pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa memberikan efek yang sebaliknya yaitu
melarutkan endapan. Hal ini terjadi karena, adanya pembentukan kompleks yang dapat larut
dengan ion sekutu tersebut, sedangkan adanya ion asing menyebabkan kelarutan endapan
menjadi sedikit bertambah, kecuali jika terjadi reaksi kimia antara endapan dengan ion asing.
Perubahan kelarutan yang disebabkan oleh komposisi pelarut mempunyai sedikit arti penting
dalam analisis kualitatif. Meskipun kebanyakan pengujian dilakukan dalam larutan air, dalam
beberapa hal lebih menguntungkan jika digunakan pelarut lain misalnya pelarut organik
seperti alkohol, eter, dan lain-lain. Hasil kali kelarutan suatu endapan yang dipangkatkan
dengan bilangan yang sama dengan jumlah masing-masing ion bersangkutan menghasilkan
tetapan yang dikenal dengan Ksp. Misalnya, jika endapan perak klorida ada dalam
kesetimbangan dengan larutan jenuhnya:

AgCl –> Ag+ + Cl-

Maka Ksp = [Ag+] [Cl–]

Tetapan ini dalam analisis kualitatif mempunyai nilai yang berarti, karena tidak saja dapat
menerangkan, tetapi juga dapat membantu meramalkan reaksi-reaksi pengendapan. Jika hasil
kali ion lebih besar dari hasil kali kelarutan suatu endapan, maka akan terbentuk endapan,
sebaliknya jika hasil kali ion lebih kecil dari hasil kali kelarutan maka endapan tidak akan
terbentuk.

3. Asam Basa

Asam secara sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami
disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen, sedangkan basa mengalami disosiasi dengan
pembentukan ion hidroksil. Asam atau pun basa yang mengalami disosiasi sempurna
merupakan asam atau basa kuat, misalnya HCl, HNO3, NaOH dan KOH. Sebaliknya bila
asam atau basa hanya terdisosiasi sebagian maka disebut asam atau basa lemah, misalnya
asam asetat, asam sulfida dan amonium hidroksida.

Dalam analisa kualitatif sering kita perlu mempertahankan konsentrasi hidrogen pada nilai
tertentu. Misalnya, jika diperlukan suasana yang bersifat asam kuat (pH 0-2) atau basa kuat
(pH 12-14) dapat dicapai dengan menambahkan asam kuat atau basa kuat secukupnya, tetapi
jika pH larutan harus dipertahankan misalnya pada pH 4, maka cara diatas tidak dapat
dilakukan. Cara yang tepat untuk mempertahankan kondisi larutan yang sedikit asam atau
sedikit basa adalah dengan penambahan larutan buffer. Larutan buffer yang sering digunakan
dapat dibuat dengan melarutkan asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya,
misalnya asam asetat dan natrium asetat atau amonia dan amonium klorida.

4.Reaksi Pembentukan Kompleks


Pelaksanaan analisis kualitatif anorganik banyak digunakan reaksi-reaksi yang melibatkan
pembentukan ion kompleks. Suatu ion atau molekul kompleks terdiri dari satu atom pusat dan
sejumlah ligan yang terikat dengan atom pusat tersebut. Atom pusat memiliki bilangan
koordinasi tertentu yang menunjukkan jumlah ruangan yang tersedia di sekitar atom pusat.
Pembentukan kompleks dalam analisis kualitatif digunakan untuk :

a. Uji-uji spesifik

Beberapa reaksi pembentukan kompleks yang sangat peka dan spesifik dapat digunakan
untuk identifikasi ion. Berikut ini reaksi pembentukan kompleks yang sering digunakan
dalam analisis kualitatif :

Cu2+(biru) + 4NH3 –> [Cu(NH3)4]2+ (biru tua)

b. Pelarutan Kembali Endapan

Pembentukan kompleks dapat menyebabkan kenaikan kelarutan, sehingga suatu endapan


dapat larut kembali. Contohnya pada endapan AgCl jika ditambahkan NH3 maka endapan
tersebut akan larut kembali. Hal ini terjadi karena terbentuknya kompleks Ag+ dengan
NH3 membentuk kompleks [Ag(NH3)2]+.

C. PROSEDUR KERJA

1. Alat

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Spatula
5. Botol reagen
6. Penanga spirtus
7. Botol aquades
8. Beaker glass
9. Sikat
10. Penjepit tabung reaksi
11. Pemantik api

2. Bahan

1. Larutan Bi(NO3)3
2. Larutan Hg(NO3)2
3. Larutan CdSO4
4. Larutan CuSO4
5. Larutan Aquades
6. Larutan KI
7. Larutan NaOH
8. Larutan NH4OH

3. Skema kerja
D. ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Data

Tabel I.1 Cara Kerja Kation Golongan II

2. Pembahasan

 Bismuth ( Bi3+)

Bismuth adalah logam yang berwarna putih-kemarahan, kristalin, dan getas. Titik leburnya
271,5oC. Ia tidak larut dalam asam klorida disebabkan oleh potensial standarnya (0,2 V),
tetapi melarut dalam asam pengoksid seperti asam nitrat pekat, air raja, atau asam sulfat
pekat.

Reaksi larutan Bi(NO3)3 dengan larutan KI (encer) satu tetes akan mengahasilkan endapan
hitam. Karena hal ini sesuai dengan literatur dimana jika larutan Bi(NO3)3 direaksikan
dengan KI (encer) akan membentuk endapan hitam (BiI3↓). (Vogel ; 225)

Bi3+ + 3I– → BiI3↓ ……….(1)

Akan tetapi ada perbedaan warna endapan maupun larutan yang dihasilkan pada reaksi nomor
1. Apabila Bi(NO3)3 direaksikan dengan KI (encer) berlebih maka endapan hitam (BiI3↓)
tersebut melarut dalam reagensia yakni menjadi larutan bening. Hal ini menandakan bahwa
konsentrasi dan volume reagen dari pereaksi (reagen) mempengaruhi terjadinya perbedaan
hasil reaksi.

Perlakuan yang sama dilakukan pada reaksi larutan Bi(NO3)3 dengan larutan KI (pekat) 15 %
satu tetes akan menghasilkan endapan hitam. Karena hal ini sesuai dengan literatur dimana
jika larutan Bi(NO3)3 direaksikan dengan KI (pekat) akan membentuk endapan hitam
(BiI3↓). (Vogel ; 225)

Bi3+ + 3I– → BiI3↓

Akan tetapi ada perbedaan warna endapan maupun larutan yang dihasilkan antara Bi(NO3)3
yang direaksikan dengan KI (pekat) satu tetes maupun KI (pekat) berlebih. Apabila Bi(NO3)3
direaksikan dengan KI (pekat) berlebih maka endapan hitam (BiI3↓) tersebut mudah melarut
dalam reagensia yang berlebihan dan terbentuk ion tetraiodobismutat yang berwarna jingga.

BiI3↓ + I– ↔ [BiI4]–……….(2)

Hal ini menandakan bahwa konsentrasi dari perekasi (reagen) mempengaruhi terjadinya
perbedaan hasil reaksi. Karena larutan pekat mempunyai konsentrasi yang tinggi, sedangkan
larutan encer mempunyai konsentrasi yang lebih rendah. Larutan dengan konsentrasi tinggi
berarti memerlukan lebih banyak zat terlarut daripada larutan dengan konsentrai rendah. Jenis
kation Bismuth berwarna putih-kemarahan, tetapi ketika mengendap warna endapannya
hitam. Terbentuknya logam bismut yang berwarna hitam sering sekali digunakan untuk
menentukan adanya bismut. Bismuth larut di dalam HNO3 6M panas dan 18 M H2SO4 panas.
Kemudian apabila endapan (BiI3↓) ditambahkan dengan KI (encer) satu tetes menghasilkan
endapan berwarna hitam lalu dipanaskan selama +10 detik berubah menjadi endapan putih
dan terdapat warna ungu disekitar tabung reaksinya. Hasil yang sama terjadi pada larutan KI
(pekat) satu tetes. Pemanasan berperan dalam melepaskan iodin menjadi gas. Hal ini
menghasilkan gas berwarna ungu dan endapan berubah warna menjadi putih.

BiI3↓ + I– ↔ [BiI4]–

Reaksi larutan Bi(NO3)3 dengan larutan NH3 (encer) satu tetes akan menghasilkan endapan
putih. Hasil yang sama terjadi pada larutan NH3 (encer) berlebih. Karena hal ini sesuai
dengan literatur dimana jika larutan Bi(NO3)3 direaksikan dengan NH3 (encer) akan
membentuk endapan putih (Bi(OH)2NO3↓). (Vogel ; 226)

Bi3+ + 2NH3 + NO3– + 2H2O→ Bi(OH)2NO3↓ + 2NH4+ ……….(3)

Reaksi larutan Bi(NO3)3 dengan larutan NH3 (pekat) satu tetes akan menghasilkan endapan
putih. Hasil yang sama terjadi pada larutan NH3 (pekat) berlebih, keduanya menghasilkan
endapan berwarna putih. Karena larutan NH3 merupakan “larutan basa dan menghasilkan
endapan bismut hidroksida, yang mana endapan ini tidak larut dengan kelebihan atau
penambahan reagen. (Vogel; 24).

Reaksi larutan Bi(NO3)3 dengan larutan NaOH satu tetes kemudian berlebih akan
menghasilkan endapan putih. Karena larutan Natrium Hidroksida (NaOH) dan Amonia (NH3)
merupakan larutan basa dan menghasilkan endapan bismut hidroksida, yang mana
endapan ini tidak larut dengan kelebihan atau penambahan reagen.

Bi3+ + 3OH– → Bi(OH)3↓ ……….(4)

Endapan hanya sedikit sekali larut dalam reagensia berlebihan dalam larutan dingin, 2-3 mg
bismuth terlarut per 100 ml natrium hidroksida (2M). Hidroksida ini larut dengan asam kuat
yang pekat. (Vogel ; 226).

Adapun reaksinya sebagai berikut :

Bi(OH)3↓ + 3H+ → Bi3+ + 3H2O

 Merkuri (Hg2+)

Merkurium adalah logam cair yang putih keperakan pada suhu biasa, dan mempunyai rapatan
13,534 g.ml-1pada 250C. Ia tak dipengaruhi asam klorida atau asam sulfat encer (2M), tetapi
mudah bereaksi dengan asam nitrat. Asam nitrat yang dingin dan sedang pekatnya (8M),
dengan merkurium yang berlebihan menghasilkan ion merkurium (I), dengan asam nitrat
pekat panas yang berlebihan, terbentuk ion merkurium (II).

Reaksi larutan Hg(NO3)2 dengan larutan KI (encer) satu tetes akan menghasilkan endapan
merah bata. Karena hal ini sesuai dengan literatur dimana jika larutan Hg(NO3)2direaksikan
dengan KI (encer) akan membentuk endapan merah bata (HgI2↓ ). (Vogel ; 225)

Hg2+ + 2I– → HgI2↓ ……….(5)


Kemudian endapan HgI2↓ ditambahkan dengan larutan KI (encer) belebih maka endapan
merah bata akan melarut dan larutan berwarna kuning. Karena ion Hg2+ bereaksi dengan ion
iodida menghasilkan endapan merah dari HgI2, yang larut dengan mudah dengan
kelebihan reagen membentuk ion kompleks HgI42- yang berwarna kuning.

HgI2↓+ 2I– → [ HgI4]2- ……….(6)

Reaksi larutan Hg(NO3)2 dengan larutan KI (pekat) satu tetes kemudian berlebih tidak
terbentuk endapan dan larutan berwarna kuning. Hal ini menandakan bahwa konsentrasi dari
perekasi (reagen) mempengaruhi terjadinya perbedaan hasil reaksi.

Reaksi larutan Hg(NO3)2 dengan larutan NH3 (encer) satu tetes kemudian berlebih akan
menghasilkan endapan putih. Hasil yang sama terjadi pada larutan NH3 (encer) berlebih.
Karena terbentuk endapan putih yang sangat cepat larut dengan garam basa amido seperti
HgNH2Cl, akan tetapi tidak larut dengan kelebihan reagensia. Garam ini larut dalam
asam.

2Hg2+ +4 NH3+ NO3– + H2O→HgO.Hg(NH)2NO3↓ + 3NH4+ ……….(7)

Garam ini, seperti kebanyakan senyawa-senyawa merkurium, bersublimasi pada tekanan


atmosfer. (Vogel ; 224)

Reaksi larutan Hg(NO3)2 dengan larutan NaOH satu tetes akan menghasilkan endapan kuning
dan larutan kuning. Karena reagensia ini memperoleh endapan kuning dari HgO, yang
tidak larut dengan kelebihan basa, tetapi dengan kelebihan asam larut. (Slowinski, JE;
1990: 25).

Hg2+ 2OH– → HgO↓ + H2O ……….(8)

Reaksi larutan Hg(NO3)2 dengan larutan NaOH berlebih akan menghasilkan endapan merah
kecokelatan. Hal ini menandakan bahwa konsentrasi dari perekasi (reagen) mempengaruhi
terjadinya perbedaan hasil reaksi. (Vogel ; 235)

 Kadmium ( Cd2+)

Kadmium adalah logam putih keperakan, yang dapat ditempa dan liat. Ia melebur pada
321oC. Ia melarut dengan lambat dalam asam encer dengan melepaskan hidrogen (disebabkan
potensial elektronnya negatif). Kadmium membentuk ion bivalen yang tak berwarna.
Kadmium klorida, nitrat, dan sulfat larut dalam air, sulfidanya tak larut dan berwarna kuning
khas.

Reaksi larutan CdSO4 dengan larutan KI (encer) satu tetes kemudian berlebih maka tidak
terbentuk endapan. Karena CdSO4 tidak bereaksi dengan KI (encer). Sehingga tidak
terbentuk endapan.

Reaksi larutan CdSO4 dengan larutan NH3 (encer) satu tetes kemudian berlebih akan
menghasilkan endapan putih. Karena ion Cd2+ bereaksi dengan ion hidroksida
menghasilkan endapan putih dari Cd(OH)2.

Cd2+ + 2NH3 + 2H2O ↔ Cd(OH)2↓ + 2NH4+ ……….(9)


Reaksi larutan CdSO4 dengan larutan NH3 (pekat) satu tetes akan menghasilkan endapan
putih. Karena ion Cd2+ bereaksi dengan ion hidroksida menghasilkan endapan putih dari
Cd(OH)2. Sementara itu, reaksi larutan CdSO4 dengan larutan NH3 (pekat) berlebih akan
menghasilkan larutan bening. Karena endapan melarut dalam asam, dimana kesetimbangan
bergeser ke kiri. Reagensia yang berlebihan melarutkan endapan, dan terbentuk
tetraaminakadmium (II) kompleks ini tak berwarna (bening). (Vogel; 235).

Cd(OH)2↓ + 4NH3 → [Cd(NH3)4]2+ + 2OH–……….(10)

Reaksi larutan CdSO4 dengan larutan NaOH satu tetes kemudian berlebih akan menghasilkan
endapan putih melayang-layang dan menyebar dilarutan. Endapan putih diperoleh dari
Cd(OH)2. Karena endapan tak larut dalam reagensia berlebihan, warna dan komposisinya
tetap tak berubah bila dididihkan. Asam encer melarutkan endapan dengan menggeser
kesetimbangan ke kiri.

Cd2+ 2OH– → Cd(OH)2↓ ……….(11)

 Tembaga ( Cu2+)

Tembaga adalah logam merah-muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada
1038oC. Karena poensial elektrode standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+). Ia
tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa
larut sedikit. Asam nitrat (8M), asam sulfat dan air raja dengan mudah melarutkan tembaga.
(Vogel ; 229)

Reaksi larutan CuSO4 dengan larutan KI (encer) satu tetes kemudian berlebih akan
menghasilkan endapan putih dan larutan cokelat tua. Hasil yang sama terjadi pada larutan KI
(pekat) satu tetes kemudian berlebih karena terbentuknya ion-ion tri-iodida (iod).

2 Cu2+ + 5I– → 2CuI↓ + I3- ……….(12)

Reaksi larutan CuSO4 dengan larutan NH3 (encer) satu tetes akan menghasilkan endapan biru.
Karena volume larutan NH3 (encer) yang ditambahkan sangat sedikit (satu tetes) sehingga
endapannya berwarna biru.

2Cu2+ +SO42- + 2NH3 + 2H2O→ Cu(OH)2CuSO4↓ + 2NH4+ ……….(13)

Reaksi larutan CuSO4 dengan larutan NH3 (encer) berlebih akan menghasilkan larutan biru
tua. Hasil yang sama terjadi pada larutan NH3 (pekat) satu tetes kemudian berlebih akan
menghasilkan larutan biru tua. Karena volume reagen yang ditambahkan berlebihan, sehingga
warnanya biru tua disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks tetraaminokuprat (II).

Cu(OH)2CuSO4↓ + 8NH3→ 2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2OH–……….(14)

Reaksi larutan CuSO4 dengan larutan NaOH satu tetes kemudian berlebih akan menghasilkan
larutan biru muda. Karena ion Cu2+ bereaksi dengan ion hidroksida menghasilkan endapan
biru muda dari Cu(OH)2 dan bila dilarutkan dengan NaOH yang pekat dapat membentuk
larutan kompleks dari Cu(OH)42-.

Cu2+ + 2OH– → Cu(OH)2↓……….(15)


E. SIMPULAN DAN SARAN

a. Simpulan

1. Bismuth (III), merkurium (II), cadmium (II), dan tembaga (II) merupakan kation
golongan II zat anorganik, sedangkan KI, NH4OH, dan NaOH merupakan reagen.
2. Perubahan yang terjadi pada identifikasi kation golongan II saat ditetesi reagen adalah
terbentuknya endapan dan perubahan warna larutan.
3. Persamaan-persamaan reaksi yang terjadi pada kation golongan II adalah sebagai
berikut.

 Bi3+ + 3I– → BiI3↓ endapan hitam


 BiI3↓ + I– ↔ [BiI4]– endapan putih, larutan merah
 Bi3+ + 2NH3 + NO3– 2H2O→ Bi(OH)2NO3↓ + 2NH4+ endapan putih
 Bi3+ + 3OH– → Bi(OH)3↓ endapan putih
 Hg2+ + 2I– → HgI2↓ endapan putih
 HgI2↓+ 2I– → [ HgI4]2- endapan melarut
 Hg2+ 2OH– → HgO↓ + H2O endapan kuning, larutan kuning
 2Hg2+ +4 NH3+ NO3– + H2O→HgO.Hg(NH)2NO3↓ + 3NH4+endapan putih
 Cd2+ 2OH– → Cd(OH)2↓ endapan putih
 Cd2+ + 2NH3 + 2H2O ↔ Cd(OH)2↓ + 2NH4+ endapan putih
 Cu2+ + 2OH– → Cu(OH)2↓ endapan biru muda
 2Cu2+ +SO42- + 2NH3 + 2H2O→ Cu(OH)2CuSO4↓ + 2NH4+endapan biru muda
 2 Cu2+ + 5I– → 2CuI↓ + I3-endapan putih, larutan coklat tua

b. saran

1. Memastikan semua alat dan bahan yang digunakan dalam kondisi baik sebelum
melakukan praktikum.
2. Pengambilan kation dan reagen menggunakan pipet yang berbeda di setiap
larutannya sesuai dengan label.
3. Berhati-hati dalam meletakkan pipet agar ujung pipet yang satu dengan yang lain
tidak saling bersentuhan, karena bisa menyebabkan sisa reagen yang ada pada pipet
yang satu dengan pipet yang lain bereaksi yang tentunya dapat mempengaruhi hasil
praktikum.
4. Berhati-hati saat menggunakan maupun membersihkan tabung reaksi karena mudah
retak.

F. DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Erlangga: Jakarta.

Jr, R.A. Day dan A. L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.

Slowinski, JE; 1990, Qualitatif Analysis and the Properties of ions in Aqueous

Solution, Eds II, America: Saunder College Publishing.


Svhela, G.1990.Vogel Bagian Satu Buku Teks Analisis Anorganik Kulitatif Makro dan Semi
mikro edisi ke lima.Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Widodo, Didik Setiyo dan Retno Ariadi Lusiana. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

http://digilib.unimed.ac.id/ Laporan Praktikum Kation Golongan II/ diakses pada tanggal 27


Maret 2016 pukul 09.48 WIB.

Iklan
Report this ad
Report this ad

Bagikan ini:

 Twitter
 Facebook
 Google

Tinggalkan Balasan

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai