Anda di halaman 1dari 10

1.

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Untuk mengetahui keberadaan dan jenis logam apa saja yang terkandung
dalam kosmetik bedak MBK.

1.2 Dasar Teori


Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu
unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah
satu cara yang efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya
dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi
diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan
untuk mengetahui jenis anion atau kation suatu larutan.

Beberapa sampel kosmetik seperti bedak, eyeshadow, perona pipi dan


sebagainya dapat di uji keberadaan logamnya dengan menggunakan pereaksi yang
digunakan untuk mendeteksi kation golongan I-V. bila kosmetik tersebut mengendap
dengan pereaksi I-V, berarti dalam kosmetik tersebut mengandung logam-logam yang
ada pada golongan kation I-V.

Kation-kation terbagi dalam lima golongan berbeda sesuai dengan


kecenderungan pengendap yang cocok. Kation golongan I adalah kation yang
menghasilkan endapan saat ditambahkan HCl. Kation golongan II adalah kation yang
menghasilkan endapan saat ditambahkan H2S. Kation golongan III adalah golongan
yang menghasilkan endapan saat ditambahkan (NH 4)2S. Kation golongan IV adalah
kation yang menghasilkan endapan saat ditambahkan (NH 4)2CO3. Kation golongan V
adalah golongan sisa yang tidak menghasilkan endapan saat ditambahkan pereaksi
golongan I sampai IV. Untuk menentukan jenis kation yang ada di sampel kosmetik,
setelah dilakukan uji penggolongan dilakukan uji identifikasi untuk menentukan
secara spesifik jenis zat yang terkandung dalam zat yang diuji.
2. METODE PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan

Alat :

Tabung Reaksi
Rak Tabung Reaksi
Pipet tetes
Pipet Volume
Piala Gelas
Batang Pengaduk
Neraca Analitik
Hot Plate
Lemari Asam

Bahan :

Kosmetik ( Bedak MBK )


HCl 6M
HCl 3M
H2O2 3%
(NH4)2S 0.1M
NH4OH 5M
H2S
NH4Cl 10%
(NH4)2CO3 1M
HNO3

2.2 Cara Kerja

1. Siapkan peralatan dan bahan yang menunjang untuk praktikum uji kation
kation pada kosmetik bedak
2. Timbang sampel bedak MBK sebanyak 2 gram dengan neraca
3. Kemudian larutkan dengan 10 mL HCl 6M
4. Saring larutan tersebut kemudian akan terbentuk endapan dan filtrat,
endapan golongan I ( Ditambah HCl 6M, jika tetap terbentuk endapan,
ditambah air panas ) lalu uji karakteristik kation golongan I
5. Sedangkan filtrat yang terbentuk selanjutnya ditambahkan 3-5 tetes H 2O2
3%, dan 5 tetes HCl 6M kemudian dipanaskan dalam penangas air, lalu
ditambah (NH4)2S 0.1M dan NH4OH 5M
6. Saring larutan tersebut kemudian akan terbentuk endapan dan filtrat lagi,
endapan golongan II dilanjut dengan uji karakteristik kation golongan II A
dan II B
7. Sedangkan filtrat yang terbentuk selanjutnya ditambahkan NH4OH 5M dan
dihembuskan dengan gas H2S
8. Saring kembali larutan tersebut dan selanjutnya terbentuk endapan dan
filtrat, endapan golongan III dilanjut dengan uji karakteristik kation
golongan III A
9. Lalu filtrat yang terbentuk ditambahkan NH 4OH 1M sampai pH Netral dan
dihembuskan gas H2S
10. Saring larutan tersebut, terbentuk filtrat dan endapan, endapan golongan
III B dilanjut dengan uji karakteristik kation golongan IIIB
11. Sedangkan filtrat kembali ditambahkan HNO 3 dan diuapkan lalu
didinginkan, lalu ditambahkan HCL 3M dan air panas, kemudian ditambah
NH4Cl 10% lalu ditambahkan NH4OH 5M lalu ditambahkan lagi
(NH4)2CO3 1M
12. Saring larutan menggunakan kertas saring dan akan terbentuk filtrat dan
endapan, endapan golongan IV dilanjutkan dengan uji karakteristik kation
golongan IV
13. Kemudian filtrat yang terbentuk diuapkan dan ditambahkan 3mL HNO3
dan selanjutnya dipanaskan.
14. Filtrat disaring kembali dan terbentuk sisa atau residu golongan V
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Reaksi Uji Sampel Bedak MBK

Uji kation golongan I: Negatif kation golongan I


Pb : Negatif
Uji spesifik Pb + KI tidak terbentuk endapan PbI
Uji spesifik Pb + KCrO tidak terbentuk endapan PbCrO
Hg : Negatif
Ag : Negatif
Uji kation golongan II: Negatif kation golongan II
Tidak membentuk endapan dengan H2S dalam suasana asam mineral
encer.
Uji kation golongan III: Negatif kation golongan III
Tidak terbentuk endapan putih ketika direaksikan dengan amonia dan
H2S.
Uji kation golongan IV: Negatif kation golongan IV
Karena tidak terbentuk endapan, melainkan hanya larutan kuning.
Kation golongan ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat
dengan adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam.
Kation golongan ini adalah kalsium, barium, dan stronsium.
Uji kation golongan V: Negatif kation golongan V
Tidak ada residu dalam penguapan, sehingga hasil negatif. Kation-
kation golongan V tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan
sebelumnya, merupakan golongan kation terakhir yang meliputi ion-ion
magnesium, natrium, kalsium, amonium, litium, dan hidrogen.

3.2 Pembahasan
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang
disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif
membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa
yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan
analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur.
Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu
yang ada dalam sampel. Prosedur yang biasa digunakan untuk menguji
suatu zat yang tidak diketahui, pertama kali adalah membuat sampel
(contoh) yang dianalisis dalam bentuk cairan (larutan). Selanjutnya
terhadap larutan yang dihasilkan dilakukan uji ion-ion yang mungkin ada.
Kesulitan yang lebih besar dijumpai pada saat mengidentifikasi berbagai
konsentrasi dalam suatu campuran untuk ion, biasanya dilakukan
pemisahan ion terlebih dahulu melalui proses pengendapan, selanjutnya
dilakukan pelarutan kembali endapan tersebut. Kemudian diadakan uji-uji
spesifik untuk ion-ion yang akan diidentifikasi. Uji spesifik dilakukan
dengan menambahkan reagen (pereaksi) tertentu yang akan memberikan
larutan atau endapan berwarna yang merupakan karakteristik (khas) untuk
ion-ion tertentu (Underwood, 1992).
Analisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara
sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti pemisahan masing-
masing golongan ke dalam sub golongan dan komponen-komponennya.
Pemisahan dalam golongan didasarkan perbedaan sifat kimianya dengan
cara menambahkan pereaksi yang akan mengendapkan ion tertentu dan
memisahkan dari ion-ion lainnya. Sebagai suatu gambaran, penambahan
HCl dalam larutan yang mengandung semua ion hanya akan
mengendapkan klorida dari ion-ion timbal (Pb2+), perak (Ag+) dan raksa
(Hg2+). Setelah ion-ion golongan ini diendapkan dan dipisahkan, ion-ion
lain yang ada dalam larutan tersebut dapat diendapkan dan penambahan
H2S dalam suasana asam. Setelah endapan dipisahkan perlakuan
selanjutnya dengan pereaksi tertentu memungkinkan terpisahnya golongan
lain. Jadi, dalam analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan
dalam 5 golongan, berdasarkan sifat-sifat kation terhadap beberapa
pereaksi antara lain adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida
dan amonium karbonat. Umumnya klasifikasi kation didasarkan atas
perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation-kation
tersebut. Setelah pemisahan dilakukan uji spesifik untuk masing-masing
kation (Vogel, 1985).
Didalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas
tertentu diantaranya:
1. Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida
encer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg. Dalam suasana asam, klorida dan
kation dari golongan lain larut. Penggunaan asam klorida berlebih untuk
pengendapkan kation golongan I memiliki dua keuntungan yaitu memperoleh
endapan klorida semaksimal mungkin dan menghindari terbenuknya endapan
BIOCI dan SbOCI. Kelebihan asam klorida yang terlalu banyak dapat
menyebabkan AgCl dan PbCl2 larut kembali dalam bentuk kompleks
sedangkan klorida raksa (I), HgCl2 , tetap stabil.
2. Golongan II : Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi
membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral
encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, cd, As, Sb, Sn. Kation golongan II
dibagi dalam dua sub-golongan yaitu sub golongan tembaga dan sub golongan
arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida dalam
ammonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub golongan tembaga tidak
larut dalam regensia ini, sulfida dari sub grup arsenik melarut dengan
membentuk garam tio. Golongtan II sering disebut juga sebagai asam
hidrogen sulfida atau glongan tembaga timah. Klorida, nitrat, dan sulfat sangat
mudah larut dalam air. Sedangkan sulfida, hidroksida dan karbonatnya tak
larut.
3. Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer,
ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer (buffer
ammonium-amonium klorida). Namun kation ini membentuk endapan dengan
ammonium sulfida dalam suasana netral / amoniakal. Kation golongan ini Co,
Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn. Logam-logam diendapkan sebagai sulfida, kecuali
aluminium dan kromium, yang diendapkan sebagai hidroksida, karena
hidrolisis yang sempurna dari sulfida dalam larutan air.besi, almunium, dan
mangan (sering disertai sedikit mangan) atau golongan IIIA juga diendapkan
sebagai hidroksida oleh larutan amonia dengan adanya amonium klorida.
Endapan hidroksida pada golongan ini bermacam-macam. Kation golongan
IIIB diendapkan sebagai garam sulfidnya dengan mengalirkan gas H2S dalam
larutan analit yang suasananya basa (dengan larutan buffer NH4Cl dan
NH4OH).
4. Golongan IV : Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation
ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya
ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini
adalah Ba, Ca, Sr.
5. Golongan V : Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan
regensia-regensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang
terakhir. Kation golongan ini meliputi : Mg, K, NH4+. Untuk menentukan
adanya kation NH4+ harus diambil dari larutan analit mula-mula. Untuk
kotion-kation Ca2+, Ba2+, Sr2+, Na+, dan K+. Identifikasi dapat
dilakukan dengan uji nyala (Harjadi, 1990).
Pada analisis uji kualitatif sampel kosmetik kali ini memakai sampel
bedak MBK. Bedak MBK biasa digunakan oleh masyarakat untuk
mengurangi bau yang tidak sedap pada ketiak baik pria maupun wanita.
Bedak MBK mengandung tawas, talc, dan parfum.
Pada praktikum kali ini bedak MBK di uji dengan metode kualitatif
pengujian kation. Tujuannya untuk mengetahui logam atau kation-kation apa
saja yang terdapat didalam bedak MBK ini.
Bedak MBK yang mengandung tawas dan talc sebagai bahan
pengisinya seharusnya menunjukkan hasil positif kation Al3+ saat diuji
spesifik kation golongan III. Tetapi karena proses analisis tidak sempurna,
maka kation Al3+ tidak mengendap dalam proses analisis. Proses analisis
tidak sempurna ini bisa terjadi karena adanya beberapa kemungkinan yaitu:
alat atau bahan yang kurang memadai, terjadinya human error, dan lain
sebagainya.
4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis didapatkan hasil negatif pada seluruh pengujian identifikasi
kation. Bedak MBK yang mengandung tawas seharusnya menunjukkan hasil positif
pada pengujian kation Al3+. Tetapi karena proses penambahan pereaksi tidak
sempurna, jadi kation yang seharusnya mengendap tidak mengendap. Untuk
menganalisis lagi, sebaiknya proses analisis dilakukan dengan lebih baik dan teliti
sehingga kesalahan bisa diminimalisir.

4.2 Saran
Saran untuk praktikum ini adalah sebaiknya pereaksi yang ada harus
dimanfaatkan dengan baik. Jadi tidak harus dipreparasi dengan mendadak, dan
akhirnya hasil pengujian menjadi kurang optimal. Dan sebaiknya pula pengerjaan
praktikum ini harus dilakukan secara teliti agar hasilnya lebih baik dari yang telah
dikerjakan.
5. Daftar Pustaka

Day dan Underwood, A. L. 1986. Analisis Kimia Kantitatif. Erlangga: Jakarta.

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta.

Khopkar, S. M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UIP: Jakarta.

Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Mikro Bagian I. Jakarta:

PT. Kalma Media Pustaka.

Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Mikro Bagian II. Jakarta:

PT. Kalma Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai