PGMI A
IAIN PEKALONGAN
Email : rizki.agustina64@gmail.com
ABSTRAK
Kapan tepatnya Islam datang ke Jawa, masih menjadi perdebatan dikalangan peneliti.
De Graff dan Pigeau meyakini bahwa besar sekali keungkinan pada abad ke-13 di Jawa sudah
ada orang Islam yang menetap. Sebab, menurutnya, jalan perdagangan dilaut yang menyusuri
pantai timur sumatera melalui laut Jawa ke Indonesia bagian timur, sudah ditempuh sejak
zaman dahulu.1
Budaya Jawa yang pada mulanya bercorak animistik dan hinduistik mulai berubah warna
sejak zaman kewalen (ke-wali-an,zaman wali). Kendati terjadi perubahan corak dan muatan
namun substansi mistisisme dan etika Jawa tetap eksis pada zaman kewalen,bahkan para
Wali tidak bersikap konfrontatif terhadap budaya lokal yang ada.Sikap adaptif dan
kompromis para wali dan da’i di era kasultanan Demak ini merupakan cikal bakal yang
sekaligus menjadi corak khas islam jawa. fondasi paradigma dakwah kultural era kerajaan
demak ini dilanjutkan kerajaan pajang , kemudaian mataram, dan kemudian puncak eksistensi
kulturalnya tampak pada zaman kekuasaan politik di Surakarta dan Yogyakarta. Corak utama
yang dikemangkan dalam mistisisme Islam jawa adalah tasawuf-akhlaqiyah.
Salah satu ciri utama kebudayaan Jawa adalah kelunturan dalam proses dialog dengan seluruh
kebudayaan yang datang dari luar dirinya. Dalam setiap proses dialog,kebudayaan jawa
senantiasa dapat menemukan kembali jati dirinya. Yang terjadi adalah akulturasi ,yang
kemudian menghasilkan sosok budaya baru. Proses dialog inilah yang disebut dengan
transformas perubahan bentuk dan watak masyarakat.2
Metode yang digunakan dalam penulisan ini ialah menggunakan kajian pustaka. Dengan
menggunakan kajian kepustakaan dalam penulisan ini adalah hasil dari membaca pustaka
seperti buku ,hasil kajian(jurnal) dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penulisan artikel
ini. Hasil dari penulisan ini ialah agar kita tahu bagaimana masyarakat jawa sebelum
masuknya islam,dan menegerti tradisi-tradisi Jawa yang bernuansa Keislaman.
1
Sri Wintala Achmad,Sejarah Islam Ditanah Jawa,(Yogyakarta: Araska,2017),hlm25.
2
Bahtiar Efendi,Masyarakat Agama dan Tantangan Globalisasi Mempertimbangkan Konsep Deprivatisasi Agama
Dalam Jurnal Ulumul Qur’an no 3/VII.1997,hlm.43.
B. Pembahasan
3
Ihsan,”Macam Tradisi dan Budaya Islam Jawa”, diakses dari http://simpulanilmu.blogspot.com/2017/10/macam-
tradisi-dan-budaya-islam-di-jawa.htnl?m=1 ,pada tanggal 10 Desember 2019, pukul 21.30.
ajaran dan kepercayaan Hindu dan Budha terus bertahan hingga
sekarang(Marzuki,2010:2).4
Setiap tradisi dalam masyarakat jawa memiliki arti dan makna filosofis yang
mendalam dan luhur,yang mana tradisi ini sudah ada sejak dulu. Tradisi
adalah kumpulan benda material dan gagasan yang diberi makna khusus dan
berasal dari masa lalu. Didalam tradisi Jawa Tersebut khas dengan adanya
sesaji yang dibuat berdasarkan kegunaan masing-masing yang mempunyai
makna dan tujuan berbeda satu sama lain. Dalam adat istiadat masyarakat
Jawa,sesaji atau biasa disebut dengan sajen adalah sesajian yang berupa
makanan,hewan atau buah-buahan yang dipersembahkan kepada arwah
leluhur serta kekuatan ghaib yang ada dalam upacar yang diselenggarakan.
Agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk melakukan kegiatan-
kegiatan ritualistik seperti shalat,puasa,haji,dan lain-lain.5
4
Gery Bagus,”Islam dalam Tradisi Masyarakat Jawa”,diakses dari http://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/gerybagus8934/5d1d854f0d8230243d0773b3/islam-dalam-tradisi-
masyarakat-jawa ,pada tanggal 10 Desember 2019,pukul 22:00
5
Ibid.
bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, meskipun tidak dikenal di
zaman Rasulullah SAW.6
6
Muhammad Sholikhin,Ritual & Tradisi Islam Jawa,(Yogyakarta:PT Suka Buku,2010),hlm.26-27.
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa). Maka dapat dipahami bahwa pembakaran
kemenyan dalam ritual mistik sebagian kaum muslim Jawa, atau
memasukkannya sebagai unsur mistik bukanlah laku yang musyrik,seperti
yang dituduhkan oleh sebagian muslim yang erasa puritan atau sebutlah
kearab-araban. Pada zaman Nabi Ibrahim AS. Juga sudah ada kebiasaan
membakar kemenyan. Untuk zaman Nabi Muhammad SAW., pembakaran
kemenyan sering digantikan dengan menggantikan bau-bauan yang
harum,yang dinyatakan sebagai “disukai oleh Allah”. Baik kemenyan ataupun
wangi-wangian esensinya sama,yakni mendekatkan diri kepada Allah. 7
Sebagian di antara bentuk simbol ritual dan simbol spiritual adalah apa yang
disebut sebagai selamatan (slametan),atau wilujengan, yang menggunakan
sarana tumpeng dengan berbagai jenis ubarampenya. Tumpeng itu sendiri bagi
orang jawa merupakan ungkapan dari “metu dalam kang lempeng’ atau hidup
melalui jalan yang lurus (hanif), sebagi aplikasi dari ayat dan doa “ihdinash
shirathal mustaqim” (Qs. Al-Fatihah/2:6). Pada acara-acara selamatan
khusus ,tupeng itu berwujud besar dan gurih,yang disebut sebagai “tumpeng
rangsul/rasul”,yang makannya adalah mengikuti jalan lurus sesuai ajaran
Rasulullah. Maka sebagian diantara ubarampenya adalah ayam yang dimasak
dan disajikan secara utuh yang disebut “ingkung”. Ingkung biasanya
mendampingi tumpeng rasul,sebagai ciri khasnya. Maksudnya adalah, bahwa
sebagian ciri khusus dari orang yang mengikuti Rasulullah adalah “inggalo
njungkung” atau bersujud, juga bermakna “inggala manekung’ (segera
bermuhasabah dan dzikir kepada Allah). Semua ubarampe wilujengan
tersebut,sebelum dipersembahkan untuk orang banyak, diujubkan (sebenarnya
diijabkan) terlebih dahulu. Ujub merupakan tradisi dalam bentuk
ijab,penyerahan secara ritual kepada orang yang ditunjuk,yang biasanya
sesepuh atau ulama setempat. Dalam ujub tersebut, dikemukakan maksud dan
tujuan diadakannya selamatan,serta untuk siapa selamatan tersebut diadakan.
Kemudian setelah orang yang ditunjuk tersebut memberikan jawaban, ia
memulai acara dengan mengatakan tujuan dan maksud pelaksanaan acara
sebagaimana ujub dari orang yang punya niat. Barulah ritual dilaksanakan.
Karena kemudian ritual tersebut berasimilasi dengan tradisi Islam, maka
7
Ibid.,hlm.49-50.
dalam ritual selamatan muslim Jawa biasanya disertai dengan berbagai
pembacaan Al-Qur’an,dzikir,wirid,pembacaan kitab-kitab maulid atau
manaqib,dan diakhiri dengan doa khusus yang terkait dengan tujuan ritual
tersebut.8
Ada Banyak Tradisi Jawa yang bernuansa Islam yang masih terpelihara hingga
saat ini, dianataranya sebagai berikut:
a) Tahlilan
b) Sekaten
d) Takbiran
e) Penanggalan Hijriyah
1 Muharram Sura/Suro
2 Safar Sapar/Sopar
7 Rajab Rajab
8 Sya’ban Ruwah
9 Ramadhan Pasa/Poso
10 Syawal Syawal
11 Zulqaidah Kapit
11
Ibid.
12
Ibid.
12 Zulhijjah Besar
f) Grebek
g) Selikuran
i) Suranan
13
Ibid.
Suranan dalam penanggalan Islam adalah bulan Muharram. Pada bulan
tersebut masyarakat berziarah kemakam para Wali. Selain itu mereka
membagikan makanan khas berupa bubur sura yang melambangkan tanda
syukur kepada Allah SWT.
j) Nyadran
Istilah nyadran berasal dari kata sadran dalam bahasa jawa yang artinya
berziarah atau nyekar (bahasa Jawa), dalam bahasa jawa dari kata sraddha
ang artinya upacara peringatan hari kematian seseorang. Nyadran adalah
tradisi Jawa yang bertujuan untuk menghormati orang tua atau leluhur
mereka,dengan melakukan ziarah kubur dan mendoakan arwah mereka.
Didaerah lain nyadran diartikan sebagi bersih makam para leluhur dan
sedulur(saudara), kemudin bersih desa desa yang melakukan dari pagi
sampai menjelabg dzuhur.14
k) Lebaran Ketupat
14
Ibid.
dekat. Dengan simbol-simbol ritual tersebut,terasa bahwa Allah selalu
hadir dan selalu terlibat “menyatu dalam dirinya”. Simbol-simbol ritual
tersebut diantaranya adalah dalam bentuk makanan yang disajikan dalam
ritual selamatan,ruwatan dan sebagainya(Marzuku,2012:3).15
a) Masjid
i) Masjid Demak
b) Keraton
i) Keraton Kesepuhan
15
Ibid.
16
v) Keraton Mangkunegara
c) Nisan
d) Kaligrafi
e) Kesusastraan
i) Sesi sastra
f) Seni pertunjukan
2. Islam Di Jawa
17
Ary Utomo,”Sejarah Persebaran Agama Islam di Pulau Jawa”,diakses dari
https://www.academia.edu/28723984/Sejarah_Persebaran_Agama_Islam_di_Pulau_Jawa, pada tanggal 13 Desember
2019,pukul 12.03.
Situasi kehidupan “religius” masyarakat di Tanah Jawa sebelum
datangnya Islam sangatlah heterogen. Kepercayaan import
maupun kepercayaan yang asli telah dianut oleh orang Jawa.
sebelum Hindu dan Budha, masyarakat Jawa prasejarah telah
memeluk keyakinan yang bercorak aninisme dan dinanisme.
Pandangan hidup orang Jawa adalah mengarah pada
pembentukan kesatuan numinous antara alam nyata,
masyarakat, dan alam adikodrati yang dianggap keramat. Di
samping itu, mereka meyakini kekuatan magis keris,tombak,dan
senjata lainnya. Benda-benda yang dianggap keramat dan
memiliki kekuatan magis ini selanjutnya dipuja,dihormati,dan
mendapat perlakuan istimewa.18
Ciri lain dari budaya Jawa pada saat itu adalah sangat bersifat
teokratis. Pengkultusan terhadap raja-raja sebagai titisan dewa
adalah salah satu buktinya. Dalam hal ini Onghokham
menyatakan:
Sejarah awal Agama Islam masuk ke Tanah Jawa Kedatangan Islam di jawa
dibuktikan dengan ditemukannya batu nisan Yang bernama Fatimah binti
Maimun serta makam Maulana Malik Ibrahim. Saluran-saluran Islamisasi
yang berkembang ada enam yaitu: perdagangan, perkawinan, tasawuf,
pendidikan,kesenian,dan politik. Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara
Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin
Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriyah atau 1082 Masehi di Desa
Leran, Kecamatan Manyar,Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan
Fatimah adalah keturunan Hibatullah,salah satu dinasti di Persia. Disamping
itu, di Gresik juga ditemukan makam Maulana Malik Ibrahim dari
Kasyan(satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419
M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan Kuburan Islam
Kuno. Makam tertua berangka Tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam
ini ialah makam keluarga Istana Majapahit. 20
Islam untuk pertama kali masuk di Jawa pada abad 14 M,(tahun 1399 M).
Kebanyakan pedagang muslim berasal dari teluk persia mereka meganut
madzab Syafi’i. Sedang kerala sendiri berfungsi sebagai persinggahan para
pedagang Sumatera,Melayu,dan Cina. Kekuatan hubungan dagang dan
hukum ini menunjukkan kerala merupakan salah satu sumber Islamisasi di
Jawa dan bagian Indonesia. Kesamaan arsitektur masjid kian memperkokoh
posisi. Di Kerala banyak masjid yang terbuat dari kayu dan bata merah
mempunyai atap bersusun tiga. Masjid Agung Demak sebagai Masjid tertua
di Jawa memiliki pola ini. Organisasi keagamaan masyarakat Kerala dan
Santri Jawa tradisional sangat mirip yaitu berorientasi pada ulama. Keadaan
ini terjadi sekitar abad ke-13,yaitu kota Baghdad hancur digempur oleh
pasukan Tartar dan Mongol,jalan lintas perdagangan antara Barat dan Timur
beralih ke Gujarat. Dengan hubungan dagang ini bnyak masyarakat kecil
masuk agama Islam seperti para anak kapal (juragan dan kelasinya).
21
2Dewi Evi Anita,”Walisongo:Mengislamkan Tanah Jawa”,Wahana Akademika Vol.1 No. 2, Summer
2014,hlm.246.
Pemusatannya di daerah pelabuhan seperti Jepara,Tuban serta Gresik yang
sejak Prabu Erlangga bertahta (1019-1041 M) telah di buka hubungan dagang
dengan bangsa asing.22
a) Perdagangan
b) Perkawinan
c) Kesenian
d) Politik
22
Sulfiana,”Perkembangan Islam di Jawa dan Kehidupan Umat Islam masa kini” diakses dari
http://sulfiana22.blogspot.com/2015/04/perkembangan-islam-di-jawa-dan.html?m=1 ,pada tanggal 12 Desember,pukul
18.43.
Pengaruh kekuasaan seorang raja sangat besar peranannya dalam
proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk Islam, maka
rakyatnya kan mengikuti tindakan raja tersebut. Contohnya:
Sultan Demak mengirimkan pasukannya untuk menduduki
wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk menyebarkan
Agama Islam di sana.
e) Pendidikan
f) Tasawuf
24
Sri Wintala Achmad,”Perkembangan Islam di Tanah Jawa”,diakses dari
https://www.kompasiana.com/achmadeswa/5afcc14ab12ae2a36715443/perkembangan-islam-di-tanah-jawa ,pada tanggal
14 Desember 2019,pukul 19.58
25
Ibid.
a) Syarat masuk Islam sangat mudah. Hanya mengucapkan
kalimat Syahadat.
Agama Islam disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW pada mulanya hanya
pada kalangan terbatas,yaitu keluarga dan sahabat terdekat. Dalam waktu
yang relatif singkat Islam berkembang dengan pesat sepeninggalan Nabi
Muhammad SAW, Agama Islam disyiarkan oleh empat sahabat yang
terkenal dengan Khulafaur Rasyidin,yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.27
Pada tahun 1258, Kota Baghdad yang selama lima abad menjadi pusat
peradaban Islam di bawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah ditaklukkan oleh
bangsa Tartar,Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan(Gibb,1483:12). Hal
ini menyebabkan kepemimpinan Islam bergeser ditangan kaum sufi (John
dalam Abdullah,1974:119). Selanjutnya para saudagar islam mengalihkan
usahanya ke Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggar. Pada abad ke-13
26
Ary Utomo,”Sejarah Persebaran Agama Islam di Pulau Jawa”,diakses dari
https://www.academia.edu/28723984/Sejarah_Persebaran_Agama_Islam_di_Pulau_Jawa, pada tanggal 13 Desember
2019,pukul 14.03.
27
Budiono Hadi Sutrisno,Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa,(Yogyakarta:Grha
Pustaka,2008),hlm.9.
samapai 14 M, daerah Gujarat di India menjadi sangat ramai. Secara garis
besar disebutkan bahwa penyebaran agama Islam dari wilayah barat ke timur
di seluruh Nusantara pada umunya melalui jalur-jalur perdagangan (Al-
attas,1969). Pada akhir abad 13 M, pantai utara Jawa telah memiliki raja-raja
Islam (hall,1985). Pada awal abad 14 M bukti-bukti adanya jejak Islam telah
ada di Trengganu,Malaysia dan Jawa,Indonesia (Groeneveldt,1960). Selain
itu bukti penyebaran Islam telah menyebar di Brunei,Kalimantan dan
Maluku. Sejak abad ke-13 M itu, sudah bterjadi hubungan politik dan dagang
antara orang-orang di kepulauan Nusantara dengan Arab,Persia,India,dan
Cina. Sejak tahun 674 M, di Pantai Barat Sumatera sudah ada koloni-koloni
saudagar yang berasal dari negeri Arab. Pada abad ke-8 M, di sepanajang
panatai Barat dan Timur Pulau Sumatera diduga sudah ada komunitas-
komunitas muslim (Marsono,1996).28
Hingga kini belum ada kesepakatan para ahli mengenai awal masuknya Islam
ke Jawa. ada sejumlah teori yang dikemukakan,tetapi bersamaan dengan itu
muncul pula keberatan-keberatan yang pada dasarnya berpangkal pada
ketiadaan dokumen otentik yang dapat memberi petunjuk. Islam sudah
masuk kewilayah Jawa semenjak abad ke-9 atas dasar inskripsi di
Leran,Gresik, yang menjelaskan adanya seseorang yang bernama Fatimah
binti Maimun, yang wafat pada tahun 1082. Pandangan ini mengundang
keberatan berbagai kalangan karena diduga batu nisan tersebut dibawa masuk
ke Jawa setelah tahun yang tertera di dalamya.Ricklefs lebih jauh
menyatakan bahwa yang dikubur disitu bukanlah orang Jawa, tetapi
kemungkinannya adalah orang luar yang kebetulan melancong di Jawa dan
Meninggal di sana.29
Islam sudah berada di Jawa semenjak Abad ke-14 berdasarkan batu nisan
yang terdapat di Trowulan. Batu nisan tersebut menunjukkan angka 1368 M
yang memberi indikasi bahwa pada tahun itu sudah ada prang Jawa dari
kalangan kerajaan yang memeluk Islam atas perlindungan kalangan kerajaan.
Islam sudah berada di Jawa pada abad ke-15 berdasarkan batu nisan dari
makam Maulana Malik Ibrahim yang meninggal pada 1419 M. Beberapa
28
Ibid.,hlm.10.
29
Ibid.
pandangan menyatakan bahwa ia dalah seorang kaya berkebangsaan Persia
yang bergerak di bidang perdagangan rempah-rempah. Proses penyebaran
Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terleps dari peranan para
pedagang ,mubaliqh/ulama,raja,bangsawan atau para adipati. 30
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo, pertama adalah wali yang
sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga
30
Ibid.
dalam bahasa Jawa. pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo?sanga
bersal dari kata tsana yang dalam bahasa arab berarti mulia. Pendapat lainnya
lagi menyebutkan kata sana berasal dari bahasa Jawa yang berarti tempat.
Pendapat lain mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah
yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
pada tahun 1404 Masehi(808 Hijriyah). Saat itu, majelis dakwah Walisongo
beranggotakan Maulana Malik Ibrahim senidiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali
Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi), Mulana
Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Magribi), Maulana Malik Isra’il (Dari
Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana
Aliyyuddun, dan Syekh Subakir.
Para santri Jawa berpandangan bahwa Walisongo adalah pemipin umat Islam
yang sangat saleh dan dengan pencerahan spiritual religius mereka, bumi
Jawa tadinya tidak mengenal agama monoteis menjadi bersinar terang. Lebih
dari itu, sebagaimana yang dideskripsikan Prof. A. H. John (Australia
National University), mereka memiliki keampuhan spiritual healing atau
penyembuhan berbagai macam penyakit rakyat dengan dukungan ekonomi
mereka yang cukup kuat sebagai merchant. Posisi mereka dalam kehidupan
sosiokultural dan religius di Jawa begitu memikat hingga bisa dikatakan
bahwa Islam tidak akan pernah menjadi the religion of java jika sufisme yang
dikembangkan oleh Walisongo tidak mengakar dalam masyarakat. Rujukan
ciri-ciri ini akan memungkinkan kita untuk memahami mengapa ajaran Islam
yang diperkenalkan Walisongo di Tanah Jawa hadir dengan penuh
kedamaian,terkesan lamban tetapi meyakinkan. Fakta menunjukkan bahwa
dengan cara menoleransi tradisi lokal serta memodifikasinya kedalam ajaran
Islam dan tetap bersandar pada prinsip-prinsip Islam.31
31
Abdurrahman Mas’ud,Dari Haramain ke Nusantara Jejak Intelektual Arsitek Pesantren,
(Jakarta:Kencana,2006),hlm.57.
kerajaan Islam pertama di Jawa,yaitu kesultanan Demak. Para wali
mengangkat Raden Patah (putra Kertabumi Brawijaya ke-5,raja terakhir
Majapahit) sebagi sultan pertama Kesultanan Demak. Dari Sunan Bonang,
Raden Patah mendapat pendidikan Islam. Sementara dalam menjalankan
pemerintahannya, Raden Patah meminta nasihat Sunan Kalijaga. Didaerah
Cirebon,Sunan Gunung jati sangat berjasa dalam mendirikan Kesultanana
Cirebon dan dinasti raja-raja Banten. Walisongo ketika menyiarkan Islam
menggunakan berbagai bentuk kesenian tradisional masyarakat setempat.
Mereka menyisipkan nilai-nilai Islam kedalam keseniat tersebut. Karena
itu,upaya mereka tidak dirasakan asing oleh masyarakat dan sangat
komunikatif. Usaha ini membuahkan hasil, tidak hanya mengembangkan
agama islam,tetapi juga memperkaya kandungan budaya Jawa.32
Selain dikenal dengan nama Mulana Malik Ibrahim, Sunan Gresik juga
dikenal dengan nama Maulana Magribi(Syekh Magribi). Ia duga berasal
dari wilayah Magribi (Afrika Utara). Namun, hingga kini tidak di ketahui
secara pasti sejarah tentang tempat dan tahun kelahirannya. Ia
diperkirakan lahir sekitar prtengahan abad ke-14. Ia berasal dari keluarga
muslim yang tta dan belajar agama Islam sejak kecil. Meskipun
demikian, tidak diketahui siapa gurunya hingga ia kemudian menjadi
seorang muslim.
b) Sunan Ampel
32
N Abbas Wahid, Sejarah Perkembangan Islam,(Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,2009),hlm.66.
33
Ibid.
Sunan Ampel memulai dakwahnya dari sebuah pesantren yang didirikan
di Ampel Denta (dekat Surabaya). Karen aitu, ia dikenal sebagi pembina
pondok pesantren pertama di Jawa Timur. Sunan Giri,Raden Patah,Sunan
Bonang dan Sunan Drajat adalah murid-murid Sunan Ampel.
Sunan Ampel dikenal sebagai wali yang tidak setuju terhadap adat
istiadat masyarakat Jawa pada masa itu. Misalnya, kebiasaan
mengadakan sesaji dan selamatan. Namun, para wali lain berpendapat
bahwa hal itu tidak dapat dihilangkan dengan segera. Mereka
mengusulkan agar adat istiadat seperti itu di beri warna Isalam. Akhirnya,
Sunan Ampel menyetujui usul ini walaupun tetap khwatir bahwa hal itu
akan berkembang menjadi bid’ah.34
c) Sunan Giri
Sunan Giri yang bernama asli Raden Paku adalah putra dari Maulana
Ishak. Ia ditugaskan Sunan Ampel untuk menyiarkan agama Islam di
Blambangan. Sunan Giri pernah belajar di pesantren Ampel Denta.
Setelah dewasa, pada suatu perjalanan haji bersama Sunan Bonang, ia
singgah di pasai untuk memperdalam ilmu agama.
d) Sunan Bonang
34
Ibid.
35
Ibid.
Sunan Bonang pernah belajar Islam di Pasai, Aceh. Sekembalinya dari
pasai, ia memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban dengan mendirikan
pondok pesantren. Para sanrinya bersal dari segenap penjuru nusantara.
Sunan Bonang yang dilahirkan di Ampel Denta,Surabaya,wafat di Tuban
pada tahun 1525 M.36
e) Sunan Drajat
Sunan Gunung Jati adalah wali yang sangat berperan dalam penyebaran
Islam di Jawa Barat,khusunya Cirebon. Ia pendiri Dinasti Kesultanan
Bnaten. Kesultanan Bnaten dimulai dari putranya, Sultan Maulana
Hasanuddin. Sunan Gunung Jati memprakarsai penyerangan ke Sunda
Kelapa pada tahun 1527 M di bawah pimpinan Fathillah,panglima perang
Kesultanan Demak yang juga mmenantu Sunan Gunung Jati.
g) Sunan Kudus
Sunan Kudus atau Ja’far Sadiq digaleri wali al-‘Ilmi (orang yang berilmu
luas) oleh para walisongo karena memiliki keahlian khusu dalam bidang
agama. Karena keahliannya itu, ia banyak didtangi para penuntut ilmu
dari berbagai wilayah. Ia juga dipercaya untuk mengendalikan
pemerintahan di daerah Kudus. Karenannya, ia menjadi pemimpin agama
sekaligus pemimpin pemerintahan di wilayah itu.39
h) Sunan Kalijaga
i) Sunan Muria
Sunan Muria dalah salah seorang Walisongo yang sangat berjasa bagi
penyebaran Islam di daerah pedesaan. Putra Sunan Kalijaga ini dikenal
suka menyediri dan tinggal di desa bersama rakyat biasa. Dalam
menyiarkan agama Islam, Sunan Muria selalu menjadikan desa-desa
terpencil sebagi tempat operasinya. Seperti para Walisongo yang lain,
39
Ibid.
40
Ibid.
Sunan Muria pun menggunakan kesenian sebagai sarana berdakwah. Dua
tempang yang diciptakannya dan sangat terkenal adalah tembang Sinom
dan Kinanti. Tembang Sinom umumnya melukiskan suasan ramah-tamah
dan bersisi nasihat. Adapun Tembang Kinanti yang berbada gembira
untuk menyampaikan ajaran agama,nasihat,dan filsafat hidup. 41
C. Kesimpulan
Tradisi Jawa yang bernuansa Islam sangat banyak sekali dan sampai sekarangpun
masih dilakukan oleh masyarakat Jawa seperti selamatan,tahlilan,pengajian dan masih
banyak sekali. Tetapi ada juga ynag beranggapan bahwa tradisi tersebut bertentangan
dengan ajaran-ajaran Agama Islam. Tradisi Jawa juga banyak di pengaruhi oleh ajran
dan kepercayaan Hindu dan Budha terus bertahan sampai sekarang. Setiap tradisi
dalam masyarakat Jawa memiliki arti dan makna filosofis yang mendalam dan
luhur,setiap dalam Tradisi Jawa tersebut khas dengan adanya Sesaji. Ada banyak
tradisi Jawa yang bernuansa Islam yang masih terpelihara hingga saat ini seperti
Tahlilan, Sekaten, Grebeg Maulud, Takbiran, Penanggalan Hijriyah, Grebek,
Selikuran, Dandangan, Suranan,Nyadran dan lebaran ketupat. Peninggalan Islam di
Jawa banyak ada Masjid, keraton, Nisan, Klaigrafi, Kesusastraan,dan Seni
Pertunjukkan.
Jawa sebelum Islam masuk kejawa masyarakat Jawa menganut aliran Aninisme dan
Dinanisme dimana aliran tersebut masyarakat Jawa percaya dengan roh-roh leluhur
dan benda-benda keramat yang dianggap memiliki kekuatan magis. Setelah itu
Agama Hindu dan Budha masuk kepulau Jawa. sejak awal budaya Jawa dihasilkan
pada masa Hindu dan budha bersifat terbuka untuk menerima agama manapun dengan
pemahaman bahwa semua agama baik. Awal masuk agama Jawa dibuktikan dengan
ditemukannya batu nisan yang bernam Fatimah binti Maimun serta makam Maulana
Malik Ibrahim. Saluran Islamisasai ada 6 yang berkembang Perdagangan,
Perkawinan, tasawuf, Pendidikan, kesenian dan Politik. Ada beberapa faktor yang
meneybabkan Agama Islam mudah diterima oleh masyarakat Jawa:
41
Ibid.,hlm.68.
3. Pelaksanaan Ibadah yang sederhan dan biayanya murah
7. Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara damai tidak dengan kekerasan
Islam sudah berada di Jawa semenjak abad ke-14 berdasarkan Batu Nisan di
Trowulan. Batu Nisan tersebut menunjukkan angka 1368 M Di Pulau Jawa peranan
Mubaligh dan Ulama tergabung dalam kelompok Wali yang sering disebut Walisongo
yang terdiri Sunan Gresik, Sunan Ampel,Sunan Giri,Sunan Bonang,Sunan
Drajat,Sunan Gunung Jati,Sunun Kudus ,Sunan Klijaga,dan Sunan Muria. Para santri
Jawa berpandangan bahwa Walisongo adalah pemipin umat Islam yang sangat saleh
dan dengan pencerahan spiritual religius mereka, bumi Jawa tadinya tidak mengenal
agama monoteis menjadi bersinar terang. Lebih dari itu, sebagaimana yang
dideskripsikan Prof. A. H. John (Australia National University), mereka memiliki
keampuhan spiritual healing atau penyembuhan berbagai macam penyakit rakyat
dengan dukungan ekonomi mereka yang cukup kuat sebagai merchant. Posisi mereka
dalam kehidupan sosiokultural dan religius di Jawa begitu memikat hingga bisa
dikatakan bahwa Islam tidak akan pernah menjadi the religion of java jika sufisme
yang dikembangkan oleh Walisongo tidak mengakar dalam masyarakat. Rujukan ciri-
ciri ini akan memungkinkan kita untuk memahami mengapa ajaran Islam yang
diperkenalkan Walisongo di Tanah Jawa hadir dengan penuh kedamaian,terkesan
lamban tetapi meyakinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, G. (2019, Juli 4). Islam dalam Tradisi Masyarakat Jawa. Diakases Desember
10, 2019, from Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/gerybagus8934/5d1d854f0d8230243d0773b3/islam-dalam-
tradisi-masyarakat-jawa
Ihsan. (2017, Oktober 2017). Macam Tradisi dan Budaya Islam di Jawa. Diakases
Desember 10, 2019, from Simpulan Ilmu:
http://simpulanilmu.blogspot.com/2017/10/macam-tradisi-dan-budaya-islam-di-jawa.html?
m=1
Kukuh, I. (2013, Oktober 6). Sejarah Singkat Masuknya Islam di Pulau Jawa.
Diakases Desember 12, 2019, from Imam Kukuh:
http://imamkukuh.blogspot.com/2013/10/sejarah-singkat-masuknya-islam-di-pulau.html?
m=1
Mufidah, S. (2015, April 6). Perkembangan Islam di Jawa dan Kehidupan Umat Islam
Masa Kini. Diakases Desember 12, 2019, from Sulfiana:
http://sulfiana22.blogspot.com/2015/04/perkembangan-islam-di-jawa-dan.html?m=1
Sholikhin, M. (2010). Ritual & Tradisi Islam Jawa. Yogyakarta: PT Suka Buku.
Sources, I. (2018). Sejarah Awal Agama Islam Masuk ke Tanah Jawa. Diakases
Desember 12, 2019, from Islamic Sources: http://www.id.islamic-
sources.com/article/sejarah-awal-agama-islam-masuk-ke-tanah-jawa/