Anda di halaman 1dari 5

PENGGUNAAN DIKSI DAN KALIMAT EFEKTIF

FANDIKA WIRAYUDHA (2022000005)


DOSEN PENGAMPU: IDZHARI RAHMAN, S.I.P., M.A.

Abstrak
Bahasa Merupakan Alat Kontrol Sosial Dalam Berkomunikasi Baik Secara Langsung Maupun Tidak
Langsung. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif untuk menyampaikan gagasan,
pikiran, maksud dan tujuan kepada orang lain. Dalam komunikasi tidak lepas dengan adanya
penggunaan diksi dan kalimat efektif. Diksi adalah pilihan kata di dalam tulisan yang digunakan
untuk memberi makna sesuai dengan keinginan penulis. Syarat diksi adalah tepat, benar, dan lazim.
Pemilihan diksi yang tidak tepat menyebabkan perbedaan makna dan pesan penulis tidak
tersampaikan. Penggunaan diksi yaitu untuk mendapatkan makna setepat-tepatnya untuk banyak
pernyataan. Diksi yang sangat tepat akan menimbulkan imajinasi yang memiliki estetika dan puitik.
H. Dalman dalam Kreatif Menulis (2016) berpendapat, kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki
potensi untuk menyampaikan pesan, ide, gagasan, atau informasi secara utuh, jelas dan tepat sehingga
pembaca dapat memahami maksud yang diungkapkan penulis. Kalimat efektif dapat diartikan sebagai
susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan secara baik dan benar. Tentu saja karena kita
berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah yang menjadi patokan kalimat efektif dalam bahasan ini
adalah kaidah bahasa Indonesia menurut ejaan yang disempurnakan (EYD).

Pendahuluan
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi adalah
kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam
membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami
dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang
digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan
menggunakan kata-kata dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang
teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan(ekspresif). Untuk itu penulis atau
pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang terpenting
dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam
membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah
dimengerti.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam mengggambarkan “cerita” pengarang.
Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan
gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan.

Pembahasan
A. DIKSI
Diksi ialah pilihan kata. maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan
kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia
tutur setiap hari.( Zaenal. 2010:28 )
Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis
atau pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan seni berbicara jelas
sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya.
Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Adapun menurut tokoh Gorys Keraf (2002) mengemukakan poin-poin penting tentang diksi.
Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata–kata mana yang harus dipakai untuk mencapai
suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata–kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan–ungkapan, yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa–nuansa makna dari
gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok)
dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau
perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu
bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa. (Ramlan.2007: 77)
Syarat-Syarat Pemilihan Kata
1. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna
yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata
secara objektif. Makna denotatif sering disebut makna konseptual. Misalnya, kata makan yang
bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah dan ditelan.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap
pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan pada
makna konotatif berarti untung atau pukul. Makna konotatif selalu berubah dari zaman ke zaman.
Contoh lainnya misalnya kamar kecil dapat bermakna konotatif jamban, sedangkan makna denotatife
adalah kamar yang kecil.( Zaenal.2010:28)
2. Makna Umum dan Makna Khusus
Kata umum adalah kata yang acuannya lebih luas. Kata khusus adalah kata yang acuannya lebih
sempit atau khusus. Misalnya ikan termasuk kata umum, sedangkan kata khusus dari ikan adalah
mujair, lele, gurami, gabus, koi. Contoh lainnya misalnya lele dapat menjadi kata umum, jika kata
khususnya adalah lele lokal, lele dumbo.
( Mahmudah.2007:83)
3. Kata Konkrit dan Kata Abstrak
Kata konkrit adalah kata yang acuannya dapat diserap oleh pancaindra. Misalnya meja, rumah, mobil,
air, cantik, hangat, wangi, suara. Sedangkan kata abstrak adalah kata yang acuannya sulit diserap oleh
pancaindra. Misalnya perdamaian, gagasan. Kegunaan kata astrak untuk mengungkapkan gagasan
rumit. Kata abstrak dapat membedakan secara halus antara gagasan yang bersifat teknis dan khusus.
Pemakaian kata abstrak yang banyak pada suatu karangan akan menjadikan karangan tersebut tidak
jelas dalam menyampikan gagasan penulis.( Amran .2010:32)
4. Kata Ilmiah dan kata popular
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan
ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.
Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer digunakan dalam
komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada
tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah,
laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.
5. Pemakaian Kata
Masalah pemakaian kata atau pemilihan kata adalah masalah yang sangat penting dalam
berbahasa. Kesalahan pemakaian kata tidak jarang menimbulkan kerancuan bahasa, ketidakjelasan
makna, bahkan kesalahan pengertian.
Masalah diksi adalah masalah yang cakup pembicaraannya lebih luas. Misalnya, menyangkut
pemakaian kata secara tidak tepat. Yang pertama akan dimulai dengan pemakaian kata tugas dengan
yang penggunaannya sering tidak tepat, atau kadang yang seharusnya kata itu dipakai malah tidak
dipakai atau sebaliknya. Kata dengan digunakan untuk menandai beberapa makna. Yang pertama
ialah makna yang menyatakan sebagai alat. Contoh :
- Gadis itu berjalan dengan tongkat.
- Pohon itu ditebang dengan gergaji mesin.
Pada contoh kalimat itu, alat yang dipergunakan berupa benda konkret, tetapi dapat juga digunakan
benda abstrak, seperti contoh berikut :
- Protes mahasiswa dilakukan dengan tertib.
- Pemindahan penduduk tidak akan dilakukan dengan kekerasan.
Makna kedua adalah makna yang menyatakan kebersamaan. Makna itu terdapat pada ujaran yang
menyatakan bahwa para pelaku mengambil bagian pada peristiwa yang sama. Contoh :
- Bidi pergi memancing dengan teman-temannya.
- Ayahnya melarang dia berteman dengan pemabuk.
Yang ketiga makna ‘kesertaan’. Makna yang mirip dengan ‘kebersamaan’ ini terdapat pada ujaran
yang menyatakan adanya benda yang menyertai pelaku. Penyerta itu umumnya benda yang tidak
bernyawa. Oleh sebab itu, penyerta itu tidak ikut aktif mengambil bagian dalam peristiwa yang
dinyatakan. Contoh :
- Dokter itu datang dengan peralatan yang canggih.
- Peserta pertemuan itu pulang dengan kenangan manis.
Yang keempat adalah makna ‘cara’ yang terdapat pada ujaran yang menyatakan cara peristiwa terjadi
atau cara suatu tindakan dilakukan. Contoh :
- Diskusi itu berlangsung dengan tertib.
Pemakaian kata dengan pada contoh-contoh di atas sudah benar. Tanpa kata dengan kalimat-kalimat
itu memiliki makna yang tidak jelas atau tidak dapat dipahami.
B. KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan penulis
secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca atau pendengar terhadap pokok persoalan yang
dibicarakan. Kalimat yang efektif memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-
gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca, identik dengan yang dipikirkan pembicara atau
penulis. Di samping itu, kalimat efektif selalu menonjolkan gagasan pokok dalam pikiran pembaca
atau pendengar.
Adapun menurut Gorys Keraf, kalimat efektif adalah kalimat yang :
1. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis
2. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau
pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Syarat-syarat kalimat efektif, yaitu :
1. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
2. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Bila kedua syarat dipenuhi, maka tidak mungkin akan terjadi salah paham anatara mereka yang
terlibat dalam komunikasi. Syarat-syarat lain yang dibutuhkan dalam kalimat efektif
adalah :
A. Kesatuan gagasan
Kesatuan gagasan dibentuk melalui unsur-unsur yang membangun kalimat dengan memperhatikan ide
pokok kalimat tersebut, sehingga kalimat tersebut hanya mengandung satu ide pokok. Dengan kata
lain, kesatuan gagasan sebuah kalimat ditandai dengan keberadaan satu ide pokok dalam sebuah
kalimat.
Kesatuan gagasan dalam kalimat itu dapat dibentuk dengan berbagai cara, meskipun kalimat, secara
praktis dibangun oleh unsur-unsur fungsional yang disebut sebagai subjek (S), prediket (P), objek (O),
pelengkap (Pel), dan keterangan (K).
Kesatuan gagasan dalam kalimat dapat berbentuk kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, kesatuan
pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan. Kesatuan tunggal terdapat pada kalimat
tunggal, yaitu kalimat yang terdiri dari satu pola kalimat saja, yaitu : SP, SPO, SPPel, SPK, SPPelK,
atau SPOK.
B. Koherensi yang kompak
Koherensi ialah adanya hubungan yang jelas antara unsur yang satu dengan yang lain dalam
membangun ide pokok kalimat. Kepaduan itu menunjukkan hubungan yang erat antara unsur-unsur
pembentuk kalimat, yaitu antara subyek-prediket, prediket-obyek, dan keterangan unsure pokok.
Koherensi antar unsur pembentuk kalimat sangat terkait dengan kesatuan gagasan yang terkandung
dalam kalimat tersebut. Jika antar unsur pembentuk kalimat tidak mamiliki koherensi secara jelas,
maka kalimat tersebut. akan sanggup mewakili gagasan penulis.
Sehubungan dengan itu, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan seseorang sebelum menuangkan
gagasannya kedalam sebuah kalimat yang efektif, yaitu :
1. Pola kalimat
2. Penggunan kata depan dan kata penghubung
3. Penempatan keterangan : oposisi dan aspek
4. Penggunaan kata yang tidak berlebih-lebihan
C. Penekanan
Penekanan mengacu kepada upaya yang dilakukan untuk menonjolkan unsur yang dipentingkan
dalam sebuah kalimat. Penekanan itu dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, antara lain dengan
mengubah posisi kalimat (unsure yang dipentingkan), menggunakan repetisi (pengulangan bentuk
yang sama), menggunakan pertentangan, dan menggunakan pertikel penegas.
Cara yang dapat dipergunakan untuk memberikan penekanan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam
bahasa tulisan, yaitu :
1. Menggunakan repetisi
2. Mengubah-ubah posisi dalam kalimat
3. Menggunakan partikel penekan
4. Menggunakan pertentangan
D. Variasi
Variasi ditujukan agar kalimat yang digunakan dapat menarik perhatian pembaca, sehingga sifat
monotoni kalimat dapat diminimalkan. Variasi kalimat dapat dilakukan dengan menggunakan kata
yang bersinonim atau penjelasan yang berbentuk frase, keragaman bentuk kalimat (panjang
pendeknya kalimat), penggunaan bentuk kata (me- dan di-), dan dengan mengubah posisi kalimat.
Dengan demikian, sebuah gagasan sebenarnya dapat dituangkan dengan aneka ragam kalimat.
E. Paralelisme
Paralelisme adalah penempatan gagasan-gagasan yang memiliki fungsi dan esensi yang sama dalam
suatu struktur atau konstruksi gramatikal yang sama. maksudnya, gagasan-gagasan yang memiliki
fungsi dan nilai yang sama ditulis sejajar secara gramatikal.
F. Penalaran
Penalaran atau jalan pikiran adalah suatu proses berfikir yang berusaha untuk menghubung-
hubungkan evidensi-evidensi menuju suatu simpulan yang masuk akal.

Daftar Pustaka
Ruskhan, Abdul Gaffar, 1990, Diksi (Jakarta )
Sarwoko, Tri Adi, 2003, Pengembangan kalimat-kalimat efekti (Yogyakarta : Andi Offset)
AR, Nursalim, 2007, Kalimat Efektif (Pekanbaru: Infinite)
Keraf, Gorys, 1994, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta : Gramedia)
http://herlambangprasetyo.blogspot.com/2011/10/pengertian-diksi-kalimat-efektif.html
http://disclamaboy.wordpress.com/2012/11/02/diksi-pengertian-dan-macam-macamnya/
http://dwiajisapto.blogspot.com/2011/02/diksi-pilihan-kata.html
http://www.bisnet.or.id/vle/mod/resource/view.php?id=1057
http://ryansikep.blogspot.com/2009/12/ciri-ciri-kalimat-efektif.html
Kalimat Efektif - Pengertian, Syarat, Ciri-ciri, dan Contoh (studiobelajar.com)
Kalimat Efektif: Pengertian, Ciri, Syarat, Unsur, Struktur, dan Contoh Halaman all - Kompas.com

Anda mungkin juga menyukai