Anda di halaman 1dari 31

KEISLAMAN DI TANAH JAWA

Rizki Agustina (2319020)

PGMI A

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

IAIN PEKALONGAN

Email : rizki.agustina64@gmail.com

ABSTRAK

Sebelum agama Islam masuk ke jawa masyarakat jawa menganut


aliran Aninisme dan Dinanisme dimana masyarakat Jawa mempercayai roh-
roh leluhur,pohon,batu,dll.Terus sesudah agama Hindu dan budha terlebih
dahulu masuk ketimbang Islam. Lalu banyak orang jawa beralih kepercayaan
dari Aninisme dan Dinanisme ke agama Hindu dan Budha, pada masa awal
kerajaan Majapahit Agama Hindu Dan Budha masih banyak pemeluknya.
Seiring berjalannya waktu tidak lama kemudian islam masuk ke jawa
melewati Gujarat dan Persia. Saluran-saluran Islamisasi di Jawa adalah
perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidkan,kesenian dan politik. Islam
mulai menunjukkan perkembangannya di demak terlebih ketika majelis
dakwah Walisongo serempak menyiarkan agama Islam di Jawa,setelah
dakwah Walisongo terbentuk para anggotanya mulai menyebarkan agama
Pengaruh agama Islam. Senantiasa para msyarakat jawa menerima dengan
baik Agama Islam karenan Ajarannya yang mudah, tidak ada perbedaan kasta
dan cara masuknya pun mudah ,tetapi masyarakat Jawa belum bisa
meninggalkan Tradisi dan Budaya yang bertentangan dengan ajaran islam
seperti meyakini akan adanya roh-roh leluhur yang memiliki kekuatan
ghaib,tradisi ziarah kemakam orang-orang tertentu,meyakini dewa-dewi yang
berkedudukan seperti tuhan.

Kata Kunci: Jawa,Islam,Agama,Sejarah,Tradisi,Ritual,Walisongo


A. Pendahuluan

Kapan tepatnya Islam datang ke Jawa, masih menjadi perdebatan dikalangan peneliti.
De Graff dan Pigeau meyakini bahwa besar sekali keungkinan pada abad ke-13 di Jawa sudah
ada orang Islam yang menetap. Sebab, menurutnya, jalan perdagangan dilaut yang menyusuri
pantai timur sumatera melalui laut Jawa ke Indonesia bagian timur, sudah ditempuh sejak
zaman dahulu.1

Budaya Jawa yang pada mulanya bercorak animistik dan hinduistik mulai berubah warna
sejak zaman kewalen (ke-wali-an,zaman wali). Kendati terjadi perubahan corak dan muatan
namun substansi mistisisme dan etika Jawa tetap eksis pada zaman kewalen,bahkan para
Wali tidak bersikap konfrontatif terhadap budaya lokal yang ada.Sikap adaptif dan
kompromis para wali dan da’i di era kasultanan Demak ini merupakan cikal bakal yang
sekaligus menjadi corak khas islam jawa. fondasi paradigma dakwah kultural era kerajaan
demak ini dilanjutkan kerajaan pajang , kemudaian mataram, dan kemudian puncak eksistensi
kulturalnya tampak pada zaman kekuasaan politik di Surakarta dan Yogyakarta. Corak utama
yang dikemangkan dalam mistisisme Islam jawa adalah tasawuf-akhlaqiyah.

Salah satu ciri utama kebudayaan Jawa adalah kelunturan dalam proses dialog dengan seluruh
kebudayaan yang datang dari luar dirinya. Dalam setiap proses dialog,kebudayaan jawa
senantiasa dapat menemukan kembali jati dirinya. Yang terjadi adalah akulturasi ,yang
kemudian menghasilkan sosok budaya baru. Proses dialog inilah yang disebut dengan
transformas perubahan bentuk dan watak masyarakat.2

Metode yang digunakan dalam penulisan ini ialah menggunakan kajian pustaka. Dengan
menggunakan kajian kepustakaan dalam penulisan ini adalah hasil dari membaca pustaka
seperti buku ,hasil kajian(jurnal) dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penulisan artikel
ini. Hasil dari penulisan ini ialah agar kita tahu bagaimana masyarakat jawa sebelum
masuknya islam,dan menegerti tradisi-tradisi Jawa yang bernuansa Keislaman.

1
Sri Wintala Achmad,Sejarah Islam Ditanah Jawa,(Yogyakarta: Araska,2017),hlm25.
2
Bahtiar Efendi,Masyarakat Agama dan Tantangan Globalisasi Mempertimbangkan Konsep Deprivatisasi Agama
Dalam Jurnal Ulumul Qur’an no 3/VII.1997,hlm.43.
B. Pembahasan

1. Tradisi Islam Di Jawa

a. Tradisi Islam Di Jawa

Keberhasilan syiar Agama di suatu daerah,tidak hanya ditentukan oleh kualitas


ajaran Agama itu sendiri,tetapi yang lebih penting ,bagaaimana ajaran yang
disampaikan kepada calon pemeluknya. Di Indonesia, syiar agama termasuk
proses yang unik,menarik sekaligus cukup dinamis. Meski sudah berlangsung
berabad-abad lamanya seperti yang dilakukan Walisongo di pulau Jawa.
walisongo masuk ke Jawa Bernuansa Islami. Dijawa setiap ada musibah atau
suatu yang menyenangkan seperti perkawinan,sakit,panen padi,menanam padi
selalu mengadakan upacara selamatan. Selamatan dilakukan sebagai rasa
syukur,dengan permohonan agar selalu mendapatkan keselamatan. Sebelum
islam masuk masuk kejawa pelaksanaan biasanya dimulai dengan bacaan
mantra-mantra, namun setelah Islam masuk ke Jawa, selamatan dikemas
Islami,seperti dengan Tahlilan,pengajian.3

Masyarakat Jawa sangat kental dengan masalah tradisi dan budaya.


Masyarakat yang mayoritas beragama Islam sampai sekarang masih
menerapkan tradisi dan buday jawanya. Tetapi diantara banyaknya tradisi dan
budaya terutama di Indonesia ada sebagian gologan menganggap bahwa
tradisi tersebut bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Tradisi dan budaya
jawa sangatlah dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa terutama yang beraliran
abagan. Tradisi dan budaya sendiri adalah keyakinan akan adanya roh-roh
leluhur yang memiliki kekuatan ghaib,keyakinan adanya dewa dewi yang
berkedudukan seperti Tuhan,tradisi ziarah ke makam orang-orang
tertentu,melakukan upacara-upacara ritual yang bertujuan untuk persembahan
kepada Tuhan atau meminta berkah serta terkabulnya permintaan tertentu.
Masyarakat Jawa yang memiliki tradisi dan budaya yang banyak dipengaruhi

3
Ihsan,”Macam Tradisi dan Budaya Islam Jawa”, diakses dari http://simpulanilmu.blogspot.com/2017/10/macam-
tradisi-dan-budaya-islam-di-jawa.htnl?m=1 ,pada tanggal 10 Desember 2019, pukul 21.30.
ajaran dan kepercayaan Hindu dan Budha terus bertahan hingga
sekarang(Marzuki,2010:2).4

Setiap tradisi dalam masyarakat jawa memiliki arti dan makna filosofis yang
mendalam dan luhur,yang mana tradisi ini sudah ada sejak dulu. Tradisi
adalah kumpulan benda material dan gagasan yang diberi makna khusus dan
berasal dari masa lalu. Didalam tradisi Jawa Tersebut khas dengan adanya
sesaji yang dibuat berdasarkan kegunaan masing-masing yang mempunyai
makna dan tujuan berbeda satu sama lain. Dalam adat istiadat masyarakat
Jawa,sesaji atau biasa disebut dengan sajen adalah sesajian yang berupa
makanan,hewan atau buah-buahan yang dipersembahkan kepada arwah
leluhur serta kekuatan ghaib yang ada dalam upacar yang diselenggarakan.
Agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk melakukan kegiatan-
kegiatan ritualistik seperti shalat,puasa,haji,dan lain-lain.5

Bolehkah seorang Muslim mengikuti Tradisi masyarakat yang tidak


dikenal di Zaman Nabi? M.Quraish Shihab pernah ditanya: benarkah bahwa
sejauh tidak dilarang atau tidak bertentangan dengan ajaran Rasulullah
seorang Muslim boleh mengikuti adat atau tradisi masyarakat setempat,meski
tidak diperintahkan atau tidak dianjurkan Nabi? M.Quraish Shihab,ketika
menjawab pertanyaan tersebut (Shihab,2009:434). Islam hadir bukan
ditengah-tegah masyarakat yang hampa budaya. Ia menemukan adat-istiadat
yang baik dipertahankan oleh Islam. Sementara itu,adat-istiadat yang buruk
ditolak olehnya. Ada jug adat istiadat yang mengandung sisi-sisi baik dan
buruk. Adat seperti ini diluruskan oleh Islam. Misalnya, sistem anak angkat
pada zaman jahiliyah diluruskan dengan membolehkan mengangkat anak,
tetap statusnya tidak sama persis dengan anak kandung. Karena itu, anak
angkkat tidak berhak menerima warisan, walaupun ayah angkat diperbolehkan
memberi wasiat kepadanya selama tidak lebih dari sepertiga jumlah harta
warisan. Dengan demikian adat istiadat yang berbeda dalam satu masyarakat
dengan masyarakat lalinnay bisa diikuti dan dipertahankan selama tidak

4
Gery Bagus,”Islam dalam Tradisi Masyarakat Jawa”,diakses dari http://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/gerybagus8934/5d1d854f0d8230243d0773b3/islam-dalam-tradisi-
masyarakat-jawa ,pada tanggal 10 Desember 2019,pukul 22:00
5
Ibid.
bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, meskipun tidak dikenal di
zaman Rasulullah SAW.6

Makna Simbolik di Balik “Sesaji” (Sedekahan dan Selamatan) Ritual


dalam Islam Jawa

Bagi masyarakat muslim Jawa, ritualitas sebagi wujud pengabdian dan


ketulusan penyembahan kepada Allah,sebagian diwujudkan dalam bentuk
simbol-simbol ritual yang memiliki kandungan dan makna mendalam. Simbol-
simbol ritual merupakan ekspresi atau pengejawantahaan dari penghayatan
dan pemahaman akan “Realitas yang terjangkau” sehingga menjadi “yang
sangat dekat”. Dengan simbol-simbol ritual tersebut ,erasa bahwa Allah sellau
hadir dan selalu terlibat, “menyatu” dalam dirinya. Simbol ritual dipahami
sebagai perwujudan maksud bahwa dirinya sebagai manusia merupakan
tajalli,atau sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari Tuhan. Simbol-
siimbol ritual tersebut di antaranya adalah ubarampe(piranti atau hardware
dalam bentuk makanan),yang disajikan dalam ritual selamatan
(wilujengan),ruwatan dan sebagainya. Hal itu merupakan aktualisasi dari
pikiran,keinginan dan perasan pelaku untuklebih mendekatkan kepada tuhan.
Memang harus diakui bahwa sebagian dari simbol-simbol ritual dan simbol
spiritual yang diaktualisasikan oleh masyarakat Jawa,mengandung pengaruh
asimilasi anatara Hindu-Jawa,Budha-Jawa,dan Islam-Jawa yang menyatu padu
dalam wacana kultural mistik. Asimilasi yang sering diasosiasikan para
pengamat sebagai sinkretisme tersebut juga terlihat dengan diantaranya
pembakaran kemenyan pada saat ritual mistik dilaksanakan,yang oleh
sebagian masyarakat Jawa diyakini sebagai bagian dari penyembahan kepada
Tuhan secara khusyu’(mencapai tahap hening) dan tadharru’(mengosongkan
diri kemanusiaan sebagi hal yang tidak berarti di hadapan Tuhan), atau
katakanlah sebagai salah satu bentuk akhlak penghormatan kepada Tuhan.

Membakar kemenyan itu biasanya diniatkan sebagai “talining iman,urubing


cahya kumara,kukuse ngambah swarga,ingkang nampi Dzat ingkang maha
kuwaos”(sebagai tali pengikat keimanan,nyalanya diharapkan sebagai cahaya
kumara,asapnya diharapkan sebagai bau-bauan surga,dan agar dapat diterima

6
Muhammad Sholikhin,Ritual & Tradisi Islam Jawa,(Yogyakarta:PT Suka Buku,2010),hlm.26-27.
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa). Maka dapat dipahami bahwa pembakaran
kemenyan dalam ritual mistik sebagian kaum muslim Jawa, atau
memasukkannya sebagai unsur mistik bukanlah laku yang musyrik,seperti
yang dituduhkan oleh sebagian muslim yang erasa puritan atau sebutlah
kearab-araban. Pada zaman Nabi Ibrahim AS. Juga sudah ada kebiasaan
membakar kemenyan. Untuk zaman Nabi Muhammad SAW., pembakaran
kemenyan sering digantikan dengan menggantikan bau-bauan yang
harum,yang dinyatakan sebagai “disukai oleh Allah”. Baik kemenyan ataupun
wangi-wangian esensinya sama,yakni mendekatkan diri kepada Allah. 7

Sebagian di antara bentuk simbol ritual dan simbol spiritual adalah apa yang
disebut sebagai selamatan (slametan),atau wilujengan, yang menggunakan
sarana tumpeng dengan berbagai jenis ubarampenya. Tumpeng itu sendiri bagi
orang jawa merupakan ungkapan dari “metu dalam kang lempeng’ atau hidup
melalui jalan yang lurus (hanif), sebagi aplikasi dari ayat dan doa “ihdinash
shirathal mustaqim” (Qs. Al-Fatihah/2:6). Pada acara-acara selamatan
khusus ,tupeng itu berwujud besar dan gurih,yang disebut sebagai “tumpeng
rangsul/rasul”,yang makannya adalah mengikuti jalan lurus sesuai ajaran
Rasulullah. Maka sebagian diantara ubarampenya adalah ayam yang dimasak
dan disajikan secara utuh yang disebut “ingkung”. Ingkung biasanya
mendampingi tumpeng rasul,sebagai ciri khasnya. Maksudnya adalah, bahwa
sebagian ciri khusus dari orang yang mengikuti Rasulullah adalah “inggalo
njungkung” atau bersujud, juga bermakna “inggala manekung’ (segera
bermuhasabah dan dzikir kepada Allah). Semua ubarampe wilujengan
tersebut,sebelum dipersembahkan untuk orang banyak, diujubkan (sebenarnya
diijabkan) terlebih dahulu. Ujub merupakan tradisi dalam bentuk
ijab,penyerahan secara ritual kepada orang yang ditunjuk,yang biasanya
sesepuh atau ulama setempat. Dalam ujub tersebut, dikemukakan maksud dan
tujuan diadakannya selamatan,serta untuk siapa selamatan tersebut diadakan.
Kemudian setelah orang yang ditunjuk tersebut memberikan jawaban, ia
memulai acara dengan mengatakan tujuan dan maksud pelaksanaan acara
sebagaimana ujub dari orang yang punya niat. Barulah ritual dilaksanakan.
Karena kemudian ritual tersebut berasimilasi dengan tradisi Islam, maka

7
Ibid.,hlm.49-50.
dalam ritual selamatan muslim Jawa biasanya disertai dengan berbagai
pembacaan Al-Qur’an,dzikir,wirid,pembacaan kitab-kitab maulid atau
manaqib,dan diakhiri dengan doa khusus yang terkait dengan tujuan ritual
tersebut.8

Ada Banyak Tradisi Jawa yang bernuansa Islam yang masih terpelihara hingga
saat ini, dianataranya sebagai berikut:

a) Tahlilan

Tahlilan adalah upacara kenduri atau selamatan untuk berdoa kepada


Allah dengan membaca surat Yasin dan beberapa surat dan ayat pilihan
lainnya,diikuti kalimat-kalimat tahlil (laa ilaaha illallah), tahmid
(Alhamdulillah) dan tasbih ( Subhanallah). Biasanya diselenggarakan
sebagai upacara syukur yang telah meninggal dunia pada hari ke
3,7,40,100,1000 dan khaul (tahunan). Tradisi ini berasal dari kebiasaan
orang-orang Hindu dan Budha yaitu kenduri,selamatan,dan sesaji. Dalam
agama Islam tradisi ini tidak dapat dibenarkan karena mengandung
kemusyrikan. Dalam tahlilan sesaji digantikan dengan berkat atau basi dan
lauk-pauknya yang dibawa pulag oleh peserta. Ulama yang mengubah
tradisi ini adalah sunan kalijaga dengan maksud agar orang yang baru
masuk Islam tidak terkejut karena harus meninggalkan tradisi mereka,
sehingga mereka kembali ke gamanya semula.9

b) Sekaten

Sekaten adalah upacara untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad


SAW dilingkungan keraton Yogyakarta atau Maulud. Selain utuk Maulud
sekaten diselenggarakan pula pada bulan besar (Dzulhijjah). Pada
perayaan ini gamelan sekaten diarak dari keratin di halama masjid agung
yogya dan dibunyikan siang-malam sejak semingu sebelum 12 Rabiul
Awal. Tradisi ini dipelopori oleh Sunan Bonang. Syair lagu berisi pesan
tahuid dn setiap bait lagu diselingi pengucapan dua kalimat syahadat atau
syahadatain, kemudian menjadi sekaten.10
8
Ibid.,hlm.52-53.
9
Ihsan,”Macam Tradisi dan Budaya Islam Jawa”, diakses dari http://simpulanilmu.blogspot.com/2017/10/macam-
tradisi-dan-budaya-islam-di-jawa.htnl?m=1 ,pada tanggal 11 Desember 2019, pukul 22.30.
10
Ibid.
c) Grebeg Maulud

Acara ini merupakan puncak peringatan maulud. Pada malam tanggal 11


Rabiul Awal ini Sri Sultan beserta pembesar keraton Yogyakarta hadir di
Masjid Agung. Dilanjutkan pembacaan riwayat Nabi dan ceramah
Agama.11

d) Takbiran

Takbiran dilakukan pada malam 1 Syawal (Idul Fitri) dengan


mengucapkan takbir bersama-sama dimasjid/mushola ataupun berkeliling
kamoung (takbir keliling).12

e) Penanggalan Hijriyah

Masuknya agama Islam ke Indonesia,secara tidak langsung membawa


pengaruh pada system penanggalan. Agama Islam menggunakan
perputaran bulan,sedangkan kalender sebelumnya menggunakan
perputaran matahari. Perpaduan antara penangaglan Islam dengan
penanggalan Jawa adalah sebagai berikut:

No Nama Bulan Dalam Islam Nama Bulan Dalam Jawa

1 Muharram Sura/Suro

2 Safar Sapar/Sopar

3 Rabiul Awal Mulud

4 Rabiul Akhir Ba’da Mulud

5 Jumadil Awal Jumadil Awal

6 Jumadil Akhir Jumadil Akhir

7 Rajab Rajab

8 Sya’ban Ruwah

9 Ramadhan Pasa/Poso

10 Syawal Syawal

11 Zulqaidah Kapit

11
Ibid.
12
Ibid.
12 Zulhijjah Besar

f) Grebek

Grebek adalah sebuahbtradisi Jawa untuk mengiringi para raja atau


pembesar kerajaan. Grebek pertama kali diselenggarakan oleh keraton
Yogyakarta oleh Sultan Hamengkubuwan ke-1. Grebek dilaksanakan saat
sultan memiliki hajat dalam berupa menikahkan putra mahkotanya.
Grebek di Yogyakarta diselenggarakan 3 tahun sekali yaitu: pertama
grebek pasa,syawal diadakan setiap tanggal 1 syawal bertujuan untuk
menghormati Bulan Ramadhan dan Lailatul Qadar. Kedua,gerebek besar,
diadakan setiap tanggal 10 dzulhijjah untuk merayakan hari raya kurban
dan ketika grebek maulud setiap tanggal 12 Rabiul awal untuk
memperingati gari Mulid Nabi Muhammad SAW. Selain kota Yogyakarta
yang menyelenggarakan pesta grebek adalah kota Solo,Cirebon dan
Demak.13

g) Selikuran

Maksudnya adalah tradisi yang diselenggarakan setiap malam tanggal 21


Ramadhan. Tradisi tersebut masih berjalan dengan baik di Keraton
Surakarta dan Yogyakarta. Selikuran bersal darinkata selikur atau dua
puluh satu. Perayaan tersebut dalam rangka menyambut datangnya malam
lailatul qadar, yang menurut ajaran islam lailatul qadar hari pada /3
terakhir bulan Ramadhan.

h) Megengan atau Dandangan

Upacara untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Kegiatan


utamanya adalah menabuh bedug yang ada dimasjid sebagai tanda bahwa
besok hari sudah memasuki bulan Ramadhan dan semua wajib
melaksanakan puasa. Upacara tersebut masih terpelihara didaerah Kudus
dan Semarang.

i) Suranan

13
Ibid.
Suranan dalam penanggalan Islam adalah bulan Muharram. Pada bulan
tersebut masyarakat berziarah kemakam para Wali. Selain itu mereka
membagikan makanan khas berupa bubur sura yang melambangkan tanda
syukur kepada Allah SWT.

j) Nyadran

Istilah nyadran berasal dari kata sadran dalam bahasa jawa yang artinya
berziarah atau nyekar (bahasa Jawa), dalam bahasa jawa dari kata sraddha
ang artinya upacara peringatan hari kematian seseorang. Nyadran adalah
tradisi Jawa yang bertujuan untuk menghormati orang tua atau leluhur
mereka,dengan melakukan ziarah kubur dan mendoakan arwah mereka.
Didaerah lain nyadran diartikan sebagi bersih makam para leluhur dan
sedulur(saudara), kemudin bersih desa desa yang melakukan dari pagi
sampai menjelabg dzuhur.14

k) Lebaran Ketupat

Lebaran ketupat disebut juga dengan bakda kupat dilaksanakan seminggu


setelah pelaksanaan hari Raya Idul Fitri. Ketupat adalah jeenis makanan
yang dibuat dari beras dengan janu (daun kelapa yang masih muda) dan
dibentuk seperti belah ketupat.

Sebagian masyarakat Muslim Jawa masih melakukan ritual-ritual tersebut


khususnya yang beraliran kejawen,banyak nilai-nilai yang terkandung di
dalam ritual yang dilakukan oleh masyarakat Muslim Jawa antara lain, niai
sosial kemasyarakatan dalam tradisi seperti itu. Ada nilai yang dirasakan
paling mendalam oleh orang Jawa,yaitu nilai kebersamaa,bertetangga dan
kerukunan antar warga,sekaligus menimbulkan suatu persaan kuat bahwa
semua warga sama derajatnya satu sama yang lain. Bagi masyarakat
muslim Jawa, ritualitas sebagai wujud pengabdian dan ketulusan
penyembahan kepada Allah, sebagian diwujudkan dalam bentuk simbol-
simbol ritual yang memiliki kandungan makna mendalam. Simbol-simbol
ritual merupakan ekspresi atau pengejewantahan dari pengahayatan dan
pemahaman akan realitas yang tak terjangkau sehinnga menjadi sangat

14
Ibid.
dekat. Dengan simbol-simbol ritual tersebut,terasa bahwa Allah selalu
hadir dan selalu terlibat “menyatu dalam dirinya”. Simbol-simbol ritual
tersebut diantaranya adalah dalam bentuk makanan yang disajikan dalam
ritual selamatan,ruwatan dan sebagainya(Marzuku,2012:3).15

b. Peninggalan Islam Di Jawa16

a) Masjid

Adalah tempat umat Islam melakukan sujud atau shalat. Masjid


berbentuk bujur sangkar dan serambi di depannya. Masjid juga
terdapat mihrab atau tempat imam memimpin shalat. Di sebelah
kanan mihrab terdapat mimbar Tempat khatib memberikan
khotbah. Masjid peninggalan di daerah Jawa:

i) Masjid Demak

ii) Masjid Sendang Duwur di Surabaya

iii) Masjid Agung Kesepuhan di Cirebon

iv) Masjid Kudus

v) Masjid Sunan Ngampel

vi) Masjid Sumenep dll.

b) Keraton

Adalah tempat tinggal raja bersama dengan keluarganya. Keraton


peninggalan di daerah Jawa:

i) Keraton Kesepuhan

ii) Keraton Kanaman di Cirebon

iii) Keraton Yogyakarta

iv) Keraton Surakarta

15
Ibid.
16
v) Keraton Mangkunegara

c) Nisan

Adalah bangunan yang terbuat dari batu yang berdiri diatas


makam. Berfungsi sebagai tanda adanya suatu makam seseorang
yang telah meninggal, dan tertera,tanggal,bulan,serta tahun lahir
dan wafat. Nisan di daerah Jawa:

i) Batu Nisan makam Sunan Gunung Jati

ii) Batu Nisan makam Sunan Ampel di Surabaya

iii) Batu Nisan makam Sunan Drajat di Lamongan

iv) Batu Nisan makam Sunan Bonang di Tuban

v) Batu Nisan makam Sunan Tembayat di Klaten

vi) Batu Nisan makam Sendangduwor di Tuban

vii) Batu Nisan makam Imogiri di Jogjakarta

d) Kaligrafi

Adalah seni menulis indah dari komposisi huruf arab. Biasanya


terdapat pada dinding Masjid terutama pada Mihrab. Ukiran
tersebut disusun dalam ukuran tertentu ada yang berbentk
binatang maupun bentuk yang lainnya. Kaligrafi di Jawa adalah
Kaligrafi Dewa Ganecha di Cirebon.

e) Kesusastraan

i) Sesi sastra

Pada umumnya berkembang dipulau Jawa yang berisikan


ajaran khusus Tasawuf,Filsafat,Kemasyarakatan dan tuntunan
budi pekerti contoh peninggalan Tasawuf:

(1) Suluk berisi ajaran Tasawuf: Suluk Sukarsa,Suluk


Wujil,Suluk Malang Samurai.
(2) Syair Misalnya syair perahu

(3) Hikayat: Hikayat Panji Inu Kerapati,dan Hikayaat Bayan


Budiman

(4) Badah: Baadah Gianti dan Badah Tanah Jawi

(5) Kitab ajaran Budi Pekerti: Nitisurti,Nisastra dan Astabrata

(6) Kitab Politik tetap pemerintahan: Sastra Genting dan Aaat


makuta alam

(7) Tradisi dan Upacara: Sekaten atau Grebek Maulud

f) Seni pertunjukan

i) Perayaan Grebek Besar atau Grebek Mualud

ii) Seni Wayang: Sunan Kalijaga yang berdakwah


menggunakan wayang

iii) Seni Tari: Debus dari Banten

iv) Seni Musik: Kebanyakan Menggunakan gamelan


seperti Sunan Bonang,Sunan Drajat, dan Sunan
Kalijaga.17

2. Islam Di Jawa

a. Tanah Jawa Sebelum Munculnya Agama Islam

Jauh sebelum Islam masuk ke daerah tanah Jawa, mayoritas masyarakat di


tanah Jawa menganut kepercayaan Aninisme dan Dinanisme. Selain
menganut kepercayaan tersebut masyarakat jawa juga sudah dipengaruhi oleh
unsur-unsur budaya Hindu Dan Budha yang berasal dari India.

a) Jawa Pra Hindu-Budha

17
Ary Utomo,”Sejarah Persebaran Agama Islam di Pulau Jawa”,diakses dari
https://www.academia.edu/28723984/Sejarah_Persebaran_Agama_Islam_di_Pulau_Jawa, pada tanggal 13 Desember
2019,pukul 12.03.
Situasi kehidupan “religius” masyarakat di Tanah Jawa sebelum
datangnya Islam sangatlah heterogen. Kepercayaan import
maupun kepercayaan yang asli telah dianut oleh orang Jawa.
sebelum Hindu dan Budha, masyarakat Jawa prasejarah telah
memeluk keyakinan yang bercorak aninisme dan dinanisme.
Pandangan hidup orang Jawa adalah mengarah pada
pembentukan kesatuan numinous antara alam nyata,
masyarakat, dan alam adikodrati yang dianggap keramat. Di
samping itu, mereka meyakini kekuatan magis keris,tombak,dan
senjata lainnya. Benda-benda yang dianggap keramat dan
memiliki kekuatan magis ini selanjutnya dipuja,dihormati,dan
mendapat perlakuan istimewa.18

b) Jawa Masa Hindu-Budha

Pengaruh Hindu-Budha dalam masyarakat Jawa bersifat


ekspansif, sedangkan budaya Jawa yang menerima pengaruh dan
menyerap unsur-unsur Hinduisme-Budhisme setelah melalui
proses akulturasi tidak saja berpengaruh pada sistem agama.
Sejak awal, budaya Jawa dihasilkaan pada masa Hindu-Budha
bersifat terbuka untuk menerima agama apapun dengan
pemahaman bahwa semua agama itu baik,maka sangatlah wajar
jika kebudayaan Jawa bersifat sinkretis (serba memuat).

Ciri lain dari budaya Jawa pada saat itu adalah sangat bersifat
teokratis. Pengkultusan terhadap raja-raja sebagai titisan dewa
adalah salah satu buktinya. Dalam hal ini Onghokham
menyatakan:

Dalam kerajaan tradisional,agama dijadikan sebagi bentuk


legitimasi. Pada zaman Hindu-Budha diperkenalkan konsep dwa-
raja atau raja titising dewa. Ini berarti bahwa rakyat harus tunduk
pada kedudukan raja untuk mencapai keselamatan dunia akhirat.
Agama diintegrasikan ke dalam kepentingan kerajaan?kekuasaan.
18
Imam Kukuh,”Sejarah Singkat Masuknya Islam di Pulau Jawa”, diakses dari
http://imamkukuh.blogspot.com/2013/10/sejarah-singkat-masuknya-islam-di-pulau.html?m=1 ,pada tanggal 12 Desember
2019,pukul 09.48.
kebudayaan berkisar pada raja,tahta dan keraton. Raja dan
kehidupan keraton adalah puncak peradaban pada masa itu.

Di pulau Jawa terdapat 3 buah kerajaan masa Hindu-


Budha,kerajaan-kerajaan itu adalah Taruma,Ho-Ling, dan
kanjuruhan. Didalam perekonomian dan industri salah satu
aktivitas masayarakat adalah bertani dan berdagang dalam proses
integrasi bangsa. Dari aspek lain karya seni dan sastra juga telah
berkembang pesat antara lain seni musik, seni tari, wayang,
lawak, dan tari topeng. Semua itu sebagian besar
terdokumentasikan pada pahatan-pahatan relief dan candi-candi.
19

b. Proses Masuknya Islam di Tanah Jawa

Sejarah awal Agama Islam masuk ke Tanah Jawa Kedatangan Islam di jawa
dibuktikan dengan ditemukannya batu nisan Yang bernama Fatimah binti
Maimun serta makam Maulana Malik Ibrahim. Saluran-saluran Islamisasi
yang berkembang ada enam yaitu: perdagangan, perkawinan, tasawuf,
pendidikan,kesenian,dan politik. Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara
Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin
Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriyah atau 1082 Masehi di Desa
Leran, Kecamatan Manyar,Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan
Fatimah adalah keturunan Hibatullah,salah satu dinasti di Persia. Disamping
itu, di Gresik juga ditemukan makam Maulana Malik Ibrahim dari
Kasyan(satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419
M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan Kuburan Islam
Kuno. Makam tertua berangka Tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam
ini ialah makam keluarga Istana Majapahit. 20

Melihat proses masuknya Islam di Indonesia dari perspektif perkembangan


nampaknya dapat dikompromikan bahwa Islam di Jawa Mengalami tiga
tahap. Pertama,masa awal masuknya Islam ke Wilayah Indonesia terjadi
pada abad VII M. Kedua,masa penyebaaran keberbagai pelosok dilaksanakan
19
Ibid.
20
Islamic Sources,”Sejarah Awal Agama Islam Masuk ke Tanah Jawa”,diakses dari http://www.id.islamic-
sources.com/article/sejarah-awal-agama-islam-masuk-ke-tanah-jawa/ ,pada tanggal 12 Desember 2019,pukul 07.30.
pada abad VII sampai XIII M. Ketiga,masa perkembangan yang terjadi mulai
abad XIII M dan seterusnya. Sedangkan sejarah awa akhir abad 15 hingga
awal abad ke 16 mempunyai arti penting bgi perkembangan Isla. Setidaknya
hal ini bisa dilihat dari dua sisi. Pertama,sebagai masa peralihan dari sistem
politik Hindu-Budha yang berpusat dipedalaman Jawa Timur ke sistem sosial
politik Islam yang berpusat di psisir utara Jawa Tengah. Kedua, sebagai
puncak Islamisasi di Jawa yang dilakukan oleh para wali. Pesantren sebagi
lembaga penyebaran Islam di Jawa telah dibahas secara mendalam oleh para
ahli sejarah, misalnya Soebardi(1976) dan Anthony Jhon, sebagaimana
dikutip oleh Dhofier. Lembaga pesantren itulah yang paling menetukan
watak keislaman dari kerajaan-kerajaan Islam dan yang memegang peranan
paling penting bagi penyebaran Islam sampai pelosok-pelosok. Pesantren
menjadi sangat penting tatakala pelembagaan Islam telah berjalan sedemikian
rupa. Pada abad ke-20. Munculah berbagai pesantren yang menjadi lembaga
untuk pengembanagan Islam dengan segala sistem pembelajaran dan
pengajaran yang khusus yaitu sorogan,wetonan dan bandongan.21

c. Awal Perkembangan Islam di Tanah Jawa

Islam untuk pertama kali masuk di Jawa pada abad 14 M,(tahun 1399 M).
Kebanyakan pedagang muslim berasal dari teluk persia mereka meganut
madzab Syafi’i. Sedang kerala sendiri berfungsi sebagai persinggahan para
pedagang Sumatera,Melayu,dan Cina. Kekuatan hubungan dagang dan
hukum ini menunjukkan kerala merupakan salah satu sumber Islamisasi di
Jawa dan bagian Indonesia. Kesamaan arsitektur masjid kian memperkokoh
posisi. Di Kerala banyak masjid yang terbuat dari kayu dan bata merah
mempunyai atap bersusun tiga. Masjid Agung Demak sebagai Masjid tertua
di Jawa memiliki pola ini. Organisasi keagamaan masyarakat Kerala dan
Santri Jawa tradisional sangat mirip yaitu berorientasi pada ulama. Keadaan
ini terjadi sekitar abad ke-13,yaitu kota Baghdad hancur digempur oleh
pasukan Tartar dan Mongol,jalan lintas perdagangan antara Barat dan Timur
beralih ke Gujarat. Dengan hubungan dagang ini bnyak masyarakat kecil
masuk agama Islam seperti para anak kapal (juragan dan kelasinya).

21
2Dewi Evi Anita,”Walisongo:Mengislamkan Tanah Jawa”,Wahana Akademika Vol.1 No. 2, Summer
2014,hlm.246.
Pemusatannya di daerah pelabuhan seperti Jepara,Tuban serta Gresik yang
sejak Prabu Erlangga bertahta (1019-1041 M) telah di buka hubungan dagang
dengan bangsa asing.22

Ada enam saluran perkembangan Islam Yaitu:

a) Perdagangan

Jalinana hubungan perdagangan indonesia dengan para pedagang


Islam dari Arab,persia dan India telah terjalin sejak abad ke-7 M.
Di saming berdagang para pedagang Islam tersebut juga
menyampaikan dan mengajarkan agam dan budaya Islam kepada
Masyarakat.

b) Perkawinan

Para pedagang yang melakukan kegiatan perdagangan dalam


waktu yang lama memungkinkan mereka berinteraksi dengan
penduduk setempat. Perkawinan antara putri pribumi dengan
ulama atau pedagang Islam mendukun proses syiar agama Islam
di kepulauan Nusantara.

c) Kesenian

Penyebaran agama Islam melalui kesenian dilakukan,anatara lain


melalui seni wayang kulit,seni tari,seni ukir, dan seni musik. Para
penyebar Islam menciptakan seni kaligrafi,seni sastra dan lagu
dolanan untuk menarik minat penduduk agar memeluk Agama
Islam.

d) Politik

22
Sulfiana,”Perkembangan Islam di Jawa dan Kehidupan Umat Islam masa kini” diakses dari
http://sulfiana22.blogspot.com/2015/04/perkembangan-islam-di-jawa-dan.html?m=1 ,pada tanggal 12 Desember,pukul
18.43.
Pengaruh kekuasaan seorang raja sangat besar peranannya dalam
proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk Islam, maka
rakyatnya kan mengikuti tindakan raja tersebut. Contohnya:
Sultan Demak mengirimkan pasukannya untuk menduduki
wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk menyebarkan
Agama Islam di sana.

e) Pendidikan

Peran Ulama Guru-guru ataupun Kyai juga memiliki fungsi yang


cukup penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam.
Mereka mendirikan pondok-pondok Pesantren sebagai Sarana
penyebaran Agama Islam melalui pendidikan. Contohnya:
Pondok Pesantren digunakan untuk menyebarkan Agama Islam.

f) Tasawuf

Salah satu saluran Islamisasi yang tak kalah pentingnya dalah


Tasawuf. Tasawuf adalah pengajaran agama Islam yang
disesuaikan dengan alam pikiran masyarakat setempat. Para
tasawuf agama Islam antara lain Hamzah Fansuri daei Aceh dan
Sunan Panggung dari Jawa.23

Semasa Jawa masih dikuasai oleh raja-raja yang memeluk agama


Hindu atau Budha,perkembangan Agama Islam sangat lamban.
Mengingat rakyat cenderung berpatron kepada raja mereka
ketimbang kepada para pedagang muslim yang datang dari
Makkah,Gujarat,atau persia. Sebab itu,masyarakat Islam di era
kerajaan Hindu dan Budha berada di garis minoritas. Islam
mendapatkan tempat dihati masyarakat Jawa, namun para dai
Islam terus bergerak untuk meneybarkan ajaran Islam tanpa
paksaan sebagaimana kesepakatan antara Syekh Subakir dan Kiai
Semar. Hingga semasa kesultanan Demak Bintara berdiri pada
tahun 1478,tanda-tanda perkembangan Islam di Jawa mulai
23
Imam Kukuh,”Sejarah Singkat Masuknya Islam di Pulau Jawa”, diakses dari
http://imamkukuh.blogspot.com/2013/10/sejarah-singkat-masuknya-islam-di-pulau.html?m=1 ,pada tanggal 12 Desember
2019,pukul 10.00.
tampak. Sesudah Majapahit mengalami kehancuran pada tahun
1527, perkembangan Islam di Tanah Jawa tidak terbendung lagi.
Seluruh anggota Majelis Dakwah Walisanga melaksanakan syiar
Islam. Bahkan bukan hanya mereka yang aktif menyebarkan
Agama Islam baik di Tanah jawa maupun luar Tanah
Jawa,melainkan pula banyak dai yang tidak tergabung dalam
Majelis Dakwah Walisanga turut Andil. Mereka adalah Sunan
Bangkalan,Sunan Bungkul,Sunan Dalem,Sunan Geseng,Sunan
Ngadilangu,Sunan Ngerang,Sunan Mgudung,Sunan Sendang
Duwur,Sunan Wilis,Sunan Lawu,Syekh Mojoagung,Syekh
Malang Sumirang,dll.24

Islam terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan.


Fakta ini ditunjukkan bahwa kerajaan-kerajaan di Jawa pasca
runtuhnya Kesultanan Demak merupakan kerajaan-kerajaan
Islam yang berstatus “kesultanan” atau “kasunanan”,sebut saja:
Kesultanan Pajang,Kasunanan Mataram, Kesultanan Kartasura,
Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Karena para
penguasa dikerajaan-kerajaan Islam secara otomatis beragama
Islam, maka banyak masyarakat Jawa Yang selalu berpatron pada
junjungan-nya kemudian memeluk agama Islam. Sehingga tidak
aneh, bila mayoritas masyarakat Jawa memeluk agama Islam
hingga sekarang. Terwujudnya mayoritas masyarakat Islam
disertai dengan terbangunnya banyak rumah ibadah
(masjid,surau,mushala),merebaknya pondok-pondok pesantren
atau sekolah-sekolah Islam,lahirnya beberapa praganisasi Islam
Seperti Muhammadiyah,Nadhatul Ulama,dll,serta lahirnya
beberapa partai politik berbasis Islam sejak era pemerintahan
Presiden Ir.Soekarno hingga pemerintahan Presiden Jokowi.25

Faktor yang menyebabkan Islam berkembang:

24
Sri Wintala Achmad,”Perkembangan Islam di Tanah Jawa”,diakses dari
https://www.kompasiana.com/achmadeswa/5afcc14ab12ae2a36715443/perkembangan-islam-di-tanah-jawa ,pada tanggal
14 Desember 2019,pukul 19.58
25
Ibid.
a) Syarat masuk Islam sangat mudah. Hanya mengucapkan
kalimat Syahadat.

b) Di Agama Islam tidak mengenal pembagian kasta.

c) Pelaksanaan Ibadah sederhana dan biayanya murah.

d) Masyarakat yang menganut Islam tidak membedakan


persamaan derajat.

e) Aturan dalam Agama Islam tidak memaksa.

f) Agama Islam yang masuk dari Gujarat India mendapat


pengaruh hindu dan budha sehingga mudah untuk di pahami
dan di menengerti.

g) Penyebaran agama Islam tidak dilakukan dengan kekerasan


tetapi melalui jalur damai.

h) Runtuhnya kerajaan Majapahit.26

d. Penyebaran Islam di Jawa

Agama Islam disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW pada mulanya hanya
pada kalangan terbatas,yaitu keluarga dan sahabat terdekat. Dalam waktu
yang relatif singkat Islam berkembang dengan pesat sepeninggalan Nabi
Muhammad SAW, Agama Islam disyiarkan oleh empat sahabat yang
terkenal dengan Khulafaur Rasyidin,yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.27

Pada tahun 1258, Kota Baghdad yang selama lima abad menjadi pusat
peradaban Islam di bawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah ditaklukkan oleh
bangsa Tartar,Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan(Gibb,1483:12). Hal
ini menyebabkan kepemimpinan Islam bergeser ditangan kaum sufi (John
dalam Abdullah,1974:119). Selanjutnya para saudagar islam mengalihkan
usahanya ke Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggar. Pada abad ke-13
26
Ary Utomo,”Sejarah Persebaran Agama Islam di Pulau Jawa”,diakses dari
https://www.academia.edu/28723984/Sejarah_Persebaran_Agama_Islam_di_Pulau_Jawa, pada tanggal 13 Desember
2019,pukul 14.03.
27
Budiono Hadi Sutrisno,Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa,(Yogyakarta:Grha
Pustaka,2008),hlm.9.
samapai 14 M, daerah Gujarat di India menjadi sangat ramai. Secara garis
besar disebutkan bahwa penyebaran agama Islam dari wilayah barat ke timur
di seluruh Nusantara pada umunya melalui jalur-jalur perdagangan (Al-
attas,1969). Pada akhir abad 13 M, pantai utara Jawa telah memiliki raja-raja
Islam (hall,1985). Pada awal abad 14 M bukti-bukti adanya jejak Islam telah
ada di Trengganu,Malaysia dan Jawa,Indonesia (Groeneveldt,1960). Selain
itu bukti penyebaran Islam telah menyebar di Brunei,Kalimantan dan
Maluku. Sejak abad ke-13 M itu, sudah bterjadi hubungan politik dan dagang
antara orang-orang di kepulauan Nusantara dengan Arab,Persia,India,dan
Cina. Sejak tahun 674 M, di Pantai Barat Sumatera sudah ada koloni-koloni
saudagar yang berasal dari negeri Arab. Pada abad ke-8 M, di sepanajang
panatai Barat dan Timur Pulau Sumatera diduga sudah ada komunitas-
komunitas muslim (Marsono,1996).28

Hingga kini belum ada kesepakatan para ahli mengenai awal masuknya Islam
ke Jawa. ada sejumlah teori yang dikemukakan,tetapi bersamaan dengan itu
muncul pula keberatan-keberatan yang pada dasarnya berpangkal pada
ketiadaan dokumen otentik yang dapat memberi petunjuk. Islam sudah
masuk kewilayah Jawa semenjak abad ke-9 atas dasar inskripsi di
Leran,Gresik, yang menjelaskan adanya seseorang yang bernama Fatimah
binti Maimun, yang wafat pada tahun 1082. Pandangan ini mengundang
keberatan berbagai kalangan karena diduga batu nisan tersebut dibawa masuk
ke Jawa setelah tahun yang tertera di dalamya.Ricklefs lebih jauh
menyatakan bahwa yang dikubur disitu bukanlah orang Jawa, tetapi
kemungkinannya adalah orang luar yang kebetulan melancong di Jawa dan
Meninggal di sana.29

Islam sudah berada di Jawa semenjak Abad ke-14 berdasarkan batu nisan
yang terdapat di Trowulan. Batu nisan tersebut menunjukkan angka 1368 M
yang memberi indikasi bahwa pada tahun itu sudah ada prang Jawa dari
kalangan kerajaan yang memeluk Islam atas perlindungan kalangan kerajaan.
Islam sudah berada di Jawa pada abad ke-15 berdasarkan batu nisan dari
makam Maulana Malik Ibrahim yang meninggal pada 1419 M. Beberapa

28
Ibid.,hlm.10.
29
Ibid.
pandangan menyatakan bahwa ia dalah seorang kaya berkebangsaan Persia
yang bergerak di bidang perdagangan rempah-rempah. Proses penyebaran
Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terleps dari peranan para
pedagang ,mubaliqh/ulama,raja,bangsawan atau para adipati. 30

Dipulau Jawa,peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok wali


yang dikenal denga sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:

NAMA GELAR Lahir-Wafat Makam

MaulanaMalik Sunan Gresik Pertengahan abad Gresik


Ibrahim ke-14-1419

R. Rahmat Sunan Ampel 1401-1481 Ampel

R. Paku (R. Ainul Sunan Giri Pertengahan abad Gresik


Yaqin) ke-15-awal abad
ke-16

R. Maulana Sunan Bonang 1465-1525 Tuban


Makhdum Ibrahim

R. Qosim Sunan Drajat 1470-pertengahan Gresik


Syarifuddin abad ke-16

Syarif Sunan Gunung 1448-1570 Cirebon


Hidayatullah Jati

R. Ja’far Sadiq Sunan Kudus Abad ke-15-1550 Kudus

R. Mas Syahid Sunan Kalijaga Akhir abad ke- Demak


14-pertengahan
abad ke-15

R. Said (R. Sunan Muria Abad ke-15-abad Jepara


Prawoto) ke-16

Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo, pertama adalah wali yang
sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga

30
Ibid.
dalam bahasa Jawa. pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo?sanga
bersal dari kata tsana yang dalam bahasa arab berarti mulia. Pendapat lainnya
lagi menyebutkan kata sana berasal dari bahasa Jawa yang berarti tempat.
Pendapat lain mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah
yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
pada tahun 1404 Masehi(808 Hijriyah). Saat itu, majelis dakwah Walisongo
beranggotakan Maulana Malik Ibrahim senidiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali
Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi), Mulana
Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Magribi), Maulana Malik Isra’il (Dari
Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana
Aliyyuddun, dan Syekh Subakir.

Para santri Jawa berpandangan bahwa Walisongo adalah pemipin umat Islam
yang sangat saleh dan dengan pencerahan spiritual religius mereka, bumi
Jawa tadinya tidak mengenal agama monoteis menjadi bersinar terang. Lebih
dari itu, sebagaimana yang dideskripsikan Prof. A. H. John (Australia
National University), mereka memiliki keampuhan spiritual healing atau
penyembuhan berbagai macam penyakit rakyat dengan dukungan ekonomi
mereka yang cukup kuat sebagai merchant. Posisi mereka dalam kehidupan
sosiokultural dan religius di Jawa begitu memikat hingga bisa dikatakan
bahwa Islam tidak akan pernah menjadi the religion of java jika sufisme yang
dikembangkan oleh Walisongo tidak mengakar dalam masyarakat. Rujukan
ciri-ciri ini akan memungkinkan kita untuk memahami mengapa ajaran Islam
yang diperkenalkan Walisongo di Tanah Jawa hadir dengan penuh
kedamaian,terkesan lamban tetapi meyakinkan. Fakta menunjukkan bahwa
dengan cara menoleransi tradisi lokal serta memodifikasinya kedalam ajaran
Islam dan tetap bersandar pada prinsip-prinsip Islam.31

Walisongo berperan besar dalam pengembangan dan penyebaran agama


Islam di indpnesia,khususnya di Jawa. di sepanjang pesisir Jawa, mulai dari
Gresik di Jawa Timur hingga Cirebon dan Banten di Jawa Barat. Dalam
menyiarkan Islam, walisongo tidak hanya akrab dengan masyarakat umum,
tetapi juga dengan penguasa kerajaan. Sunan Ampel berperan saat merancang

31
Abdurrahman Mas’ud,Dari Haramain ke Nusantara Jejak Intelektual Arsitek Pesantren,
(Jakarta:Kencana,2006),hlm.57.
kerajaan Islam pertama di Jawa,yaitu kesultanan Demak. Para wali
mengangkat Raden Patah (putra Kertabumi Brawijaya ke-5,raja terakhir
Majapahit) sebagi sultan pertama Kesultanan Demak. Dari Sunan Bonang,
Raden Patah mendapat pendidikan Islam. Sementara dalam menjalankan
pemerintahannya, Raden Patah meminta nasihat Sunan Kalijaga. Didaerah
Cirebon,Sunan Gunung jati sangat berjasa dalam mendirikan Kesultanana
Cirebon dan dinasti raja-raja Banten. Walisongo ketika menyiarkan Islam
menggunakan berbagai bentuk kesenian tradisional masyarakat setempat.
Mereka menyisipkan nilai-nilai Islam kedalam keseniat tersebut. Karena
itu,upaya mereka tidak dirasakan asing oleh masyarakat dan sangat
komunikatif. Usaha ini membuahkan hasil, tidak hanya mengembangkan
agama islam,tetapi juga memperkaya kandungan budaya Jawa.32

a) Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik

Selain dikenal dengan nama Mulana Malik Ibrahim, Sunan Gresik juga
dikenal dengan nama Maulana Magribi(Syekh Magribi). Ia duga berasal
dari wilayah Magribi (Afrika Utara). Namun, hingga kini tidak di ketahui
secara pasti sejarah tentang tempat dan tahun kelahirannya. Ia
diperkirakan lahir sekitar prtengahan abad ke-14. Ia berasal dari keluarga
muslim yang tta dan belajar agama Islam sejak kecil. Meskipun
demikian, tidak diketahui siapa gurunya hingga ia kemudian menjadi
seorang muslim.

Sunan Gresik diyakini sebagai pelopor penyebaran agama Isalam di


Jawa. ia berdakwah secara instensif dan bijaksana. Sunan Gresik bukan
orang Jawa, tetapi ia mampu mengantisipasi keadaan masyarakat yang
dihadapinya. Ia menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik
simpati masyarakat pada Islam. Upaya menghilangkan sistem kasta
dalam masyarakat pada masa itu menjadi objek dakwah. Cita-cita dan
perjuangannya menyebarkan Islam di Jawa dilanjutkan anaknya. Sunan
Ampel.33

b) Sunan Ampel

32
N Abbas Wahid, Sejarah Perkembangan Islam,(Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,2009),hlm.66.
33
Ibid.
Sunan Ampel memulai dakwahnya dari sebuah pesantren yang didirikan
di Ampel Denta (dekat Surabaya). Karen aitu, ia dikenal sebagi pembina
pondok pesantren pertama di Jawa Timur. Sunan Giri,Raden Patah,Sunan
Bonang dan Sunan Drajat adalah murid-murid Sunan Ampel.

Sunan Ampel dikenal sebagai wali yang tidak setuju terhadap adat
istiadat masyarakat Jawa pada masa itu. Misalnya, kebiasaan
mengadakan sesaji dan selamatan. Namun, para wali lain berpendapat
bahwa hal itu tidak dapat dihilangkan dengan segera. Mereka
mengusulkan agar adat istiadat seperti itu di beri warna Isalam. Akhirnya,
Sunan Ampel menyetujui usul ini walaupun tetap khwatir bahwa hal itu
akan berkembang menjadi bid’ah.34

c) Sunan Giri

Sunan Giri yang bernama asli Raden Paku adalah putra dari Maulana
Ishak. Ia ditugaskan Sunan Ampel untuk menyiarkan agama Islam di
Blambangan. Sunan Giri pernah belajar di pesantren Ampel Denta.
Setelah dewasa, pada suatu perjalanan haji bersama Sunan Bonang, ia
singgah di pasai untuk memperdalam ilmu agama.

Sekembalinya di Jawa, Sunan Giri mendirikan pesantren di daerah Giri.


Ia juga banyak mengirim juru dakwah ke Bawean, bahkan juga ke
Lombok,Ternae,dan Tidore di Maluku.35

d) Sunan Bonang

Sunan Bonang menyebarkan agama Islam dengan cara menyesuaikan diri


dengan corak kebudayaan masayarakat Jawa yang menggemari wayang
dan musik gamelan. Untuk itu, ia menciptakan gending-gending yang
memliki nilai keislaman. Setiap bait lagu diselingi dengan ucapan dua
kalimat syahadat (syahadatain) sehingga musik gamelanyang
mengiringinya kini dikenal dengan istilah sekaten.

34
Ibid.
35
Ibid.
Sunan Bonang pernah belajar Islam di Pasai, Aceh. Sekembalinya dari
pasai, ia memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban dengan mendirikan
pondok pesantren. Para sanrinya bersal dari segenap penjuru nusantara.
Sunan Bonang yang dilahirkan di Ampel Denta,Surabaya,wafat di Tuban
pada tahun 1525 M.36

e) Sunan Drajat

Sunan Drajat dikenal sebagai seorang wali yang dermawan. Ia banyak


memberikan pertolongan kepada yatim piatu, fakir miskin,orang sakit,dan
orang sengsara. Perhatiannya yang besar terhadap masalah sosial sangat
tepat pada masa itu. Ia hidup pada saat kerajaan Majapahit runtuh
runtuh(sekitar 1478 M) dan rakyat mengalami suasana kritis serta
prihatin.37

f) Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati adalah wali yang sangat berperan dalam penyebaran
Islam di Jawa Barat,khusunya Cirebon. Ia pendiri Dinasti Kesultanan
Bnaten. Kesultanan Bnaten dimulai dari putranya, Sultan Maulana
Hasanuddin. Sunan Gunung Jati memprakarsai penyerangan ke Sunda
Kelapa pada tahun 1527 M di bawah pimpinan Fathillah,panglima perang
Kesultanan Demak yang juga mmenantu Sunan Gunung Jati.

Sunan Gunung Jati memiliki nama asli Syarif Hidayatullah. Ia merupakan


cucu Raja pajajaran yang lahir di mekah. Setelah dewasa,ia memilih
berdakwah di Jawa. di sini ia bertemu dengan pamanya, Raden
Walngsungsang (Pangeran Cakrabuana). Setelah pamannya wafat, ia
menggantikan kedudukannya dan berhasil menjadikan Cirebon sebagai
kerajaan Islam pertama di Jawa Barat.38

g) Sunan Kudus

Untuk melancarkan penyebaran Islam, Sunan Kudus membangun sebauh


masjid di daerah Loran pada tahun 1549 M. Masjid itu diberi nama
36
Ibid.,hlm 67
37
Ibid.
38
Ibid.
Masjid Al-Aqsa atau al-Manar. Wilayah sekitarnnya disebut Kudus,nama
yang diambil dari nama kota al-Quds (Yarusalem) di Palestina, yang
pernah ia kunjungi. Masjid itu kemudian dikenal dengan nama Masjid
Menara Kudus karena disampingnya terdapat menara tempat beduk
masjid.

Sunan Kudus atau Ja’far Sadiq digaleri wali al-‘Ilmi (orang yang berilmu
luas) oleh para walisongo karena memiliki keahlian khusu dalam bidang
agama. Karena keahliannya itu, ia banyak didtangi para penuntut ilmu
dari berbagai wilayah. Ia juga dipercaya untuk mengendalikan
pemerintahan di daerah Kudus. Karenannya, ia menjadi pemimpin agama
sekaligus pemimpin pemerintahan di wilayah itu.39

h) Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga dikenal sebagai budayawan dan seniman (seni suara,seni


ukur, dan busana). Ia menciptakan aneka cerita wayang yang bernafaskan
Islam. Sunan Kalijaga memperkenalkan bentuk wayang yang dibuat dari
kulit kambing (wayang kulit). Pada masa itu wayang populer dilukis pada
semacam kertas lebar (wayang beber). Dalam seni suara, ia adalah
pencipta Dandanggula.

Sunan Kalijaga berasal dari suku Jawa Asli. Ia melakukan dakwahnya


dengan cara berkelana. Karena wawasannya luas dan pemikirannya
tajam,Sunan Kalijaga tidah hanya disukai rakyat, tetapi juga oleh
cendikiawan dan penguasa. Raden Patah dari kesulatanan Demak sering
kali meminta nasihatnya.40

i) Sunan Muria

Sunan Muria dalah salah seorang Walisongo yang sangat berjasa bagi
penyebaran Islam di daerah pedesaan. Putra Sunan Kalijaga ini dikenal
suka menyediri dan tinggal di desa bersama rakyat biasa. Dalam
menyiarkan agama Islam, Sunan Muria selalu menjadikan desa-desa
terpencil sebagi tempat operasinya. Seperti para Walisongo yang lain,

39
Ibid.
40
Ibid.
Sunan Muria pun menggunakan kesenian sebagai sarana berdakwah. Dua
tempang yang diciptakannya dan sangat terkenal adalah tembang Sinom
dan Kinanti. Tembang Sinom umumnya melukiskan suasan ramah-tamah
dan bersisi nasihat. Adapun Tembang Kinanti yang berbada gembira
untuk menyampaikan ajaran agama,nasihat,dan filsafat hidup. 41

C. Kesimpulan

Tradisi Jawa yang bernuansa Islam sangat banyak sekali dan sampai sekarangpun
masih dilakukan oleh masyarakat Jawa seperti selamatan,tahlilan,pengajian dan masih
banyak sekali. Tetapi ada juga ynag beranggapan bahwa tradisi tersebut bertentangan
dengan ajaran-ajaran Agama Islam. Tradisi Jawa juga banyak di pengaruhi oleh ajran
dan kepercayaan Hindu dan Budha terus bertahan sampai sekarang. Setiap tradisi
dalam masyarakat Jawa memiliki arti dan makna filosofis yang mendalam dan
luhur,setiap dalam Tradisi Jawa tersebut khas dengan adanya Sesaji. Ada banyak
tradisi Jawa yang bernuansa Islam yang masih terpelihara hingga saat ini seperti
Tahlilan, Sekaten, Grebeg Maulud, Takbiran, Penanggalan Hijriyah, Grebek,
Selikuran, Dandangan, Suranan,Nyadran dan lebaran ketupat. Peninggalan Islam di
Jawa banyak ada Masjid, keraton, Nisan, Klaigrafi, Kesusastraan,dan Seni
Pertunjukkan.

Jawa sebelum Islam masuk kejawa masyarakat Jawa menganut aliran Aninisme dan
Dinanisme dimana aliran tersebut masyarakat Jawa percaya dengan roh-roh leluhur
dan benda-benda keramat yang dianggap memiliki kekuatan magis. Setelah itu
Agama Hindu dan Budha masuk kepulau Jawa. sejak awal budaya Jawa dihasilkan
pada masa Hindu dan budha bersifat terbuka untuk menerima agama manapun dengan
pemahaman bahwa semua agama baik. Awal masuk agama Jawa dibuktikan dengan
ditemukannya batu nisan yang bernam Fatimah binti Maimun serta makam Maulana
Malik Ibrahim. Saluran Islamisasai ada 6 yang berkembang Perdagangan,
Perkawinan, tasawuf, Pendidikan, kesenian dan Politik. Ada beberapa faktor yang
meneybabkan Agama Islam mudah diterima oleh masyarakat Jawa:

1. Syarat masuk Islam sangat mudah, cukup mengucapkan 2 kalimat Syahadat

2. Di Agama Islam tidak mengenal pembagian kasta

41
Ibid.,hlm.68.
3. Pelaksanaan Ibadah yang sederhan dan biayanya murah

4. Tidak membedakan Derjat

5. Aturan dalam Agama Islam tidak memaksa

6. Agama Islam mudah dipahami

7. Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara damai tidak dengan kekerasan

8. Runtuhnya kerajaan Majapahit.

Islam sudah berada di Jawa semenjak abad ke-14 berdasarkan Batu Nisan di
Trowulan. Batu Nisan tersebut menunjukkan angka 1368 M Di Pulau Jawa peranan
Mubaligh dan Ulama tergabung dalam kelompok Wali yang sering disebut Walisongo
yang terdiri Sunan Gresik, Sunan Ampel,Sunan Giri,Sunan Bonang,Sunan
Drajat,Sunan Gunung Jati,Sunun Kudus ,Sunan Klijaga,dan Sunan Muria. Para santri
Jawa berpandangan bahwa Walisongo adalah pemipin umat Islam yang sangat saleh
dan dengan pencerahan spiritual religius mereka, bumi Jawa tadinya tidak mengenal
agama monoteis menjadi bersinar terang. Lebih dari itu, sebagaimana yang
dideskripsikan Prof. A. H. John (Australia National University), mereka memiliki
keampuhan spiritual healing atau penyembuhan berbagai macam penyakit rakyat
dengan dukungan ekonomi mereka yang cukup kuat sebagai merchant. Posisi mereka
dalam kehidupan sosiokultural dan religius di Jawa begitu memikat hingga bisa
dikatakan bahwa Islam tidak akan pernah menjadi the religion of java jika sufisme
yang dikembangkan oleh Walisongo tidak mengakar dalam masyarakat. Rujukan ciri-
ciri ini akan memungkinkan kita untuk memahami mengapa ajaran Islam yang
diperkenalkan Walisongo di Tanah Jawa hadir dengan penuh kedamaian,terkesan
lamban tetapi meyakinkan.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S. W. (2018, Mei 17). Perkembanagn Islam di Tanah Jawa. Diakases


Desember 14, 2019, from Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/achmadeswa/5afccf14ab12ae2a36715443/perkembangan-
islam-di-tanah-jawa

Achmad, S. W. (2017). Sejarah Islam di Tanah Jawa. Yogyakarta: Araska.

Anita, D. E. (2016). Walisongo Mengislamkan Tanah Jawa. Wahana Akademi , 246.

Bagus, G. (2019, Juli 4). Islam dalam Tradisi Masyarakat Jawa. Diakases Desember
10, 2019, from Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/gerybagus8934/5d1d854f0d8230243d0773b3/islam-dalam-
tradisi-masyarakat-jawa

Ihsan. (2017, Oktober 2017). Macam Tradisi dan Budaya Islam di Jawa. Diakases
Desember 10, 2019, from Simpulan Ilmu:
http://simpulanilmu.blogspot.com/2017/10/macam-tradisi-dan-budaya-islam-di-jawa.html?
m=1

Kukuh, I. (2013, Oktober 6). Sejarah Singkat Masuknya Islam di Pulau Jawa.
Diakases Desember 12, 2019, from Imam Kukuh:
http://imamkukuh.blogspot.com/2013/10/sejarah-singkat-masuknya-islam-di-pulau.html?
m=1

Mas'ud, A. (2006). Dari Haramain ke Nusantara. Jakarta: Kencana.

Mufidah, S. (2015, April 6). Perkembangan Islam di Jawa dan Kehidupan Umat Islam
Masa Kini. Diakases Desember 12, 2019, from Sulfiana:
http://sulfiana22.blogspot.com/2015/04/perkembangan-islam-di-jawa-dan.html?m=1

Sholikhin, M. (2010). Ritual & Tradisi Islam Jawa. Yogyakarta: PT Suka Buku.

Sources, I. (2018). Sejarah Awal Agama Islam Masuk ke Tanah Jawa. Diakases
Desember 12, 2019, from Islamic Sources: http://www.id.islamic-
sources.com/article/sejarah-awal-agama-islam-masuk-ke-tanah-jawa/

Sutrisno, B. H. (2008). Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa.


Yogyakarta: Grha Pustaka.

Utomo, A. (n.d.). Sejarah Persebaran Agama Islam di Pulau Jawa. Diakases 14


Desember, 2019, from Academia: https://www.academia.edu/28723984/sejarah-
persebaran_agama_islam_di_pulau_jawa

Wahid, N. A. (2009). Sejarah Perkembangan Islam. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai