Anda di halaman 1dari 13

Wikepedia(ensiklopedia bebas)

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan
kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran
kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta gama yang berarti "tradisi".[1]. Sedangkan
kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin
religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali".
Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Definisi

Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini
diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agamaagama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu
terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan
titik perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya
menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang
luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa
itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa,
God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang
Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan
cara menghambakan diri , yaitu :

menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin
berasal dari Tuhan

menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari
Tuhan

Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan
manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia,
penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur
pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

[sunting] Cara Beragama


Berdasarkan cara beragamanya :
1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara
beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya.
Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang
baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan
demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya.
2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di
lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara
beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada
umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika
berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya.
Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain
agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan
tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan
masyarakatnya.
3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk
itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan
pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang
beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
4. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati
(perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan
menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran
(dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya
dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari
Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan,
mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.

[sunting] Agama di Indonesia


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agama di Indonesia
Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu: agama Islam, Kristen
(Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sebelumnya, pemerintah
Indonesia pernah melarang pemeluk Konghucu melaksanakan agamanya secara terbuka.

Namun, melalui Keppress No. 6/2000, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut larangan
tersebut. Tetapi sampai kini masih banyak penganut ajaran agama Konghucu yang
mengalami diskriminasi dari pejabat-pejabat pemerintah. Ada juga penganut agama
Yahudi, Saintologi, Raelianisme dan lain-lainnya, meskipun jumlahnya termasuk sedikit.
Menurut Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 junto Undang-undang
No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan agama dalam
penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan bahwa Agama-agama yang dianut oleh
sebagian besar penduduk Indonesia adalah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Konghucu. Meskipun demikian bukan berarti agama-agama dan kepercayaan lain tidak
boleh tumbuh dan berkembang di Indonesia. Bahkan pemerintah berkewajiban
mendorong dan membantu perkembangan agama-agama tersebut.
Sebenarnya tidak ada istilah agama yang diakui dan tidak diakui atau agama resmi dan
tidak resmi di Indonesia, kesalahan persepsi ini terjadi karena adanya SK (Surat
Keputusan) Menteri dalam negeri pada tahun 1974 tentang pengisian kolom agama pada
KTP yang hanya menyatakan kelima agama tersebut. Tetapi SK (Surat Keputusan)
tersebut telah dianulir pada masa Presiden Abdurrahman Wahid karena dianggap
bertentangan dengan Pasal 29 Undang-undang Dasar 1945 tentang Kebebasan beragama
dan Hak Asasi Manusia.
Selain itu, pada masa pemerintahan Orde Baru juga dikenal Kepercayaan Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, yang ditujukan kepada sebagian orang yang percaya akan keberadaan
Tuhan, tetapi bukan pemeluk salah satu dari agama mayoritas.

agama=penuntun hidup
A= Allah
Gama= Sinar/cahaya/gelombang
Agama=Cahaya Allah
Cahaya Allah adalah ciptaan Allah yang bertugas untuk menyampaikan petunjuk
kebenaran/tuntunan hidup
gama=sinar yang paling halus, terbesar energinya/rohnya, diatas sinar alpha,beta omega
dlsb.

KATA PENGANTAR
Alhamdullillah penulis mengucapkan kehadirat Allah swt.yang telah memberikan taufiq
dan karunianya ,sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik .Dan tidak lupa
pula shalawat dan salam kita sampaikan keharibaan nabi besar Muhammad saw,yang
telah mengantarkan kita dari alam jahiliyah kepada alam yang berilmu pengetahuan.
Dan tidak lupa kami berterima kasih kepada pembimbing mata pelajaran studi agama
yang telah membantu kami menyelesaikan makalah kami..semoga segala bantuan yang
diberikan terhadap kesuksesan makalah ini ,mendapat ganjaran pahala yang setimpal
disisi Allah.
Terakhir,penulis secara terbuka mengakui berbagai informasi dalam makalah ini tidak
luput dari kekeliruan dan kekurangan .karenanya,kritik dan saran para pembaca sangat
diharap kan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Pendahuluan
A. Pengertian Agama
B. Latar belakang perlunya manusia terhadap Agama
C.Berbagai pendekatan Dalam Memahami Agama
KESIMPULAN
F.DAFTAR PUSTAKA
A. Pengertian Agama
Secara sederhana, pengertian agama dapat dilihat dari sudut kebahasan dan sudut istilah.
Mengartikan agama dari sudut kebahasan akan terasa lebuh mudah dari pada mengartikan
agama dari sudut istilah, karena pengertian agama dari sudut istilah sudah mengandung
muatan subyektivitas dari orang yang mengartikannya. Atas dasar ini maka tidak
mengherankan jika muncul beberapa ahli agama yang tidak tertarik mendefinisikan
agama. James H, leuba, berusaha mengumpulkan semua definisi yang pernah dibuat
orang tentang agama, tak kurang dari 48 teori. Namun akhirnya ia berkesimpulan, bahwa
usaha untuk membuat definisi agama itu tak ada gunanya, karna hanya merupakan
kepandaian bersilat lidah. Selanjutnya Mukhti Ali pernah mengatakan, barang kali tidak
adakata yang paling sulit diberi pengertian dan definisi selain dari kata agama.
Pernyataan itu didasarkan pada tiga alas an. Pertama, bahwa pengalaman agama adalah
soal batini, subjektif dan sangat individualis sifatnya. Kedua, barang kali tidak adaorang
yang begitu bersemangat dan emosinal dari pada orang yang membicarakan agama.
Ketiga, konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan
definisi tersebut.
Sampai sekarang perdebatan tentang definisi agama masih belum selesai, hingga
W.H.Clarck, seorang ahli Ilmu jiwa agama mengatakan bahwa tidak ada yang lebih sukar
dari pada mencari kata-kata yang dapat digunakan untuk membuat definisi agama, karena
pengalaman agama adalah subyektif, inter dan individual, diman setiap orang akan
merasakan pengalaman agama yang berbeda dari yang lain. Disamping itu tampak,
bahwa pada umumnya orang mengaku lebih condong kepada agama, kendatipun ia tidak

menjalankannya.
Berbagai pernyataan tersebut sengaja dikemukakan disini sebelum memasuki
pembahasan pengertian mengenai agama lebih lanjut, dengan tujuan agar dari sejak awal
kita tidak memandang bahwa suatu pengertian agama yang dikemukakan seorang ahli
dianggap lebih unggul dibandingkan dengan pengertian agama yang diberikan yang
lainnya.
Pengertian agama dari segi bahasa dapat kita ikuti antara lain uraian yang diberikan
Harun Nasution. Menurutnya, dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama,
dikenala pula kata ?? ? dari bahasa Arab dan kata religi dari bahasa eropa, menurutnya
agama berasal dari kata Sanskrit. Menurut suatu pendapat , demikian Harun Nasution
mengatakan, kata itu tersusun dari dua kata, a=tidak dan gam=pergi, jadi agama artinya
tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi secara turun temurun dari satu generasi ke enerasi
lainnya. Selanjutnya ada lagi pendapat yang mengatakan agama itu teks atau kitab suci.
Dan agama-agama memang mempunyai kitab suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa
agama berarti tuntutan. Pengertian ini tampak menggambarkan salah satu fungsi agama
adalah agama sebagai suatu tuntutan dalam kehidupan.
Selanjutnya din dalam bahasa semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa
Arab kata ini berarti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan dan kebiasaan.
Pengertian ini juga sejalan dengan pengertian agamayang didalamnya terdapat peraturanperaturanyang merupakan hukum, yang harus dipatuhi oleh penganut agama yang
bersangkutan.
Adapun kata religi berasal dari bahasa latin. Menurut satu pendapat, asal kata religi
adalah relegere yang mengandung arti mengumpulkan atau membaca. Pengertian
demikian ini juga sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara-cara
mengabdi pada Tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca
Dari beberapa definisi tersebut, akhirnya Harun Nasution menyimpulkan bahwa intisari
yang mengandung dalam istilah-istilah diatas adalah iakatan. Agama memang
mengandung arti ikatanyang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai
penagruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasaldari
suatu kekuatan yang lebih tinngi dari manusia. Satu kekuatan gaib yang dapat ditangkap
oleh panca indra.
Adapun pengertian agama dari segi istilah dapat dikemukakan sebagai berikut. Elizabet
K. Nottingham mengatakan bahwa agama adalah gejala yang begitu sering terdapat
dimana-mana sehinnga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk membuat abstraksi
ilmiah. Lebih lanjut Nottingham mangatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha-usaha
manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaan
alam semesta. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna,
dan juga perasaan takut dan ngeri. Sementara itu Durkheim mengatakan agama adalah
pantulan dari solidaritas social. Bahkan kalau dikaji katanya Tuhan itu sebenarnya adalah
ciptaan masyarakat.
Definisi tentang agama sangatlah banyak, namun Harun Nasution sendiri mendefinisikan
agama sebagai berikut;
a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus
dipatuhi.
b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.

c. Mengikatkan diri pada suatu bentuka hidup yang mengandung pengakuan pada suatu
sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia
d. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
e. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.
f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada
kekuatan gaib.
g. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemahdan pesrasaan takut
terhadap kekuatan misteriusyang terdapat dalam alam sekitar manusia.
h. Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.
B. Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama
Sekurang-kurangnya ada empat alas an yang melatarbelakangi perlunya manusi
terhadapterhadap agama. Keempat alas an tersebut secara singkat dapat dikemukakan
sebagai berikut;
1. Latar belakang fitrah manusia
Dalam bukunya yang berjudul perspektif manusia dan agama, Murthadha Muthahhary
mengatakan, bahwa disaat bicara tentang para Nabi, Imam Ali Alaihissalam menyebutkan
bahwa mereka diutus untuk mengingatkan manusia kepada perjanjianyang telah diikat
oleh fitrah mereka, yang kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya. Perjanjian itu
tidak dicatat diatas kertas, tidak pula diucapkan oleh lidah, melainkan terukir dengan
pena ciptaan Allahdipermukaan qalbu dan lubuk fitrah manusia, dan diatas permukaan
hati nuraniserta dikedalaman perasaan bathiniah.
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan diatas, buat pertama kali
ditegaskan dalam ajaran islam, yakni bahwa agama adalah kebuthan fitrah maanusia.
Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusiainilah yang melatarbelakangi perlunya
manusia pada agama. Oleh karenanya ketika dating wahyu Tuhan yang menyeru manusia
agar beragama, maka seruan tersebut amat sejalan dengan fitrahnya itu, dalam konteks
inikita misalalnya membaca ayat yang berbunyi,
( ?????) ??? ???? ? ????? ???????? ???????? ???? ??? ?? ?????
?hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang
tekah menciptakan menusia sesuai dengan fitrah itu
Adanya potensi fitrah yang terdapat pada manusia tersebut dapat pula dianalisis dari
istilah insane yang digunakan Al-Quran untuk menunjukkan manusia. Dengna mengacu
kepada informasi yang diberikan Al-Quran, Musa Asyary pada satu kesimpulan, bahwa
manusia insane adalah manusia yang menerima pelajarandari Tuhantentang apa yang
tidak diketahuinya, manusia insane ecara kodrati sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna
bentuknya dengan ciptaan Tuhan lainnya, sudah dilengkapi dengan kemampuan
mengenal dan memahami kebenaran dan kebaikan yang terpancardari ciptaan-Nya. Lebih
lanjut Asy;ari mengatakan bahwa pengertian manuusia yang disebut insan, yang dalam
al-Quran dipakai untuk menunjukkan lapangn kegiatan manusia yang amat luas adalah
terletak pada kemampuan menggunakan akalnya dan mewujudkan pengetahuan
konseptual dalam kehidupan konkret.

Informasi mengenai potensi beragama yang dimiliki manusia dapat pula dijumpai dalam
ayat yang artinya:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka(secara berfirman;
bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab:betul(engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi(kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak
mengatakan: sesungguhnya kami(Bani Adam)adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini(keesaan Tuhan)
Berdasarkan informasi tersebut terlihat dengan jelas bahwa manusia secara fitri
merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama. Hal demikian sejalan
dengan petunjuk Nabi dalam satu hadisnya mengatakanbahwa setiap anak yang
dilahirkan memiliki fitrah(potensi beragama), maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi. Karena demikian
pentingnyamenumbuhkembangkan dan memenliharapotensi keagamaan yang ada dalam
diri manusia, maka pada saat kelahirannya pertama kali diperdengarkan kepada manusia
adalah nama Allahdengan cara memperdengarkan suara adzan pada telinga sebelah
kanannya dan iqamah pada telinga sebelahnya. Keadaan yang demikian dipupuk dengan
cara memberi nama yang baik, karena nama yang baik mendoakan kepada orang yang
menamainya. Selanjutnya diberikan makanan yang bersih dan suci yang dilambangkan
dengan member madu pada saat kelahiran anak, dicukur rambutnya dengan tujuan agar
menyukai kebersihan, keindahan dan ketampanan yang semuanya itu disukai Allah.
Selanjutnya dipotongkan hewan aqiqah yang dihidangkan kepada tetanga dan karib
kerabat dengan maksud untuk mengakui eksistensi anak tersebt ditengah-tengah
lingkungan keluarganya yang selanjutnya dapat menumbuhkan rasa harga diri,
selanjutnya anak tersebut dikhitan dengan maksud mengikuti sunnah Rasulullah,
menyukai kebersihan, dan selanjutnya dajar membaca al-quran, dididk mengerjakan
sholat mulai usia tujuh tahun, agar pada waktunya ia akan terbiasa mengerjakannya
dengan mudah
Bukti bahwa manusia sebagai mmakhluk yang memiliki potensi beragama ini dapat
dilihat dari bukti historis dan antropologis. Melalui bukti historis dan antropologis kita
mengetahui bahwa pada manusia primitive yang kepadanya tidak pernah datang
informasi mengenai Tuhan, ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan, sungguhpun
Tuhan yang mereka percayai itu terbatas pada daya khayalnya.
2. Kelemahan dan kekurangan manusia
Faktor lain yang melatarbelakangi bahwa manusia memerlukan agama adalah karena
disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan. hal ini
antara lain diungkapkan oleh kata al-nafs. Menurut Quraish shihab, dalam pandangan alQuran, nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang berfungsi untuk
menampungserta mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan keburukan, dank
arena itu sisidalam manusia nilah yang oleh al-Quran dianjurkan untuk diberi perhatian
yang lebih besar.

3. Tantangan Manusia.
Faktor lain yang melatarbelakangi bahwa manusia memerlukan agama adalah karena
manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang
datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa
nafsu dan bisikan setan. Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upayaupayayang dilakukan manusia dengan sengaja berupaya memalingkan manusia dari
Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga dan pikiran yang
dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang didalamnya mengandung misi
menjauhkan manusia dari Tuhan. Sebagaiman firman Allah yang artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi
(orang) dari jalan Allah. (Qs. Al-anfal, 8:36).
Orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka gunakan
agar orang mengikuti keinginannya. Berbagai bentuk budaya, hiburan, obat-obatan
terlarang dan lain sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk itu maka upaya mengatasi
dan membentangi manusia adalah dengan mengajarkan mereka agar taat menjalankan
agama. Godaan dan tantangan hidup demikian itu, saat ini semakin meningkat, sehingga
upaya mengagamakan masyarakan menjadi penting.
C. Berbagai pendekatan Dalam Memahami Agama
Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya
sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam khutbah,
melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam
memecahkan masalah.
Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab manakala pemahaman agama
yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis normative dilengkapi dengan
pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain yang secara operasional
konseptual dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul. Berbagai
pendekatan tersebut meliputi teologis, psikologis, historis, antropologis, sosiologis dan
pendekatan filosofis. Adapun yang dimaksud pendekatan disisni adalah cara pandang
atau paragdima yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan untuk
memahami agama.
Untuk lebih jelasnya beragai pendekatan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Pendekatan teologis
Pendekatan teologis dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan sebagai
upaya memahami agama menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari
suatu keyakinan bahwa wujud suatu empiric dari suatu keagamaan dianggap sebagai
yang paling benar dibandingkan dengan yang lain. Pendekatan teologis dalam memahami
keagamaan ini merupakan pendekatan yang menekankanpada bentuk forma atau symbolsimbol keagamaan yang masing-masing bentuk forma keagamaan tersebut mengklaim
dirinya agai yang paling benar, dan yang lainnya salah. Aliran teologi ini begitu yakin
dan fanatic bahwa pahamnyalah yang benar sedangkan paham lainnya salah, sehinnga
memandang paham yang lain itu keliru, sesat, kafir, murtad dan sebagainya. Demikian
pula paham yang dtuduh keliru, sesat dan kafir itupun menuduh lawannya seabai yang

sesat dan kafir. Maka terjadilah proses saling mengkafirkan, salah menyalahkan dan
seterusnya. Dengan demikian antara satu aliran dengan alairan lainnya tidak terbuka
dialog atau saling menghargai. Yang ada hanyalah ketutupan yanfg menyebabakan
pemisahan dan terkotak-kotak.
b. Pendekatan Antropologis
Pendekatan Antropolgis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu
upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan
dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan
memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam
disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami
agama. Antropolgi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Rahardjo, lebih
mengutamakan pangamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Dari sini timbul
kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif dan mengimbangi pendekatan deduktif
sebagaiman yang digunakan dalam pendekatan sosiologis.
Dalam penelitian antropologi dapat ditemukan adanya hubungan positif antara
keprcayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Golongan masyarakat yang
kurang mampu dan golongna miskin pada umumnya, lebih tertarik pada gerakan-gerakan
keagamaan yang bersifat messianis, yang menjanjikan perubahan tatanan social
kemasyarakatan, sedangaka golongan orang kaya lebih cenderung untuk
mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah maoan secara ekonomi dan politik
lantaran tatanan itu menguntungan pihaknya.
Melalui pendekatan ini kita dapat melihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos
kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, maka jika kita
ingin mengubah pandangnan dan sikap etos kerja seseorang, maka dapat dilakukan
dengan cara mangubah cara pandang keagamaannya. Selanjutnya melalui pendekatan ini
kitadapat melihat agama dalam hubunh=gannya dengan mekanisme pengorganisasian
juga tidak kalah menarik untuk diketahui oleh para peneliti social keagamaan.
c. Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan
menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidunya itu. Sosiologi
mencoba mengerti sifat dan maksud bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta
berubahnya perserikatan-perserikatan hidup ituserta pula kepercayaannya.
Lebih rincinya, sosiologi adalah ilmu yang mennganmbarkan keadaan masyarakat
lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala social lainnya yang saling
berkaitan. Dengan ilmu ini suatu fenomena social dapat dianalisa dengan factor-faktor
yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas serta keyakinan-keyakinan yang
mendasari terjadiny proses tersebut.
Selanjutnya sosialogi dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memahami agama. Hal
demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat
dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu
sosiologi. Dalam agama islam dapat duijupai peristiwa Nabi yusuf yang dahulu budak
dulu dan akhirnya baru jadi penguasa mesir. Peristiwa tersebut baru dapat dijawab

melalui ilmu sosiologi. Disinilah letak kalau sosiologi ini salah satu alat dalam
memahami agama.
d. Pendekatan Filosofis
Filsafat pada intinya berupaya menjeladskan inti, hakikat atau hikmah mengenai sesuatu
yang berada dibalik objek performanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas dan
inti yang terletak dibalik yang bersifat lahiriah. Kegiatan berfikir untuk menemukan
hakikat itu dilakukan secara mendalam. Louis O. kattsof mengatakan, bahwa kegiatan
filsafat itu adalah merenung, tetapi merenung bukanlah melamun, juga bukan berfikir
secar kebetulan yang bersift keuntung-untungan, melainkan dilakukan secara mendalam,
radikal, sistematik dan Universal.
Berfikir secara filosofis ini dapat dilakukan dalam memahami agama, dengan maksud
agar hikmah hakikat dari ajaran agama tersebut dapat dipahami secara seksama. Melalui
pendekatan filosofis ini seseorang tidak akan terjebak pada pengamalan agama. Namun
demikian pendekatan ini tidak berearti menafikan atau menyepelekan bentuk pengamalan
agama yang bersifat formal.
Islam sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya mempergunakan akal pikiran
sudah dapat dipastikan sangat memerlukan pendekatan filosofis ini dalam memahami
ajaran agamanya, namun denikian pendekatan seperti ini masih belum diterima secara
merata terutama oleh kaum tradisionalis formalistis yang cenderung memahami agama
terbatas pada melaksanakan aturan-aturan formalistic dari pengamalan agama
e. Pendekatan Historis
Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealis kealam yang
bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya
kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada
dalam empiris dan sosialis.
Pendekatan kesejarahan ini sangat diperlukan dalam memahami agama, karena agama itu
sendiri turun dalam situasi yang konkrit bahkan berkaitan dengan kondisi social
kemasyarakatan. Dalam hubungan ini Kuntowijoyo telah melakukan studi mendalam
terhadap agama yang dalam hal ini islam, menurut pendekatan sejarah. Ketika ia
mempelajari al-Quran, ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa al_Quran pada dasarnya
itu terbagi menjadi kepada dua bagian. Bagioan pertama berisi konsep-konsep, dan
bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah yang berisi perumpamaan.
Melalui pendekatan sejarah ini, seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang
sebenarnyaberkenaan dengan penerapan suatu peristiwa, dari sisni maka seseorang tidak
akan memahami agam keluar dari konteks historisnya, karena pemahaman demikian itu
akan menyesatkan orang yang memahaminya. Seseorang yang ingin memahami alQuran misalnya, yang bersangkutan harus mempelajari sejarah turunnya al-Quran atau
kejadian-kejadian yang mengiringinya turunnya al-Quran yang selanjutnya disebut
sebagai ilmu Asbab al-Nuzul yang pada intinya berisi tentang sejarah turunnya al-Quran.
Dengan asbabun nuzul ini seseorang akandapat mengetahuio hikmahyang terkandung
dalam suatu ayatyang berkenaan dengan hokum-hukum tertentu. Yang ditujukan untuk
memelihara syariat dan kekeliruan memahaminya.

f. Pendekatan psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala
perilaku yang diamatinya. Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat
keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan seseorang, juga dapat digunakan
sebagai alat untuk memasukkan agama kedalam djiwa seseorang sesuai dengan tingkatan
usianya. Dengan ilmu ini agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untk
menanammkannya.
Kita misalnyadapat mengetahui pengaruh dari sholat, puasda zakat, haji dan ibadah
lainnya dengan melalui illmu jiwa, dengan pebgetahuan inimaka dapat disusun langkahlangkah baru yang lebih efisien lagi menanamkan ajaran agamanya. Itulah ilmu jiwa ini
banyak digunakan sebagai alat untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaann
seseorang.
Dari uraian tersebut diatas kita melihat ternyata agama dapat dipahami melalui berbagai
pendekatan. Disini kita melihat bahwa agama bukan hanya monopoli kalangna teolog dan
normative belaka, melainkan agama dapat dipahami semua orang sesuai dengan
pendekatan dan kesanggupan yang dimilikinya. Dari keadaan demikian seseorang akan
melihat kepuasan dari agama, karena seluruh persoalan hidupnya mendapat bimbingan
dari agama.
KESIMPULAN
Berdasarkan informasi diatas terlihat dengan jelas bahwa manusia secara fitri merupakan
makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama. Hal demikian sejalan dengan
petunjuk Nabi dalam satu hadisnya mengatakan bahwa setiap anak yang dilahirkan
memiliki fitrah(potensi beragama), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak
tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi. Karena demikian
pentingnyamenumbuhkembangkan dan memenliharapotensi keagamaan yang ada dalam
diri manusia mulai sejak dini,

Sistem kepercayaan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agama
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai
dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara
bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini,
yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan
dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat
dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan.
Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti
"menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat

manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama)


mendefinisikan Agama sebagai berikut:
... sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk
beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan
sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.[1]
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama Kristen atau
"5 rukun Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem
pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga mempengaruhi
kesenian.

[sunting] Agama Samawi


Tiga agama besar, Yahudi, Kristen dan Islam, sering dikelompokkan sebagai agama
Samawi[2] atau agama Abrahamik.[3] Ketiga agama tersebut memiliki sejumlah tradisi
yang sama namun juga perbedaan-perbedaan yang mendasar dalam inti ajarannya.
Ketiganya telah memberikan pengaruh yang besar dalam kebudayaan manusia di
berbagai belahan dunia.
Yahudi adalah salah satu agama, yang jika tidak disebut sebagai yang pertama, adalah
agama monotheistik dan salah satu agama tertua yang masih ada sampai sekarang.
Terdapat nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi yang juga direferensikan dalam agama
Abrahamik lainnya, seperti Kristen dan Islam. Saat ini umat Yahudi berjumlah lebih dari
13 juta jiwa.[4]
Kristen (Protestan dan Katolik) adalah agama yang banyak mengubah wajah kebudayaan
Eropa dalam 1.700 tahun terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh
oleh para filsuf Kristen semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus. Saat ini diperkirakan
terdapat antara 1,5 s.d. 2,1 milyar pemeluk agama Kristen di seluruh dunia.[5]
Islam memiliki nilai-nilai dan norma agama yang banyak mempengaruhi kebudayaan
Timur Tengah dan Afrika Utara, dan sebagian wilayah Asia Tenggara. Saat ini terdapat
lebih dari 1,5 milyar pemeluk agama Islam di dunia.[6]

[sunting] Agama dan filosofi dari Timur

Agni, dewa api agama Hindu


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agama dari timur dan Filosofi Timur
Agama dan filosofi seringkali saling terkait satu sama lain pada kebudayaan Asia. Agama
dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India dan China, dan menyebar di sepanjang
benua Asia melalui difusi kebudayaan dan migrasi.
Hinduisme adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahyna yang menyebar di
sepanjang utara dan timur India sampai Tibet, China, Mongolia, Jepang dan Korea dan
China selatan sampai Vietnam. Theravda Buddhisme menyebar di sekitar Asia
Tenggara, termasuk Sri Lanka, bagian barat laut China, Kamboja, Laos, Myanmar, dan
Thailand.
Agama Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah
pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan untuk mencari kenikmatan di dunia.
Konghucu dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari Cina, mempengaruhi baik religi,
seni, politik, maupun tradisi filosofi di seluruh Asia.
Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia, dua aliran filosofi
politik tercipta. Mahatma Gandhi memberikan pengertian baru tentang Ahimsa, inti dari
kepercayaan Hindu maupun Jaina, dan memberikan definisi baru tentang konsep
antikekerasan dan antiperang. Pada periode yang sama, filosofi komunisme Mao Zedong
menjadi sistem kepercayaan sekuler yang sangat kuat di China.

[sunting] Agama tradisional


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agama tradisional
Agama tradisional, atau terkadang disebut sebagai "agama nenek moyang", dianut oleh
sebagian suku pedalaman di Asia, Afrika, dan Amerika. Pengaruh bereka cukup besar;
mungkin bisa dianggap telah menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan menjadi agama
negara, seperti misalnya agama Shinto. Seperti kebanyakan agama lainnya, agama
tradisional menjawab kebutuhan rohani manusia akan ketentraman hati di saat
bermasalah, tertimpa musibah, tertimpa musibah dan menyediakan ritual yang ditujukan
untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai