Anda di halaman 1dari 7

I.

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara dengan beraneka ragam budaya,


tradisi, adat, dan Agama. Pluralitas tersebut yang menjadikan kekayaan tersendiri
bagi bangsa Indonesia. Hal ini merupakan sebuah karunia dari Allah kepada bangsa
ini. Indonesia memiliki beribu-ribu pulau, salah satunya adalah Pulau Jawa yang
merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dengan penduduk yang mayoritas
beragama Islam.

Dalam kesehariannya masyararakat Jawa memiliki berbagai macam tradisi dan


budaya. Kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap
kelompok orang sehingga dinamis sifatnya. Hal ini berarti meletakkan kebudayaan
sebagai proses, yaitu upaya masyarakat untuk menjawab tantangan yang dihadapkan
kepadanya. Kebudayaan Jawa dengan keanekaragamanya banyak mengilhami
masyarakat Jawa dalam tindakan maupun perilaku keberagamaannya. Masyarakat
Jawa memiliki keunikan tersendiri. Dalam segala tindakan biasanya tidak lepas dari
tradisi atau kebiasaan yang dianut oleh para leluhurnya. Keunikannya dapat dilihat
mulai dari kepercayaan masyarakat, bahasa, kesenian, dan tradisinya.

Seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi. Nilai-nilai budaya yang ada di
masyarakat mengalami pergeseran. Masyarakat jawa yang dulunya menjunjung tinggi
sebuah tradisi, sekarang beralih kepada fase kehidupan baru yang di sebut
modernitas. Tidak sedikit dari mereka yang meninggalkan tradisi. Oleh karena itu
penulis bermaksud me-resume makalah agar nilai kebudayaan dan keislaman di
daerah jawa tidak dilupakan.
II. PEMBAHASAN

A. Kebudayaan Jawa Pra Islam


1. Masa Prasejarah Jawa

Suku Jawa adalah orang-orang yang dalam kehidupan kesehariannya


menggunakan bahasa jawa dengan berbagai keragaman dialek secara turun
temurun. Ciri-ciri masyarakat jawa adalah kuatnya ikatan solidaritas dan
hubungan darah. Awalnya mereka mendewakan ruh nenek moyang,karena
menurut masyarakat jawa ruh orang yang sudah mati adalah pelindung bagi
yang masih hidup.

Mayarakat jawa sangat terkenal dengan upacara dan adatnya. Dalam


upacara tersebut mereka menggunakan kesenian wayang. Wayang dipercaya
dapat memanggil kembali roh nenek moyang mereka. Para antropolog
menyebut Agama asli masyarakat jawa pada saat itu adalah religion magic.
Beberapa kepercayaan masyarakat jawa pada saat itu seperti; Wiwitan yang
dipeluk oleh masyarakat Sunda di Kanekes, Lebak, Banten; Sunda Wiwitan
aliran Madrais, juga dikenal sebagai agama Cigugur (dan ada beberapa
penamaan lain) di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat; agama Buhun di Jawa
Barat; Kejawen di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

2. Masa Animisme Dan Dinamisme


Dasar pemikiran religi animisme-dinamisme yaitu adanya kepercayaan
tentang kekuatan atau energi yang mendiami benda-benda (keramat) dan
adanya roh-roh halus (termasuk arwah para leluhur) yang menempati alam
sekeliling mereka. Animisme berarti menganut kepercayaan roh-roh dan
daya-daya ghaib yang bersifat aktif, artinya kepercayaan animisme
mengajarkan bahwa roh-roh orang mati tetap hidup dan bahkan menjadi
sakti seperti para dewa, bisa berbuat aktif mencelakakan atau membantu
menyelamatkan dan mensejahterakan manusia.
Dinamisme adalah masyarakat Jawa mempercayai bahwa apa yang
telah mereka bangun adalah hasil dari adaptasi dengan alam, akan tetapi
mereka masih mempercayai kekuatan dibalik semua kekuatan alam itu.
Mereka menempuhnya jalan laku prihatin atau merasakan perih ing
batin dengan cara cegah dahar lawan guling (mencegah makan dan
mengurangi tidur), mutih (makan makanan yang serba putih, seperti nasi
putih, air tawar), ngasrep (hanya makan dan minum-minuman tawar atau
tanpa gula dan garam) dan berpuasa di hari-hari weton atau kelahiran.1
3. Masa Hindu-Budha
Pada abad ke 9 masyarakat jawa diperkirakan telah memeluk agama
Hindu-Budha. Para raja pada saat itu menjadi santri dari para pemuka
agama. Pengaruh Hinduisme menumbuhkan adanya dua lapisan tradisi
budaya Jawa yakni tradisi besar yang berkembang dilingkungan istana
yang halus dan tradisi kecil atau para petani yang buta huruf yang berpusat
pada religi animisme dan dinamisme.
Masyarakat Jawa dimasa Hindu terbagi menjadi tiga tingkatan kasta ,
yaitu: Pertama, terdiri dari kaum agamawan Hindu dan Budha yang
memiliki tanah bebas pajak. Kedua, keluarga raja yang berkuasa atas para
raka (penguasa) lokal dengan bantuan kaum agamawan. Ketiga, adalah
masyarakat desa biasa yang dipungut pajak oleh raja dengan perantaraan
mangilala drwya atau pemanen pajak.

B. Pandangan Dunia Jawa


Masyarakat Jawa dikenal dengan keanekaragaman tradisi. Baik tradisi
tradisi sebelum lahirnya seorang bayi hingga meninggalnya seseorang. Tradisi
dalam masyarakat merupakan wujud rasa syukur, melestarikan budaya,dll.
Beberapa tradisi masyarakat Jawa yang sering dilakukan antara lain; Mitoni
(tradisi mendoakan anak dalam kandungan), tradisi tedak siten (upacara
memperkenalkan anaknya baik laki-laki maupun perempuan), tradisi sekaten
(perayaan maulid nabi Muhammad SAW), tradisi sedekah bumi, sedekah
gunung, sedekah laut, dll.
Dalam tradisi Jawa ada beberapa barang yang dikeramatkan atau biasa
disebut dengan azimat, pusaka, keris, ikat kepala,dll. Ada beberapa tumbuhan
dan hewan yang dianggap suci oleh masyarakat sekitar sehingga tidak boleh
dimakan. Masyarakat jawa juga percaya pada tempat, hari, tanggal , bulan
yang baik. Gaya hidup masyarakat jawa bisa dikatakan lebih cenderung pada
1
kebatinan dalam mengatasi hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan.
Masyarakat jawa percaya bahwa pada kehidupan mereka tidak lepas dari yang
namanya kekuatan Adikodrati. Sehingga apabila ingin meraih kesuksesan
harus diadakan slametan agar urusan yang akan dilakukan lancar.

C. Masuknya Islam di Jawa


Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7. Islam masuk ke Indonesia
melalui jalur perdagangan yang dibawa oleh para pedagang dari India
(Gujarat), persia, dan Arab. Para pedagang menyebarkan agama islam dengan
menggunakan dua pendekatan islami yaitu pendekatan kultur jawa
mengakulturasikan budaya masyarakat setempat dengan nilai-nilai keislaman
yang ada. Yang kedua adalah pendekatan islamisasi yaitu melalui perkawinan
dan pendidikan.
Para walisongo juga memiliki peran penting dalam penyebaran agama
Islam di Indonesia. diantanya adalah; Sunan Gresik (Syeikh Maulana Malik
Ibrahim), Sunan Ampel (Raden Rahmat), Sunan Bonang (Raden Maulana
Makdum Ibrahim, Sunan Giri (Raden Paku), Sunan Drajat (Raden Qasim),
Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid), Sunan Kudus (Ja’far Shadiq), Sunan
Muria (Raden Umar Said), Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah).

D. Islam di Jawa dan Pengaruhnya


Masyarakat Jawa memandang budaya sebagai sesuatu yang sangat
penting, sesuatu yang menyangkut nilai, budi pekerti, budi luhur, sopan
santun, dll. Namun seiring kemajuan zaman dan teknologi, nilai-nilai
kebudayaan mengalami pergeseran. Modernisasi adalah sebuah proses dimana
kehidupan akan mengalami perubahan. Dalam hal ini kebudayaan dibagi
menjadi dua bagian, yaitu; inti kebudayaan dan perwujudan kebudayaan. Inti
kebudayaan terdiri dari sistem nilai budaya, keyakinan keagamaan yang
dianggap keramat, dan beberapa adat yang mapan dan tersebar luas
dimasyarakat. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah bagian luar dari
kebudayaan, seperti alat atau benda-benda seni.
Ketika islam masuk ke tanah Jawa ada 2 pendekatan yang dilakukan
dalam proses penyebaran agama. Dari pendekatan tersebut muncullah
perpaduan yang serasi antara nilai budaya jawa dan agama islam. Contohnya
seperti Sekaten. Sekaten merupakan gabungan dari dua ajaran yakni hindu dan
islam. Dalam hal memahami ajaran agama ada sebuah proses dimana seorang
individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran, serta sikapnya terhadap
adat istiadat,sistem norma dan peraturan lainnya, proses ini disebut enkulturasi
budaya.

E. Interelasi Nilai Jawa dan Islam Pada Aspek Kepercayaan dan Ritual
Intelerasi merupakan hubungan satu sama lain. Namun dalam sebuah
kebudayaan interelasi diartikan sebagai hubungan antara nilai-nilai ajaran atau
kebudayaan jawa dan islam dari aspek kepercayaan. Bentuk tindakannya
adalah berupa bentuk pemujaan, komitmen, dll. Pada masyarakat jawa dikenal
beberapa sistem keyakinan;
1. Keyakinan agama jawi yaitu agama yang dianut oleh orang jawa,
diantaranya Allah, Nabi Muhammad, para dewa, dll.
2. Keyakinan Islam santri yaitu sistem keyakinan yang bermula dari sistem
enkulturasi. Para santri dilatih membaca Al-qur’an dan menghapal kitab
kuning.

Hubungan Budaya jawa dan islam dalam aspek ritual adalah yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, diantaranya; upacara
tingkeban atau mitoni, upacara kelahiran, upacara sunatan, upacara
perkawinan, upacara kematian, tradisi kupatan, dll.

F. Interelasi Nilai Jawa dan Islam pada Aspek sastra dan Pewayangan
Sastra merupakan suatu ilmu dengan bahasan luas dengan keunikan
bahasa. Fungsi ilmu sastra sendiri sebagai penghibur jugfa pengajaran.
Masyarakat jawa mempunyai kesenian sastra yang sangat unik. Kesenian
inilah yang berkembang luas pada masyarakat diantaranya; tembang yang
merupakan sebuah syair berisi nilai moral yang mengajak kepada kebaikan.
Sastra muncul sejak penyebaran Hindu-Budha di Indonesia.
Wayang merupakan boneka tiruan manusia yang terbuat dari kulit atau
pahatan kayu. Pada zaman dahulu wayang digunakan untuk memuja roh para
leluhur. Wayang berubah fungsinya sejak Islam masuk ke tanah Jawa. Para
walisongo menggunakannya sebagai media dakwah islam. Sunan kalijaga
yang memperkenalkan seni wayang kepada masyarakat dalam dakwahnya
sehingga masyarakat semakin tertarik.
G. Interelasi Nilai Jawa dan Islam pada Aspek Arsitektur
Arsitekur adalah seni merancang bangunan yang berangkat dari konsep
pemikiran Islam. Arsitektur islam dapat dijumpai pada bangunan Masjid,
(kaligrafi, kubah masjid), makam (ukiran pada nisan), istana raja (tiang
bangunan). Konsep arsitek sendiri sudah ada sejak zaman Rasullullah SAW
ketika pembangunan masjid pertama, Masjid Quba.
H. Interelasi Nilai Jawa dan Islam pada Aspek Politik
Politik sebenarnya telah ada sejak zaman Rasullullah.dalam
menentukan sebuah hidup di perlukan adanya peraturan dan hukum agar
manusia dapat hidup sempurna tanpa adanya perasaan was-was. Setiap negara
dan pemerintahan tidak akan lepas dengan yang namanya politik. Pada zaman
dahulu, sistem pemerintahan tertinggi dipegang oleh seorang Raja. Raja
memiliki kharismatik tersendiri. Dalam perpolitikan Indonesia terjadi sistem
sinkretisme. Sinkretisme adalah suatu proses perpaduan dari beberapa paham-
paham atau aliran-aliran agama atau kepercayaan.
Perpolitikan Jawa mempunyai beberapa sikap antara lain; Halus
( menjauhi konflik yang terjadi), menjunjung tinggi ketenangan sikap, dan
menjaga kebersamaan.

I. Interelasi Nilai Jawa dan Islam pada Aspek Pendidikan dan Ekonomi
Pada zaman dahulu pendidikan yang sangat dikenal adalah pendidikan
pesantren. Pesantren tidak terikat dengan kurikulum, namun pesantren
menggunakan metode pengajarannya sendiri. Ekonomi adalah sebuah kajian
tentang sumber daya dan kehidupan individu menyangkut material. Dalam
masyarakat jawa dilihat dari tradisi pesuguhan dan selamatan.

J. Wanita dalam Budaya Jawa


Wanita adalah sosok yang sangat lembut dan berkharisma. Sosoknya
yang lugu, cenderung mengayomi, sensitif, murah hati, tenang. Peran wanita
sangat penting dalam sebuah rumah tangga. Keharmonisan sebuah keluarga
bergantung pada sosok seorang wanita. Dalam budaya jawa wanita memiliki 2
ciri khusus yaitu; mamppu menaklukan didiknya dalam keluarga dan bermain
dalam ruang kekuasaannya (rumah dan keluarga).

K. Dinamika Islam dan Jawa di Era Modern


Saat ini manusia memasuki zaman Globalisasi. Globalisasi proses
integrasi secara internasional yang masuk melalui media komunikasi,
informasi, dan teknologi. Kebudayaan Jawa saat ini berada di tengah arus
globalisasi, masyarakat Jawa pengusung kebudayaan Jawa tidak bisa terbawa
arus gelombang masifikasi budaya-budaya dari etnik-etnik yang ada di
Indonesia dan belahan bumi mana saja. Untuk mengatasi masalah globalisasi,
orang Jawa memiliki filsafah yang dapat digunakan sebagai tameng diri.
Contohnya, Ajineng diri saka lathi, ajineng sliro soko kusumo. Artinya nilai
diri seseorang terletak pada gerakan lidahnya, nilai badaniyah seseorang
terletak pada pakaiannya, harga diri seseorang terletak pada ucapannya, dll.

Anda mungkin juga menyukai