Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Bahasa indonesia
Tentang
“ diksi atau pilihan kata “

Dosen Pengampuh : Miftahul Ilmi, M.Pd

DISUSUN OLEH :

FIKRI HARDIAN PUTRA (2010091510764)

M. ISTIQLAL (2010091510773)

HUSNI ABDILLAH (2010091510763)

Program Studi AKUNTANSI S1

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BANGKINANG

Jl. Dr. Rahman Saleh Bangkinang

TP. 2022/2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa , yang telah memberikan rahmat dan

karunianya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik ,

sholawat serta salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad saw . beserta keluarganya ,

sahabatnya dan kita sebagai umatnya diakhir zaman .

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia kepada

ibukselaku dosen kami .Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini, tentu masih banyak

kelemahan dan kekurangan . oleh karena itu , segala kritik dan saran akan kami terima dan

hargai demi perbaikan dan pembenahan makalah kami ini masa mendatang .

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan dorongan dan bantuan dalam penyusun makalah ini dan penulis berharap

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak .

BAB I

PENDAHULUAN

2
A. Latar belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, dapat diakui kecendrungan orang semakin mengesampingkan


pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata. Oleh sebab itu,
pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sehingga ketika kita
berbahasa, lisan maupun tulisan, tidak mengalami kesalahan dalam penggunaan kata.

Agar terciptanya suatu komunikasi efektif dan efisien, pemahaman yang baik dalam
penggunaan diksi sangatlah penting, agar terhindar dari kesalahan. Diksi pilihan kata dalam
praktek berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa
atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan tepat pada imajinasi pembaca dan
pendengarnya.

Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam
berkomunikasi. Dalam bahasa tulis diksi dapat mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak
dengan kata-kata yang kita pilih.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian diksi ?

2. Apa saja syarat-syarat ketepatan diksi ?

3. Menjelaskan apa makna kata konotatif dan denotatif ?

4. Pengelompokan kata umum dan kata khusus ?

5. Kata konkret dan abstrak ?

6. Pembentukan kata ?

7. Kesalahan, pembentukan dan pemilihan kata ?

8. Ungkapan atau ideomatik ?

C. Tujuan penulisan

BAB II

PEMBAHASAN

3
A. Pengertian diksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diksi adalah pilihan kata yang tepat serta
selaras dalam penggunaannya. Diksi digunakan oleh penulis untuk mengungkapkan suatu
gagasan sehingga mendapatkan efek tertentu, sesuai yang diharapkan oleh penulis.

Dari pengertian diksi menurut KBBI tersebut, dapat dipahami bahwa diksi adalah pemilihan
kata yang sesuai dan dipakai untuk memilih kata sehingga dapat mengungkapkan gagasan
tertentu.

Dalam puisi, diksi digunakan oleh penyair untuk memperoleh makna tertentu. Sehingga, diksi
tidak hanya pilihan kata saja akan tetapi juga digunakan untuk menggambarkan suatu cerita
dan bahkan memberi makna. Diksi juga meliputi ungkapan dan gaya bahasa. Untuk mencapai
tujuan dari penggunaan diksi, maka penulis harus mampu memilih diksi yang tepat dan
lazim. Diksi yang tidak tepat dapat menyebabkan perbedaan pesan dan makna dalam tulisan.

Dalam karya tulis, diksi termasuk dalam pembahasan aspek kata dalam sajak yang meliputi
konotasi, denotasi, semantik, morfologi dan etimologi. Penerapan diksi yang paling dasar
merupakan pengungkapan gagasan penulis. Selain itu, penggunaan diksi yang tepat juga
dapat diterapkan ketika berbicara di depan publik serta berbagai macam karya tulis.

Ketepatan diksi dapat dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang berkaitan dengan
kemampuan untuk menguasai, memahami, mengetahui dan menggunakan sejumlah kosa
kata.

Pengertian diksi Menurut Pendapat beberapa Ahli

1. Gorys Keraf

Keraf berpendapat bahwa diksi terbagi menjadi dua yaitu pilihan kata atau tentang pengertian
kata yang digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan, pengungkapan yang tepat serta
gaya penyampaian yang lebih baik dan sesuai dengan situasi. Kedua, Keraf mendefinisikan
diksi sebagai sebuah kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa makna dari
gagasan yang disampaikan.

