Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DIKSI (PILIHAN KATA)

Disusun Untuk Mememuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah: Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:

Saca Suhendi, H., Dr .M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 4:

Salsabila Mutiara 1232020139

Irma Rahmawati 1232020123

Nasyri Azhari 1232020151

Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

2023-2024
BAB I

PEMBUKAAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional
peserta didik serta menunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.Penggunaan
diksi yang baik adalah yang sesuai dengan konteksnya. Ketepatan menggunakan diksi
berpengaruh terhadap pesan yang disampaikan oleh penulis.

Diksi merupakan pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan suatu maksud
tertentu. Pemilihan kata yang tepat ini bertujuan agar suatu maksud bisa tersampaikan
dengan baik dan benar sehingga tidak terjadi salah paham diantara beberapa pihak yang
nantinya akan terlibat. Pemilihan diksi merupakan suatu hal yang penting karena jika
suatu maksud tidak bisa dipahami oleh salah satu pihak, dan itu juga akan
menimbulkan perpecahan. Oleh karena itu pembahasan ini sangat penting untuk kita
agar bisa menyampaikan suatu maksud tertentu tanpa adanya kesalahan dan tentunya
dipahami oleh semua pihak yang terlibat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan diksi?
2. Apa fungsi diksi?
3. Apa saja syarat – syarat ketepatan pilihan kata?
4. Apa saja kesesuaian pemilihan kata?
5. Apa saja jenis makna dalam diksi?
6. Bagaimana bentuk penggunaan konjungsi?

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyampaikan suatu
maksud terteentu agar suatu maksud bisa tersampaikan dengan baik dan benar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi

Diksi adalah pilihan kata. Pilihan kata merupakan kegiatan untuk memilih kata
secara tepat dan sesuai dalam mengungkapkan maksud dan tujuan kepada penyimak
atau pembaca baik secara lisan maupun tulisan. Ketepatan dan kesesuaian sangat
penting dalam rangka mengekspersikan maksud dan tujuan. (Ahmad Razzan F, 2020)

Dalam KBBI (kamus Besar Bahasa Indonesia) diksi adalah pilihan kata yang
tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan ide atau gagasan
sehingga diperoleh efek-efek tertentu seperti yang diharapkan. Diksi juga termasuk
sebuah bentuk gaya bahasa dalam sebuah karangan atau percakapan. Dengan gaya
bahasa dengan diksi yang teoat akan menjadikan karya tulis kamu menjadi karya yang
indah dan memiliki makna yang sesuai dengan apa yang ingin kamu sampaikan. Diksi
menjadi sebuah pemilihan kata untuk karya sastra, : 28).

Keraf (Keraf, Gorys, 2010)berpendapat bahwa ada beberapa pengertian


mengenai diksi. Pertama, diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai
untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata
mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata kata yang tepat digunakan dalam situasi. Kedua, pilihan kata atau
diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat makna dari gagasan yang ingin
disampaikan.Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh
penguasaan sejumlah kosakata atau perbendaharaan kata. Pembendaharaan kata atau
kosakata suatu bahasa yang dimaksud disini adalah keseluruan kata yang dimiliki oleh
sebuah bahasa.

Jadi, yang dimaksud dengan diksi atau pilihan kata adalah tindakan memilih
kata yang tepat yang digunakan oleh penulis untuk menyatakan sesuatu. Sebagai
contoh, perhatikan beberapa ungkapan berikut. 1) Diam! 2) Tutup mulutmu! 3) Jangan
berisik! 4) Saya harap Anda tenang. 5) Dapatkah Anda tenang sebentar? Ungkapan-
ungkapan tersebut pada dasarnya mengandung informasi yang sama, tetapi dinyatakan
dengan pilihan kata yang berbeda-beda. Perbedaan pilihan kata itu dapat menimbulkan
kesan dan efek komunikasi yang berbeda pula. Kesan dan efek itulah yang perlu dijaga
dalam berkomunikasi jika kita tidak ingin situasi pembicaraan menjadi terganggu.
(Dewi Sari Sumitro).

B. Fungsi Diksi

1) Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.

2) Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.

3) Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.

4) Mencegah perbedaan penafsiran.

5) Mencegah salah pemahaman.

6) Mengefektifkan pencapaian target komunikasi. (Dewi Sari Sumitro)

C. Syarat Syarat Ketepatan Pemilihan Kata

Menurut Keraf syarat-syarat yang harus dipenuhi agar seorang penulis atau
pengarang dapat menghasilkan sebuah tulisan atau karangannya dengan baik, yaitu:

1. Dapat membedakan denotasi dan konotasi Makna denotasi adalah makna yang
mengacu pada gagasan tertentu (makna dasar), yang tidak mengandung makna
tambahan atau nilai rasa tertentu, sedangkan makna konotasi adalah makna tambahan
yang mengandung nilai rasa tertentu di samping makna dasarnya).

Contoh: Hari Minggu lalu, Saras jatuh ketika sedang naik sepeda bersama teman-
temannya.

2. Dapat membedakan kata-kata yang hampir besinonim Selain dituntut mampu


memahami perbedaan makna denotasi dan konotasi, pemakai bahasa juga dituntut
mampu memahami perbedaan makna kata-kata yang bersinonim agar dapat memilih
kata secara tepat (Mustakim dan Sriyanti, 2014: 51). Sinonim adalah dua kata atau
lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan.
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu
sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaian bentuk-bentuk kata yang
bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengkonkretkan bahasa
seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal
ini pemakaian bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk
dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya

Contoh: a. Agung, besar, raya b. Mati, mangkat, wafat, meninggal

Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya

Contoh: a. Intensif – insentif c. Preposisi – proposisi b. Interferensi – inferensi d.


Korporasi – koperasi

3. Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak Kata yang bermakna
konkret adalah kata yang maknanya dapat dibayangkan dengan pancaindera.
Sebaliknya, kata yang bermakna abstrak adalah kata yang sulit dibayangkan dengan
pancaindera.

Contoh: a. Mobil b. Pohon

Merupakan kata yang konkret karena wujudnya dapat dibayangkan atau dapat
tergambar dalam pikiran pemakai bahasa

Contoh: a. Kesejahteraan c. Keadilan b. Kemakmuran d. Keamanan Merupakan kata


yang abstrak.

Kata-kata yang abstrak tersebut hanya dapat dipahami oleh orang yang sudah
dewasa dan—terutama—yang berpendidikan. Jika dikaitkan dengan ketepatan dalam
pemilihan kata, kata-kata yang abstrak seperti itu sebaiknya hanya digunakan pada
sasaran pembaca/pendengar yang sudah dewasa dan berpendidikan. Jika digunakan
pada anak-anak atau orang dewasa yang kurang berpendidikan, kata -kata tersebut
cenderung sulit dipahami. Atas dasar itu, baik kata yang abstrak maupun yang konkret
sebenarnya sama-sama dapat dipilih untuk digunakan, tetapi sasarannya harus
disesuaikan.
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri jika
pemahaman belum dapat dipastikan Pemakai kata harus menemukan makna yang tepat
dalam kamus, misalnya

a. Modern = canggih (diartikan secara subjektif) b. Modern = terbaru atau mutakhir


(menurut kamus)

5. Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat

Contoh: a. Antara karyawan dengan atasan harus saling bekerja sama. b. Nurdiana
tidak mau menerima hadiah berbentuk barang, tetapi berupa uang.

6. Dapat membedakan kata umum dan khusus dengan benar Makna generik adalah
makna umum, sedangkan makna spesifik adalah makna khusus. Makna umum juga
berarti makna yang masih mencakup beberapa makna lain.Contoh: misalnya: mobil
(kata umum) fortuner (kata khusus).

7. Jika seorang pengarang atau penulis menggunakan imbuhan asing, dia harus
memahami maknanya secara tepat Contoh: a. Dilegalisir → dilegalisasi b. Koordinir →
koordinasi

8. Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar.


Contoh: a. Beradasarkan pada → berdasar pada

9. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat Contoh: a. Issue = publikasi,
kesudahan, perkara (dalam bahasa Inggris) Isu = kabar yang tidak jelas asal-usulnya,
kabar angin, atau desas-desus (dalam bahasa Indonesia).

D. Kesesuaian Dalam Pemilihan Kata

Syarat kesesuaian kata:

1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukkan


penggunaannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam
pergaulan,misalnya: hakikat (baku),hakekat (tidak baku), konduite (baku),kondite
(tidak baku).
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat,misalnya:
kencing (kurang sopan),buang air kecil (lebih sopan), pelacur (kasar),tunasusila (lebih
halus).

3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan makna dengan cermat,


misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar),bukan hanya… melainkan juga
(benar), bukan hanya… tetapi juga (salah), tidak hanya…tetapi juga (benar).

4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat,mengesot,dan


merangkak; merah darah, merah hati.

5. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah dan komunikasi


nonilmiah (surat-menyurat, diskusi umum) menggunakan kata popular, misalnya:
argumentasi (ilmiah),pembuktian (populer),psikologi (ilmiah),ilmu jiwa (populer).

6. Menghindari penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis, misalnya tulis,
bahasa kerja,(bahasa lisan), menulis, menuliskan, membaca, membacakan, bekerja,
mengerjakan, dikerjakan, (bahasa tulis).

E. Jenis Makna Dalam Diksi

1. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai
dengan hasil observasi alat indera atau makna yang sungguh sungguh nyata dalam
kehidupan kita, makna leksem.,contoh Tikus itu mati diterkam kucing. Kata tikus
makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan
timbulnya tifus.

2. Makna gramatikal adalah makna yang timbul karena proses gramatikal atau tata
bahasa, makna ini sering juga disebut maakna kontekstual atau makna situasional.
Proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.
Proses afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat batu seberat itu terangkat
juga oleh adik melahirkan makna “dapat”. Kalimat berikut ini juga menunjukkan
contoh makna gramatikal. Ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas
melahirkan makna gramatikal ”tidak sengaja”.
3. Makna denotatif (sering juga disebut denotasional, makna konseptual, makna
kognitif, makna referensial) adalah makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut
penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya, atau dengan
kata lain makna sebenarnya. Misalnya wanita dan perempuan secara denotatif
bermakna “manusia dewasa bukan laki laki”. Sekalipun kata wanita dan perempuan
juga bisa punya nilai rasa yang melahirkan makna konotasi.

4. Makna konotatif adalah makna kiasan, atau makna tambahan, atau yang muncul
karena nilai rasa. Contoh kata merah putih bermakna denotasi adalah secarik kain yang
berwarna merah dan putih.Tetapi bila makna konotasi dapat diartikan merah berarti
berani dan putih berarti suci.

5. Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai
dengan referennya, makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. Makna
konseptual ini sama dengan makna referensial,makna leksikal, dan makna denotatif.

6. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya
hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya kata melati berasosiasi
dengan makna suci atau kesucian. Karena makna asosiasi ini berhubungan dengan nilai
moral dan pandangan hidup yang berlaku dalam suatu masyarakat bahasa yang berarti
juga berurusan dengan nilai rasa bahasa, maka ke dalam makna asosiatif ini termasuk
juga makna konotatif seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya.

Di samping itu ke dalamnya termasuk juga makna makna lain seperti makna
stilistika, makna afektif, dan makna kolokatif. (leech, 1994). Makna stilistika
berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan adanya perbedaan sosial
dan bidang kegiatan di dalam masyarakat. Karena itu dibedakan makna rumah, pondok,
keratin, kediaman, dan tempat tinggal. Makna afektif berkenaan dengan perasaan
pembicara pemakai bahasa secara pribadi, baik terhadap lawan bicara maupun terhadap
objek yang dibicarakan. Makna afektif lebih terasa secara lisan daripada secara tertulis.
“ tutup mulut kalian!”bentaknya kepada kami bandingkan “ mohon diam sebentar!”
katanya kepada anak anak itu. Makna Kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam
kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai “tempat” yang sama dalam sebuah
frase (ko=sama, bersama; lokasi=tempat) Contoh kata laju,cepat, deras. Kata kata ini
bermakna sama tetapi pasti mempunyai kolokasi yang berbeda. Kita bisa mengatakan
hujan deras dan berlari cepat kosakata ini tidak boleh dipertukarkan.

F. Bentuk Penggunaan Konjungsi

Menurut Alwi, dkk. (Alwi,hasan dkk, 2003) konjungsi adalah kata tugas yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan
frasa, klausa dengan klausa.. Konjungsi dalam bahasa tulis, bahasa tulis di dapat
dengan menulis.

1. konjungsi koordinatif penambah atau pendamping: dan, serta, pemilihan: atau,


perlawanan atau pertentangan: tetapi, melainkan, padahal, dan sedangkan.

2. Konjungsi subordinatif. Konjunsi terdiri atas:

(a) subordinatif waktu: sejak, semenjak, dari, sewaktu, ketika, takala, sementara,
begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambi, demi.

(b) Konjungsi subordinatif syarat: jika, kalau, jikakalau, asal(kan), bila, manakala.

(c) Konjungsi subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya.

(d) Konjungsi subordinatif tujuan: agar, supaya, biar.

(e) Konjungsi subordinatif konsensif: biarpun, meski(pun), walau(pun), sekalipun,


sungguhpun, kendati(pun).

(f) Konjungsi subordinatif pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana,


seperti, sebagai, leksana, ibarat, daripada, alih-alih.

(g) Konjungsi subordinatif sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.

(h) Konjungsi subordinatif hasil: sehingga, sampai, maka(Nya).

(i) Konjungsi subordinatif alat: dengan, tanpa.

(j) Konjungsi subordinatif cara: dengan, tanpa.

(k) Konjungsi subordinatif komplementasi: bahwa.

(l) Konjungsi subordinatif atributif: yang.


(m) Konjungsi subordinatif perbandingan: sama….dengan, lebih…… dari (pada).

3. Konjungsi korelatif: baik…… maupun…, - sedemikian rupa… sehingga, tidak


hanya... tetapi juga…, apa (kah)… atau…, bukan hanya. melainkan juga… - entah…..
entah…, demikian….. sehinggaa…, jangankan... pun.

4. Konjungsi antarkalimat: biarpun demikian/ begitu, sekalipun demikian/begitu,


walaupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu,
kemudian, sesudah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu, sebaliknya,
sesungguhnya, bahwasanya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diksi adalah pilihan kata. Pilihan kata merupakan kegiatan untuk memilih kata
secara tepat dan sesuai dalam mengungkapkan maksud dan tujuan kepada penyimak
atau pembaca baik secara lisan maupun tulisan. Ketepatan dan kesesuaian sangat
penting dalam rangka mengekspersikan maksud dan tujuan.

Diksi atau pilihan kata juga merupakan tindakan memilih kata yang tepat yang
digunakan oleh penulis untuk menyatakan sesuatu yang salah satu fungsinya adalah
untuk Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal. Dalam pemilihan kata
terdapat berbagai syarat yang harus ditepati agar mencapai diksi yang baik dan tepat,
Diantaranya:Dapat membedakan denotasi dan konotasi, Dapat membedakan kata-kata
yang hampir besinonim, Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara
tepat.

Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang
ingin disampaikannya bak secara lisan maupun tulisan. Pemilihan kata juga harus
sesuai dengan situasi kondisi dan tempat penggunaan kata kata itu. Pembentukan kata
atau istilah adalah kata yang mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat
yang khas dalam bidang tertentu
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Razzan F. (2020, april sabtu). diksi. makalah bahasa indonesia, p. 4.

Alwi,hasan dkk. (2003). tata bahasa baku bahasa indonesia. jakarta: Rieneka Cipta.

Dewi Sari Sumitro. (n.d.). DIKSI ATAU PILIHAN KATA. bahasa indonesia, p. 4.

Keraf, Gorys. (2010). diksi dan gaya bahasa. jakarta: PT Gramedia.

leech. (1994). makna stiliska. 72.

Anda mungkin juga menyukai