Anda di halaman 1dari 22

1.

Pengertian Diksi
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia
adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan
sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).Gorys Keraf (2002) mengemukakan
beberapa point penting tentang diksi. Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian katakata
mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan,bagaimana membentuk pengelompokan
katakata yang tepat atau menggunakan ungkapanungkapan, dangan yang paling baik
digunakan dalam suatu situasi.
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansanuansa makna
dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
(cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata
yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau
perbendaharaan kata bahasa itu.Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata
suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa. Fungsi dari diksi antara lain :

Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap
apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga
menyenangkan pendengar atau pembaca
Melambangkangagasanyang diekspresikansecaraverbal.
Membentukgayaekspresigagasanyang tepat(sangatresmi, resmi, tidakresmi)
sehinggamenyenangkanpendengarataupembaca.
Menciptakankomunikasiyang baikdanbenar.
Menciptakansuasanayang tepat.
Mencegahperbedaanpenafsiran.
Mencegahsalahpemahaman.
Mengefektifkanpencapaiantarget komunikasi.

Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita.
Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan
atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan
sebagainya. Gaya bahasa ditentukan oleh ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Kalimat,
paragraf, atau wacana menjadi efektif jika dieksprikan dengan gaya bahasa yang tepat.
Gaya bahasa mempengaruhi terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat
keresmian, atau realita. Gaya resmi misalnya dapat membawa pembaca/ pendengar ke dalam
suasana serius dan penuh perhatian. Suasana tudak resmi mengarahkan pembaca/ pendengar ke
dalamsituasi rileks tapi efektif. Gaya percakapan membawa suasana ke dalam situasi realistis.
Selain itu, pilihan dan kesesuaian kata yang didukung dengan tanda baca yang tepat dapat
menimbulkan nada kebahasaan, yaitu sugesti yang terekspresi melalui rangkaian kata yang
disertai penekanan mampu menghasilkan daya persuasi yang tinggi.

Dalam KBBI (2002 : 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras
dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti
yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan
mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang.
Bahkan makna kata bisa saja diubah saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini
mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam
kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan
dalam kalimat yang berbeda. Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema
penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.
B. SYARAT-SYARAT KETEPATAN DIKSI
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada
imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau
pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih katakatanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham.
Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menuntut pesyaratan yang harus di
penuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan
komunikasi.
Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah :
1) Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi
ialah kata yang dapat menimbulkan bermacam-macam makna. Contoh :
a. Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi)
b. Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)
2) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?
Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan yang selama ini
memberatkan pengusaha.

3) Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya.


Intensif insensif
Karton kartun
Korporasi koperasi
4) Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika
pemahaman belum dapat dipastikan.
Contoh :
Modern : canggih (secara subjektif)
Modern: terbaru atau muktahir (menurut kamus)
Canggih : banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual (menurut
kamus)
5) Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing.
Contoh :

Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.


Koordinir seharusnya koordinasi.
6) Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh :
Pasangan yang salah
Pasangan yang benar
antara ..... dengan ....

antara .... dan .....

tidak ..... melainkan .....

tidak ..... tetapi .....

baik ..... ataupun .....

baik ..... maupun .....

bukan ..... tetapi .....

bukan ...... melainkan .....

7) Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat.


Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas
bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah kata yang mengacu kepada pengarahanpengarahan yang khusus dan kongkret. Contoh :
Kata umum : melihat
Kata khusus: melotot, membelak, melirik, mengintai, mengamati, mengawasi,
menonton,memandang, menatap.
8) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
Contoh :
Isu (berasal dari bahasa Inggris issue) berarti publikasi, perkara.
Isu (dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin, desasdesus.

9) Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi.


Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti sama.
Homofoni adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan
berbeda makna.
Homografi adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda
makna.
Contoh :
Sinonim : Hamil (manusia) Bunting (hewan)
Homofoni : Bank (tempat menyimpan uang) Bang (panggilan kakak laki-laki)
Homografi : Apel (buah) Apel (upacara)
10) Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai
referensi objek yang diamati. Contoh :
Kata abstrak
Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
Kata konkret
C. GAYA BAHASA DAN IDIOM

1. GAYA BAHASA
Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur
mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk mengungkapkan maksud.
Ada cara yang memakai perlambang (majas metafora, personifikasi) ada cara yang menekankan
kehalusan (majas eufemisme, litotes) dam masih banyak lagi majas yang lainnya. Semua itu pada
prinsipnya merupakan corak seni berbahasa untuk menimbulkan kesan tertentu bagi mitra
komunikasi kita (pembaca/pendengar).
Sebelum menampilkan gaya tertentu ada enam faktor yang mempengaruhi tampilan bahasa
seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya, yaitu :
a) Cara dan media komunikasi : lisan atau tulisan, langsung atau tidak langsung, media cetak
atau media elektronik.
b) Bidang ilmu : filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran, dll.
c) Situasi : resmi, tidak resmi, setangah resmi.
d) Ruang atau konteks : seminar, kuliah, ceramah, pidato.
e) Khalayak : dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa, orang tua); jenis
kelamin (laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan dan status sosial (rendah, menengah,
tinggi).
f) Tujuan : membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.

GAYA BAHASA BERDASARKAN PILIHAN KATA

Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai
untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari
lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan
ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Dalam bahasa standar
(bahasa baku) dapatlah dibedakan menjadi :
a. Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang
dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang
diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Gaya bahasa resmi biasa kita
jumpai dalam penyampaian amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah mimbar, tajuk
rencana, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius atau esai yang memuat subyejsubyek yang penting, semuanya dibawakan dengan gaya bahasa resmi.
Contoh dalam pembukaan UUD 1945, Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ini ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan bangsa
Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagai dengan seelamat sentausa mengantarkan
rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
b. Gaya Bahasa Tak Resmi
Gaya bahasa tak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa
standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya
bahasa ini biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel

mingguan atau bulanan yang baik, dalam perkuliahan, dan sebagainya. Singkatnya gaya bahasa
tak resmi adalah gaya bahasa yang umum dan normal bagi kaum terpelajar.
Contoh : Sumpah pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah peristiwa
nasional, yang mengandung benih nasionalisme. Sumpah Pemuda dicetuskan pada zaman
penjajahan. Nasionalisme pada zaman penjajahan mempunyai watak khusus yakni anti
penjajahan. Peringatan kepad Sumpah Pemuda sewajarnya berupa usaha merealisasikan gagasangagasan Sumpah Pemuda.
c. Gaya Bahasa Percakapan
Dalam gaya bahasa percakapan, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata
percakapan. Kalau dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan tak resmi, maka gaya bahasa
percakapan ini dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu berarti bahasanya
masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi
kebiasaan ini agak longgar bila dibandingkan dengan kebiasaan pada gaya bahasa resmi dan tak
resmi.
Contoh berikut adalah hasil rekaman dari sebuah diskusi dalam seminar Bahasa Indonesia
tahun 1996 di Jakarta : Pertanyaan yang pertama, di sini memang sengaja saya tidak
membedakan antara istilah jenis kata atau word classes atau parts of speech. Jadi ketiganya saya
artikan sama di sini. Maksud saya ialah kelas-kelas kata, jadi penggolongan kata, dan hal itu
tergantung kepada dari mana kita melihat dan dasar apa yang kita pakai untuk
menggolongkannya.
2. IDIOM
Menurut Moeliono, Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung
dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut Badudu, idiom adalah bahasa yang
teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada
kesatuan bentuk dan makna.
Walaupun dengan prinsip ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan.
Setiap idiom sudah tepatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau harus
tunduk pada aturan pemakaiannya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata, misalnya
gulung tikar, adu domba, muka tembok tidak boleh dipertukarkan susunannya menjadi *tikar
gulung, *domba adu, *tembok muka karena ketiga kelompok kata yang terakhir itu bukan idiom.

D. Syarat-Syarat Pemilihan Kata


1. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah
makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung
sebuah kata secara objektif. Makna denotatif sering disebut makna konseptual. Misalnya, kata
makan yang bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah dan ditelan.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial,
sikap pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan
pada makna konotatif berarti untung atau pukul. Makna konotatif selalu berubah dari zaman ke

zaman. Contoh lainnya misalnya kamar kecil dapat bermakna konotatif jamban, sedangkan
makna denotative adalah kamar yang kecil.
2. Makna Umum dan Makna Khusus
Kata umum adalah kata yang acuannya lebih luas. Kata khusus adalah kata yang acuannya
lebih sempit atau khusus. Misalnya ikan termasuk kata umum, sedangkan kata khusus dari ikan
adalah mujair, lele, gurami, gabus, koi. Contoh lainnya misalnya lele dapat menjadi kata umum,
jika kata khususnya adalah lele lokal, lele dumbo.
3. Kata Konkrit dan Kata Abstrak
Kata konkrit adalah kata yang acuannya dapat diserap oleh pancaindra. Misalnya meja, rumah,
mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Sedangkan kata abstrak adalah kata yang acuannya sulit
diserap oleh pancaindra. Misalnya perdamaian, gagasan. Kegunaan kata astrak untuk
mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak dapat membedakan secara halus antara gagasan
yang bersifat teknis dan khusus. Pemakaian kata abstrak yang banyak pada suatu karangan akan
menjadikan karangan tersebut tidak jelas dalam menyampikan gagasan penulis.
4. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tapi
bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Misalnya kata cermat dan cerdik yang keduanya bersinonim, tetapi keduanya tidaklah sama
persis.
5. Kata Ilmiah dan Kata Populer
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum pelajar dalam berkomunikasi
maupun dalam tulisan-tulisan ilmiah seperti karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis,
desertasi. Selain itu digunakan pada acara-acara resmi. Kata popular adalah kata yang biasa
digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat umum.
Berikut adalah contoh dari kata-kata tersebut.
Kata Ilmiah:

Kata Popular:

Analogi
Final
Diskriminasi
Prediksi
Kontradiksi
Format
Anarki
Biodata
Bibliografi

kiasan
akhir
perbedaan perlakuan
ramalan
pertentangan
ukuran
kekacauan
biografi singkat
daftar pustaka

E. Pembentukkan Kata
Terdapat dua cara dalam pembentukkan kata, yaitu dari luar dan dari dalam bahasa Indonesia.
Pembentukkan dari dalam yaitu terbetuknya kata baru dengan dasar kata yang sudah ada,

sedangkan dari luar melalui proses serapan. Pada subbab ini akan disebutkan kesalahan dalam
pembentukkan kata, yang sering ditemukkan dalam bahasa lisan maupun tulis.
1. Kesalahan Pembentukkan dan Pemilihan Kata
1. Penanggalan awalan meng2. Penanggalan awalan ber3. Peluluhan bunyi /c/
4. Penyengauan kata dasar
5. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
6. Awalan ke- yang keliru pemakaian akhiran ir
7. Padanan yang tidak serasi
8. Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
9. Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
10. Penggunaan kata yang hemat
11. Analogi
12. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia
2. Definisi
Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu hal atau konsep istilah
tertentu. Dalam hal membuat definisi hal yang tidak boleh dilakukan adalah mengulang kata
yang kita definisikan.
Contoh definisi: Majas personifikasi adalah kiasan yang menggambarkan binatang, tumbuhan
dan benda-benda mati seakan hidup selayaknya manusia, seolah punya maksud, sifat, perasaan
dan kegiatan seperti manusia. Definisi terdiri dari:
1. Definisi nominalis
Definisi nominalis adalah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum
dimengerti. Biasanya digunakan untuk membuka suatu pembicaraan atau diskusi.
2. Definisi realis
Definisi realis adalah penjelasan tentang isi yang terkandung dalam sebuah istilah, bukan hanya
menjelaskan tentang istilah. Defiisi realis terbagi atas :

Definisi esensial, yaitu penjelasan dengan cara menguraikan perbedaan antara penjelasan
dengan cara menunjukkan bagian-bagian suatu benda(definisi analitik) dengan penjelasan
dengan cara menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan
diferensia(definisi konotatif).

Definisi diskriptif, yaitu pejelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat khusus yang
menyertai hal tersebut dengan penjelasan dengan cara menyatakan bagaimana suatu hal
terjadi.

3. Definisi praktis
Definisi praktis adalah penjelasan tentang suatu hal yang dijelaskan dari segi kegunaan atau
tujuan. Definisi praktis terbagi atas tiga macam, yaitu :

Definisi operasional, yaitu penjelasan dengan cara menegaskan langkah-langkah


pengujian serta menunjukkan bagaimana hasil yang dapat diamati.

Definisi fungsional, yaitu penjelasan sesuatu hal dengan cara menunjukkan kegunaan dan
tujuannya.

Definisi persuasif, yaitu penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang
dapat mempengaruhi orang lain, bersifat membujuk orang lain.

3. Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang diadopsi dari bahasa asing yang sesuai dari EYD. Kata serapan
merupakan bagian perkembangan bahasa Indonesia. Kosa kata bahasa Indonesia banyak yang
menyerap dari bahasa asing. Bahasa-bahasa asing yang diserap kedalam bahasa Indonesia antara
lain bahasa Sansekerta, Arab, Belanda, Inggris dan Tionghoa. Penyerapan kata kedalam bahasa
Indonesia meliputi dua unsur, yaitu:

Keteraturan bahasa(analogi): dikatakan analogi jika kata tersebut memiliki bunyi yang
sesuai antara ejaan dan pelafalannya.

Penyimpangan atau ketidakteraturan bahasa(anomali): dikatakan anomali apabila kata


tersebut tidak sesuai antara ejaan dan pelafalannya.

4.Analogi
Karena analogi adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak berkaitan dengan kaidahkaidah bahasa, baik dalam bentuk fonologi, sistem ejaan, atau struktur bahasa. Beberapa kata
yang sudah sesuai dengan sistem fonologi, baik melalui proses penyesuaian maupun tidak,
misalnya:
Bahasa Indonesia
aksi

Bahasa Aslinya
action(inggris)

bait
boling
dansa
derajat
ekologi
fajar
insane

bait(arab)
bowling(inggris)
dance(inggris)
darrajat(arab)
ecology(inggris)
fajr(arab)
insane(arab)

Menurut taraf integrasinya unsur pinjaman dari bahasa asing dapat dibagi dua golongan.
Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Unsur
pertama ini digunakan dalam bahasa Indonesia, tetapi penulisan dan pengucapannya masih
mengikuti aturan bahasa asing. Unsur yang kedua kata pinjaman yang penulisan dan
pengucapannya telah disesuaikan ke dalam bahasa Indonesia.
5. Anomali
Perhatikan kata-kata berikut ini :
Bahasa Indonesia
Bahasa Aslinya
bank
bank(inggris)
intern
intern(inggris)
quran
quran(arab)
jumat
jumat(arab)
Beberapa kata diatas merupakan kata yang mengandung unsur anomali. Bila diamati lafal
yang kita keluarkan dari mulut dengan ejaan yang tertera, tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yaitu bank=(nk), jumat=().Sedangkan kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia secara utuh tanpa mengalami perubahan penulisan memiliki kemungkinan untuk
dibaca bagaimana aslinya, sehingga timbul anomali dan fonologi, seperti contoh berikut :
Bahasa Indonesia
expose
export
exodus

Bahasa Aslinya
expose
export
exodus

Kadang-kadang kata tidak hanya satu morfem, ada juga yang terdiri dari dua morfem atau
lebih, sehingga penyerapannya dilakukan secara utuh, misalnya :
Bahasa Indonesia
federalisme
bilingual
dedikasi
edukasi

2. Pengertian Kalimat

Bahasa Aslinya
federalism(inggris)
bilingual(inggris)
dedication(inggris)
education(inggris)

Pengertiaan kalimat atau definisi kalimat memang bermacam-macam. Para ahli bahasa pun
memiliki beragam definisi atau pengertian yang sama. Namun dapat kita pahami definisi atau
pengertiaan kalimat memiliki maksud yang sama.
Ahli tata bahasa dalam buku chear(1994:240) berbicara seputar kalimat bahwa kalimat
adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Tapi lebih terprinci lagi
dapat diartikan sebagai berikut :
1. Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu
pengertian dan pola intonasi akhir.
2. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan
pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat
pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah
contoh kalimat secara umum : Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol
yang pertama. Pergi! Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok
minuman keras itu. The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang
sejuk dan indah. Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat.
3. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk unan kalimat yang mengandung
arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK : Subjek / Subyek (S) Predikat (P)
Objek / Obyek (O) Keterangan (K) kata-kata yang teratur yang berisi pikiran lengkap.
1. Predikat (P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan
merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal,
adjektival, nominal, numeral, dan preposisional. Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah
ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.

i. Dia dari Medan


j. Pak Nurdin ke Saudi.
Pada sepuluh kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang berbentuk kata
maupun frasa (lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang dicetak miring tersebut berfungsi
sebagai predikat. Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal,
disebut kalimat verbal. Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori
adjektival, disebut kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat
berkatagori nominal, disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan
predikat berkatagori numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat
dengan predikat berkatagori preposisional, disebut kalimat preposisional.
2. Subjek (S)
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek.
Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis
kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu,
katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung
Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi
sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti
ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.
3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat
yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika
kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika
kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina. Berikut contoh objek
dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.

c. Kami telah memicarakan hal itu


Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek.
Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)
4. Pelengkap (PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah
ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif.
Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut
berfungsi sebagai pelengkap bukan objek. Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.
5. Keterangan
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat
diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat
selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan
S atau P. Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang
berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika
ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa
(terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya
penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.).
Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata,
seperti pada contoh berikut:

a. Kami telah mengengoknya kemarin.


b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.
A. Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat
langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana
ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua
(.) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah. Contoh:
- Ibu berkata: Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!
- Saya gembira sekali,kata ayah,karena kamu lulus ujian.
2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang
lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi
kalimat berita. Contoh:
- Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
- Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
B. Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu
subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat
yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga
ditelusuri p0la-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:
* KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh: Victoria bernyanyi
.

* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)


Contoh: Ika sangat rajin

* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)


Contoh: Masalahnya seribu satu.
.

Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:


1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh : Saya siswa kelas VI.
2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh : Adik bernyanyi.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsurunsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat dikenali.
Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih. Perluasan kalimat tesebut
terdiri atas:
1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu
kedua bulan ini.
3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu,
dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
5. Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja,
selekas mungkin.
6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu
Emas, David Beckham.
10.Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan
rakyat.
2.

Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik
kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
2.1. Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat
sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:
* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau
serta.
Contoh:
- Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
- Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.
C. Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain
untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam
penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
Macam-macam kalimat perintah :
* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh : Gantilah bajumu !
* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !
* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !
2. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya,
biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi
menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan. Macam-macam kalimat
berita :
* Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.

* Kalimat berita pengingkaran


Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
* Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
* Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
3. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi
(jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan
dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah
bagaimana, dimana, berapa, kapan. Contoh:
- Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
- Kapan Becks kembali ke Inggris?
4. Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa yang
kuat atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam
pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
Contoh:
- Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
- Bukan main, eloknya.
D. Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subyek
dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap. Contoh :
- Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
.

- Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.


.

2. Kalimat Tidak Lengkap


Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek
saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya
berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan
kekaguman. Contoh:
- Selamat sore
- Silakan Masuk!
- Kapan menikah?
F. Pola kalimat dasar
Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melainkan acuan untuk
membuat berbagai tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur
kalimat yang dibentuk dengan lima unsur kalimat, yaitu S,P,O,Pel,Ket.
Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada enam tipe kalimat yang
dapat dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia1[2].Keenam tipe
kalimat itu tercantum dalam tabel berikut:
Tipe

Subjek Predikat

dan
fungsi
1.S-P

2.S-P-O

Pelengkap

Keterang
an

Orang

sedang

itu

tidur

Saya

mahasiswa

Ayahn

baru
mengendar

mobil

ya

ai

baru

Rani

mendapat

piaga
ketua

koperasi

3.S-P-

Beliau

menjadi

m
-

Pel

Panca

merupakan

sila
1

Obje

dasar

4.S-P-

Kami

tinggal

negara kita
-

Ket

Kecela

terjadi

kaan

di Jakarta
tahun
1999

5.S-P-

itu
Hasan

mengirimi

ibuny

uang

O-Pel

Diana

mengambil

buku tulis

kan

adikn
-

di bank

dengan

6.S-P-

Pak

ya
menyimpan uang

O-Ket

Bejo

memperlak

Beliau

ukan

kami

baik

G. Jenis Kalimat Dasar


Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (a)
jumlah klausa pembentuknya,(b) fungsi isinya,(c) kelengkapan unsurnya, (d)
susunan subjek dan predikatnya,dan (e) sifat hubungan aktor-aksi2[3].
1. Jenis Kalimat menurut Jumlah Klausanya
Menurut jumlah klausa pembentuknya,kalimat dapat dibentuk atas dua
macam,yaitu (1) kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk.
(a) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa
bebas3[4].Hal itu berarti hanya ada satu P di dalam kalimat tunggal.Unsur
Padalah sebagai penanda klausa.Unsur S dan P menang selalu wajib hadir di
dalam setiap kalimat.Adapun O,Pel,dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di
dalam kalimat,termasuk dalam kalimat tunggal.Jika P masih perlu
dilengkapi,barulah unsur yang melengkapi itu dihadirkan.
Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi P-nya,kalimat tunggal dapat
dipilah menjadi empat macam yang diberi nama atau label tambahan sesuai
2
3

jenis kata atau frasanya,yaitu nominal,adjektiva,verbal,dan numeral.


Contoh :
1. Kami mahasiswa UIN Suska Riau (kalimat nominal)
2. Jawaban anak pintar itu sangat tepat (kalimat adjektiva)
3. Sapi-sapi sedang merumput (kalimat verbal)
4. Mobil orang kaya itu ada delapan (kalimat numeral)
(b) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua
atau lebih kalimat tunggal4[5]. Dengan kata lain kalimat majemuk adalah
kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan dua predikat.
Kalimat majemuk dibagi menjadi dua bagian yaitu:
(1) Kalimat majemuk setara/koordinatif
Kalimat majemuk setara/koordinatif yaitu gabungan dua pokok pikiran
atau lebih yang kedudukannya setara5[6].Struktur kalimat yang di dalamnya
terdapat,sekurang-kurangnya,dua kalimat dasar dan masing-masing dapat
berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal.Konjungtor yang
menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk setara jumlahnya cukup
banyak.Konjungtor itu menunjuk beberapa jenis hubungan dan menjalankan
beberapa fungsi. Berikut tabel penghubung klausa dalam kalimat majemuk
setara:
Jenis

Fungsi

Kata Penghubung

1.Penghubun

menyatakan

dan,serta,baik,maupun

penjumlahan atau

Hubungan

gabungan
kejadian,kegiatan,peri

4
5

2.Pertentanga

stiwa, dan proses


mbahwa hal yang

tetapi,sedangkan,bukannya,m

dinyatakan dalam

elainkan

klausa pertama
bertentangan dengan
3.Pemilihan

klausa kedua
menyatakan pilihan di

atau

antara dua
4.Perurutan

kemungkinan
menyatakan kejadian

lalu,kemudian

yang berurutan
Contoh kalimat majemuk setara/koordinatif :
1. Anto gemar menulis sedangkan Anita gemar menari.
2. Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan saya.
3. Sinta cantik,tetapi sombong.
4. Ia memarkirkan mobil di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7.
(2) Kalimat Majemuk Bertingkat/Kompleks/Subordinatif
Kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif yaitu kalimat
tunggal yang salah satu
jabatannya diperluas membentuk kalimat baru.Dalam kalimat majemuk
bertingkat kita mengenal : a. Induk kalimat (jabatan kalimat yang bersifat
tetap atau tidak mengalami perubahan), b. Anak kalimat (jabatan kalimat
yang diperluas membentuk kalimat baru.Anak kalimat ditandai pemakaian
kata penghubung dan bila mendahului induk kalimat dipisah dengan tanda
baca koma).
Berikut tabel jenis hubungan antarklausa,konjungtor,dan fungsinya dalam
kalimat majemuk
bertingkat.

Jenis

Kata Penghubung

Hubungan
a.waktu

sejak,sedari,sewaktu,
sementara,seraya,setelah,sambil,sehabis,sebelum,keti

b.syarat

ka,tatkala,hingga,sampai
jika(lau),seandainya,
andaikata,andaikan,asalkan,kalau,apabila,bilaman,manak

c.tujuan
d.konsesif

ala
agar,supaya,untuk,biar
walau(pun),meski(pun),sekalipun,biar(pun),kendati(pun

e.pembandin

),sungguh(pun)
seperti,bagaikan,laksa-na,sebagaimana,dari-pada,alih-

gan
f.penyebaba

alih,ibarat
sebab,karena,oleh karena

n
g.pengakibat

sehingga,sampai-sampai,maka

an
h.cara/alat
i.kemiripan
j.kenyataan
k.penjelasan
l.hasil

dengan,tanpa
seolah-olah,akan
Padahal
Bahwa
Makanya

Contoh kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif :


1. Agar koperasi unit desa (KUD) berkembang,perlu dipikirkan penciptaan
kader-kader yang
tangguh.
2. Ketika memberikan keterangan,saksi itu meneteskan air mata.
3. Pembangunan rumah susun itu memerlukan penelitian sebab beberapa
unit rumah susun
belum berpenghuni.
4. hujan turun berhari-hari sehingga banjir besar melanda kota itu.
5. Dengan menurunkan harga beberapa jenis BBM,kita berharap kegiatan
ekonomi tidak lesu
lagi.
6. Pengurus lama berjanji bahwa koperasi kita akan memilih pengurus
baru.
7. Tempat itu kotor,makanya dia malas kalau disuruh ke situ.

8. Dia diam saja seakan-akan tidak tahu kesalahannya.


9. Semangat belajarnya tetap tinggi meskipun usianya sudah lanjut.

Anda mungkin juga menyukai