Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS BUDAYA

MELAYU RIAU
Fandika Wirayudha (2022000005)
Teori Budaya Melayu Riau
Suku Melayu Riau) adalah salah satu dari banyak Rumpun Melayu yang ada di
nusantara. Mereka berasal dari daerah Riau yang menyebar di seluruh wilayah sampai ke
pulau-pulau terkecil yang termasuk dalam wilayah provinsi Riau dan Kepulauan Riau.

Wilayah kediaman mereka yang utama adalah di daerah pantai timur Riau, sebagian
besar di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Kota Pekanbaru yang merupakan
kekuatan kerajaan Riau pada masa lampau.

Nama riau sendiri ada tiga pendapat. Pertama, dari kata Portugis, rio berarti sungai. Pada tahun


1514, terdapat sebuah ekspedisi militer Portugis yang menelusuri Sungai Siak, dengan tujuan mencari
lokasi sebuah kerajaan yang diyakini mereka ada pada kawasan tersebut, sekaligus mengejar pengikut 
Sultan Mahmud Syah yang mengundurkan diri menuju Kampar setelah kejatuhan Kesultanan Malaka.

Pendapat kedua riau berasal dari kata riahi yang berarti air laut, yang diduga berasal dari kitab 
Seribu Satu Malam.

Pendapat ketiga diangkat dari kata rioh atau riuh berasal dari penamaan rakyat setempat yang
berarti ramai, Hiruk pikuk orang bekerja, yang mulai dikenal sejak Raja kecik memindahkan pusat
kerajaan melayu dari johor ke ulu Riau pada tahun 1719
Analisis Budaya Melayu
Budaya Melayu identik dengan agama, bahasa, dan adat-istiadat merupakan
integritas yang solid. Adat Melayu merupakan konsep yang menjelaskan satu
keseluruhan cara hidup Melayu di alam Melayu. Orang Melayu di mana juga berada
akan menyebut fenomena budaya mereka sebagai “ini adat kaum” masyarakat Melayu
mengatur kehidupan mereka dengan adat agar setiap anggota adat hidup beradat,
seperti adat alam, hukum adat, adat beraja, adat bernegeri, adat berkampung, adat
memerintah, adat berlaki-bini, adat bercakap, dan sebagainya. Adat adalah fenomena
keserumpunan yang mendasari kebudayaan Melayu.
Konsep Budaya Melayu
Masyarakat Alam Melayu yang telah menerima pengaruh Islam dan peradaban Arab, mengetahui arti
dan konsep adat. Walau demikian halnya, ternyata bahwa hampir semua masyarakat Alam Melayu atau
Nusantara, baik masyarakat itu telah menerima pengaruh peradaban Islam atau tidak, telah memadukan
konsep itu dengan arti yang hampir sama dalam kebudayaan mereka. Mereka ini termasuk masyarakat
tradisional yang masih mengamalkan kepercayaan tradisi (animisme dan dinamisme), atau telah menganut
agama Kristen—seperti masyarakat Iban, Bidayuh, Kenyah, Kayan, dan Kalabit di Sarawak; Murut,
Kadazan (Dusun) di Sabah; Dayak Kalimantan; Batak Toba, Karo, di Sumatera Utara; dan Toraja di
Sulawesi, dan juga suku bangsa Filipina, hingga melahirkan sebuah kesatuan dasar budaya serantau yang
sangat menarik.
Dimensi Kajian Budaya Melayu
Masyarakat Melayu Riau pada dasarnya terdiri dari dua dua stratifikasi Sosial atau golongan, yaitu golongan masyarakat
asli dan golongan penguasa atau bangsawan kesultanan. Meskipun demikian, struktur sosial orang Melayu Riau sebenarnya
longgar dan terbuka bagi kebudayaan lain. Sehingga banyak orang Arab dan Bugis yang menjadi bangsawan.
Wan adalah gelar bangsawan bagi orang Arab dan raja adalah gelar kebangsawanan orang Bugis. Mereka juga mendapat
kedudukan yang sangat tinggi (Sultan Siak dan Sultan-sultan Kerajaan riau-Lingga). Sedangkan, gelar bangsawan untuk orang
Melayu adalah tengku.
Adanya tingkatan sosial tersebut membawa konsekuensi pula dibidang adat istiadat dan tata cara pergaulan masyarakat.
Makin tinggi golongannya semakin banyak hak- haknya, seperti; keistimewaan dalam tata pakaian, tempat duduk dalam upaca-
upacara pun menunjukan adanya perbedaan itu.
Dengan sifat egalitarian ini, sangat memungkinkan perbedaan yang ada bisa kita duduk sejajar dalam bermasyarakat meski
berasal dari asal usul, golongan atau nenek moyang yang berbeda.
Konstruk sosial dan individu
Setiap keluarga inti berdiam di rumah sendiri, kecuali pasangan baru yang biasanya lebih suka menumpang di rumah pihak isteri
sampai mereka punya anak pertama. Karena itu pola menetap mereka boleh dikatakan neolokal. Keluarga inti yang mereka sebut kelamin
umumnya mendirikan rumah di lingkungan tempat tinggal pihak isteri. Prinsip garis keturunan atau kekerabatan lebih cenderung parental
atau bilateral.
Hubungan kekerabatan dilakukan dengan kata sapaan yang khas. Anak pertama dipanggil long atau sulung, anak
kedua ngah/ongah, dibawahnya dipanggil cik, yang bungsu dipanggil cu/ucu. Biasanya panggilan itu ditambah dengan menyebutkan ciri-
ciri fisik orang yang bersangkutan, misalnya cik itam jika cik itu 'berkulit' hitam, ngah utih jika Ngah itu 'berkulit' putih, cu
andak jika Ucu itu orangnya pendek, cik unggal jika si buyung itu anak tunggal dan sebagainya. Tetapi terkadang bila menyapa orang
yang tidak dikenal atau yang baru mereka kenal, mereka cukup memanggil dengan sapaan abang, akak, dek, atau nak.
Pada masa dulu orang Melayu juga hidup mengelompok menurut asal keturunan yang mereka sebut suku. Kelompok keturunan ini
memakai garis hubungan kekerabatan yang patrilineal sifatnya. Tetapi orang Melayu Riau yang tinggal di daratan Sumatra sebagian
menganut paham suku yang matrilineal. Ada pula yang menyebut suku dengan hinduk atau cikal bakal. Setiap suku dipimpin oleh
seorang penghulu. Kalau suku itu berdiam di sebuah kampung maka penghulu langsung pula menjadi Datuk Penghulu Kampung atau
Kepala Kampung. Setiap penghulu dibantu pula oleh beberapa tokoh seperti batin, jenang, tua-tua dan monti. Di bidang keagamaan
dikenal pemimpin seperti imam dan khotib.
Proses Pewarisan Budaya
Pendukung kebudayaan Melayu tidak hanya berasal dari orang-orang yang berdarah Melayu ( geneologis) tetapi banyak
yang berasal dari suku bangsa dan etnislain di Indonesia atau asing, yang kemudian menetap dan bermukim dikawasan budaya
Melayu. Melayu bukanlah suatu konsep Ethinicity (kesukuan) melainkan suatu konsep budaya Melayu {cultural Malay)1. Bukti-
bukti arkeologis dan sejarah menunjukkan adanya penyebaran budaya Melayu yang cukup luas di nusantara serta di kawasan
Asia Tenggara.
ropinsi Riau menurut perkembagan sejarahnya didiami oleh penduduk mayoritas yang berkebudayaan Melayu. Secara
adat, orang Melayu Riau diakui sebagai penduduk asli setempat. Karena yang tampak dominan adalah orang Melayu dan
kebudayaan Melayu dalam kehidupan sehari-hari, maka masyarakat Riau dikenal sebagai masyarakat Melavu.
Keadaan geografis propinsi Riau, memberi peluang besar terjadinya kontak budaya dengan pihak luar, baik sesama
rumpun Melayu ataupun bangsa asing. Hal mi menyebabkan terjadinya pengaruh budaya langsung maupun tidak yang lambat
laun mewujudkan kebudayaan Melayu Riau yang majemuk dengan masyarakat yang majemuk pula

Anda mungkin juga menyukai