Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK DASAR


PERCOBAAN KE IV
Kamis, 19 September 2013

Analisis Penentuan Kation Golongan II

Dina Agustina/120331420985

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2013

ANALISIS PENENTUAN KATION GOLONGAN II


DASAR TEORI
Analisa kualitatif adalah suatu cara yang dilakukan untuk menentukan
macam, jenis zat atau komponen-komponen bahan yang dianalisa. Dalam
melakukan analisa kualitatif yang dipergunakan adalah sifat-sifat zat atau bahan,
baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya. Tujuan analisis kualitatif adalah
untuk memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur. Yang kemudian
diperuntukkan untuk menganalisa komponen atau jenis zat yang ada dalam suatu
larutan. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan.
Menentukan adanya kation dan anion dalam suatu analit, baik yang terdiri
dari zat tunggal (satu kation dan satu anion) atau zat majemuk atau campuran
(lebih dari kation dan anion) memerlukan sistematika tertentu. Apabila analit
berupa larutan dapat langsung dianalisis, tetapi apabila berupa zat padat atau
campuran padat atau cair maka perlu dicari pelarut yang sesuai.
Analisis kualitatif kation secara sistematis telah berkembang cukup lama.
Penggolongan kation telah dilakukan oleh Karl Remegius Fresenius pada tahun
1897, yang dikenal dengan metoda H2S. Beberapa modifikasi telah dilakukan
untuk memudahkan pemisahan dan pengidentifikasian kation-kation dalam suatu
sampel.
Penggolongan dan pemisahan kation didasarkan pada kemampuan kation
membentuk suatu endapan (yang memenuhi nilai Ksp). Tahapan di dalam
penggolongan dan pemisahan kation adalah uji pendahuluan, pemisahan golongan,
pemisahan kation dalam satu golongan, dan uji identifikasi.
Tahap pertama yang dilakukan adalah uji pendahuluan yang meliputi
pemeriksaan fisik (organoleptis) dan uji kelarutan. Apabila sampel dalam bentuk
padatan, maka untuk memudahkan pemisahan dilakukan pelarutan sampel terlebih
dahulu. Tahap kedua adalah pemisahan kation ke dalam golongan, dengan
penambahan pereaksi pengendap yang selektif. Untuk memisahkan kation
golongan I dengan kation golongan lain ditambahkan HCl, akan dihasilkan
endapan.
Sedangkan kation-kation golongan II tidak bereaksi dengan HCl, tetapi
membentuk endapan dengan pereaksi H2S atau thioasetamida dalam suasana asammineral encer. Ion-ion dalam golongan ini adalah Pb 2+ (sisa/impurities), Hg2+, Cu2+,
Cd2+ dan Bi3+ yang termasuk golongan IIA. Sedangkan As3+/As5+, Sn2+/Sn4+ dan
Sb3+/Sb5+ termasuk golongan IIB.

Melalui perhitungan didapat bahwa konsentrasi ion S2- adalah 10-22. Dengan
demikian hanya kation yang harga Ksp-nya melampaui konsentrasi S 2- = 10-22
sajalah yang akan dapat mengendap sebagai garam sulfidanya. Misalnya: HgS
(gol.II) dengan Ksp = 10-50 akan mengendap sedangkan MnS (gol.III) dengan
Ksp = 10-15 tidak akan mengendap.
Kation-kation yang dapat diendapkan sebagai golongan II, terbagi dalam 2
sub golongan yaitu sub golongan IIA dan golongan IIB. Sub golongan IIA adalah
PbS (coklat), HgS (hitam), CuS (hitam), CdS (kuning) dan Bi2S3 atau BiOS2
(coklat), yang tidak larut dalam larutan (NH 4)2Sx atau polisulfida-kuning. Sub
golongan IIB adalah As2S3 (kuning), As2S5, SnS2 (kuning), Sb2S5 (hitam), Sb2S3
(orange). Endapan tersebut dapat 1arut dalam (NH4)2Sx sebagai kompleks
polisulfida yang stabil yaitu: [AsS2]-, [AsO2]-, [SbO2]-, [SnS3]2-, dan [Sn(OH)6]2-.
Tahapan pemisahan kation golongan II dari sampel adalah penambahan
pereaksi pengendap yang selektif yaitu H2S (atau Na2S dalam suasana asam).
Setelah endapan kation golongan II diperoleh, sebagai garam sulfida, golongan IIA
dan IIB dapat dipisahkan dengan 2 metode, yaitu dengan metode amonium
polisulfida dan metode kalium hidroksida. Pemisahan dengan metode amonium
polisulfida didasarkan pada prinsip (1) Garam sulfida kation golongan IIB larut
dalam amonium polisulfida membentuk garam tiosulfida, sedangkan garam sulfida
kation golongan IIA tidak larut; (2) Filtrat golongan IIB dapat diendapkan kembali
sebagai garam sulfidanya dengan pengasaman. Sedangkan pada metode kalium
hidroksida, pemisahan kation golongan II didasarkan pada prinsip (1) Garam
sulfida dari kation golongan IIB larut dalam KOH 2 M, sedangkan kation golongan
IIA tidak ;(2) Kation golongan IIB yang larut diendapkan kembali menjadi garam
sulfida dengan H2S dalam suasana asam. Setelah kation dalam satu golongan
terpisah, maka dapat dilakukan identifikasi pada setiap kation yang diduga ada
dalam sampel.
Pada pengendapan golongan I banyaknya HCl yang ditambahkan sangat
berpengaruh pada hasil pengujian kation golongan II dan III. Terlalu banyak HCl
dapat mencegah pengendapan CdS dan PbS. Terlalu sedikit HCl dapat
mengakibatkan sebagian kation golongan III mengendap pada golongan II. Untuk
menghindari hal ini maka pengendapan dilakukan dalam suasana pH 0,5.

TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat memisahkan
kation golongan II dari sampel dan mengidentifikasi kation-kation tersebut dengan
pereaksi spesifik.

ALAT DAN BAHAN


Alat :

Gelas kimia
Gelas ukur
Pengaduk gelas
Pemanas spirtus
Kaki tiga
Kassa
Corong gelas
Kertas saring
Cawan penguapan
Botol akuades
Penjepit tabung
Pipet tetes

Bahan:
Sampel
Larutan HCl 2 M
Aquades
Larutan Na2S
Larutan (NH4)2Sx
Larutan (NH4)2S
Larutan asam nitrat 6 M
Larutan H2SO4 0,2 M
Larutan amonia 6 M
Larutan amonia encer
Larutan NaOH
Larutan KI
Larutan K4[Fe(CN)6]

LANGKAH KERJA
Sampel sebanyak 10 mL diambil dengan menggunakan gelas ukur, dan
tempatkan dalam gelas kimia.

Sampel diuapkan terlebih dahulu hingga volume tinggal setengah dari


volume awal.
Selanjutnya sampel yang sudah diuapkan ditambahkan kembali akuades
hingga volume larutan kurang lebih 10 mL.
Ke dalam sampel ditambahkan HCl 2 M tetes demi tetes menggunakan pipet
tetes. Apabila terdapat endapan, harus dilakukan pemisahan berdasarkan
skema penggolongan kation I.
Apabila tidak terbentuk endapan, maka dilanjutkan ke dalam penggolongan
kation II, yaitu kedalam sampel ditambahkan larutan Na 2S dalam suasana
asam.
Penambahan larutan Na2S dilakukan terus menerus sampai tidak terbentuk
endapan lagi.
Endapan yang terbentuk disaring
Endapan yang diperoleh dicuci dengan 5 mL air
Endapan yang terbentuk diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan dengan larutan (NH4)2Sx secara berlebih.
Apabila endapan dapat larut, berarti terdapat kation golongan IIB, namun
jika endapan tidak larut maka dalam sampel tidak mengandung kation
golongan IIB atau hanya kation golongan IIA.

