http://si-fahri.blogspot.com/p/pendidikan-anti-korupsi.html
A. Pendahuluan
Korupsi, kini sudah menjadi permasalahan serius di negeri ini. Kasus korupsi sudah
tidak terhitung lagi jumlahnya. Meskipun sudah ada Komisi Pemberantasan
Korupsi(KPK) dan beberapa Instansi anti korupsi lainnya. Namun faktanya negeri ini
masih menduduki rangking atas sebagai Negara terkorup didunia. Karena dari itu,
korupsi patut menjadi perhatian serius bagi kita semua.
Pendidikan anti korupsi sesungguhnya sangat penting guna mencegah tindak pidana
korupsi. Jika KPK dan beberapa instansi anti korupsi lainnya menangkapai para
koruptor, maka Pendidikan anti korupsi juga penting guna mencegah adanya koruptor.
Seperti pentingnya pelajaran akhlak, moral dan sebagainya. Pelajaran akhlak penting
guna mencegah terjadinya kriminalitas. Begitu halnya pendidikan anti korupsi itu
penting guna mencegah aksi korupsi. Maka dari itu, pada makalah ini kami akan
membahas tentang
Pendidikan anti Korupsi Perspektif Islam, dan
Pendidikan anti Korupsi menurut beberapa ulama dan para pakar
Dan disusunnya makalah ini adalah bertujuan agar
Kita memahami Justifikasi yang diberikan Islam dalam pelaksanaan Pendidikan anti
Korupsi, serta
Pendapat beberapa ulama dan tokoh Masyarakat tentang Pendidikan anti Korupsi.
Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang Telah beriman. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat. (QS Al Hajj: 38)
Melihat dari firman Alloh diatas, jelas jika Islam melarang segala bentuk penghianatan.
Karena dari itu bisa disimpulkan jika Alloh melarang Korupsi karena korupsi adalah
salah satu bentuk penghianatan. Bahkan Rosulluloh menerangkan lebih rinci dalam hal
ini. Beliau bersabda:
Terlaknatlah orang yang disuap dan yang menyuap (HR. Ahmad)
: ,
: :
,
Artinya: Dari Abu Hirairah ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: Jika
amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancuran. Kemudian dinyatakan: bagaimana
maksud amanah disia-siakan itu? Rasul menjawab: Jika suatu perkara (amanat/
pekerjaan) diserahkan pada orang yang tidak ahli (profesional), maka tunggulah saat
kehancuran. (HR. Bukhari)
Dalam ayat Alquran lain dikatakan jika
Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, Maka
kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat. (QS AL Anfal: 58)
Selain itu juga lebih ditegaskan lagi
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu Mengetahui. (QS Al Anfal: 27)
Segala bentuk larangan yang tertuang dalam Alquran adalah suatu hal mutlak yang
harus dihindari terlebih bagi orang-orang Islam. Karena Alquran adalah penunjuk jalan
yang lurus.
Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
(QS. Albaqarah: 2)
Dalam Alquran dijelaskan jika manusia ingin diberi petunjuk, maka dia harus iman
terhadap Alquran. Dalam ayat diatas dijelaskan jika kita harus takwa yaitu memelihara
diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi
segala larangan-larangan-Nya. tidak cukup diartikan dengan takut saja. Maka dari itu,
kitapun juga harus menjahui larangan Alloh berupa khianat atau korupsi. Allohpun juga
menegaskan lagi tentang hal tersebut.
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 188)
D. KESIMPULAN
Dari berbagai pemaparan diatas dapat disimpukan jika Pendidikan anti korupsi penting
guna mencegah praktek korupsi yang kian hari kian memprihatinkan ini. Islam dengan
beberapa ayatnya dengan tegas melarang perilaku korupsi. Diantaranya QS. Annisa:58
DAFTAR PUSTAKA
Menurut Centre of International Crime Prevention (CILP) dari UN Office for Drug Control and
Crime Prevention (UN-ODCP), sebagaimana dikutip oleh Rocky Marbun (2010), ada 10 bentuk
korupsi sebagai berikut :
2. Penggelapan (Embezzlement)
Perbuatan mengambil tanpa hak oleh seseorang yang telah diberi kewenangan, untuk mengawasi
dan bertanggung jawab penuh terhadap barang milik negara, oleh pejabat publik atau swasta.
3. Pemalsuan (Fraud)
Suatu tindakan atau perilaku untuk mengelabui orang lain atau organisasi, dengan maksud untuk
kepentingan dirinya sendiri ataupun orang lain
4. Pemerasan (extotertion)
Memaksa seseorang untuk membayar atau memberikan sejumlah uang atau barang, atau bentuk
lain, sebagai ganti dari seorang pejabat publik untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Perbuatan tersebut dapat diikuti dengan ancaman fisik dan kekerasan.
9. Nepotisme (Nepotism)
Tindakan untuk mendahulukan sanak keluarga, kawan dekat, anggota partai politik yang
sepaham, dalam penunjukan atau pengangkatan staf, panitia pelelangan, atau pemilihan
pemenang lelang.
Sebelum memerangi korupsi, kita perlu mempunyai pemahaman yang baik terhadap apa
yang kita lawan, yaitu korupsi. Seluk-beluk korupsi dimulai dari pengertian, bentuk, alasan,
sampai akibat yang ditimbulkan oleh praktik korupsi.
Korupsi bukanlah hal yang baru dalam sejarah manusia. Ingat sejarah korupsi di
Indonesia yang telah terjadi sejak zaman kerajaan-kerajaan terdahulu. Sejak kapan korupsi
berlangsung menjadi pertanyaan menarik, karena keberaadannya yang tidak disukai tetapi selalu
muncul sepanjang sejarah.
Sejak 2000 tahun yang lalu seorang Perdana Menteri Kerajaan India bernama Kautilya
menulis buku berjudul Arthashastra. Dante yang pada tujuh abad silam juga menulis tentang
korupsi (penyuapan) sebagai tindak kejahatan. Shakespeare, seorang sastrawan, juga
menyinggung korupsi sebagai sebuah bentuk kejahatan. Sebuah ungkapan terkenal pada
tahun 1887 mengenai korupsi dari sejarahwan Inggris, Lord Acton, yaitu power tends to
corrupt, absolute power corrupts absolutely, menegaskan bahwa korupsi berpotensi muncul di
mana saja tanpa memandang ras, geografi, maupun kapasitas ekonomi. (LAN, 2007).
Apapun istilah yang digunakan, terkait kata awal korupsi berasal dari kata corruptio,
yang berarti kerusakan, kebusukan, atau kebobrokan, maka kamu bisa menyadari bahwa dibalik
fenomena kehidupan yang mengandung kebobrokan, di belakangnya ada perbuatan korupsi.
Misalnya fenomena tentang kerusakan hutan/alam, bangunan cepat ambruk, layanan publik yang
lama, merebaknya narkoba dan sebagainya (Asep Chaeruloh, 2010).
Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook
Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang oleh karena itu
memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya. Upaya pemberantasan korupsi - yang
terdiri dari dua bagian besar, yaitu penindakan dan pencegahan - tidak akan pernah berhasil
optimal jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat.
Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika mahasiswa - sebagai salah satu bagian penting dari
masyarakat yang merupakan pewaris masa depan - diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia.
Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak pada upaya penindakan
yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum. Peran aktif mahasiswa diharapkan lebih
difokuskan pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut membangun budaya antikorupsi di
masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor penggerak
gerakan antikorupsi di masyarakat. Untuk dapat berperan aktif, mahasiswa perlu dibekali dengan
pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya. Yang tidak kalah
penting, untuk dapat berperan aktif mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan nilai-
nilai antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari.
Buku Ajar Pendidikan Antikorupsi ini berisikan bahan ajar dasar yang dapat dikembangkan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Perguruan Tinggi dan Program Studi masing-masing.
Bahan ajar dasar yang ditulis dalam buku ini terdiri dari delapan bab, yaitu : (1) Pengertian
Korupsi, (2) Faktor Penyebab Korupsi, (3) Dampak Masif Korupsi, (4) Nilai dan Prinsip
Antikorupsi, (5) Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia, (6) Gerakan, Kerjasama dan
Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi, (7) Tindak Pidana Korupsi dalam Peraturan
Perundang-undangan, dan (8) Peran Mahasiswa dalam Gerakan Antikorupsi.
Di samping delapan bab yang berisikan bahan ajar dasar, buku ini juga dilengkapi dengan
panduan pembelajaran yang berjudul Model Pembelajaran Matakuliah Antikorupsi yang ditulis
dalam bagian I, untuk memudahkan pengajaran Pendidikan Antikorupsi.
Sebelum memerangi korupsi, kita perlu mempunyai pemahaman yang baik terhadap apa
yang kita lawan, yaitu korupsi. Seluk-beluk korupsi dimulai dari pengertian, bentuk, alasan,
sampai akibat yang ditimbulkan oleh praktik korupsi.
Korupsi bukanlah hal yang baru dalam sejarah manusia. Ingat sejarah korupsi di
Indonesia yang telah terjadi sejak zaman kerajaan-kerajaan terdahulu. Sejak kapan korupsi
berlangsung menjadi pertanyaan menarik, karena keberaadannya yang tidak disukai tetapi selalu
muncul sepanjang sejarah.
Sejak 2000 tahun yang lalu seorang Perdana Menteri Kerajaan India bernama Kautilya
menulis buku berjudul Arthashastra. Dante yang pada tujuh abad silam juga menulis tentang
korupsi (penyuapan) sebagai tindak kejahatan. Shakespeare, seorang sastrawan, juga
menyinggung korupsi sebagai sebuah bentuk kejahatan. Sebuah ungkapan terkenal pada
tahun 1887 mengenai korupsi dari sejarahwan Inggris, Lord Acton, yaitu power tends to
corrupt, absolute power corrupts absolutely, menegaskan bahwa korupsi berpotensi muncul di
mana saja tanpa memandang ras, geografi, maupun kapasitas ekonomi. (LAN, 2007).
Apapun istilah yang digunakan, terkait kata awal korupsi berasal dari kata corruptio,
yang berarti kerusakan, kebusukan, atau kebobrokan, maka kamu bisa menyadari bahwa dibalik
fenomena kehidupan yang mengandung kebobrokan, di belakangnya ada perbuatan korupsi.
Misalnya fenomena tentang kerusakan hutan/alam, bangunan cepat ambruk, layanan publik yang
lama, merebaknya narkoba dan sebagainya (Asep Chaeruloh, 2010).
Jakarta, 12 Maret 2012Bangkit atau Bangkrut! Jargon tersebut menjadi salah satu yang
didengungkan dalam Training of Trainer Pendidikan Anti-Korupsi (ToT PAK) untuk Perguruan
Tinggi yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Ditjen Dikti Kemdikbud) bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK).
Saat ini, korupsi telah mewabah hampir pada seluruh sendi kehidupan bangsa Indonesia.
Kejahatan luar biasa ini memerlukan upaya yang luar biasa untuk memberantasnya. Salah satu
upaya untuk memberantasnya adalah memberikan pembekalan kepada mahasiswa sebagai
pewaris masa depan.
Inilah mengapa Ditjen Dikti dan KPK membentuk tim penyusun dari perwakilan perguruan
tinggi negeri maupun swasta untuk membuat buku ajar yang berisi materi dasar mata kuliah
Pendidikan Anti-Korupsi bagi mahasiswa. Setelah buku ini rampung, diselenggarakanlah
pelatihan bagi para dosen (ToT) yang akan mengampu mata kuliah PAK.
Dirjen Dikti Djoko Santoso memberikan wewenang bagi pengelola perguruan tinggi untuk
menjadikan PAK sebagai pelajaran sisipan, mata kuliah pilihan ataupun wajib. Menurut Djoko,
citra buruk bangsa Indonesia sebagai koruptor akan menimbulkan banyak kerugian. Ia berharap
pembekalan ini mampu memberikan persepsi yang sama mengenai pengertian, penanganan dan
pemberantasan korupsi di Indonesia.
Direktur Pendidikan Anti-Korupsi KPK Dedi Arrahim menyambut baik ToT ini. PAK menjadi
elemen pendukung dalam penanaman nilai-nilai integrasi generasi muda. Dedi yakin PAK dapat
menjadi salah satu upaya pencegahan tidak pidana korupsi di masa depan. PAK dimulai dari
usia dini hingga perguruan tinggi, ujar Dedi.
Ruang lingkup kerja sama ini meliputi PAK, penelitian dan pengembangan, pertukaran data dan
informasi, Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Program Pengendalian
Gratifikasi (PPG), pengaduan masyarakat dan pengawasan serta penertiban barang milik negara.
Selain itu di hari yang sama, Nuh juga melantik Inspektur Jenderal Kemdikbud Haryono Umar.
Ia berharap mantan pimpinan KPK ini mampu menciptakan iklim Anti-Korupsi di Kemdikbud.
Bagi Haryono, tugas ini adalah tantangan dalam mengembalikan kepercayaan publik kepada
pemerintah. Anti-Korupsi harus dimulai dari setiap lini, termasuk dari dalam kementerian,
ucap Haryono.
Lembaga-lembaga pendidikan
selalu diidolakan dengan lembaga yang bebas dari praktik korupsi.
Harapan dibebankan kedunia pendidikan untuk membangun sikap anti korupsi, membangun
sikap amanah (trust).
Tuntutannya,
sistem pendidikan harus dibenahi agar dapat menjawab permintaan tersebut. Pertanyaannya
apakah pendidikan di Indonesia siap untuk itu?
Pendidikan suatu proses belajar dan penyesuaian individu-individu secara terus menerus
terhadap nilai-nilai budaya dan cita-cita masyarakat; suatu proses dimana suatu bangsa
mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan
hidup secara efektif dan efisien. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya
berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intellect) dan
jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya.[2] Mohammad Natsir dalam
tulisannya Idiologi Didikan Islam, menyatakan pendidikan satu pimpinan jasmani dan ruhani
menuju kepada kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dalam arti sesungguhnya.[3]
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3 bahwa
pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.[4]
Dalam teori pendidikan terdapat tiga ranah dalam taksonomi tujuan pendidikan. Pertama, ranah
kognitif yang menekankan aspek untuk mengingat dan mereproduksi informasi yang telah
dipelajari, yaitu untuk mengkombinasikan cara-cara kreatif dan mensintesakan ide-ide dan
materi baru. Kedua, ranah afektif yang menekankan aspek emosi, sikap, apresiasi, nilai atau
tingkat kemampuan menerima atau menolak sesuatu. Ketiga, ranah psikomotorik yang
menekankan pada tujuan untuk melatih keterampilan seperti menulis, teknik mengajar,
berdagang, dan lain-lain. Dari ketiga ranah pendidikan tersebut idealnya harus selaras dan saling
melengkapi. Tetapi kenyataannya hubungan antara perubahan sikap (afektif) dan meningkatnya
ilmu pengetahuan (kognitif) secara statistik cenderung berdiri sendiri. Maka dari ketiga unsur
pencapaian pendidikan itu, idealnya harus dilakukan secara terpadu (integral) sehingga tercapai
tujuan proses pendidikan yang diinginkan dan akan jelas ke mana pendidikan itu akan diarahkan.
Namun kenyataanya kecenderungan dan pencapaian pendidikan sudah jauh bergeser dari tujuan
idealnya.[5]
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Azhar, Antasari, Beri Pendidikan Anti Korupsi, Antasari Undang Anak-anak ke KPK, Kamis,
06/11/2008 12:40 WIB http://www.detiknews.com/read/ 2008/11/06/124015/1032322/10/beri-
pendidikan-anti-korupsi-antasari-undang-anak- anak-ke-kpk, access, sabtu,30/1/2009,jam.23.00
wib.
Azra, Azyumardi, 2002, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rekonstruksi dan Demokratisasi,
Penerbit Kompas, Jakarta.
Bayu. An, Pendidikan Anti Korupsi ? Wajib itu., http://bayuadhitya.wordpress.
com/2008/05/28/pendidikan-anti-korupsi-wajib-itu/,access,kamis,29/1/ 2009, jam. 23.30 wib.
Dewantara, Ki Hajar, 1977, Pendidikan, Majelis Luhur Persatuan Tamaan Siswa, Yogyakarta.
Elisabeth, Stevani, Pendidikan Antikorupsi Dimulai dari Rumah Tangga,
http://www.sinarharapan.co. id/ berita/ 0812/ 12/kesra01.html,access, 30/1/2009, jam. 23.00 wib.
Lickona, Thomas, 1991, Educating for Character How Our Schools Can Teach Respect and
Responsibility, New York: Bantam Books.
Muhaimin, 2006, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan,
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Mimbar Agama Hindu, Pendidikan Mengatasi Korupsi http://www. balipost. co.id/
balipostcetak/2005/4/26/o3.htm., access, kamis, 29/1/2009, jam. 23.00
Mursyid, Ali, Pendidikan Anti-Korupsi Berbasis Masyarakat, http://
kangalimursyid.blogspot.com/2007/05/pendidikan-anti-korupsi-berbasis. html, access, kamis,
29/1/2009, jam. 23.30
Nugroho, Tjahjadi, 2007, Kata Sambutan, dalam buku: Syamsul Maarif, Revitalisasi Pendidikan
Islam, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Tilaar, HAR., 1998. Beeberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad
21, Tera Indonesia, Magelang.
____,1999, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Startegi Reformasi
Pendidikan Nasional, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Pendidikan Anti Korupsi di UIN/IAIN/STAIN: Membangun Budaya Anti Korupsi,
http://www.csrc.or.id/ berita/index. php?detail=051212063548, access, kamis, 29/1/2009, jam
23.00.
Rosi Sugiarto, Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini, http://news.okezone.com/ read/2008/12/10/
220/172280/220/ pendidikan-anti-korupsi-sejak-dini, access, jumat, 30/1/2009, jam. 23.00.
Rusli, Korupsi Di Indonesia, http://www.bangrusli.net/index.php?option=
com_content&task=view&id=317&Itemid=38, access, kamis, 29/1/2009, jam. 23.15.
Sanaky, Hujair AH., 2003, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyaraakat Madani
Indonesia, Safiria Insania Press dan MSI, Yogyakarta.
____, 2008, Academics Undergound (Studi Terhadap Layanan Biro-biro Bimbingan Skripsi di
Daerah Istimewa Yogyakarta), Hasil penelitian ini telah dimuat di Jurnal Millah, Jurnal Studi
Agama, ISSN 1412-0992, Terakreditasi SK Dirjen Dikti Diknas RI No. 167/DIKTI/Kep./2007,
Vol.VII,No.2 Februari 2008. Magister Studi Islam (MSI), Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta.
Syarif S, Sabiqul Khair, Pendidikan Antikorupsi di Sekolah, http://www. freelists.
org/post/list_indonesia/ppiindia-Pendidikan-Antikorupsi-di-Sekolah,8, acces, sabtu, 30/1/2009,
jam. 20.40 wib.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Jakarta.
Wiryana, Made, Penyelesaian Problem Sosial Melalui Optimalisasi Fungsi Tri Pusat Pendidikan
(sebuah paper yang idenya tercetus ketika banyak melihat problem sosial di kampung-kampung
miskin di perkotaan) http://wiryana- holistic.blogspot.com/2008/05/problem-sosial-dan-tri-pusat-
pendidikan.html, achttp://wiryana-holistic.blogspot. com/ 2008/05/problem-sosial-dan-tri-pusat-
pendidikan.html, access, sabtu, 31/1/2009, jam. 16.45.
[1] Tulisan artikrl ini judul lengkapnya adalah Pendidikan Mengatasi dan Anti Korupsi, yang
akan dimuat di Jurnal Al-Marawid Prodi Hukum Islam Fakultas Ilmu Agama Universitas Islam
Indonesia, terbitan 2009, sehingga bagi yang ingin membaca lengkap tulisan ini, dapat membaca
jurnal Al-Mawarid.
[2] Ki Hajar Dewantara, Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamaan Siswa,
1977), hlm.14.
[3] Pendidikan Anti Korupsi di UIN/iain/STAIN: Membangun Budaya Anti Korupsi,
http://www.csrc.or.id/ berita/index. php?detail=051212063548, access, kamis, 29/1/2009, jam
23.00.
[4] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Jakarta, 2003, hlm.8.
[5] Baca: Pendidikan Anti Korupsi di UIN/iain/STAIN: Membangun Budaya Anti Korupsi,
http://www.csrc.or.id/ berita/index. php?detail=051212063548, access, kamis, 29/1/2009, jam
23.00.
[6] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 4 ayat (4) Sistem
Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Jakarta, 2003,
hlm.9.
[7] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 13 ayat (2) Sistem
Pendidikan Nasional,, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Jakarta, 2003,
hlm.13.
[8] Made Wiryana, Penyelesaian Problem Sosial Melalui Optimalisasi Fungsi Tri Pusat
Pendidikan (sebuah paper yang idenya tercetus ketika banyak melihat problem sosial di
kampung-kampung miskin di perkotaan) http://wiryana-holistic.blogspot.com/2008/05/problem-
sosial-dan-tri-pusat-pendidikan.html, achttp://wiryana-holistic.blogspot. com/ 2008/05/problem-
sosial-dan-tri-pusat-pendidikan.html, access, sabtu, 31/1/2009, jam. 16.45.
[9] Stevani Elisabeth, Pendidikan Antikorupsi Dimulai dari Rumah Tangga,
http://www.sinarharapan.co. id/ berita/ 0812/ 12/kesra01.html,access, 30/1/2009, jam. 23.00 wib.
[10] Lickona, Thomas, Educating for Character How Our Schools Can Teach Respect and
Responsibility, New York: Bantam Books, 1991, hlm. 53.
[11] Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rekonstruksi dan Demokratisasi,
(Jakarta: Kompas, 2002), hlm. Xix.
[12] Baca: Rosi Sugiarto , Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini,
http://news.okezone.com/read/2008/12/10/ 220/172280/220/ pendidikan-anti-korupsi-sejak-dini,
access, jumat, 30/1/2009, jam. 23.00.
[13] HAR. Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Strategi
Reformasi Pendidikan Nasional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 28.
[14] Antasari Azhar, Beri Pendidikan Anti Korupsi, Antasari Undang Anak-anak ke KPK, Kamis,
06/11/2008 12:40 WIB http://www.detiknews.com/read/2008/11/06/124015/1032322/10/beri-
pendidikan-anti-korupsi-antasari-undang-anak-anak-ke-kpk, access, sabtu, 30/1/2009, jam. 23.00
wib.
[15] Baca: Sabiqul Khair Syarif S, Pendidikan Antikorupsi di Sekolah,
http://www.freelists.org/post/list_indonesia/ppiindia-Pendidikan-Antikorupsi-di-Sekolah,8,
acces, sabtu, 30/1/2009, jam. 20.40 wib.
[16] Baca: Bayu.An, Pendidikan Anti Korupsi ? Wajib itu.,
http://bayuadhitya.wordpress.com/2008/05/28/pendidikan-anti-korupsi-wajib-itu/, access, kamis,
29/1/2009, jam. 23.30 wib
[17] Baca: Mimbar Agama Hindu, Pendidikan Mengatasi Korupsi, http://www.mail-
archive.com/ppiindia@yahoogroups .com/ msg 17897.html, access, kamis, 29/1/2009, jam.
23.00 wib.
[18] Rosi Sugiarto , Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini,
http://news.okezone.com/read/2008/12/10/ 220/172280/220/ pendidikan-anti-korupsi-sejak-dini,
access, jumat, 30/1/2009, jam. 23.00.
[19] Baca: Hujair AH. Sanaky, Academics Undergound (Studi Terhadap Layanan Biro-biro
Bimbingan Skripsi di Daerah Istimewa Yogyakarta), Hasil penelitian ini telah dimuat di Jurnal
Millah, Jurnal Studi Agama, ISSN 1412-0992, Terakreditasi SK Dirjen Dikti Diknas RI No.
167/DIKTI/Kep./2007, Vol.VII,No.2 Februari 2008. Magister Studi Islam (MSI), Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta, hlm.106-127.
[20] Baca: Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Dunia
Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 84.
[21] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 84.
[22] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 84.
[23] Ali Mursyid, Pendidikan Anti-Korupsi Berbasis Masyarakat,
http://kangalimursyid.blogspot.com/2007/05/pendidikan-anti-korupsi-berbasis.html, access,
kamis, 29/1/2009, jam. 23.30 wib.
[24] Baca: Ali Mursyid, Pendidikan Anti-Korupsi Berbasis Masyarakat, http://kangalimursyid.
blogspot. com/2007/05/ pendidikan-anti-korupsi-berbasis.html, access, kamis, 29/1/2009, jam.
23.30 wib.
Permasalahan korupsi di Indonesia sudah sampai pada taraf menimbulkan skeptisime semua
kalangan, termasuk mahasiswa. Maka dari itu mendesain mata kuliah baru Anti-korupsi agar
menjadi sebuah pembelajaran yang menarik, tidak monoton dan efektif bukan hal mudah. Materi
tentu penting untuk memperkuat aspek kognitif, namun pemilihan metode pembelajaran yang
kreatif merupakan kunci bagi keberhasilan mengoptimalkan intelektual, sifat kritis dan etika
integritas mahasiswa. Dosen sendiri harus menjadi komunikator, fasilitator dan motivator yang
baik bagi mahasiswa. Peran pimpinan perguruan tinggi juga diperlukan untuk menciptakan
kampus sebagai land of integrity yang mendukung efektifitas pendidikan Anti-korupsi itu
sendiri.
Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah umum yang berlaku di
masyarakat. Korupsi di Indonesia telah dianggap sebagai kejahatan luar biasa. Melihat realita
tersebut timbul public judgement bahwa korupsi adalah manisfestasi budaya bangsa. Telah
banyak usaha yang dilakukan untuk memberantas korupsi. Namun sampai saat ini hasilnya
masih tetap belum sesuai dengan harapan masyarakat.
Korupsi sebagai masalah keserakahan elite telah Mencoreng citra bangsa di mata internasional.
Sangatlah wajar apabila kampanye anti keserakahan dijadikan sebagai salah satu upaya
memberantas Korupsi. Banyak faktor penyebab terjadinya korupsi, namun faktor tersebut
berpusat pada satu hal yakni toleransi terhadap korupsi. Kita lebih banyak wicara dan upacara
ketimbang aksi. Mencermati faktor penyebab korupsi sangat tepat sebagai langkah awal bergerak
menuju pemberantasan korupsi yang riil.
Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk kondisi ekonomi bangsa,
misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas yang buruk, akses rakyat terhadap
pendidikan dan kesehatan menjadi sulit, keamanan suatu negara terancam, kerusakan lingkungan
hidup, dan citra pemerintahan yang buruk di mata internasional sehingga menggoyahkan sendi-
sendi kepercayaan pemilik modal asing, krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan negara pun
menjadi semakin terperosok dalam kemiskinan.
Pada dasarnya korupsi terjadi karena adanya faktor internal (niat) dan faktor eksternal
(kesempatan). Niat lebih terkait dengan faktor individu yang meliputi perilaku dan nilai-nilai
yang dianut, sedangkan kesempatan terkait dengan sistem yang berlaku. Upaya pencegahan
korupsi dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai anti korupsi pada semua individu.
Setidaknya ada 9 (sembilan) nilai anti korupsi yang penting untuk ditanamkan pada semua
individu, yaitu Kejujuran, Kepedulian, Kemandirian, Kedisiplinan, Tanggung jawab, Kerja keras,
Sederhana, Keberanian, dan Keadilan.
Banyak sekali hambatan dalam pemberantasan korupsi. Terlebih bila korupsi sudah secara
sistemik mengakar dalam segala aspek kehidupan masyarakat di sebuah negara. Beragam cara
dicoba, namun praktek korupsi tetap subur dan berkembang baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. Kegagalan pemberantasan korupsi di masa lalu tidak boleh menyurutkan keinginan
semua pihak untuk memberantas korupsi. Perlu dipahami bahwa tidak ada satu konsep tunggal
yang dapat menjawab bagaimana korupsi harus dicegah dan diberantas. Semua cara, strategi dan
upaya harus dilakukan dalam rangka memberantas korupsi.
Tindak Pidana korupsi bukanlah tindak pidana baru di dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Istilah tindak pidana korupsi itu sendiri telah digunakan sejak diberlakukannya
Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor Prt/Peperpu/013/1950. Namun
perbuatan korupsi yang diatur di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia pada
hakikatnya telah dikenal dan diatur di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Hal
ini terbukti dengan diadopsinya beberapa ketentuan hukum pidana dalam KUHP menjadi delik
korupsi.
Dalam sejarah tercatat bahwa mahasiswa mempunyai peran penting dalam menentukan
perjalanan bangsa Indonesia. Dengan idealisme, semangat muda, dan kemampuan intelektual
tinggi yang dimilikinya mahasiswa mampu berperan sebagai agen perubahan (agent of change).
Peran mahasiswa tersebut terlihat menonjol dalam peristiwa-peristiwa besar seperti Kebangkitan
Nasional tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945,
lahirnya Orde Baru tahun 1966, dan Reformasi tahun 1998. Maka tidaklah berlebihan jika
mahasiswa diharapkan juga dapat menjadi motor penggerak utama gerakan anti korupsi di
Indonesia.
Indonesia Republik Korupsi? Ya, idiom itu memang bisa menjadi sebuah stigma yang amat
tidak nyaman bagi warga bangsa yang masih memiliki nurani. Namun, cobalah raba dan rasakan
denyutnya! Betapa proses anomali sosial
bernama korupsi itu sudah demikian deras mengalir di berbagai lini dan lapis kehidupan, mulai
pusat hingga daerah. Sekat-sekat kehidupan di negeri ini (nyaris) tidak lagi
menyisakan spase yang nyaman untuk tidak berbuat korup.
Negeri kita telah lama dikenal sebagai negeri yang kaya. Namun, pemerintahnya banyak utang
dan rakyatnya pun terlilit dalam kemiskinan permanen. Sejak zaman pemerintahan kerajaan,
kemudian zaman penjajahan, dan hingga zaman modern dalam pemerintahan NKRI dewasa ini,
kehidupan rakyatnya tetap saja miskin. Akibatnya, kemiskinan yang berkepanjangan telah
menderanya bertubi-tubi sehingga menumpulkan kecerdasan dan masuk terjerembab dalam
kurungan keyakinan mistik, fatalisme, dan selalu ingin mencari jalan pintas.
Kepercayaan terhadap pentingnya kerja keras, kejujuran, dan kepandaian semakin memudar
karena kenyataan dalam kehidupan masyarakat menunjukkan yang sebaliknya. Banyak mereka
yang kerja keras, jujur dan pandai, tetapi ternyata bernasib buruk hanya karena mereka datang
dari kelompok yang tak beruntung, seperti para petani, kaum buruh. Sementara itu, banyak yang
dengan mudahnya mendapatkan kekayaan hanya karena mereka datang dari kelompok elite atau
berhubungan dekat dengan para pejabat dan penguasa, bahkan oleh para mereka yang disebut
kyai sekalipun.
Akibatnya, kepercayaan rakyat terhadap rasionalitas intelektual menurun karena hanya dipakai
para elite untuk membodohi kehidupan mereka saja.
Mereka memuja dan selalu mencari jalan pintas untuk mendapatkan segala sesuatu dengan
mudah dan cepat, baik kekuasaan maupun kekayaan. Korupsi lalu menjadi budaya jalan pintas
dan masyarakat pun menganggap wajar memperoleh kekayaan dengan mudah dan cepat.
Sungguh demikian parahkah perilaku korup di sebuah negeri yang pernah diagung-agungkan
sebagai bangsa yang santun, beradab, dan berbudaya? Haruskah negeri ini hancur dan tenggelam
ke dalam kubangan dan lumpur korupsi hingga akhirnya loyo dan tak berdaya dalam
menghadapi tantangan peradaban?
Berdasarkan fakta ironis semacam itu, masuk akal juga kalau ada yang pernah menggulirkan
wacana pendidikan antikorupsi. Pendidikan antikorupsi didasarkan pertimbangan bahwa
pemberantasan korupsi mesti dilakukan secara integratif dan simultan yang mesti berjalan
beriringan dengan tindakan represif terhadap koruptor. Karena itulah, pendidikan antikorupsi
mesti didukung. Jangan sampai timbul keawaman terhadap korupsi dan perilaku koruptif.
Pendidikan antikorupsi perlu dirancang agar menggunakan pijakan multikutural sebagai basisnya
karena banyaknya perbedaan dalam kesederajatan, baik secara individual maupun kebudayaan.
Dalam model multikulturalisme, masyarakat dilihat sebagai sebuah kepingan unik dari sebuah
mosaik besar. Konsep multikulturalisme tidak sama dengan pluralisme. Pluralisme menekankan
pengakuan dan penghormatan kepada adanya keragaman budaya dan suku bangsa, juga agama.
Multikulturalisme menekankan keanekaragaman dalam persamaan derajat.
Pendidikan antikorupsi berbasis multikultural mengandaikan domain bangsa sebagai arena yang
dipenuhi bermacam tipe manusia. Pendidikan antikorupsi berbasis multikultur didasari konsep
perbedaan yang unik pada tiap orang. Setiap orang memperoleh peluang pembelajaran sesuai
keunikannya. Pendidikan ini dikelola sebagai sebuah dialog, sehingga tumbuh kesadaran dari
setiap warga akan pentingnya pemberantasan dan pencegahan korupsi. Sampai tingkat lanjut
menumbuhkan kesadaran kolektif, untuk secara bersama memberantas korupsi.
Memang sudah saatnya dunia pendidikan kita disentuh oleh persoalan-persoalan riil yang
berlangsung di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Ketika perilaku korupsi sudah demikian
mengakar di berbagai lapis dan lini kehidupan masyarakat, sudah seharusnya para siswa didik
yang kelak akan menjadi penentu masa depan negeri ini, diperkenalkan dengan masalah-masalah
korupsi untuk selanjutnya diajak bersama-sama memberikan sebuah pencitraan bahwa korupsi
harus menjadi public enemy yang harus dihancurkan bersama. Para siswa didik perlu tahu betapa
berbahayanya perilaku koprusi itu sehingga mereka diharapkan memiliki filter yang amat kuat
untuk tidak tergoda melakukan tindakan-tindakan korup.
Selain itu, korupsi sebenarnya merupakan persoalan kompleks dan rumit yang mencakup ranah
hukum, sosial, ekonomi, politik, budaya, maupun agama. Realitas sosial yang timpang,
kemiskinan rakyat yang meluas serta tidak memadainya gaji dan upah yang diterima seorang
pekerja, merebaknya nafsu politik kekuasaan, budaya jalan pintas dalam mental suka menerabas
aturan, serta depolitisasi agama yang makin mendangkalkan iman, semuanya itu telah membuat
korupsi semakin subur dan sulit diberantas, selain karena banyaknya lapisan masyarakat dan
komponen bangsa yang terlibat dalam tindak korupsi. Karena itu, dekonstruksi sosial tak bisa
diabaikan begitu saja dan kita perlu merancang dan mewujudkannya dalam masyarakat baru
yang antikorupsi.
Nah, agaknya akan sia-sia saja pendidikan antikorupsi masuk ke dalam kurikulum pendidikan
secara formal kalau tidak diimbangi dengan proses dekonstruksi sosial secara simultan. Berbagai
komponen masyarakat perlu menjadikan perilaku korupsi ini sebagai tindakan tidak bermartabat
yang bisa menyengsarakan hajat hidup rakyat banyak. Supremasi hukum harus jalan. Seiring
dengan itu, para siswa didik juga perlu diajak berdialog dan mengikuti proses pembelajaran
secara terbuka dan interaktif melalui pemaparan perilaku korupsi dan dampaknya bagi
masyarakat luas. Dengan cara begitu, perilaku antikorupsi dengan sendirinya akan masuk ke
dalam ranah nurani dan jiwa siswa didik sehingga kelak mereka benar-benar menjadi generasi
masa depan yang bersih dan bermartabat. Wallahu Alam nur s
Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi
maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar
dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut:
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk
keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya.
Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang
diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan
narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.
Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan
antara korupsi dan kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi
atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada
juga yang tidak legal di tempat lain.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2. Transparansi
Transparansi merupakan prinsip yang mengaharuskan semua kebijakan dilakukan secara
terbuka sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi
pintu masuk, sekaligus kontrol bagi seluruh bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan
seluruh sektor kehidupan publik mensyaratkan adanya transparansi sehingga tidak terjadi distorsi
dan penyelewengan yang merugikan masyarakat. Dalam bentuk yang paling sederhana
keterikatan interaksi antar dua individu atau lebih mengharuskan adanya keterbukaan,
keterbukaan dalam konteks ini merupakan bagian dari kejujuran untuk saling menjujung
kepercayaan yang terbina antar individu.
Sektor-sektor yang harus melibatkan masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Proses penganggaran yang bewrsifat dari bawah ke atas, mulai dari perencanaan,
implementasi, laporan pertanggungjawaban dan penilaian terhadap kinerja anggran. Hal ini perlu
dilakukan untuk memudahkan masyarakat melkukan kontrol terhadappengelolaan anggaran.
b. Proses penyusunan kegiatan atau proyek
c. Proses pembahasan tentang pembuatan rancangan peraturan yang berkaitan dengan strategi
penggalangan dana.
d. Proses tentang tata cara dan mekanisme pengelolaan proyek mulai dari proses tender, pengerjaan
teknis, pelaporan finansial dan pertanggungjawaban secara teknis dari proyek yang dikerjakan
oleh pimpinan proyek atau kontraktor.
3. Fairness
Fairness merupakan salah satu Prinsip-prinsip anti korupsi yang mengedepankan
kepatutan atau kewajaran. Prinsip Fairness sesungguhnya lebih ditujukan untuk mencegah
terjadinnya manipulasi dalam penganggaran proyek pembangunan, baik dalam bebtuk mark up
maupun ketidakwajaran kekuasaan lainnya. Jika mempelajari definisi korupsi sebelumya, maka
dalam korupsi itu sendiri terdapat unsur-unsur manipulasi dan penyimpangan baik dalam bentuk
anggaran, kebijkan dan lainnya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka para perumus kebijakan
pembangunan menekankan pentingnya prinsip fairness dalam proses pembangunan hingga
pelaksanaanya. Haze Croall dalam bukunya White Collar Crime (kejahatan kerah putih)
merumuskan kejahatan kerah putih atau koruptor sebagai kejahatan orang-orang yang menyukai
cara-cara licik, menipu dan jauh dari sifat-sifat fairness.
Untuk menghindari pelanggaran terhadap prinsip fairness, khususnya dalam proses
penganggaran, diperlukan beberapa langkah sebagai berikut:
a. Komprehensif dan disiplin
b. Fleksibilitas
c. Terprediksi
d. Kejujuran
e. Informatif
4. Kebijakan Anti Korupsi
Kebijakan merupak sebuah upaya untuk mengatur tata interaksi dalam ranah social.
Korupsi sebagai bentuk kejahatan luar biasa yang mengancam tata kehidupan berbagai telah
memaksa setiap negara membuat undang-undang untuk mencegahnya. Korupsi sebagai bagian
dari nilai-nilaiyang ada dalam diri seseorang dapat dikendalikan dan dikontrol oleh peraturan.
Kebikjakan anti korupsi dapat dilihat dalam beberapa perspektif, yaitu: isi kebijkan, pembuatan
kebijakan, penegakkan kebijakan, hukum kebijakan.
5. Kontrol Kebijakan
Mengapa perlu kontrol kebijakan? Jawaban yang pasti atas pertanyaan ini adalah karena
tradisi pembangunan yang dianut selama ini lebih bersifat sentralistik. Menurut David Korten
lebih dari tiga dasawarsa, pembangunan diasumsikan dari pemerintah dan untuk pemerintah
sendiri. Ini berarti bahwa fungsi peran, dan kewenangan pemerintah teramat dominan hingga
terkesan bahwa proses kenegaraan hanya menjadi tugas pemerintah dan sama sekali tidak perlu
melibatkan masyarakat seolah-olah pemerintah paling mengetahui seluk beluk kehidupan
masyarakat di negarannya. Itulah sebabnya, ditengah arus demokratisasi, paradigma tersebut
harus direkonstruksi sehingga tumbuh tradisi baru berupa kontrol kebijakan.
Paling tidak terdapat tiga model kontrol terhadap kebijakan pemerintah, yaitu oposisi,
penyempurnaan dan perubahan terhadap pemerintah. Penggunaaan tiga metode kontrol tersebut
tergantung pada bentuk perumusan dan pelaksanaan kebijakanpemerintah serta pilihan politik
yang hendak dibangun.
KESIMPULAN
Korupsi sebagai sebuak bentuk konsepsi mengalami pemaknaan yang beragam. Mulai
pemaknaan yang bersifat etimologis, terminologis, sampai levelisasi korupsi. Sebagai sebuah
penyimpangan, korupsi tidak hanya berlangsung pada ranah kekuasaan untuk mencari
keuntungan materi juga dalam bentuk penyimpangan kepercayaan yang ada pada setiap orang.
Korupsi bukan hanya milik pemerintah, tapi juga sektor swasta bahkan lembaga pendidikan.
Korupsi tidak hanya berlangsung pada level struktural, tapi juga kultural.
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Syed Husein, korupsi, sebab dan fungsi, jakarta: LP3ES, 1987
Baasir faisal, pembangunan dan krisis, jakarta: pustaka sinar harapan, 2003
Hartati, evi tindak pidana korupsi, jakatra: sinar grafica, 2005
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Rabb semesta alam, sebab Dialah Rabb semesta alam yang
malik serta Mudabbir. Berkat pertolongan-Nya dan Inayah-Nya, maka tugas ini dapat di
selesaikan.
Shalawat teriring salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW. Karena berkat perjuangannyalah hingga kita bisa hidup segala dengan Ilmu Pengetahuan.
Pengertian korupsi
Secara etimologi korupsi berasal dari kata korup yang berarti buruk, rusak, dan busuk, korup
juga berarti dapat di sogok (melalui kekuasaan untuk kepentingan pribadi) korupsi juga
disebutkan beasal dari bahasa Latin Corumpere dan curruptio yang berarti penyuapan dan
corruptor yang berarti merusak.
Sementara secara terminologi korupsi berarti sebagai pemberian dan penerimaan suap. Definisi
korupsi ini lebih menekankan pada praktik pemberian suap atau penerimaan suap.
Dari beberapa definisi di atas, korupsi dapat dipahami dalam tiga level, yaitu:
a. Akuntabilitas
Prinsip akuntabilitas merupakan faktor penting dalam rangka mencegah terjadinya korupsi.
Prinsip ini pada dasarnya dimaksudkan agar segenap kebijakan dan langkah-langkah yang
dijalankan sebuah lembaga dapat dipertanggungjawabkan secara sempurna.
Kedua, berkenaan dengan upaya-upaya evaluasi, selama ini evaluasi hanya terbatas sebagai
penilian dan evaluasi terhadap kinerja administrasi dan proses pelaksanaan dan tidak dilakukan
evaluasi terhadap dampak dan manfaat yang diberikan oleh setiap proyek kepada masyarakat,
baik dampak langsung maupun manfaat jangka panjang setelah beberapa tahun proyek itu
dilaksanakan.
b. Transparansi
Transparansi merupakan prinsip yang mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara
terbuka, kedua sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik.
Pertama, proses penganggaran yang bersifat dari bawah ke atas (bottom up). Hal ini perlu
dilakukan untuk memudahkan masyarakat melakukan kontrol terhadap pengelola anggaran.
Keempat, proses pembahasan tentang pembuatan rancangan peraturan yang berkaitan dengan
strategi penggalangan dana.
Kelima, proses evaluasi terhadap penyelenggaraan proyek yang dilakukan secara terbuka dan
bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif.
Bantuk-bentuk (Bribery)
Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan pencurian uang, properti, atau
barang berharga. Oleh seseorang yang diberi amanat untuk menjaga dan mengurus uang, properti
atau barang berharga tersebut. Penggelembungan menyatu kepada praktik penggunaan informasi
agar mau mengalihkan harta atau barang secara suka rela.
c. Pemerasan (Extorion)
d. Nepotisme (nepotism)
Kata nepotisme berasal dari kata Latin nepos yang berarti nephew (keponakan).
Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat berdasarkan pertimbagan hubunga, bukan
karena kemamuannya.
a. Faktor internal
Adalah faktor dari dalam diri si pelaku terkait denagn persepsi terhadap korupsi dan moralitas
manapun integrasi moral individu yang bersangkutan.
Persoalan bahwa korupsi adalah sebuah perbuatan kriminal dan kejahatan sebenarnya tidak perlu
di perdebatkan lagi. Meskipun demikian, ada anggapan yang menyatakan bahwa korupsi bersifat
fungsional karena disebut dapat meningkatkan derajat sekonomi seseorang pendapat yang
melihat korupsi bersifat fungsional pada saat sekarang semakin tidak relevan. Disamping
persepsi korupsi yang fungsional tersebut, tindakan korupsi seringkali disebabkan karena
minimnya pengetahuan terhadap perilaku korupsi.
b. Faktor Eksternal
Adalah faktor di luar diri pelaku yang memberi peluang bagi munculnya prilaku korupsi dan
sistem dan struktur hukum, politik, corporate culture, sistem dan struktur sosial dan sistem
pendidikan.
- Sistem hukum
Penyebab korupsi sering dilihat dari seberapa besar efektifitas sistem hukum untuk
mencegahmya. Sistem hukum yang tidak efektif sangat berpengaruh terhadap munculnya
perilaku korupsi.
- Sistem Politik
Struktur dan sistem politik biasanya difahami sebagai proses bagaimana kekuasaan didapatkan
dan dijalankan.
Yang dimaksud denga corporate culture adalah kebiasaan kerja seluruh perangkat perusahaan
atau lembaga baik manajemen maupun seluruh lapisan karyawan yang dibentuk dan dilakuan
serta diterima sebagai standar perilaku kerja, serta membuat seluruh perangkat terikat terhadap
perusahaan atau lembaga.
Semakin memberi peluang untuk korupsi jika di tingkat masyarakat juga muncul budaya nrimo
eweh pekewuh khusus kasus di Indonesia
- Sistem pendidikan
Lembaga pendidikan sebagai lembaga pencerahan yang mendidik siswa dan mahasiswa untuk
lebih kritis, faham dengan kenyataan, dan bisa menyelesaikan persoalan-persoalan hidup masih
hidup di pertanyakan
- Sistem ekonomi
Persoalan kemiskinan, gaji yang tidak memadai menjadi faktor yang sangat klasik untuk
membenarkan tindakan korupsi.
Budaya upaya pemberantasan tindak pidana korupsi telah dilakukan sejak tahun 1960-an, baik
dalam bentuk pembentukan komisi-komisi yang bersifat adhok, kelembagaan yang permanen,
maupun melalui penyempurnaan dan pmebentukan perundang-undangan. Pada masa orde lama
di bawah kepemimpinan Oekarno, tercatat sudah dua kali dibentuk badan pemberantasan
korupsi. Namun, ternyata pemerintah pada waktu setengah hati menjalankannya. Adapun
perangkat hukum yang digunakan adalah undang-undang denan produknya yang diberi nama
PARAN (Panitia Retoaling Aparatur Negara). Badan ini dipimpin oleh AH. Nasution dai bantu
oleh 2 orang anggota yakni Prof. M. Yamin dan Roeslan Abdul Gani.
Salah satu tugas paran saat itu adalah agar para pejabat pemerintah dharuskan mengisi formulir
yang disediakan, istilah sekarang mungkin daftar kekayaan pejabat negara.
Usaha PARAN akhirnya mengalami deadlock karena kebanyakan pejabat berlindung dibalik
Presiden. Disisi lain, karena pergolakan di daerah-daera sedang memanas sehingga tugas
PARAN akhirnya diserahkan kembali pemerintah (Kabinet Juanda). Tahun 1963 melalui
keputusan kembali digalakkan. Nasution yang saat itu menjabat sebagai menkohonkam/Kasab
ditunjuk kembali sebagai ketua dibantu ooleh Woryono Prodjodikusumo. Tugas mereka lebih
berat yaitu meneruskan kasus-kasus korupsi ke meja pengadilan. Lembaga ini kemudian hari di
kenal dengan istilah Operasi Budhi. Operasi Budhi ternyata juga mengalami hambatan.
Tahun 1970, terdorong oleh ketidakseriusan TPK dalam memberantas korupsi seperti komitemen
Soeharto, mahasiswa dan pelajar melakukan unjuk rasa memprotes keberadaan TPK. Maraknya
gelombang protes dan unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa, akhirnya ditanggapi Soeharto yang
membentuk komite Empat beranggotakan tokoh-tokoh tua yang dianggap bersih dan berwibawa
seperti Prof. Johannes, IJ. Kasimo, Mr. Wilopo dan A. Tjokroaminoto. Tugas mereka yang utama
adalah membersihkan antara lain Departemen Agama, Bulog, CV. Waringin, PT. Mantrust,
Telkom, Pertamina, dll.
Pada tahun 1997, awal bencana krisi ekonomi melanda Asia tak terkecuali Indonesia, bahkan,
akibat krisis tersebut Indonesia merupakan negara yang dinilai paling parah. Jika di negara-
negara lain dalam waktu 4-5 tahun sudah beranjak dari krisis moneter, tetapi di Indonesia justru
krisis berkembang keberbagai dimensi kehidupan. Dimana-mana terjadi kerusuhan, kriminalitas
dan termasuk meningkatnya budaya korupsi
4. Bagaimana pendapat anda bila salah satu pencegahan dan pemberantasan korupsi dilakukan
melalui jalur pendidikan? Jelaskan.
Saya berharap untuk kedepannya supaya penegakan dan pemberantasan korupsi itu melalui jalur
pendidikan. Supaya penerus bangsa ini tidak terpengaruh atau mengikuti langkah-langkah para
korup-korup di zaman sekarang yang hanya merugikan negara.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
Manfaat
3. Masyarakat
Menambah informasi tentang korupsi
4. Kelompok
Lebih mendalami arti korupsi
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN KORUPSI
Korupsi berasal dari kata latin Corrumpere, Corruptio, atau Corruptus. Arti
harfiah dari kata tersebut adalah penyimpangan dari kesucian (Profanity), tindakan
tidak bermoral, kebejatan, kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran atau kecurangan.
Dengan demikian korupsi memiliki konotasi adanya tindakan-tindakan hina, fitnah
atau hal-hal buruk lainnya. Bahasa Eropa Barat kemudian mengadopsi kata ini
dengan sedikit modifikasi; Inggris : Corrupt, Corruption; Perancis : Corruption;
Belanda : Korruptie. Dan akhirnya dari bahasa Belanda terdapat penyesuaian ke
istilah Indonesia menjadi : Korupsi.
Kumorotomo (1992 : 175), berpendapat bahwa korupsi adalah penyelewengan
tanggung jawab kepada masyarakat, dan secara faktual korupsi dapat berbentuk
penggelapan, kecurangan atau manipulasi. Lebih lanjut Kumorotomo
mengemukakan bahwa korupsi mempunyai karakteristik sebagai kejahatan yang
tidak mengandung kekerasan (non-violence) dengan melibatkan unsur-unsur tipu
muslihat (guile), ketidakjujuran (deceit) dan penyembunyian suatu kenyataan
(concealment).
Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi makanan
masyarakat setiap hari, maka akibatnya akan menjadikan masyarakat tersebut
sebagai masyarakat yang kacau, tidak ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan
baik. Setiap individu dalam masyarakat hanya akan mementingkan diri sendiri (self
interest), bahkan selfishness. Tidak akan ada kerjasama dan persaudaraan yang
tulus.
Fakta empirik dari hasil penelitian di banyak negara dan dukungan teoritik oleh
para ilmuwan sosial menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap
rasa keadilan sosial dan kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan perbedaan yang
tajam di antara kelompok sosial dan individu baik dalam hal pendapatan, prestise,
kekuasaan dan lain-lain.
Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka
panjang adalah rusaknya generasi muda. Dalam masyarakat yang korupsi telah
menjadi makanan sehari-harinya, anak tumbuh dengan pribadi antisosial,
selanjutnya generasi muda akan menganggap bahwa korupsi sebagai hal biasa
(atau bahkan budayanya), sehingga perkembangan pribadinya menjadi terbiasa
dengan sifat tidak jujur dan tidak bertanggungjawab. Jika generasi muda suatu
bangsa keadaannya seperti itu, bisa dibayangkan betapa suramnya masa depan
bangsa tersebut.
Di samping itu, keadaan yang demikian itu akan memicu terjadinya instabilitas
sosial politik dan integrasi sosial, karena terjadi pertentangan antara penguasa dan
rakyat. Bahkan dalam banyak kasus, hal ini menyebabkan jatuhnya kekuasaan
pemerintahan secara tidak terhormat, seperti yang terjadi di Indonesia.
Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di
Indone-sia, antara lain sebagai berikut :
4. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan
masa tua.
5. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
6. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis
tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
a. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia
milik Pemda NAD (2004).
c. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI
Jakarta (2004).
e. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa
hingga ke tingkat pusat/nasional.
BAB III
KESIMPULAN
Korupsi merupakan tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri
sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah korporasi), yang secara langsung
maupun tidak langsung merugikan keuangan atau prekonomian negara, yang dari
segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan
dengan nilai-nilai keadilan masyarakat. Korupsi berakibat sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia, baik dalam aspek kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi,
dan individu. Tindakan-tindakan korupsi merupakan bentuk penyelewengan dari
butir-butir Pancasila. Beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas
tindak korupsi di Indonesia, antara lain: upaya pencegahan (preventif), upaya
penindakan (kuratif), upaya edukasi masyarakat/mahasiswa, dan upaya edukasi
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
DAFTAR PUSTAKA
http://wiwitna.blogspot.com/2013/03/upaya-pemberantasan-korupsi-di-
indonesia.html
http://www.iba.web.id/2013/04/pengertian-korupsi-berdasarkan-undang.html
http://hanyagoresantika.blogspot.com/2012/06/korupsi-di-indonesia-akibat-
dan.html
http://korupsi-dalam-perspektif-islam-dan.html
1 comments:
Post a Comment
Search
Popular
Tags
Blog Archives
PROFIL
nida usanah
Followers
1. Maskumambang : 12i, 6a, 8i, 8a 2. Pucung: 12u, 6a, 8i, 12a. 3. Gambuh:
7u, 10u, 12i, 8u, 8o 4. Megatruh: 12u, 8i, 8u, 8i, 8o 5. Mijil...
Penayangan
Google+ Followers
Labels
ALBUM
ARTIKEL
BUKU
CURCOL
IMPIAN
KARYA
LIRIK LAGU
MATERI
Archives
2015 (2)
2014 (24)
o December (2)
o June (6)
o April (6)
o March (8)
o January (2)
2013 (18)
2012 (30)
2011 (1)