Dina Agustina/120331420985
Melalui perhitungan didapat bahwa konsentrasi ion S2- adalah 10-22. Dengan
demikian hanya kation yang harga Ksp-nya melampaui konsentrasi S 2- = 10-22
sajalah yang akan dapat mengendap sebagai garam sulfidanya. Misalnya: HgS
(gol.II) dengan Ksp = 10-50 akan mengendap sedangkan MnS (gol.III) dengan
Ksp = 10-15 tidak akan mengendap.
Kation-kation yang dapat diendapkan sebagai golongan II, terbagi dalam 2
sub golongan yaitu sub golongan IIA dan golongan IIB. Sub golongan IIA adalah
PbS (coklat), HgS (hitam), CuS (hitam), CdS (kuning) dan Bi2S3 atau BiOS2
(coklat), yang tidak larut dalam larutan (NH 4)2Sx atau polisulfida-kuning. Sub
golongan IIB adalah As2S3 (kuning), As2S5, SnS2 (kuning), Sb2S5 (hitam), Sb2S3
(orange). Endapan tersebut dapat 1arut dalam (NH4)2Sx sebagai kompleks
polisulfida yang stabil yaitu: [AsS2]-, [AsO2]-, [SbO2]-, [SnS3]2-, dan [Sn(OH)6]2-.
Tahapan pemisahan kation golongan II dari sampel adalah penambahan
pereaksi pengendap yang selektif yaitu H2S (atau Na2S dalam suasana asam).
Setelah endapan kation golongan II diperoleh, sebagai garam sulfida, golongan IIA
dan IIB dapat dipisahkan dengan 2 metode, yaitu dengan metode amonium
polisulfida dan metode kalium hidroksida. Pemisahan dengan metode amonium
polisulfida didasarkan pada prinsip (1) Garam sulfida kation golongan IIB larut
dalam amonium polisulfida membentuk garam tiosulfida, sedangkan garam sulfida
kation golongan IIA tidak larut; (2) Filtrat golongan IIB dapat diendapkan kembali
sebagai garam sulfidanya dengan pengasaman. Sedangkan pada metode kalium
hidroksida, pemisahan kation golongan II didasarkan pada prinsip (1) Garam
sulfida dari kation golongan IIB larut dalam KOH 2 M, sedangkan kation golongan
IIA tidak ;(2) Kation golongan IIB yang larut diendapkan kembali menjadi garam
sulfida dengan H2S dalam suasana asam. Setelah kation dalam satu golongan
terpisah, maka dapat dilakukan identifikasi pada setiap kation yang diduga ada
dalam sampel.
Pada pengendapan golongan I banyaknya HCl yang ditambahkan sangat
berpengaruh pada hasil pengujian kation golongan II dan III. Terlalu banyak HCl
dapat mencegah pengendapan CdS dan PbS. Terlalu sedikit HCl dapat
mengakibatkan sebagian kation golongan III mengendap pada golongan II. Untuk
menghindari hal ini maka pengendapan dilakukan dalam suasana pH 0,5.
TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat memisahkan
kation golongan II dari sampel dan mengidentifikasi kation-kation tersebut dengan
pereaksi spesifik.
Gelas kimia
Gelas ukur
Pengaduk gelas
Pemanas spirtus
Kaki tiga
Kassa
Corong gelas
Kertas saring
Cawan penguapan
Botol akuades
Penjepit tabung
Pipet tetes
Bahan:
Sampel
Larutan HCl 2 M
Aquades
Larutan Na2S
Larutan (NH4)2Sx
Larutan (NH4)2S
Larutan asam nitrat 6 M
Larutan H2SO4 0,2 M
Larutan amonia 6 M
Larutan amonia encer
Larutan NaOH
Larutan KI
Larutan K4[Fe(CN)6]
LANGKAH KERJA
Sampel sebanyak 10 mL diambil dengan menggunakan gelas ukur, dan
tempatkan dalam gelas kimia.
Perlakuan
Respon Sampel
Kesimpulan amatan
Penambahan 1 mL H2SO4
encer kedalam filtrat
Penambahan NH4OH 6 M
tetes demi tetes ke dalam
filtrat
Penambahan K4[Fe(CN)6]
ke dalam filtrat
Terbentuk endapan
berwarna merah namun
langsung menghilang
golongan IIB
Sampel tidak
mengandung kation
Hg
Sampel tidak
mengandung kation
Pb
Sampel tidak
mengandung kation
Bi
Sampel mengandung
kation Cu namun
jumlah yang
terdeteksi sangat
kecil
Sampel tidak
mengandung kation
Cd
DISKUSI
Sebelum diuji ada tidaknya kation golongan II, sampel terlebih dahulu diuji
ada tidaknya kation golongan I dengan metode pemberian larutan HCl. Pada
sampel A tidak terbentuk endapan yang menunjukkan bahwa sampel A tidak
mengandung kation golongan I.
Pada saat penambahan larutan Na2S dalam suasana asam terbentuk endapanenndapan kation golongan II, sebab kation golongan II memiliki Ksp yang dapat
melampaui konsentrasi S2- = 10-22.
Secara teoritis apabila semua kation golongan II mengendap maka
persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
2Bi3+ + 3S2- Bi2S3
Cu2+ + S2- CuS
Cd2+ + S2- CdS
Pb2+ + S2- PbS
Untuk menganalisis kation golongan IIA, maka endapan yang tak larut
dalam amonium polisulfida diidentifikasi dengan uji spesifik masing-masing
kation golongan IIA.
Untuk mengidentifikasi kation Hg, dilakukan dengan cara penambahan
larutan HNO3 6 M yang kemudian dipanaskan. Sulfida Hg tak larut dalam HNO 3
sehingga dapat diidentifikasi dan dipisahkan dari garam-garam Pb, Bi, Cd dan Cu.
Adapun reaksi pelarutan sulfida-sulfida Pb, Bi, Cd dan Cu dalam HNO 3
adalah sebagai berikut :
3PbS + 8H+ + 2NO3- 3Pb2+ + 3S + 2NO + 4H2O
Bi2S3 + 8H+ + 2NO3- 2Bi3+ + 3S + 2NO + 4H2O
3CuS + 8H+ + 2NO3- 3Cu2+ + 3S + 2NO + 4H2O
3CdS + 8H+ + 2NO3- 3Cd2+ + 3S + 2NO + 4H2O
Pada sampel A, setelah penambahan larutan HNO 3 6 M kedalam endapan
yang tak larut dalam amonium polisulfida kuning dan dipanaskan, semua endapan
larut dan tak meninggalkan sisa endapan, yang menunjukkan bahwa sampel A tak
mengandung kation Hg.
Untuk mengidentifikasi kation Pb maka filtat hasil uji kation Hg diuji
dengan menambahkan larutan H2SO4 encer. Yang secara teori akan membentuk
endapan putih PbSO4 dengan persamaan reaksi :
Pb2+ + SO42- PbSO4
Sedangkan kation-kation Bi, Cd dan Cu tetap melarut. Pada praktikum ini,
tidak terbentuk endapan yang menunjukkan bahwa sampel A tak mengandung
kation Pb.
Untuk mengidentifikasi kation Bi, filtrat hasil uji kation Pb, ditambahkan
NH4OH 6 M tetes demi tetes. Yang secara teori akan membentuk endapan Bi(OH) 3.
Sedangkan kation Cd dan Cu membentuk kompleks tetraamina yang tetap larut
dengan persamaan reaksi :
Bi3+ + 3NH3 + 3H2O Bi(OH)3 + 3NH4+
Cu2+ + 4NH3 [Cu(NH3)4]2+
Cd2+ + 4NH3 [Cd(NH3)4]2+
Pada praktikum ini, tidak terbentuk endapan yang menunjukkan sampel A
tidak mengandung kation Bi.
Untuk menguji adanya kation Cu, filtrat hasil uji kation Bi ditambahkan
K4[Fe(CN)6] yang secara teori akan membentuk endapan Cu 2[Fe(CN)6] warna
coklat kemerahan dengan persamaan reaksi :
2Cu2+ + [Fe(CN)6]4- Cu2[Fe(CN)6]
Namun pada praktikum ini, endapan coklat kemerahan yang terbentuk dalam
jumlah yang sangat sedikit dan langsung menghilang. Ketidaksingkronan ini
mungkin disebabkan oleh :
1. Tidak direaksikan dengan asam asetat yang berfungsi untuk menguraikan
komplek [Cu(NH3)4]2+ menjadi Cu2+ sehingga endapan yang terbentuk
sangat sedikit dan mudah menghilang. Persamaan reaksinya adalah :
[Cu(NH3)4]2+ + 4CH3COOH Cu2+ + 4NH4+ + 4CH3COO2. Tidak dilakukannya penguapan secara maksimal pada sampel A sebelum
digunakan untuk analisis, sehingga masih tetinggal anion NO 3- (campuran
kation golongan II berasal dari larutan nitrat kation golongan II) sehingga
NO3- masih tertinggal dalam jumlah banyak pada sampel A yang
mengakibatkan deteksi kation Cu menjadi sulit dan bahkan hampir tak
terdeteksi.
Untuk menguji kation Cd, filtrat hasil uji kation Cu ditambahkan larutan KCN
yang kemudian dialirkan H2S kedalamnya. Secara teori akan terbentuk endapan
kuning dengan persamaan reaksi :
[Cd(NH3)4]2+ + 4CN- [Cd(CN)4]2- + 4NH3
[Cd(CN)4]2- + H2S + 2NH3 CdS + 2NH4+ + 4CNNamun pada praktikum ini, tidak terbentuk endapan yang menunjukkan bahwa
sampel A tidak mengandung kation Cd.
Berdasarkan teori seharusnya sampel A mengandung kation Bi dan kation Cu.
Namun pada praktikum ini, hanya Cu yang terdeteksi dan dalam jumlah yang
sangat kecil. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh tidak dilakukannya penguapan
secara maksimal pada sampel A sebelum digunakan untuk analisis, sehingga masih
tetinggal anion NO3- (campuran kation golongan II berasal dari larutan nitrat kation
golongan II) sehingga NO3- masih tertinggal dalam jumlah banyak pada sampel A
yang mengakibatkan deteksi kation Cu dan Bi menjadi sulit dan bahkan hampir tak
terdeteksi.
DAFTAR RUJUKAN
G. Svehla. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
(edisi ke V). Jakarta : PT. Kalman Media Pusaka
Ibnu, Drs. Sodiq. M.Si,dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang : Tim Penerbit
Universitas Negeri Malang