2. Susilo Mansurudin

Diksi adalah pilihan kata. Menurut Susilo Mansurudin pemakaian atau pemilihan diksi yang
benar, tepat serta cermat dapat membantu penulis dalam memberi nilai pada suatu kata.

4
Pilihan diksi yang seusia dengan kata lain, akan mencegah terjadinya kesalahan penafsiran
atau penafsiran yang berbeda dari penulis ke pembaca.

3. Widyamartaya

Widyamartaya mendefinisikan diksi sebagai kemampuan seseorang untuk membedakan suatu


nuansa makna dengan tepat sesuai dengan gagasan yang disampaikan. Kemampuan
seseorang dalam membedakan makna tersebut, sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki oleh kelompok masyarakat dan pendengar maupun pembacanya.

Apabila ditarik kesimpulan, dapat diartikan diksi adalah pilihan kata yang dapat menentukan
gaya bahasa untuk mengungkapkan isi pikiran, gagasan penulis agar tidak terjadi kesalahan
penafsiran dalam tulisan.

B. Ciri-Ciri dan Syarat Ketepatan Diksi

1. Ciri-Ciri Diksi

a. Sesuai konteks kalimat yang akan diungkapkan sehingga nyaman saat dibaca
sekaligus mudah dipahami.
b. Diksi tersebut mampu membedakan suasana, makna, dan bentuk kalimat sehingga
selaras dengan nilai rasa dari pembacanya.
c. Menggunakan kosakata yang dipahami oleh masyarakat.
d. Diksi tersebut menyatu dengan kata yang lain hingga melahirkan sebuah makna yang
tepat.

2. Syarat Ketepatan Diksi

a. Penggunaan kata konotasi dan denotasi secara cermat.


b. Penggunaan kata sinonim atau hampir sama maknanya secara cermat.
c. Dapat membedakan kata-kata yang memiliki ejaan yang mirip.
d. Penggunaan kata kerja pada kata depan harus secara idiomatis.
e. Harus dapat membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan atau pidato agar
ketepatan diksi terjamin.
f. Memperhatikan pemilihan kata yang tepat secara berkelanjutan dalam suatu tulisan
maupun pidato.

5
Pemilihan kata menjadi poin penting dalam penyusunan kalimat yang efektif. Ada lima syarat
dalam memilih kata, yaitu:

1) kebenaran,

2) kecermatan,

3) ketepatan,

4) kelaziman,

5) keserasian.

1). Syarat kebenaran, kata yang benar adalah kata yang mengikuti kaidah tata bahasa
(morfologi dan sintaksis).

Contoh:

Bu Candrika sudah mengetahui tentang berita itu.

Bu Candrika sudah tahu tentang berita itu.

Manakah kata yang tidak benar dari kedua kalimat di atas? Jawabannya, pada pemilihan kata
“tentang”. Kata “mengetahui” tergolong verba transitif yang dapat diikuti secara langsung
oleh objek (berita itu). Jadi, kata “tentang” sebagai preposisi tidak perlu dipakai. Sementara
itu, verba intransitif “tahu” tidak dapat diikuti oleh pelengkap (berita itu) secara langsung,
karena itu, wajib diikuti preposisi “tentang”.

Kalimat revisi:

Bu Candrika sudah mengetahui berita itu. (tanpa tentang)

Bu Candrika sudah tahu tentang berita itu. (dengan tentang)

2). Syarat kecermatan, kata cermat adalah kata yang dalam konteks tertentu tidak
lebih/tidak kurang, tidak rancu, dan bersifat idiomatis.

Contoh berikut tentang penggunaan kata sebagaimana dan bahwa pada kalimat berikut.

Sebagaimana kita ketahui bahwa bahasa merupakan alat berkomunikasi yang paling penting
bagi manusia.

6
Sudah tepatkah kata bahwa dalam kalimat tersebut? Coba kita pahami melalui dua kalimat
berikut ini.

Sebagaimana kita ketahui, bahasa merupakan alat berkomunikasi yang paling penting bagi
manusia. (tanpa bahwa)

Kita ketahui bahwa bahasa merupakan alat berkomunikasi yang paling penting bagi manusia.
(tanpa kata sebagaimana)

Artinya, cukup pilih salah satu saja sebagaimana atau bahwa. Dalam konteks kalimat
tersebut, ada penggunaan kata yang berlebih.

3). Syarat ketepatan, kata yang tepat dikenali berdasarkan distribusi atau kolokasinya
dengan kata di kiri dan kanannya. Coba cermati contoh berikut.

Pak Karto datang (di/ke/dari) kota Surabaya. Manakah penggunaan preposisi di, ke, dan dari
pada kalimat tersebut? Penjelasannya sebagai berikut.

Penggunaan preposisi di, ke, dan dari bergantung pada aspek verba yang diterangkannya. Jika
verba itu beraspek ‘diam/berhenti’, misalnya tiba, tinggal, dan singgah tepatnya digunakan
preposisi, di; jika beraspek ‘gerak/bergerak’ menuju ke suatu tempat, misalnya pergi,
berangkat, dan maju tepatnya digunakan preposisi, ke; dan jika beraspek ‘gerak/bergerak‘
menyatakan asal kedatangan, misalnya datang, keluar, pulang, dan jatuh tepatnya digunakan
preposisi dari.

4). Syarat kelaziman, kata lazim adalah kata yang penggunaannya sudah diterima oleh
umum. Misalnya penggunaan kata bersinonim.

Contohnya penggunaan kata sekarang dan kini. Apakah kedua kata ini dapat digunakan
dalam konteks yang sama?

Kita berangkat sekarang atau besok? – Sekarang saja!

Kita berangkat kini atau besok? (x) – Kini saja! (x)

Kata kini tidak digunakan berdiri sendiri; juga tidak digunakan sebagai atribut untuk
menerangkat nomina dan verba pada kalimat di atas.

5). Syarat keserasian, kata serasi adalah kata yang memiliki hubungan secara semantik
dengan kata lainnya dalam konteks tertentu. Salah satu contoh, preposisi sejak, dari, dan

7
mulai sering digunakan secara sekaligus sehingga terjadi preposisi rancu sejak dari, mulai
dari, dan mulai sejak, seperti pada contoh kalimat berikut ini.

Sejak dari kecil Santi suka menari. (x)

Sejak kecil Santi suka menari.

Kalimat yang disusun secara asal dan tidak memperhatikan kebenaran kaidah bahasa, akan
menyebabkan banyak kekurangan dalam kalimat tersebut. Dengan memperhatikan syarat-
syarat pemilihan kata, kalimat yang kita susun akan menjadi efektif. Mulailah memperhatikan
kebenaran kaidah tata bahasa, kecermatan, ketepatan, kelaziman, dan keserasian dalam
memilih kata. Supaya, kalimat yang disusun menjadi enak dibaca dan tidak salah diartikan
oleh pembaca.

C. Makna konotatif dan denotatif

Makna konotatif dan denotatif merupakan istilah yang biasa digunakan dalam ilmu bahasa.
Makna denotatif sangat mudah ditemukan pada sebuah tulisan, karena merupakan kata yang
sebanarnya tertulis pada kalimat. Sementara itu, makna konotatif digunakan untuk
memperindah suatu kalimat ungkapan pada sebuah kata.

Konotasi adalah sebuah kata yang mengandung makna kias atau bukan kata sebenarnya,
sedangkan denotasi merupakan sebuah kata yang memiliki arti yang sebenarnya dan apa
adanya seperti yang sehari-hari kita gunakan.

Makna konotatif dipengaruhi oleh nilai dan norma yang dipegang oleh masyarakat. Hal ini
mengakibatkan adanya perbedaan fungsi sosial kata dengan makna yang hampir sama, karena
berkaitan dengan nilai rasa. Makna konotatif ini biasanya ditemukan pada karya sastra seperti
pantun, puisi, cerpen, dan lain-lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna konotatif adalah (tentang kata)
mempunyai makna tautan atau mengandung konotasi. Sementara konotasi adalah tautan
pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata.
Makna konotasi juga diartikan sebagai makna yang ditambahkan pada makna denotasi.

Sementara itu, makna denotatif dalam KBBI adalah berkaitan dengan dentoasi. Denotasi
adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada
sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif.

8
Makna konotatif adalah makna kias atau bukan kata sebenarrnya dan berkaitan dengan nilai
rasa. Makna konotatif dipengaruhi oleh nilai dan norma yang dipegang oleh masyarakat
tertentu, yang juga membuat adanya perbedaan fungsi sosial kata dengan makna yang hampir
sama. Meskipun demikian, makna kata juga akan berubah seiring dengan perubahan nilai dan
norma yang terjadi di masyarakat.

