Richard Dawkins, dalam bukunya "The Selfish Gene" menyebutkan apa dan
bagaimana dia menggunakan istilah meme untuk menceritakan bagaimana
prinsip darwinian untuk menjelaskan penyebaran ide ataupun fenomena budaya.
Singkatnya, meme adalah unit terkecil dalam evolusi budaya, yang
mempengaruhi perubahan/evolusi budaya itu sendiri. Meme sendiri berbentuk
seperti ide, gagasan, perasaan ataupun perilaku. Dalam contoh bahasa
Indonesia tadi, meme yang berupa gagasan merangsang bahasa Indonesia
mengalami evolusi. [2]
Berikutnya, agama yang didalamnya memiliki berbagai macam simbol tidak bisa
melepaskan dirinya dari bahasa yang merupakan produk budaya. Sebagai
contoh, agama Islam yang dibahasakan dengan bahasa arab. Bahasa arab
sendiri tidak turun dari langit, tapi bahasa arab adalah derivasi dari bahasa
Syriac. Bahasa merupakan sistem komunikasi yang dikembangkan oleh spesies
kita untuk bertukar informasi. Karena agama tidak pernah lepas dari bahasa
yang notabenenya adalah produk budaya, maka agama bisa dibilang adalah
suatu produk budaya. Bahkan, agama sendiri tidak bisa terlepas dari budaya
dimana dirinya berasal. Seperti sebagian umat muslim di Indonesia yang
bergaya kearab-araban, seolah arab identik dengan Islam itu sendiri. Hal yang
sama tentu saja berlaku dengan agama-agama lain.
Jika agama adalah produk budaya, maka menurut aturan logika, tentu saja
agama juga berevolusi. Salah satu bentuk evolusi di dalam agama bisa dilihat
dari makin birokratiknya sistem pelembagaan dalam agama, seolah esensi
agama tersebut terletak pada label nya. Walau secara umum esensi dari agama
tersebut tidak terlalu mengalami banyak perubahan, tapi pengekspresian dalam
beragama mungkin saja sudah jauh berubah. Saya berhipotesa, mungkin saja
pengekspresian agama yang dianut mayoritas orang sekarang, sudah tidak
sesuai dengan yang diajarkan nabi terdahulu. Terlebih ketika agama dijadikan
kendaraan politik dan menjadi pembatas dalam mempelajari ilmu pengetahuan.
....
Referensi
[1] Bahasa Indonesia - Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia)
[2] Meme, Agnostic Indonesia
(https://agnostikindonesia.wordpress.com/2013/06/21/meme/)
Suku dayak merupakan suku asli Kalimantan dan hidup secara berkelompok serta tinggal di
pedalaman-pedalaman hutan dan gunung. Nama Dayak diberikan oleh orang-orang Melayu yang
tinggal di Kalimantan. Kata Dayak bermakna orang yang gagah berani. Istilah "Dayak" paling
umum digunakan untuk menyebut orang-orang asli non-Muslim, non-Melayu yang tinggal di pulau
itu. Ini terutama berlaku di Malaysia, karena di Indonesia ada suku-suku Dayak yang Muslim namun
tetap termasuk kategori Dayak walaupun beberapa diantaranya disebut dengan Suku Banjar dan Suku
Kutai. Terdapat beragam penjelasan tentang etimologi istilah ini. Menurut Lindblad, kata Dayak
berasal dari kata daya daribahasa Kenyah, yang berarti hulu sungai atau pedalaman. King, lebih jauh
menduga-duga bahwa Dayak mungkin juga berasal dari kata aja, sebuah kata dari bahasa Melayu
yang berarti asli atau pribumi. Dia juga yakin bahwa kata itu mungkin berasal dari sebuah istilah dari
bahasa Jawa Tengah yang berarti perilaku yang tak sesuai atau yang tak pada tempatnya.
Dikarenakan arus migrasi yang kuat dari para pendatang, Suku Dayak yang masih mempertahankan
adat budayanya akhirnya memilih masuk ke pedalaman. Akibatnya, Suku Dayak menjadi terpencarpencar dan menjadi sub-sub etnis tersendiri. Kelompok Suku Dayak, terbagi dalam sub-sub suku yang
kurang lebih jumlahnya 405 sub (menurut J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di
pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi
kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu
masyarakat yang kini disebut suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiaptiap pemukiman mereka.
Sumber : http://sangkaraya.blogspot.com
Ragam hias merupakan berbagai macam ornamen yang dibuat dan dibentuk oleh manusia secara
sengaja ke dalam benda-benda. Ragam hias sering kali dijadikan sebagai ciri khas suatu daerah atau
wilayah. Salah satunya adalah ragam hias suku dayak di provinsi Kalimantan Barat. Bentuk-bentuk
yang dihasilkan merupakan suatu pengapresiasian ide-ide manusia yang dituangkan ke dalam bendabenda. Analisis saya, ragam hias suku dayak ini merupakan penyederhanaan bentuk dari motif-motif
alam dan mahluk hidup. Mengakar pada kepercayaan dan ritual sebagai bentuk sebuah
penghormatan kepada dewa-dewa.
Ragam hias sering kali muncul didasari atas persepsi penduduk setempat terhadap perwujudan
sesosok Tuhan atau dewa. Bentuk-bentuk dari ragam hias suku dayak juga bermacam-macam, dan
memiliki corak warna yang beranekaragam sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya.
Dewasa
ini
suku
bangsa
Dayak
terbagi
dalam
enam
rumpun
besar,
yakni:Apokayan , OtDanum,Ngaju, Iban, Murut, Klemantandan Punan.Rumpun Punanmerupakan
suku Dayak yang paling tua mendiami pulau Kalimantan, sementara rumpun Dayak yang lain
merupakan rumpun hasil asimilasi antara Dayak punan dan kelompok Proto Melayu (moyang Dayak
yang berasal dari Yunnan). Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam kurang lebih 405 sub-etnis.
Meskipun terbagi dalam ratusan sub-etnis, semua etnis Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya
yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu apakah suatu subsuku di Kalimantan dapat
dimasukkan ke dalam kelompok Dayak atau tidak. Ciri-ciri tersebut adalah rumah panjang, hasil
budaya material seperti tembikar, mandau, sumpit, beliong (kampak Dayak), pandangan terhadap
alam, mata pencaharian (sistem perladangan), dan seni tari. Perkampungan Dayak rumpun Ot
Danum-Ngajubiasanya
disebut lewu/lebu dan
pada
Dayak
lain
sering
disebutbanua/benua/binua/benuo. Di kecamatan-kecamatan di Kalimantan yang merupakan wilayah
adat Dayak dipimpin seorang Kepala Adat yang memimpin satu atau dua suku Dayak yang berbeda.
- Bentuk bidang beraturan, berupa segitiga, lingkaran, persegi empat atau segi enam.
- Bentuk bidang tidak beraturan, berupa gumpalan dengan bentuk mengarah pada bulatan atau
lengkungan, bentuk tajam seperti bintang dan sejenisnya.
Pada ragam hias suku dayak, motif geometris sering dipakai untuk menghias bagian tepi atau pinggir
suatu benda, tetapi juga sering dijadikan sebagai inti hiasan untuk memenuhi suatu benda.
Les
Merupakan salah satu jenis ragam hias geometris yang biasa digunakan di bangunan adat suku
Dayak. Ragam hias Les ini ditempatkan di dinding bagian bawah atau pinggiran bawah atap. Makna
dari ragam hias ini adalah sebagai simbol identitas diri, menambah keindahan, serta lambang
kesuburan.
Suku dayak, seringkali memakai motif-motif kehidupan seperti hewan dan binatang hamper disetiap
benda dan barang-barang yang digunakan. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat suku dayak
sangat erat dengan ajaran nenek moyang dan kepercayaan-kepercayaan orang terdahulu. Binatang
seringkali dijadikan media dalam menjalankan ritual dan sesembahan, bahkan acapkali dianggap
sebagai dewa pada beberapa kepercayaan.
bentuk Naga dan Asoq yang seolah-olah sedang berenang,. Perpaduan dalam bentuk tersebut adalah
simbol atau suatu lambang yang dipercaya memiliki kekuatan untuk menolak kejahatan. Sedangkan
arti dari ragam hias tersebut konon dipercaya bahwa Naga Asoq ini merupakan juru penyelamat dan
petunjuk jalan menuju alam setelah kematian. Dan mengapa aplikasi dari bentuk Naga dan Asoq ini
seolah-olah berenang, hal tersebut juga terjadi karena lebih kepada penghormatan mereka pada
sungai, yang mereka anggap telah memberikan jalan kehidupan bagi suku Dayak Bahau. Naga Asoq
sering terlihat pada hiasan-hiasan di daun pintu Lamin. Berikut gambar naga Asoq yang diaplikasikan
dan dikomposisikan dengan motif-motif lainnya.
Ragam hias pada suku dayak di Kalimantan Barat merupakan ide-ide dan pemikiran yang dituangkan
dalam bentuk gambar dan hiasan yang berfungsi sebagai sarana ritual keagamaan.
Ragam hias suku dayak seringkali terlihat oleh dominasi warna hitam dan merah. Inilah salah satu
cirri khas dari kebudayaan masyarakat dayak. Selain itu, warna-warna tersebut juga mengandung
makna-makna yang semuanya sangat terkait dengan aspek kehidupan dan keagamaan suku dayak.
Ragam Hias
dari daerah
Kalimantan
tengah
Selama ini y
ang terkenal
hanyalah mo
tif batik dar
i pulau jawa,
adahal
Kalimantan
juga memiliki
motif yang
tak kalah
menarikdank
has.Bila kain
batik
Kalimantan
selatan
terkenal
dengan nama
kainsasirang
an,kain batik
Kalimantan
tengah
terkenal
dengan nama
batikbenang
bintiknya.Motifnya
pun
variatif,deng
an warnawarna
yangmemanj
akan
selera.Motif
yang umum
adalah
batang
garing,
(simbolbatan
g kehidupan
bagi
masyarakat
Dayak),Mand
au (senjata
khas
sukudayak) ,
Burung
Enggang/Tin
ggang (Elang
Kalimantan),
dan
Balangga.
Batik
Kalimantan
tengah motif
Tatu
PayungBatik
Kalimantan
tengah motif
Kambang
Munduk
Batik
Kalimantan
tengah motif
Pating
MuangBatik
Kalimantan
tengah motif
Repang Gara
ntung
BATIK KALIMANTAN
Selama ini yang terkenal hanyalah motif Batik dari pulau Jawa. padahal
Kalimantan juga memiliki motif yang tak kalah menarik dan khas. Bila kain Batik
Kalimatan Selatan terkenal dengan nama kain Sasirangan, kain batik Kalimantan
Tengah terkenal dengan nama Batik Benang Bintik-nya.
Motifnya pun variatif dengan warna-warna yang memanjakan selera. Motif yang
umum adalah Batang Garing (simbol batang kehidupan bagi masyarakat Dayak),
Mandau (senjata khas suku Dayak), Burung Enggang/Tingang (Elang
Kalimantan), dan Balanga. Warnanya lebih berani seperti shocking pink, hijau
stabilo, merah terang, oranye, dan masih banyak lagi.
Spoiler for Beberapa Contoh Corak Batik Kalimantan:
Batik Sasirangan