Anda di halaman 1dari 17

PAPER

KEBUDAYAAN SUKU DAYAK DI KALIMANTAN

Paper ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Studi Masyarakat Indonesia
Dosen pengampu: Drs. Wakino, M. S

Disusun oleh:
Adhitya Dwi Kurniawan K5413001
Adika Puspa Sari K5413002
Afrias Nur Bakdriyah K5413003
Agustin Maharani K5413004
Alfi Roudhotul Husniyah K5413005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKART
A 2015

1
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam kebudayaan.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebudayaan merupakan hasil kegiatan
atau penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian, dan adat
istiadat. Ragam kebudayaan di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah
satu faktor yang memengaruhi kebudayaan adalah keragaman suku bangsa.
Adapun keragaman suku bangsa tersebut juga dipengaruhi oleh faktor geografis
suatu daerah.
Dayak merupakan salah satu dari ribuan suku yang terdapat di Indonesia.
Dayak dikenal sebagai salah satu suku asli di Kalimantan. Kata “Dayak” dalam
bahasa lokal Kalimantan berarti orang yang tinggal di hulu sungai. Hal ini
mengacu kepada tempat tinggal mereka yang berada di hulu sungai-sungai besar
di pedalaman Kalimantan.
Suku Dayak terbagi dalam banyak sub-sub suku. Setiap sub suku memiliki
budaya unik dan memberi ciri khusus pada setiap komunitasnya. Keunikan dan
kekhasan masing-masing sub suku tersebut disebabkan oleh terpencarnya
masyarakat Dayak menjadi kelompok-kelompok kecil dengan pengaruh masuknya
kebudayaan luar. Adapun dalam paper ini akan dijelaskan tentang asal mula,
organisasi sosial, kesenian, dan sistem religi masyarakat Suku Dayak.

2
BAB II
PEMBAHASA
N

Gambar 1. Suku Dayak


Sumber:http://1.bp.blogspot.com/_gC0Sh8rvdi0/TNju_M1OkxI/AAAAAAAAAHI/mZCxX
B 8ohmM/S760/dayak22.jpg

Dayak merupakan sebutan bagi penduduk asli Pulau Kalimantan. Menurut


sosiolog J. J. Lontaan, kelompok Suku Dayak terbagi lagi dalam sub-sub suku
yang kurang lebih jumlahnya 405 sub-suku. Masing-masing sub Suku Dayak di
Pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk
kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun
bahasa yang khas. Kuatnya arus urbanisasi yang membawa pengaruh dari luar,
seperti Melayu menyebabkan Suku Dayak menyingkir semakin jauh ke
pedalaman dan perbukitan di seluruh daerah Kalimantan.

A. Asal Mula Suku Dayak


Kata Dayak berasal dari kata “Daya” yang artinya hulu, untuk
menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan
Kalimantan yang mempunyai kemiripan adat istiadat dan budaya dan
masih memegang teguh tradisinya. Istilah Dayak diadopsi sejak tahun
1757 sebagai nama kolektif untuk membedakan penduduk pribumi yang
datang kemudian dan bermukim di pesisir dan menganut Islam. Sebutan
Dayak mulanya banyak diberikan oleh orang – orang dari hilir, pesisir atau
pendatang untuk menyebut sekelompok orang di Pulau Kalimantan yang
masih tinggal di hulu (pedalaman), belum beradab (liar), masih
terbelakang, tidak beragama, suka makan orang dan lain-lain yang
kesemuanya bernada minor.

Gambar 2. Peta Suku Dayak di Kalimantan


Sumber:https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/8/80/SukuSukuDayakdiKalimantan.jpg
Berbagai kelompok suku yang dikelompokkan sebagai kelompok
Suku Dayak sendiri secara internal lebih umum dan terbiasa menyebut jati
diri kesukuannya dari nama bahasa, budaya, dan nama lokasi tempat asal
permukiman mereka. Nama-nama yang akrab bagi mereka yakni diambil
dari nama sungai, gunung, bukit atau asal kampung yang ditempatinya.
Misalnya suku Iban asal katanya dari ivan (dalam bahasa kayan, ivan =
pengembara), sedangkan nama Suku Batang Lupar karena berasal dari
Sungai Batang Lupar. Maka, tidak mengherankan apabila sesama orang
“Dayak” kadangkala menyebut Suku Dayak lain yang berada jauh lebih
pedalaman sebagai Suku Dayak.
Mengingat keberagaman dari kelompok-kelompok yang disebut
Dayak, asal mula, penyebaran, dan corak kebudayaannya, maka usaha
untuk mengklasifikasikan dan pengelompokannya menjadi beragam pula.
Secara garis besar di Kalimantan terdapat tujuh induk Suku Dayak yang
terbagi atas 18 kelompok suku dan 405 suku (Riwut, 1979; Pemda Kaltim,
1990 dalam Samsoedin, Wijaya & Sukiman, 2010). Tujuh suku tersebut
yakni: Suku Dayak Ngaju, Suku Dayak Heban, Suku Dayak Apu Kayan,
Suku Dayak Klemantan, Suku Dayak Murut, Suku Dayak Punan, dan
Suku Dayak Ot Danum. Adapun masing-masing dari kelompok suku
tersebut memiliki corak tersendiri dalam budaya, struktur masyarakat dan
mata pencaharian.

B. Aspek Sosial dan Kultural Suku Dayak


1. Bahasa
Bahasa yang digunakan termasuk kelompok Ibanic group
seperti halnya kelompok Ibanic Lainnya: Kantuk, Bugao, Desa,
Seberuang, Ketungau, dan Sebaruk . Perbedaannya adalah pengucapan
/ logat dalam kalimat dengan suku serumpun yakni pengucapan
kalimat yang menggunakan akhiran kata i dan e, i dan y, misalnya:
Kediri” dan Kedire”, rari dan rare, kemudian inai dan inay, pulai dan
pulay dan penyebutan kalimat yang menggunakan huruf r ( R berkarat
), serta logat pengucapannya, walauun mengandung arti yang sama.
2. Sistem kekerabatan
Sistem kekerabatan orang Dayak berdasarkan prinsip keturunan
ambilineal, yang menghitungkan hubungan kekerabatan untuk
sebagian orang dalam masyarakat melalui orang laki-laki dan untuk
sebagian orang yang lain dalam masyarakat itu juga, melalui orang-
orang wanita.
3. Bentuk kehidupan keluarga
a. Keluarga batih (nuclear family) yakni wali atau asbah yang
mewakili keluarga dalam hal dan politik di lingkungan dan di luar
keluarga adalah anak laki-laki tertua.
b. Keluarga luas (extended family), wali atau asbah adalah saudara
laki-laki ibu dan saudara laki-laki ayah. Peran wali atau asbah,
misalnya dalam hal pernikahan, orang yang paling sibuk mengurus
masalah pernikahan sejak awal sampai akhir acara. Oleh karena itu,
semua permasalahan dan keputusan keluarga harus dikonsultasikan
dengan wali/asbah. Penunjukan wali atau asbah berdasarkan
kesepakatan keluarga.
4. Perkawinan yang boleh dilakukan dalam keluarga paling dekat

Gambar 3. Pengantin Suku Dayak


Sumber:http://thepresidentpostindonesia.com/wpcontent/uploads/2013/07/Kapuas6.jpg
a. Antara saudara sepupu dua kali. Perkawinan antara gadis dan
bujang bersaudara sepupu derajat kedua (hajenan), yaitu sepupu
dan kakek yang bersaudara.
b. Sistem endogami (perkawinan yang ideal), yaitu perkawinan
dengan sesama suku dan masih ada hubungan keluarga
5. Perkawinan yang dilarang
1. Incest/ Salahoroi, anak dengan orangtua
2. Patri paralel – cousin, perkawinan antara dua sepupu yang ayah-
ayahnya bersaudara sekandung.
3. Perkawinan antara generasi-generasi yang berbeda (contoh: tante +
ponakan).
6. Pola Kehidupan Setelah Menikah :
1. Pola matrilokal, suami mengikuti pihak keluarga istri,
2. Pola neolokal, terpisah dari keluarga kedua belah pihak. Ketika
Huma Betang (longhouse) masih dipertahankan, keluarga baru
harus menambah bilik pada sisi kanan atau sisi kiri huma betang
sebagai tempat tinggal mereka.
7. Sistem Kemasyarakatan
Masing-masing desa pada Suku Dayak terdapat seorang
pembekal yang merupakan kepala desa urusan administratif
pemerintahan desa dan terdapat seorang kepala yang khusus mengurus
adat setempat yang disebut panghulu. Para panghulu berada di bawah
seorang kepala adat di tingkat kecamatan yang disebut demang.
Panghulu dari suatu desa dalam hal mengurus adat desanya
didampingi oleh dewan orang-orang tua yang di disebut mantir.
Rumah-rumah desa pada umumnya didirikan di tepi jalan yang
dibuat sejajar ataupun tegak lurus dengan sungai. Rumah penduduk
pada umumnya dibuat dari sirap (lempengan kayu) atau kulit kayu.
Rumah-rumah itu pada umumnya didirikan diatas tonggak-tonggak
setinggi kira-kira dua setengah meter, sehingga untuk memasukinya,
kita harus menaiki tangga yang dibuat darisetengah balok yang diberi
lekuk-lekuk tempat kaki berpijak.
Bentuk rumah yang paling umum kini adalah rumah-rumah
yang lebih kecil yang didiami oleh satu sampai lima keluarga batih
yang berkerabat, yaitu yang terdiri dari satu keluarga batih senior
ditambah dengan keluarga batih anak-anaknya, baik laki-laki maupun
yang perempuan, yang dapat kita sebut keluarga luas yang ut rolokal.

C. Ragam Kesenian Suku Dayak


Bentuk kesenian Suku Dayak tidak bisa dilepaskan dari sejarah
sosiologisnya. Berawal dari masyarakat primitif yang menganut animisme-
dinamisme, kebudayaan suku ini berakulturasi dengan kebudayaan kaum
pendatang seperti Jawa dan Tionghoa. Agama yang dianggap lahir dari
budaya setempat adalah Kaharingan. Pengaruh kuat agama Hindu dalam
proses akulturasi ini menyebabkan Kaharingan dikategorikan ke dalam
cabang agama tersebut. Dalam perkembangan berikutnya, ada akulturasi
budaya Islam pengaruh Kesultanan Banjar di pusat kebudayaan Suku
Dayak.
Meskipun begitu, sebagian masyarakat Dayak tergolong teguh
memegang kepercayaan dinamismenya. Untuk kelompok ini, sebagian
besar memutuskan untuk memisahkan diri dan masuk semakin jauh ke
pedalaman. Kebudayaan Suku Dayak yang khas membentuk estetika yang
tercermin dalam budaya dan keseniannya, meliputi seni tari, seni musik,
seni drama, seni rupa, dan sebagainya.
A. Seni Tari
Banyaknya suku dan subSuku Dayak menimbulkan
beragamnya seni tari tradisional. Secara garis besar, berdasarkan
vocabuler tari, bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok. Tarian
dengan gerak enerjik, keras dan staccato, adalah ciri kelompok tari
Kendayan, yang dimiliki oleh Suku Dayak Bukit, Banyuke, Lara,
Darit, Belangin, Bakati, dan lain-lain, di sekitar Pontianak, Landak,
dan Bengkayang. Tarian dengan gerak tangan membuka, gerakan
halus, adalah ciri vocabuler tari Ribunicatau Bidayuh, yang
berkembang di kalangan Suku Dayak Dayak Ribun, Pandu,
Pompakang, Lintang, Pangkodatan, Jangkang, Kembayan,
Simpakang, dan lain-lain, di sekitar Sanggau Kapuas.

Gambar 4. Seni Tari Suku Dayak


Sumber: http://mjanuardis1.blogspot.com
Tarian dengan gerak pinggul yang dominan adalah ciri tari
kelompok Ibanic yang dimiliki Suku Dayak Iban, Mualang,
Ketungau, Kantuk, Sebaruk, dan sebagainya, di sekitar Sanggau,
Malenggang, Sekadau, Sintang, Kapuas, dan Serawak. Sedikit lebih
halus adalah ciri kelompok Banuaka, yang dimiliki oleh Suku Dayak
Taman, Tamambaloh, Kalis, dan sebagainya, di sekitar Kapuas Hulu.
B. Seni Musik
Tidak jauh beda dengan seni tari, seni musik Suku
Dayak didominasi musik-musik ritual. Musik itu merupakan alat
berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada roh-roh. Beberapa
jenis alat musik Suku Dayak adalah prahi, gimar, tuukngtuat,
pampong, genikng, glunikng, jatung tutup, kadire, klentangan, dan
lain-lain.
Gambar 5. Salah seorang anggota Suku Dayak memainkan
Sumber: http://4.bp.blogspot.com
Masuknya Islam memberi pengaruh dalam seni musik
Dayak, dengan dikenalnya musik tingkilan dan hadrah. Musik
Tingkilan menyerupai seni musik gambus dan lagu yang
dinyanyikan disebut betingkilan yang berarti “bersahut-sahutan”.
Dibawakan oleh dua orang pria-wanita dengan isi lagu berupa
nasihat, pujian, atau sindiran.

Gambar 6. Sekelompok anggota Suku Dayak memainkan alat musik


Sumber:https://shahnazdeyana.files.wordpress.com/2012/10/antarafoto
- 1274011805.jpg
C. Seni Lukis

Gambar 8. Seni lukis (tato) Suku Dayak


Sumber: http://www.getborneo.com/wp-content/uploads/2014/09/tato-dayak-
kalimantan.jpg

Selain itu Suku Dayak juga memiliki salah satu seni yang khas
dan unik yaitu seni lukis. Seni lukis yang mereka lakukan adalah seni
melukis yang dilukiskan pada seluruh badan mereka (tato). Mereka
menggunakan alat yang disebut “Tutang atau Cacah” yang dilakukan
sangat teliti dan hati-hati. Tato yang dibuat mereka memiliki beberapa
makna yang sangat mendalam. Bagi masyarakat Dayak tidak boleh
dibuat sesuka hati sebab tato tersebut adalah bagian dari tradisi, status
sosial seseorang dalam masyarakat, serta sebagai bentuk penghargaan
suku terhadap kemampuan seseorang. Oleh karena itu, ada peraturan
tertentu dalam pembuatan tato baik pilihan gambarnya, struktur sosial
seseorang yang memakai tato maupun penempatan tatonya. Secara
realitasnya tato memiliki makna sama dalam masyarakat Dayak,
yakni sebagai “obor” dalam perjalanan seseorang menuju alam
keabadian, setelah kematian.
D. Sistem Mata Pencaharian
a. Berladang
Mata pencaharian Suku Dayak di Kalimantan adalah berladang.
Berladang adalah pekerjaan yang memakan banyak sekali tenaga.
Untuk mengerjakannya, penghuni dari suatu rumah tangga saja tidak
mencukupi; mereka harus memperoleh bantuan dari tetangga mereka.
Oleh karena itu, telah dikembangkan suatu sistem kerjasama
dengan jalan membentuk kelompok gotong royong, yang biasanya
berdasarkan hubungan ketetanggaan atau persahabatan. Kelompok ini
terdiri dari 12-15 orang, yang secara bergiliran membuka hutan
bagi ladang masing-masing anggota.
b. Berburu, Mencari Hasil Hutan, dan Mencari Ikan
Sumber protein orang Dayak Kalimantan Tengah pada umunya
dipenuhi dengan makanan yang terdiri dari ikan-ikan sungai. Daging
babi, kerbau dan ayam walaupun sangat digemari, bukanlah
merupakan makanan sehari-hari, tetapi makanan pada waktu ada
upacara-upacara adat atau pada waktu desa kebetulan dikunjungi tamu-
tamu penting.
Di hutan sekitar tempat kediaman ada juga binatang liar seperti
babi hutan dan rusa, tetapi karena senjata api kurang dimiliki mereka,
maka daging-daging binatang tersebut hanya menjadi makanan yang
bersifat kadang kala saja. Alat tradisionil orang Ngaju untuk berburu
selain dondang tersebut di atas, masih ada beberapa lagi yang penting,
umpamanya lonjo (tombak), ambang (parang), jarat (jerat),
sipet (berisikan ranjau kayu atau bambu runcing) yang disebut
tambuwung.
E. Sistem Religi Suku Dayak

Gambar 9. Ritual Kaharingan


Sumber:http://kebudayaanindonesia.net/media/images/upload/culture/Kaharingan3.jpg

Pada awal kehidupannya, orang Dayak memiliki keyakinan asli,


yaitu Kaharingan atau Agama Helo/helu/. Keyakinan tersebut menjadi
dasar adat istiadat dan budaya mereka. Agama Helo/helu/ atau Kaharingan
hingga saat ini masih dianut oleh sebagian besar orang Dayak. Meskipun
pada kenyataannya, tidak sedikit orang Dayak yang telah menganut agama
Islam, Kristen, Katholik. Demikian pula tidak semua penduduk pedalaman
Kalimantan adalah orang Dayak, karena telah berbaur dengan penduduk
dari berbagai suku dalam ikatan perkawinan maupun dikarenakan oleh
berbagai sebab lainnya. Walaupun demikian, tradisi lama dalam hidup
keseharian mereka masih melekat erat tidak hanya dalam bahasa, gerak-
gerik, simbol, ritus, serta gaya hidup, tetapi juga dalam sistem nilai
pengartian dan pandangan mereka dalam memaknai kehidupan. Sebagian
dari masyarakat Dayak juga masih ada yang mempercayai dewa-dewa,
makhluk-makhluk halus, muakkad dan muwakkal, para Datu, kekuatan-
kekuatan ghaib, jimat, dan batu-batu
F. Sistem Pengetahuan Suku Dayak
Suku Dayak mempunyai kode yang umum dimengerti oleh suku
bangsa Dayak, kode ini dikenal dengan sebutan “Totok Bakakak”.
Macam–macam Totok Bakakak:
a. Mengirim tombak yang telah di ikat rotan merah (telah dijernang)
berarti menyatakan perang, dalam bahasa Dayak Ngaju "Asang".
b. Mengirim sirih dan pinang berarti si pengirim hendak melamar salah
seorang gadis yang ada dalam rumah yang dikirimi sirih dan pinang.
c. Mengirim seligi (salugi) berarti mohon bantuan, kampung dalam
bahaya.
d. Mengirim tombak bunu (tombak yang mata tombaknya diberi kapur)
berarti mohon bantuan sebesar mungkin karena bila tidak, seluruh suku
akan mendapat bahaya.
e. Mengirim abu, berarti ada rumah terbakar.
f. Mengirim air dalam seruas bambu berarti ada keluarga yang telah mati
tenggelam, harap lekas datang. Bila ada sanak keluarga yang
meninggal karena tenggelam, pada saat mengabarkan berita duka
kepada sanak keluarga tetapi nama korban tidak disebutkan.
g. Mengirim kawat yang dibakar ujungnya berarti salah seorang anggota
keluarga yang telah tua meninggal dunia.
h. Mengirim telur ayam, artinya ada orang datang dari jauh untuk
menjual belanga tempayan tajau.
i. Daun sawang/ jenjuang yang digaris (Cacak Burung) dan digantung di
depan rumah, hal ini menunjukan bahwa dilarang naik/memasuki
rumah tersebut karena adanya pantangan adat.
j. Bila ditemukan pohon buah-buahan seperti misalnya langsat,
rambutan, dsb,di dekat batangnya ditemukan seligi dan digaris dengan
kapur, berarti dilarang mengambil atau memetik buah yang ada di
pohon itu.
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan


yakni sebagai berikut:
a. Kebudayaan Suku Dayak sebagian besar dipengaruhi oleh faktor
lingkungan fisik atau tempat tinggal Suku Dayak, yakni di hulu sungai-
sungai besar di Kalimantan
b. Suku Dayak terbagi atas tujuh sub suku, yakni Suku Dayak Ngaju, Suku
Dayak Apu Kayan, Suku Dayak Klemantan, Suku Dayak Heban, Suku
Dayak Punan, Suku Dayak Ot Danum, dan Suku Dayak Murut.
c. Istilah Dayak diberikan oleh pendatang, sedangkan masyarakat yang
dikelompokkan sebagai Suku Dayak lebih terbiasa menyebut suku dengan
cirri khas tempat tinggal, kampung, nama sungai, dan sebagainya.
d. Mata pencaharian Suku Dayak sebagian besar yakni berladang, berburu,
dan mencari ikan di sungai.
e. Sistem kekerabatan Suku Dayak menggunakan sistem ambilineal sehingga
tidak ada pembedaan ahli waris, baik laki-laki maupun perempuan
f. Suku Dayak menganut kepercayaan Kaharingan, tetapi lambat laun juga
menganut Islam, Protestan maupun Katholik.
g. Suku dayak juga memiliki sistem komunikasi rahasia yang disebut Totok
Bakakak. Hal ini mengatur segala aspek kehidupan, baik perkawinan,
peperangan, lingkungan, dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Kaharingan, Kepercayaan Suku Dayak, dengan alamat website


http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/967/kaharingan-
kepercayaan-suku-dayak, diakses pada tanggal 21 September 2015 pukul
23.11 WIB

Anonim. Tanpa tahun. Makalah Suku Dayak Dengan alamat web:


http://www.scribd.com/doc/86618983/Makalah-Suku-Dayak, diakses
pada 19 September 2015 pukul 15.21 WIB

Khairunnisa. 2012. Eksistensi Kearifan Lokal dalam Suku Dayak di Kalimantan,


diperoleh dari www.academia.edu, diakses pada 22 September 2015
pukul 20.16 WIB

Okezone, Travel. 2011. Mengenal Dekat Suku Dayak. Dengan alamat web :
http://travel.okezone.com/read/2011/02/24/407/428449/mengenal-dekat-
suku-dayak. Diakses pada tanggal 20 September 2015 Pukul 20.05 WIB

Prasetya, Hafid. 2012. Kebudayaan Suku Dayak, dengan alamat website:


http://hafiero.blogspot.co.id/2012/10/kebudayaan-suku-dayak_5528.html,
diakses pada tanggal 19 September 2015 pukul 15.16 WIB

Samsoedin, I., Wijaya, A., dan Sukiman, H. 2010. Konsep tata Ruang dan
Pengelolaan Lahan pada Masyarakat Dayak Kenyah di Kalimantan
Timur (Landscape Concepts and Land Management of Dayak Kenyah
tribe in East Kalimantan). Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 7 (2),
hal. 145-168

Wikipedia. Dengan alamat web :http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak

Anda mungkin juga menyukai