Uji kation golongan IIA


Analisis kation golongan IIA dilakukan dengan cara mencuci lagi endapan
dengan 1 mL amonium sulfida encer, dan 1 mL amonium nitrat 2 %. Air sisa
cucian dibuang.
Endapan dipindah ke dalam gelas kimia, kemudian ditambahkan 10-15 mL
HNO3 6 M, lalu dilakukan pemanasan selama 10 menit.
Ke dalam filtrat ditambahkan 1 mL H 2SO4 encer tetes demi tetes, endapan
putih yang timbul menunjukkan endapan PbSO 4. Apabila terbentuk endapan,
penambahan asam sulfat dapat dilanjutkan hingga endapan dari Pb terbentuk
semua.
Selanjutnya, dilakukan penyaringan untuk memisahkan endapan dengan
filtrat. Ke dalam filtrat kemudian ditambahkan larutan NH 4OH 6 M tetes
demi tetes, endapan putih yang timbul adalah endapan Bi(OH)3.
Untuk menguji adanya ion Cu digunakan pereaksi K4[Fe(CN) 6]. Adanya Cu
ditunjukkan dengan munculnya endapan coklat kemerahan.
Untuk menguji adanya kation Cd dilakukan dengan menambahkan larutan
KCN dan dialirkan H2S kedalam filtrat. Terbentuknya endapan kuning
menunjukkan filtrat positif mengandung kation Cd.

Uji Kation golongan IIB


Analisis kation golongan IIB dilakukan pada endapan yang larut dengan
amonium polisulfida berlebih. Ke dalam larutan ditambahkan dengan HCl
sampai tepat asam, kemudian dipanaskan perlahan.
Jika terjadi endapan kuning atau jingga kemungkinan terdapat garam sulfida
dari As, Sb, dan Sn.
Endapan yang terbentuk dicuci dengan akuades secukupnya, dilarutkan
dalam 10 mL HCl pekat, dan dididihkan sekitar 1 menit. Larutan kemudian
ditambah dengan 3 mL air dan 5 mL Na2S, endapan yang terbentuk adalah
endapan As2S3.
Endapan dipisahkan dengan filtrat. Filtrat mengandung Sb atau Sn.
Dilakukan uji identifikasi pada ion Sb atau Sn.

DATA DAN ANALISIS DATA PERCOBAAN


N
o
1

Perlakuan

Respon Sampel

Kesimpulan amatan

Uji kation golongan I


Penambahan larutan HCl
Sampel tidak
pada sampel (uji kation
Tidak terbentuk endapan mengandung kation
golongan I)
golongan I
Uji Kation golongan II
Awalnya terbentuk
endapan hitam. Setelah
Penambahan Na2S dalam dikocok larutan menjadi
suasana asam
kehijauan. Penambahan Sampel mengandung
(pembentukan sulfidaterus menerus, larutan
kation golongan II
sulfida kation golongan II) menjadi hitam, panas dan
mengeluarkan gas
berwarna kuning.
Pemisahan kation golongan IIA dan golongan IIB
Penambahan larutan
Sebagian larut, tetapi
Endapan
(NH4)2Sx untuk pemisahan
kebanyakan endapan
mengandung kation
kation golongan IIA dan
tidak larut terhadap
golongan IIA
IIB
(NH4)2Sx.
Uji kation golongan IIB
Penambahan HCl kedalam Tidak terbentuk endapan
Sampel tidak
endapan yang larut dalam
kuning
mengandung kation

amonium polisulfida dan


dipanaskan (uji kation
golongan IIB)
Uji kation golongan IIA
Penambahan 10-15 mL
HNO3 6 M dan
Semua endapan
dipanaskan selama 10
menghilang, larutan
menit ke dalam endapan
menjadi tak berwarna
yang tak larut pada
(NH4)2Sx

Penambahan 1 mL H2SO4
encer kedalam filtrat

Tidak terbentuk endapan

Penambahan NH4OH 6 M
tetes demi tetes ke dalam
filtrat

Tidak terbentuk endapan

Penambahan K4[Fe(CN)6]
ke dalam filtrat

Terbentuk endapan
berwarna merah namun
langsung menghilang

Penambahan KCN dan


dialirkan H2S

Tidak terbentuk endapan

golongan IIB

Sampel tidak
mengandung kation
Hg
Sampel tidak
mengandung kation
Pb
Sampel tidak
mengandung kation
Bi
Sampel mengandung
kation Cu namun
jumlah yang
terdeteksi sangat
kecil
Sampel tidak
mengandung kation
Cd

DISKUSI
Sebelum diuji ada tidaknya kation golongan II, sampel terlebih dahulu diuji
ada tidaknya kation golongan I dengan metode pemberian larutan HCl. Pada
sampel A tidak terbentuk endapan yang menunjukkan bahwa sampel A tidak
mengandung kation golongan I.
Pada saat penambahan larutan Na2S dalam suasana asam terbentuk endapanenndapan kation golongan II, sebab kation golongan II memiliki Ksp yang dapat
melampaui konsentrasi S2- = 10-22.
Secara teoritis apabila semua kation golongan II mengendap maka
persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
2Bi3+ + 3S2- Bi2S3
Cu2+ + S2- CuS
Cd2+ + S2- CdS
Pb2+ + S2- PbS

Hg2+ + S2- HgS


2Sb3+ + 3S2- Sb2S3 atau 2Sb5+ + 5S2- Sb2S5
2As3+ + 3S2- As2S3 atau 2As5+ + 5S2- As2S5
Sn2+ + S2- SnS atau Sn4+ + 2S2- SnS2
Dimana kation Bi, Cu, Cd, Pb dan Hg di golongkan lagi sebagai kation
golongan IIA sedangkan Sb(III dan V), As(III dan V) serta Sn(II dan IV)
digolongkan sebagai kation golongan IIB.
Pada praktikum kali ini, setelah penambahan larutan Na2S dalam suasana
asam kedalam sampel A, terbentuk endapan hitam yang menandakan sampel A
mengandung kation golongan II.
Untuk memisahkan sulfida kation golongan IIA dan sulfida kation golongan
IIB dilakukan dengan penambahan larutan amonium polisulfida kuning. Sulfidasulfida kation golongan IIA tak larut dalam amonium polisulfida kuning,
sedangkan sulfida-sulfida kation golongan IIB larut dalam amonium polisulfida
kuning karena membentuk garam-garam tio dengan persamaan reaksi :
As2S3 + 4S22- S32- + 2AsS43Sb2S3 + 4S22- S32- + 2SbS43Sb2S5 + 6S22- 3S32- + 2SbS43SnS + S22- SnS32SnS2 + 2S22- S32- + SnS32Pada percobaan ini, setelah endapan yang terbentuk diberikan larutan
amonium polisulfida kuning, sebagian sampel larut sedangkan kebanyakan
endapan tak larut dalam amonium polisulfida. Ini menunjukkan bahwa sampel
dominan mengandung kation golongan IIA.
Untuk membuktikan apakah terdapat kation golongan IIB, maka endapan
yang larut dalam amonium polisulfida diuji dengan cara ditambahkan asam HCl
dan dipanaskan. Secara teori apabila kembali terbentuk endapan, maka sampel
positif mengandung kation golongan IIB dengan persamaan reaksi sebagai
berikut :
2AsS43- + 6H+ As2S5 + 3H2S
2SbS43- + 6H+ Sb2S5 + 3H2S
SnS32- + 2H+ SnS2 + H2S
S22- + 2H+ S + H2S
Namun pada praktikum ini, setelah endapan yang larut dalam amonium
polisulfida diasamkan ternyata tidak terbentuk endapan kembali. Ini menunjukkan
bahwa sampel A tidak mengandung kation golongan IIB.

Untuk menganalisis kation golongan IIA, maka endapan yang tak larut
dalam amonium polisulfida diidentifikasi dengan uji spesifik masing-masing
kation golongan IIA.
Untuk mengidentifikasi kation Hg, dilakukan dengan cara penambahan
larutan HNO3 6 M yang kemudian dipanaskan. Sulfida Hg tak larut dalam HNO 3
sehingga dapat diidentifikasi dan dipisahkan dari garam-garam Pb, Bi, Cd dan Cu.
Adapun reaksi pelarutan sulfida-sulfida Pb, Bi, Cd dan Cu dalam HNO 3
adalah sebagai berikut :
3PbS + 8H+ + 2NO3- 3Pb2+ + 3S + 2NO + 4H2O
Bi2S3 + 8H+ + 2NO3- 2Bi3+ + 3S + 2NO + 4H2O
3CuS + 8H+ + 2NO3- 3Cu2+ + 3S + 2NO + 4H2O
3CdS + 8H+ + 2NO3- 3Cd2+ + 3S + 2NO + 4H2O
Pada sampel A, setelah penambahan larutan HNO 3 6 M kedalam endapan
yang tak larut dalam amonium polisulfida kuning dan dipanaskan, semua endapan
larut dan tak meninggalkan sisa endapan, yang menunjukkan bahwa sampel A tak
mengandung kation Hg.
Untuk mengidentifikasi kation Pb maka filtat hasil uji kation Hg diuji
dengan menambahkan larutan H2SO4 encer. Yang secara teori akan membentuk
endapan putih PbSO4 dengan persamaan reaksi :
Pb2+ + SO42- PbSO4
Sedangkan kation-kation Bi, Cd dan Cu tetap melarut. Pada praktikum ini,
tidak terbentuk endapan yang menunjukkan bahwa sampel A tak mengandung
kation Pb.
Untuk mengidentifikasi kation Bi, filtrat hasil uji kation Pb, ditambahkan
NH4OH 6 M tetes demi tetes. Yang secara teori akan membentuk endapan Bi(OH) 3.
Sedangkan kation Cd dan Cu membentuk kompleks tetraamina yang tetap larut
dengan persamaan reaksi :
Bi3+ + 3NH3 + 3H2O Bi(OH)3 + 3NH4+
Cu2+ + 4NH3 [Cu(NH3)4]2+
Cd2+ + 4NH3 [Cd(NH3)4]2+
Pada praktikum ini, tidak terbentuk endapan yang menunjukkan sampel A
tidak mengandung kation Bi.
Untuk menguji adanya kation Cu, filtrat hasil uji kation Bi ditambahkan
K4[Fe(CN)6] yang secara teori akan membentuk endapan Cu 2[Fe(CN)6] warna
coklat kemerahan dengan persamaan reaksi :
2Cu2+ + [Fe(CN)6]4- Cu2[Fe(CN)6]

Namun pada praktikum ini, endapan coklat kemerahan yang terbentuk dalam
jumlah yang sangat sedikit dan langsung menghilang. Ketidaksingkronan ini
mungkin disebabkan oleh :
1. Tidak direaksikan dengan asam asetat yang berfungsi untuk menguraikan
komplek [Cu(NH3)4]2+ menjadi Cu2+ sehingga endapan yang terbentuk
sangat sedikit dan mudah menghilang. Persamaan reaksinya adalah :
[Cu(NH3)4]2+ + 4CH3COOH Cu2+ + 4NH4+ + 4CH3COO2. Tidak dilakukannya penguapan secara maksimal pada sampel A sebelum
digunakan untuk analisis, sehingga masih tetinggal anion NO 3- (campuran
kation golongan II berasal dari larutan nitrat kation golongan II) sehingga
NO3- masih tertinggal dalam jumlah banyak pada sampel A yang
mengakibatkan deteksi kation Cu menjadi sulit dan bahkan hampir tak
terdeteksi.
Untuk menguji kation Cd, filtrat hasil uji kation Cu ditambahkan larutan KCN
yang kemudian dialirkan H2S kedalamnya. Secara teori akan terbentuk endapan
kuning dengan persamaan reaksi :
[Cd(NH3)4]2+ + 4CN- [Cd(CN)4]2- + 4NH3
[Cd(CN)4]2- + H2S + 2NH3 CdS + 2NH4+ + 4CNNamun pada praktikum ini, tidak terbentuk endapan yang menunjukkan bahwa
sampel A tidak mengandung kation Cd.
Berdasarkan teori seharusnya sampel A mengandung kation Bi dan kation Cu.
Namun pada praktikum ini, hanya Cu yang terdeteksi dan dalam jumlah yang
sangat kecil. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh tidak dilakukannya penguapan
secara maksimal pada sampel A sebelum digunakan untuk analisis, sehingga masih
tetinggal anion NO3- (campuran kation golongan II berasal dari larutan nitrat kation
golongan II) sehingga NO3- masih tertinggal dalam jumlah banyak pada sampel A
yang mengakibatkan deteksi kation Cu dan Bi menjadi sulit dan bahkan hampir tak
terdeteksi.

DAFTAR RUJUKAN
G. Svehla. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
(edisi ke V). Jakarta : PT. Kalman Media Pusaka
Ibnu, Drs. Sodiq. M.Si,dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang : Tim Penerbit
Universitas Negeri Malang

Neena Zakia,S.Si., M.Si, dkk. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Dasar.


Malang : Tim Penerbit Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai