PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk Allah yang di anugrahi akal, fikiran, dan fisik
Allah untuk menjadi khalifah di bumi Allah Yang Maha Kuasa ciptakan.
Oleh karena manusia adalah khalifah di bumi ini sepatutnya seorang manusia
Manusia yang menjadi seorang terpilih dan tinggi derajatnya di mata Tuhan,
yang di perintahkan Allah dan menjauhi yang dilarang oleh Allah SWT.
Sebagai makhluk yang mempunyai akal dan fikiran serta fisik manusia
haruslah memanfaatkan anugrah yang diberikan oleh Allah itu dengan sebaik-
seorang manusia yang memiliki derajat tinggi di mata Allah SWT. Maka
manusia harus menjadikan budaya yang baik sebagai bagian dari dirinya
berketuhanan.
1
Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan
tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, maka peradaban bangsa tersebut
Disini, saya mencoba untuk peduli dengan budaya dari mana kami berasal
berbagai sumber.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Budaya diartikan pikiran, akal budi,
(beradab, maju), sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar
penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat
sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau
majemuk dari budi daya yang berarti daya dari budi. Sehingga dibedakan
antara budaya yang berarti “daya dari budi” yang berupa cipta, rasa, karsa,
dengan kebudayaan yang berarti hasil dari cipta, rasa dan karsa.
1. Bahasa
2. Sistem Teknologi
3
3. Sistem mata pencaharian (ekonomi)
4. Organisasi sosial
5. Sistem pengetahuan
6. Religi
7. Kesenian
lainnya budaya asli Jawa ini bertumpu dari religi animisme dan dinamisme.
Dasar pikiran dalam religi animisme dan dinamisme bahwa dunia ini juga
didiami oleh roh-roh halus termasuk roh nenek moyang dan juga kekuatan-
Dalam antropologi budaya dikenal beragam suku dan budaya, salah satunya
masyarakat atau suku Jawa. Masyarakat Jawa adalah orang-orang yang dalam
tinggal di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, serta mereka yang berasal dari
4
kedua daerah tersebut. Secara geografis suku bangsa Jawa mendiami tanah
Malang, dan Kediri. Sedangkan di luar itu, dinamakan pesisir dan ujung
Mataram pada sekitar abad ke-XVI adalah pusat dari kebudayaan Jawa.
Yang dimaksud orang Jawa atau Javanese menurut Franz Magnis Suseno
adalah orang yang memakai Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu dan merupakan
penduduk asli bagian tengah dan timur pulau Jawa (Suseno, 2003: 11).
Soeriatmadja dan Suraya Afif, The Ecology Java and Bali (1996), bahwa
penduduk asli pertama Pulau Jawa adalah mirip dengan suku Aborigin di
tersingkir oleh pendatang dari Asia Tenggara. Mereka tidak dapat hidup di
Jawa, tetapi saat ini keturunan mereka dapat ditemukan di suku Anak Dalam
Suku Jawa merupakan salah satu suku terbesar yang berdiam di negara
Indonesia. Suku Jawa hidup dalam lingkup budaya yang sangat kental, yang
1. Religius
5
Sebelum agama-agama besar masuk ke Jawa, masyarakat Jawa sudah
2. Non doktriner
Artinya budaya Jawa itu luwes (fleksibel), karena sejak zaman dahulu
3. Toleran
lain.
4. Akomodatif
budi pekerti luhur juga mau menerima masuknya budaya asing yang
Secara kodrati budaya Jawa seperti halnya budaya lainnya akan selalu
6
Bahasa Jawa misalnya, perkembangannya sangat jauh sehingga menjadi
prinsipnya ada dua macam bahasa Jawa apabila ditinjau dari kriteria
Bahasa Jawa Ngoko itu dipakai untuk orang yang sudah dikenal akrab,
dan terhadap orang yang lebih muda usianya serta lebih rendah derajat
atau status sosialnya. Lebih khusus lagi adalah bahasa Jawa Ngoko Lugu
bicara dengan yang belum dikenal akrab, tetapi yang sebaya dalam umur
maupun derajat, dan juga terhadap orang yang lebih tinggi umur serta
status sosialnya. Dari kedua macam derajat bahasa ini, kemudian ada
bahasa Jawa Madya, yang terdiri dari tiga macam bahasa yaitu Madya
Ngoko, Madyaantara dan Madya Krama; ada bahasa Krama Inggil yang
7
terdiri dari kira-kira 300 kata-kata yang dipakai untuk menyebut nama-
dari orang-orang yang lebih tua umur atau lebih tinggi derajat sosialnya;
bahasa Jawa Kasar yakni salah satu macam bahasa daerah yang
mengumpat seseorang.
Tidak ada mata pencaharian yang khas yang dilakoni oleh masyarakat suku
orang Jawa. Selain itu, mereka bekerja pada sektor pelayanan umum,
mata pencaharian lain, karena seperti yang kita tahu, baik Jawa Tengah dan
padi, tebu dan kapas. Tetapi orang Jawa juga terkenal tidak memiliki bakat
yang menonjol dalam bidang industri dan bisnis seperti halnya keturunan
etnis tionghoa. Hal ini dapat terlihat, bahwa pemilik industri berskala besar di
8
Di dalam melakukan pekerjaan pertanian, masyarakat orang Jawa ada yang
yang hidup di daerah pegunungan, sedangkan yang lain, yaitu yang bertempat
waktu musim kemarau dimana air sangat kurang untuk pengairan sawah-
sawah itu, seperti ketela pohon, ketela rambat, kedelai, kacang tanah dan
kacang tunggak.
ada pula sumber pendapatan lain yang diperoleh dari usaha-usaha kerja
dan menjadi tukang-tukang kayu, batu atau reparasi sepeda dan lapangan-
Suku Jawa menganut garis keturunan ayah atau disebut Patrilini/ Patriakhat.
Hal ini terlihat dari pemakaian nama belakang seseorang sering memakai
seorang laki-laki adalah pemimpin rumah tangga, dalam hal warispun dikenal
9
anak lanang sa pikul anak wadon sak gendongan. Yang mana jumlah harta
waris yang diberikan kepada anak laki-laki diibaratkan sa pikul yang lebih
1. Anak
2. Putu
3. Buyut
4. Canggah
5. Wareng
6. Udheg- udheg
7. Gantung siwur
8. Gropak senthe
9. Kandhang bubrah
Dalam 7 turunan tersebut masih dapat disebut keluarga dekat dan keturunan 8
dan seterusnya merupakan keluarga jauh. Selain itu juga di kenal Pa jipat
lima/ pancer sedulur papat lima pancer yang merupakan saudara orang Jawa
saat dilahirkan. Sedulur papat lima pancer ini diambil dari Kitab Kidungan
Ana kidung ing kadang Marmati Amung tuwuh ing kuwasanira Nganakaken
saciptane Kakang Kawah puniku Kang rumeksa ing awak mami Anekakake
10
sedya Ing kuwasanipun Adhi Ari-Ari ingkang Memayungi laku kuwasanireki
Angenakken pangarah Ponang Getih ing rahina wengi Ngrerewangi ulah kang
wus dadi pancer sawiji Tunggal sawujud ingwang Ing tembang dhuwur iku
disebutake yen ” Sedulur Papat ” iku Marmati, Kawah, Ari-Ari, lan Getih
kang kaprahe diarani Rahsa. Kabeh kuwi mancer neng Puser (Udel) yaiku
Cethane mancer marang uwonge kuwi. Geneya kok disebut Marmati, kakang
Kawah, Adhi Ari-Ari lan Rahsa kuwi? Marmati iku tegese Samar Mati! lire
yen wong wadon pas nggarbini (hamil) iku sadina-dina pikirane uwas Samar
Mati. Rasa uwas kawatir pralaya anane dhisik dhewe sadurunge metune
Kawah, Ari-Ari lan Rahsa kuwi mau, mulane Rasa Samar Mati iku banjur
dianggep minangka Sadulur Tuwa. Wong nggarbini yen pas babaran kae,
kang dhisik dhewe iku metune Banyu Kawah sak durunge laire bayi, mula
Kawah banjur dianggep Sadulur Tuwa kang lumrahe diarani Kakang Kawah.
Yen Kawah wis mancal medhal, banjur disusul laire bayi, sakwise kuwi
banjur disusul Metune Ari-Ari. Sarehne Ari-Ari iku metune sakwise bayi lair,
mulane Ari-Ari iku diarani Sedulur Enom lan kasebut Adhi Ari-Ari Lamun
Rah (Rahsa) iki uga ing wektu akhir, mula Rahsa iku uga dianggep Sedulur
Enom. Puser (Tali Plasenta) iku umume PUPAK yen bayi wis umur pitung
dina. Puser kang copot saka udel kuwi uga dianggep Sedulure bayi. Iki
11
dianggep Pancer pusate Sedulur Papat. Mula banjur tuwuh unen-unen
Kekayon wayang purwa kang kaprahe kasebut Gunungan, ana kono gambar
Macan, Bantheng, Kethek lan Manuk Merak. Kocape kuwi mujudake Sedulur
Yang intinya sedulur papat tadi melambangkan 4 macam nafsu yang dimiliki
manusia, yaitu:
bedakan antara orang priyayi yang terdiri dari pegawai negeri dan kaum
terpelajar dengan orang kebanyakan yang disebut wong cilik, seperti petani-
12
dan keturunan bangsawan atau bendara-bendara. Dalam kerangka susunan
masyarakat ini, secara bertingkat yang berdasarkan atas gensi-gensi itu, kaum
priyayi dan bendara merupakan lapisan atas, sedangkan wong cilik menjadi
membedakan orang santri dengan orang agama kejawen. Golongan kedua ini
akan tetapi mereka tidak secara patuh menjalankan rukun-rukun dari agama
Islam itu; misalnya tidak salat, tidak pernah puasa, tidak bercita-cita untuk
susunan masyarakat orang Jawa itu, ada golongan santri dan ada golongan
agama kejawen. Di berbagai daerah di Jawa baik yang bersifat kota maupun
secara berlapis. Lapisan yang tertinggi dalam desa adalah wong baku.
Lapisan ini terdiri dari keturunan orang-orang yang dulu pertama-tama datang
adalah lapisan kuli gendok atau lindung. Mereka adalah orang-orang laki-laki
yang telah kawin, akan tetapi tidak mempunyai tempat tinggal sendiri,
13
sehingga terpaksa menetap di rumah kediaman mertuanya. Namun begitu,
yang dapat diperoleh dari warisan atau pembelian. Adapun golongan lapisan
ketiga ialah lapisan joko, sinoman, atau bujangan. Mereka semua belum
menikah dan masih tinggal bersama-sama dengan orang tua sendiri atau
ngenger di rumah orang lain. Golongan bujangan ini bisa mendapat atau
disebut dengan dukuh, dan setiap dukuh dipimpin oleh kepala dukuh. Di
dalam melakukan tugasnya sehari-hari, para pemimpin desa ini dibantu oleh
Ada yang bertugas menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban desa,
desanya para pamong desa harus sering mengerahkan bantuan penduduk desa
dengan gugur gunung, atau kerik desa guna bekerja sama membuat,
14
2.5 Jenis Kesenian yang Berkembang di Masyarakat Jawa
mulai dari tari-tarian, lagu daerah, wayang orang, dan juga wayang kulit, serta
Yang pertama adalah tari-tarian. Dalam bahasa Jawa, tari disebut dengan kata
beksa yang berasal dari kata “ambeg” dan “esa” kata tersebut mempunyai
maksud dan pengertian bahwa orang yang akan menari haruslah benar-benar
menuju satu tujuan, yaitu menyerahkan seluruh jiwanya pada tarian. Seni tari
dan Majapahit. Pada masa sekarang ini, kota Surakarta dianggap sebagai
Seni tari dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: Tari Klasik, Tari
Tradisional dan Tari Garapan Baru. Beberapa contoh tarian sebagai bagian
1. Tari Bedhaya
Tari Bedhaya Ketawang ini dipercaya diciptakan oleh Sultan Agung, raja
Kalijaga. Tari Bedhaya Ketawang ini, tidak hanya ditampilkan pada saat
penobatan raja yang baru, tetapi juga tiap tahunnya, yang bertepatan
dengan hari penobatan raja atau ratu. Pada pementasan tari Bedhaya
alas-alasan. Dari segi alat musik pengiring pun sangat spesial, karena
15
digunakan yaitu gamelan Kyai Kaduk Manis dan Kyai Manis Renggo.
2. Tari Srimpi
masuk ke keraton. Tarian ini dipentaskan oleh empat orang putri yang
beberapa jenis tari Srimpi, ada satu yang dianggap sakral atau suci, yaitu
3. Tari Pethilan
pementasannya, tarian ini boleh memiliki gerakan yang sama atau tidak
yang memerankan lakon kembar. Dalam kisah yang termuat dalam tarian
pun, ada peran yang mati dan yang tetap bertahan hidup.
4. Tari Golek
Tari ini berasal dari Yogyakarta, dan pertama kali dipentaskan pada
16
gadis yang baru memasuki masa dewasanya, agar terlihat lebih cantik
dan menarik.
5. Tari Bondan
6. Tari Topeng
Tarian ini sebenarnya secara tidak langsung diilhami oleh wayang wong,
atau wayang orang. Tarian ini sempat mengalami kejayaan pada masa
manusia yaitu marah, sedih, dan kecewa. Biasanya cerita yang diangkat
dalam tari topeng adalah bagian dari hikayat atau cerita rakyat, terutama
cerita-cerita panji.
7. Tari Dolalak
ala prajurit Belanda atau Prancis tempo dulu, dan diiringi oleh alat musik
17
legenda, tarian ini terinspirasi dari semangat perjuangan perang rakyat
masyarakat Jawa, baik Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Patolan atau
adalah semacam olahraga gulat rakyat, dan dipimpin oleh dua orang
adalah kesenian bela diri yang dilukiskan dengan tarian dengan iringan
Banyumas. Tarian ini terdiri dari lengger (penari) dan calung (alat musik
18
dari calung. Beberapa gerakan khas dari tarian lengger adalah geyol,
gedhag, dan lempar sampur. Dahulu penari lengger adalah para pria yang
Selain kesenian yang berbentuk tarian, suku Jawa pun memiliki kesenian
dalam bentuk lain, misalnya saja dalam seni musik. Baik berbentuk alat
Alat musik yang khas, dan tentu saja paling terkenal dari Jawa adalah
memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan Gamelan
Bali yang rancak dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu-dayu dan
Gamelan Jawa sendiri memiliki dua jenis yaitu Gamelan Salendro dan
19
kurang begitu berkembang dan kurang akrab di masyarakat dan jarang
salah satu gendhing khas dari Jawa Timur, dan sangat lazim digunakan
seni musik yang berupa lagu-lagu daerah dari Jawa antara lain: Bapak
Karapan Sape.
Ciri masyarakat Jawa yang lain adalah berketuhanan, bahkan sejak masa
adalah agama mereka yang pertama. Semua benda yang bergerak diangap
hidup dan memiliki roh, baik itu roh berwatak baik atau jahat.
20
persekutuan desa yang teratur dan mungkin di bawah pemerintahan atau
kepala adat desa, walaupun masih dalam bentuk yang cukup sederhana.
roh yang ada, terdapat roh yang paling berkuasa dan lebih kuat dari manusia.
Dan, agar terhindar dari roh tersebut mereka menyembahnya dengan jalan
mereka terlindung dari roh yang jahat. Cara yang ditempuh untuk
sakti dan ahli dalam bidang tersebut yang disebut prewangan untuk
sesaji dan membakar kemenyan atau bau-bauan lainnya yang digemari oleh
21
1. Selametan surtanah atau geblak yang diadakan pada saat meninggalnya
seseorang.
seseorang.
Masyarakat Jawa mempercayai bahwa apa yang telah mereka bangun adalah
kekuatan alam, matahari, hujan, angin dan hama. Tetapi mereka masih
22
Dalam kepercayaan Jawa terdapat usaha untuk menambah kekuatan batin.
Selain itu, masyarakat jawa juga mempunyai tradisi upacara adat dalam setiap
1. Kematian (Mendhak)
a) Wahyu Tumurun
Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang senantiasa
b) Sido Asih
Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang selalu
kasih.
c) Sidomukti
23
Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang mukti
d) Truntum
e) Sidoluhur
Maknanya agar anak menjadi orang yang sopan dan berbudi pekerti
luhur.
f) Parangkusumo
pesilat tangguh.
g) Semen room
h) Udan riris
dengannya.
i) Cakar ayam
24
j) Grompol
k) Lasem
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
oleh masyarakat setempat. Budaya Jawa memiliki empat ciri utama, yaitu
tingkatannya, ada dua macam bahasa Jawa yaitu bahasa Jawa Ngoko dan
Krama.
administrasi negara dan kemiliteran. Selain itu, mereka bekerja pada sektor
perkebunan.
galih asem.
Ningrat atau
mulai dari tari-tarian, lagu daerah, wayang orang, dan juga wayang kulit,
26
7. Kepercayaan masyarakat jawa adalah kepercayaan animisme, yaitu suatu
27
DAFTAR PUSTAKA
Daroji, Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, Semarang: Gama Media, 2000.
Khalim, Samidi, Islam dan Spiritualitas Jawa, Semarang: Rasail Media Group,
2008.
2007.
28