Keberadaan denotasi berkaitan dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Menurut penjelasan


dari para ahli, denotasi adalah makna dengan pengertian objektif dan apa adanya. Maksud
dari apa adanya adalah tidak disertai dengan perasaan dan pemikiran tanpa menimbulkan
nilai rasa tertentu. Secara sederhana, denotasi atau denotatif adalah makna yang bersifat
umum.

Perbedaan Makna Konotatif dan Denotatif

Makna konotatif tidak murni dan memiliki tautan pemikiran serta perasaan yang sifatnya
pribadi. Hal ini berbanding terbalik dengan makna denotatif, yang objektif tanpa embel-
embel perasaan tertentu dan murni.

Berdasarkan pernyataan dari Kridalaksana dalam Suwandi (2008: 82) bahwa makna konotasi
adalah aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran
yang timbul atau ditimbulkan oleh pembicaraan (penulis) dan pendengar (pembaca).

Sementara penguatnya, yakni menurut pendapat dari Chaer (2009: 65) bahwa perbedaan
makna denotatif dan konotatif didasarkan pada ada atau tidak adanya “nilai rasa” pada sebuah
kata. Perbandingan sederhana yang bisa dijadikan kesimpulan, denotatif bersifat umum,
sementara konotatif bersifat khusus.

Ciri-ciri makna konotatif

Adapun ciri-ciri makna konotatif adalah:

- Makna konotatif terjadi apabila kata itu mempunyai nilai rasa, baik positif atau negatif. Jika
tidak bernilai rasa dapat juga disebut berkonotasi netral.

- Makna konotatif sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat yang satu
dengan kelompok masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma yang ada pada
masyarakat tersebut.

- Makna konotasi juga dapat berubah dari waktu ke waktu.

9
Ciri-ciri makna denotatif

Adapun ciri-ciri makna denotatif adalah:

- Makna denotatif memiliki nama lain yaitu makna lugas, karena sifatnya yang lugas atau
literal.

- Makna denotatif biasanya merupakan hasil observasi dari panca indra yaitu penglihatan,
penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman fisik lainnya.

D. Kata umum dan kata khusus

kata umum bersifat tidak spesifik dan memiliki makna luas. Sedangkan kata khusus bersifat
spesifik dan mengandung makna yang sesuai. Penggunaan kata khusus ditujukan agar
pembaca atau pendengar lebih mudah memahami konteks kata atau peristiwa yang sedang
dibahas. Sedangkan kata umum membuat pembaca atau pendengar memilliki intepretasi
makna ganda atau yang berbeda.

Kata umum: buah

Kata khusus: pisang, anggur, belimbing, markisa, dan semangka

Kata umum: warna

Kata khusus: hijau, biru, cokelat, merah, hitam, dan kuning

Kata umum: burung

Kata khusus: cenderawasih, elang, walet, kolibri, dan merpati

Kata umum: pakaian

Kata khusus: kemeja, kaus, celana panjang, gaun

Kata umum: sayur

Kata khusus: brokoli, sawi, kale, bayam, pare

E. Kata Konkret dan Kata Abstrak

kata konkret adalah kata-kata yang memiliki makna atau acuan yang bisa dirasakan, didengar,
dilihat, atau dicium oleh para indera. Misalnya, kalian bisa mengukur bahwa kata "besi" itu

10
keras. Selain itu, berdasarkan arti dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konkret
adalah nyata, benar-benar ada, berwujud, dapat dilihat, diraba dan sebagainya. Artinya, kalian
bisa mengatakan bahwa suatu kata merupakan contoh kata konkret jika kalian bisa
mengukurnya dan merasakannya secara fisik dan nyata.

Sementara itu, pengertian kata abstrak adalah kebalikan dari kata konkret. Berdasarkan
KBBI, abstrak adalah tidak berwujud dan tidak berbentuk. Jika kalian mendengar kata
tertentu yang sebenarnya sudah familier, tapi tak bisa menemukan wujud dan bentuknya, itu
merupakan contoh kata abstrak.

Meski sekilas terkesan tak jelas karena tak bisa diukur maknanya, kata abstrak tetap saja
dibutuhkan oleh manusia dalam menuangkan pikiran. Kata abstrak memungkinkan punya
banyak arti, bisa diolah hingga melahirkan nilai rasa pada puisi, lagu, dan lain sebagainya.
Contoh kata abstrak misalnya, "cinta", jelas cinta tak bisa kalian ukur dengan jelas.

Contoh Kata Konkret dan Kata Abstrak

1. Kata Konkret

a. Sepeda Motor
b. Pesawat Terbang
c. Lemari
d. Baju
e. Makanan
f. Lampu
g. Gitar
a) Uang
2. Contoh Kata Abstrak

a. Indah
b. Cinta
c. Bebas
d. Cantik
e. Bagus
f. Semangat

11
g. Sedih
h. Bahagia
3. Contoh Kata Konkret dalam Kalimat

a) Tembok kamarku baru dicat warna putih.

b) Ibu membelikan baju untuk kupakai ke pesta.

c) Aku minum susu setiap malam sebelum tidur.

4. Contoh Kata Abstrak dalam Kalimat

a. Cinta ini tulus untukmu, mohon terimalah!

b. Aku mendapat ilmu yang bermanfaat dari perkuliahan ini.

c. Kusampaikan duka mendalam untuk kepergian kakekmu.

d. Matahari terbenam itu terlihat sangat indah.

e. Segala kebaikanmu tidak akan aku lupakan.

F. Pembentukan Kata

Terdapat dua cara dalam pembentukan kata, yaitu dari luar dan dari dalam
bahasa Indonesia. Pembentukan dari dalam yaitu terbentuknya kata baru
dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar melalui proses serapan.

G. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata

Pada bagian berikut akan diperhatikan kesalahan kasalahan penbentukan kata, baik
dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis.

1. Penganggalan Awalan Me-

Penganggalan pada judul cerita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks
beritanya awalan me- harus eksplisit. Dibawah ini diperhatikan bentuk yang salah dan bentuk
yang benar.

Contoh:

a. Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Colombia (salah)

12
b. Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Colombia (benar)

2 .Penagnggalan Awalan Ber-

Kata-kata yang berawalan Ber- sering mengandalkan awalan Ber. Padahal awalan Ber harus
dieksplisitkan secara jelas. Berikut ini contoh salah dan benar dalam pemakaian.

Contoh:

a. Sampai jumpa lagi (salah)

b. Sampai berjumpa lagi (benar)

3. Peluluhan Bunyi /c/

Kata dasar yang diawali bunyi c sering menjadi luluh apabila mendapat awalan me.
Padahal tidak seperti itu.

Contoh:

a. Ali sedang menyuci mobil (salah)

b. Ali sedang mencuci mobil (benar)

4.Penyengauan Kata Dasar

Ada gejala penyengauan bunyi awal kata dasar, penggunaan kata dasar ini sebenarnya adalah
ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya pencampuran antara ragam lisan dan
ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian.

Contoh:

Nyopet, mandang, nulis, dan nambrak. Dalam bahasa Indonesia kita harus menggunakan
kata-kata mencopet,memandang, menulis, dan menembrak.

5.Bunyi /s/, /k/, p/, dan /t/ yang Tidak Luluh

Kata dasar yang bunyi awalnya s, k, p, atau t sering tidak luluh jika mendapat awalan me atau
pe. Padahal menurut kaidah buku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau.

Contoh:

a. Semua warga neraga harus mentaati peraturan yang berlaku (salah)

13
b. Semua warga neraga harus menaati peraturan yang berlaku (benar)

6.Awalan Ke- yang Kelirugunaan

Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter sering diberi awalan ke.
Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan yang tepat.

Contoh:

a. Pengendara mator itu meninggal karena ketambrak oleh kereta api (salah)

b. pengendara motor itu meninggal karena tertambrak oleh kereta api (benar)

Perlu diketahui bahwa awalan ke hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain di depan
kata bilangan, awalan ke tidak dapat dipakai kecuali pada kata kekasih, kehendak, dan ketua.

7.Pemakaian Akhiran –ir

Pemakaian kata akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari.
Padahal, dalam bahasa Indonesia baku untuk akhiran –ir adalah asi atau isasi.

Contoh:

a. Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu (salah)

b. Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu (benar)

8.Padanan yang Tidak Serasi

Terjadi ketika pemakaian bahasa yang kurang cermat memilih padanan yang serasi, yang
muncul dalam kehitupan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau yang tidak
serasi. Hal itu, terjadi karena dua kaidah yang berselang, atau yang bergabung dalam sebuah
kalimat.

Contoh:

a. karena modal dibank dibank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah
memperoleh kredit. (salah)

b. karena modal dibank terbatas, tidak semua pengusah lemah memperoleh kredit
(benar)

14
c. modal dibank terbatas sehingga, tidak semua pengusah lemah memperoleh kredit
(benar)

Bentuk-bentuk diatas adalah bentuk yang menggabungkan kata karena dan sehingga, kata
apabila dan maka, dan kata walaupun dan tetapi.

9.Pemakaia Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap

Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian kata di, ke, dari, bagi, dan daripada sering
dipertukarkan.

Contoh:

a. putusan dari pada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah)

b. putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar)

10.Pemakaian Akronim (singkatan)

Yang dimaksud kata singkatan adalah PLO, UI, dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud
dengan bentuk singkat ialah lab (laboratorium), memo (memeorandum) dan lain-lain.
Pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia kadang-kadang tidak teratur.

11.Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemungkinan

Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusan bersaing
pemakaiannya dengan kata purusan; kata pemukiman bersaing dengan kata permukiman; kata
penalaran bersaing dengan kata pernalaran.

Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan
konsisten. Kalau kita perhaikan dengan saksama, bentukan kata itu memiliki hubungan antara
yang satu dengan yang lain.

Contoh:

a. Tulis, menulis, penulis, penulisan, tulisan.

b. Pilih, memilih, pemilih, pemilihan, pilihan

Ada lagi pembentukan kata yang mengikuti pola berikut

Contoh:

15
a. Tani, bertani, petani, pertanian

b. Mukim, bermukim, pemukim, permukiman

Penggunaan Kata yang Hemat

Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang hemat kata,
tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi sehari-hari sering kita jumpai pemakaian kata yang
tidak hemat (boros)

Contoh:

Boros hemat

Sejak sejak atau dari

Agar supaya agar atau supaya

Mempunyai pendirian berpendirian

Perbandingan kata yang hemat dan kata boros

.a) Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlakukan tenaga
dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar (boros, salah)

b) Apabila suatu reservoir masihmempunyai cadangan minyak, diperlukan tenga dorong


buatan untuk memproduksi munyak lebih besar. (salah)

c) Untuk mengksplorasi dan mengeksploitas munyak dan gas bumi di mana sebagai sumber
devisa negaa diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan.
(benar)

12.Analogi

Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkorelasi dengan kata bertinju
berarti ‘orang yang (biasa) bertinju’, bukan ‘orang yang (biasa ) meninju’.

Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti pesilat,
petenis, pesenam dan lain-lain. Jika dilakukan demikian, akan teecipta bentukan seperti
berikut ini

Petinju ‘orang yang bertinju’

16
Pesilat ‘orang yang bersilat’

Petenis ‘orang yang bertenis’

Pesenam ‘orang yang bersenam’

13.Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia

Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah menggunakan bentuk jamak bahasa
Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa
Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan seperti

1) Kuda-kuda

2) Meja-meja

3) Buku-buku

b. Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan seperti

1) Beberapa meja

2) Sekalian tamu

H. Ungkapan atau IDIOMATIK

Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada sebuah bahasa yang salah satu
unsurnya tak bisa dihilangkan alias diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang
memiliki sifat idiom yang tak terkena kaidah ekonomi bahasa.

Ungkapan yang bersifat idiomatik terdiri atas dua alias tiga kata yang bisa memperkuat diksi
di dalam tulisan.

Contoh Pemakaian Ungkapan Idiomatik

· Menteri dalam negeri berjumpa Gubernur Ahok. (salah)

· Menteri dalam negeri berjumpa dengan Gubernur Ahok. (benar)

17
Pengertian dan Contoh Ungkapan Idiomatik

Jadi, yang benar adalah berjumpa dengan.

Contoh :

Sehubungan dengan

Berhubungan dengan

Sesuai dengan

Bercocokan dengan

Sejalan dengan

Ungkapan idiomatik lain yang butuh diperhatikan ialah

Ket : B(Benar), S(Salah)

Terdiri (B)

Terdiri atas/dari (S)

Terjadi atas (B)

Terjadi dari (S)

Dikarenakan sebab (B)

Dikarenakan oleh (S)

Menuturkan mengenai (B)

Berbicara mengenai (S)

18
Tergantung kepada (B)

Bergantung pada (S)

Baik…ataupun (B)

Baik…maupun (S)

Antara…dengan (B)

Antara…dan (S)

Tidak…melainkan (B)

Tidak…tetapi (S)

Menemui kesalah (B)

Menemukan kesalahan (S)

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapatkan pengetahuan yang sangat berharga
mengenai diksi (pilihan kata). Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada pembaca untuk
memahami dengan baik pengolahan kata dalam sebuah kalimat .

DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai