Anda di halaman 1dari 27

Evolusi Budaya dan Agama Sebagai Produk Budaya

Posted by : Excel Bagaskhara Thursday, 7 May 2015

Dalam biologi, evolusi adalah teori yang menjelaskan keberagaman makhluk


hidup dan bagaimana suatu spesies mengalami perubahan secara genetik atau
bahkan menghasilkan spesies baru melalui suatu mekanisme yang berupa
seleksi alam, mutasi genetik, dsb. Tapi, bagaimana jika evolusi yang terjadi
berada pada tingkat budaya..?

Sociocultural Evolution atau evolusi budaya adalah sebuah teori yang


menjelaskan bahwa budaya mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Sama
halnya dengan evolusi pada spesies, budaya juga mengalami apa yang disebut
sebagai seleksi alam. Jika budaya tersebut tidak mampu beradaptasi dengan
perkembangan zaman, maka budaya tersebut akan punah. Tapi jika budaya
tersebut mampu beradaptasi, maka budaya tersebut akan tetap eksis, namun
budaya tersebut akan mengalami perubahan (pada tingkat tertentu, akan
menghasilkan budaya yang baru).

Contohnya, bahasa Indonesia yang mengalami evolusi ejaan antara masa


sekarang dan tempo dulu, seperti Djakarta menjadi Jakarta. Ejaan-ejaan ini
mengalami penyempurnaan dalam beberapa tahapan, yang awalnya bahasa
Indonesia didasari dari bahasa melayu hingga akhirnya berevolusi menjadi
"bahasa Indonesia" untuk menghindari kesan imperialisme bahasa. [1]

Richard Dawkins, dalam bukunya "The Selfish Gene" menyebutkan apa dan
bagaimana dia menggunakan istilah meme untuk menceritakan bagaimana
prinsip darwinian untuk menjelaskan penyebaran ide ataupun fenomena budaya.
Singkatnya, meme adalah unit terkecil dalam evolusi budaya, yang
mempengaruhi perubahan/evolusi budaya itu sendiri. Meme sendiri berbentuk
seperti ide, gagasan, perasaan ataupun perilaku. Dalam contoh bahasa
Indonesia tadi, meme yang berupa gagasan merangsang bahasa Indonesia
mengalami evolusi. [2]

Berikutnya, agama yang didalamnya memiliki berbagai macam simbol tidak bisa
melepaskan dirinya dari bahasa yang merupakan produk budaya. Sebagai
contoh, agama Islam yang dibahasakan dengan bahasa arab. Bahasa arab
sendiri tidak turun dari langit, tapi bahasa arab adalah derivasi dari bahasa
Syriac. Bahasa merupakan sistem komunikasi yang dikembangkan oleh spesies

kita untuk bertukar informasi. Karena agama tidak pernah lepas dari bahasa
yang notabenenya adalah produk budaya, maka agama bisa dibilang adalah
suatu produk budaya. Bahkan, agama sendiri tidak bisa terlepas dari budaya
dimana dirinya berasal. Seperti sebagian umat muslim di Indonesia yang
bergaya kearab-araban, seolah arab identik dengan Islam itu sendiri. Hal yang
sama tentu saja berlaku dengan agama-agama lain.

Jika agama adalah produk budaya, maka menurut aturan logika, tentu saja
agama juga berevolusi. Salah satu bentuk evolusi di dalam agama bisa dilihat
dari makin birokratiknya sistem pelembagaan dalam agama, seolah esensi
agama tersebut terletak pada label nya. Walau secara umum esensi dari agama
tersebut tidak terlalu mengalami banyak perubahan, tapi pengekspresian dalam
beragama mungkin saja sudah jauh berubah. Saya berhipotesa, mungkin saja
pengekspresian agama yang dianut mayoritas orang sekarang, sudah tidak
sesuai dengan yang diajarkan nabi terdahulu. Terlebih ketika agama dijadikan
kendaraan politik dan menjadi pembatas dalam mempelajari ilmu pengetahuan.

....

Referensi
[1] Bahasa Indonesia - Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia)
[2] Meme, Agnostic Indonesia
(https://agnostikindonesia.wordpress.com/2013/06/21/meme/)

SEJARAH SINGKAT SUKU DAYAK

Suku dayak merupakan suku asli Kalimantan dan hidup secara berkelompok serta tinggal di
pedalaman-pedalaman hutan dan gunung. Nama Dayak diberikan oleh orang-orang Melayu yang
tinggal di Kalimantan. Kata Dayak bermakna orang yang gagah berani. Istilah "Dayak" paling
umum digunakan untuk menyebut orang-orang asli non-Muslim, non-Melayu yang tinggal di pulau
itu. Ini terutama berlaku di Malaysia, karena di Indonesia ada suku-suku Dayak yang Muslim namun
tetap termasuk kategori Dayak walaupun beberapa diantaranya disebut dengan Suku Banjar dan Suku
Kutai. Terdapat beragam penjelasan tentang etimologi istilah ini. Menurut Lindblad, kata Dayak
berasal dari kata daya daribahasa Kenyah, yang berarti hulu sungai atau pedalaman. King, lebih jauh
menduga-duga bahwa Dayak mungkin juga berasal dari kata aja, sebuah kata dari bahasa Melayu
yang berarti asli atau pribumi. Dia juga yakin bahwa kata itu mungkin berasal dari sebuah istilah dari
bahasa Jawa Tengah yang berarti perilaku yang tak sesuai atau yang tak pada tempatnya.

Dikarenakan arus migrasi yang kuat dari para pendatang, Suku Dayak yang masih mempertahankan
adat budayanya akhirnya memilih masuk ke pedalaman. Akibatnya, Suku Dayak menjadi terpencarpencar dan menjadi sub-sub etnis tersendiri. Kelompok Suku Dayak, terbagi dalam sub-sub suku yang
kurang lebih jumlahnya 405 sub (menurut J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di
pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi
kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu
masyarakat yang kini disebut suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiaptiap pemukiman mereka.

PETA PERSEBARAN SUKU DAYAK DI KALIMANTAN

Sumber : http://sangkaraya.blogspot.com

RAGAM HIAS SUKU DAYAK

Ragam hias merupakan berbagai macam ornamen yang dibuat dan dibentuk oleh manusia secara
sengaja ke dalam benda-benda. Ragam hias sering kali dijadikan sebagai ciri khas suatu daerah atau
wilayah. Salah satunya adalah ragam hias suku dayak di provinsi Kalimantan Barat. Bentuk-bentuk
yang dihasilkan merupakan suatu pengapresiasian ide-ide manusia yang dituangkan ke dalam bendabenda. Analisis saya, ragam hias suku dayak ini merupakan penyederhanaan bentuk dari motif-motif
alam dan mahluk hidup. Mengakar pada kepercayaan dan ritual sebagai bentuk sebuah
penghormatan kepada dewa-dewa.

Ragam hias sering kali muncul didasari atas persepsi penduduk setempat terhadap perwujudan
sesosok Tuhan atau dewa. Bentuk-bentuk dari ragam hias suku dayak juga bermacam-macam, dan
memiliki corak warna yang beranekaragam sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya.
Dewasa
ini
suku
bangsa
Dayak
terbagi
dalam
enam
rumpun
besar,
yakni:Apokayan , OtDanum,Ngaju, Iban, Murut, Klemantandan Punan.Rumpun Punanmerupakan
suku Dayak yang paling tua mendiami pulau Kalimantan, sementara rumpun Dayak yang lain
merupakan rumpun hasil asimilasi antara Dayak punan dan kelompok Proto Melayu (moyang Dayak
yang berasal dari Yunnan). Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam kurang lebih 405 sub-etnis.
Meskipun terbagi dalam ratusan sub-etnis, semua etnis Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya
yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu apakah suatu subsuku di Kalimantan dapat
dimasukkan ke dalam kelompok Dayak atau tidak. Ciri-ciri tersebut adalah rumah panjang, hasil
budaya material seperti tembikar, mandau, sumpit, beliong (kampak Dayak), pandangan terhadap
alam, mata pencaharian (sistem perladangan), dan seni tari. Perkampungan Dayak rumpun Ot
Danum-Ngajubiasanya
disebut lewu/lebu dan
pada
Dayak
lain
sering
disebutbanua/benua/binua/benuo. Di kecamatan-kecamatan di Kalimantan yang merupakan wilayah
adat Dayak dipimpin seorang Kepala Adat yang memimpin satu atau dua suku Dayak yang berbeda.

1. Jenis-jenis Ragam Hias Suku Dayak

a. Ragam hias geometris


Merupakan pola ragam hias yang saling terukur, memiliki keteraturan dan keseimbangan. Ragam
hias berpola geometris sering ditemukan dalam bentuk spiral, zigzag, garis silang, persegi empat, dan
lain-lain. Ragam hias ini dipercaya telah ada sejak zaman dahulu, hal ini diperkuat dengan buktibukti yang telah ditemukan. Motif geometris sering seringkali siaplikasikan dalam seni ukir atau
pahatan. Namun, tidak jarang juga ditemukan pada motif-motif geometris diterapkan ke dalam
bentuk dua dimensi.

Bentuk-bentuk bidang geometris antara lain terbagi dalam 2 (dua) bagian:

- Bentuk bidang beraturan, berupa segitiga, lingkaran, persegi empat atau segi enam.

- Bentuk bidang tidak beraturan, berupa gumpalan dengan bentuk mengarah pada bulatan atau
lengkungan, bentuk tajam seperti bintang dan sejenisnya.

Pada ragam hias suku dayak, motif geometris sering dipakai untuk menghias bagian tepi atau pinggir
suatu benda, tetapi juga sering dijadikan sebagai inti hiasan untuk memenuhi suatu benda.

Contoh ragam hias geometris

Les
Merupakan salah satu jenis ragam hias geometris yang biasa digunakan di bangunan adat suku
Dayak. Ragam hias Les ini ditempatkan di dinding bagian bawah atau pinggiran bawah atap. Makna
dari ragam hias ini adalah sebagai simbol identitas diri, menambah keindahan, serta lambang
kesuburan.

Gambar 1.1 Les

b. Ragam hias fauna dan manusia


Merupakan suatu bentuk ungkapan rasa yang dituangkan melalui bentuk-bentuk berupa gambar yang
menceritakan sejarah kehidupan. Misalnya lukisan-lukisan dinding gua yang menceritakan tentang
kisah perburuan, perekonomian, ritual, dan sebagainya.

Suku dayak, seringkali memakai motif-motif kehidupan seperti hewan dan binatang hamper disetiap
benda dan barang-barang yang digunakan. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat suku dayak
sangat erat dengan ajaran nenek moyang dan kepercayaan-kepercayaan orang terdahulu. Binatang

seringkali dijadikan media dalam menjalankan ritual dan sesembahan, bahkan acapkali dianggap
sebagai dewa pada beberapa kepercayaan.

Contoh ragam hias fauna dan manusia

Motif pada pakaian adat suku dayak (Bulang)


Pakaian dayak memang beragam, dari mulai motif, model pakaian, hingga penggunaan warna.
Namun, pakaian dayak umumnya adalah pakaian yang dibuat dengan cara ditenun. Jenis tenunnya
yaitu tenun ikat. Di pahami bahwa seni budaya menenun merupakan kebudayaan yang diwariskan
oleh generasi terdahulu yang mempunyai keunikan, nilai seni dan sejarah yang tinggi. Tahapan untuk
menghasilkan sebuah karya kain tenun ikat dimulai dari penanaman kapas, pembuatan
benang/memintal, ngaos (peminyakan benang), mewarna/mencelup, mengikat motif, menenun dan
menjadikan pakaian adat merupakan rangkaian proses panjang. Dari beberapa tahapan tersebut
dilakukan ritual-ritual tertentu yang dipercaya sebagai roh untuk membangkitkan semangat dalam
bekerja maupun untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Ini merupakan tradisi dan kebudayaan
dari leluhur masyarakat suku Dayak Desa yang dilakuakan puluhan tahun silam. Puluhan bahkan
ratusan motif pada kain tenun ikat Dayak berasal dari inspirasi, mimpi dan pengetahuan para leluhur
yang mengandung makna begitu mendalam sebagai nasehat, petuah, pantangan, dan semangat dalam
kehidupan keseharian. Motif pada pakaian suku dayak kebanyakan adalah motif binatang. Namun
ada juga diantaranya yang mengambil tema alam.

Gambar 1.2 Bulang

Motif pada daun pintu lamin


Bentuk tunggal ragam hias Naga Asoq, yaitu suatu perpaduan dari bentuk naga dan anjing, pada
bagian kepala berupa gambaran bentuk naga, sementara di bagian badannya berupa bentuk badan
anjing, suku Dayak Bahau lazimnya menyebut anjing dengan sebutan Asoq. Kenapa suku ini lebih
menonjolkan bentuk Naga dan Asoq, hal tersebut lebih dikarenakan oleh suatau kepercayaan yang
mereka anut. Pada ragam hias Naga Asoq ini, bila kita mengkajinya lebih jauh akan terlihat suatu

bentuk Naga dan Asoq yang seolah-olah sedang berenang,. Perpaduan dalam bentuk tersebut adalah
simbol atau suatu lambang yang dipercaya memiliki kekuatan untuk menolak kejahatan. Sedangkan
arti dari ragam hias tersebut konon dipercaya bahwa Naga Asoq ini merupakan juru penyelamat dan
petunjuk jalan menuju alam setelah kematian. Dan mengapa aplikasi dari bentuk Naga dan Asoq ini
seolah-olah berenang, hal tersebut juga terjadi karena lebih kepada penghormatan mereka pada
sungai, yang mereka anggap telah memberikan jalan kehidupan bagi suku Dayak Bahau. Naga Asoq
sering terlihat pada hiasan-hiasan di daun pintu Lamin. Berikut gambar naga Asoq yang diaplikasikan
dan dikomposisikan dengan motif-motif lainnya.

Gambar 1.3 Naga Asoq pada pintu Lamin

Ragam hias pada suku dayak di Kalimantan Barat merupakan ide-ide dan pemikiran yang dituangkan
dalam bentuk gambar dan hiasan yang berfungsi sebagai sarana ritual keagamaan.

Ragam hias suku dayak seringkali terlihat oleh dominasi warna hitam dan merah. Inilah salah satu
cirri khas dari kebudayaan masyarakat dayak. Selain itu, warna-warna tersebut juga mengandung
makna-makna yang semuanya sangat terkait dengan aspek kehidupan dan keagamaan suku dayak.

Ragam Hias
dari daerah
Kalimantan
tengah

Selama ini y
ang terkenal
hanyalah mo
tif batik dar
i pulau jawa,
adahal

Kalimantan
juga memiliki
motif yang
tak kalah
menarikdank
has.Bila kain

batik
Kalimantan
selatan
terkenal
dengan nama
kainsasirang

an,kain batik
Kalimantan
tengah
terkenal
dengan nama
batikbenang

bintiknya.Motifnya
pun
variatif,deng
an warnawarna

yangmemanj
akan
selera.Motif
yang umum
adalah
batang

garing,
(simbolbatan
g kehidupan
bagi
masyarakat
Dayak),Mand

au (senjata
khas
sukudayak) ,
Burung
Enggang/Tin
ggang (Elang

Kalimantan),
dan
Balangga.
Batik
Kalimantan
tengah motif

Tatu
PayungBatik
Kalimantan
tengah motif
Kambang
Munduk

Batik
Kalimantan
tengah motif
Pating
MuangBatik
Kalimantan

tengah motif
Repang Gara
ntung
BATIK KALIMANTAN
Selama ini yang terkenal hanyalah motif Batik dari pulau Jawa. padahal
Kalimantan juga memiliki motif yang tak kalah menarik dan khas. Bila kain Batik
Kalimatan Selatan terkenal dengan nama kain Sasirangan, kain batik Kalimantan
Tengah terkenal dengan nama Batik Benang Bintik-nya.
Motifnya pun variatif dengan warna-warna yang memanjakan selera. Motif yang
umum adalah Batang Garing (simbol batang kehidupan bagi masyarakat Dayak),
Mandau (senjata khas suku Dayak), Burung Enggang/Tingang (Elang
Kalimantan), dan Balanga. Warnanya lebih berani seperti shocking pink, hijau
stabilo, merah terang, oranye, dan masih banyak lagi.
Spoiler for Beberapa Contoh Corak Batik Kalimantan:

Batik Benang Bintik

Batik Sasirangan

Anda mungkin juga menyukai