Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“ISLAM DAN SPIRITUALITAS JAWA "


Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Makalah
Mata Kuliah : Islam Budaya Lokal
Dosen Pengampu : M. Agus Yusrun Nafi’, S. Ag., M. Si.

Disusun Oleh :
1. M. Charis Azmi. 2220110083
2. Abdur Rohim. 2220110085
3. Hery Aryadi. 2220110095

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb .

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayah – Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ISLAM DAN SPIRITUALITAS JAWA”
dengan tepat waktu. Makalah ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Islam dan Budaya Lokal. Pada kesempatan kali ini tidak lupa kami sampaikan ucapan
terimakasih kepada Bapak M. Agus Yusrun Nafi’,S.Ag.,M.Si. selaku dosen pembimbing
mata kuliah Islam dan Budaya Lokal yang senantiasa membimbing dan memberikan
ilmunya kepada kami.
Kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan dan masih
jauh dari kata sempurna dalam penyusunan makalah ini dikarenakan terbatasnya
pengetahuan dan pengalaman kami, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran kepada pembaca yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan
kepada pembaca guna memperkaya ilmu pengetahuan tentang materi yang kami
sampaikan dalam makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kudus, 1 November 2022

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Hubungan antara Islam dan spiritualisme Jawa adalah topik kajian yang akan
selalu dibahas berkaitan tentang bagaimana nilai-nilai Islam dikolaborasikan dengan
budaya lokal. Masuknya Islam dalam budaya lokal Jawa tidak terlepas dari peran Wali
Songo. Pada masa Wali Songo, Islam mengalami perkembangan yang signifikan di
pulau Jawa. Hal tersebut, dikarena para Wali Songo menggunakan strategi dakwah yang
mudah diterima oleh masyarakat, yaitu dengan memanfaatkan media kebudayaan lokal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara nilai-nilai Islam dan spiritualisme Jawa?
2. Bagaimana bentuk kebudayaan jawa yang memiliki unsur keislaman?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan antara nilai-nilai Islam dan spiritualisme jawa
2. Untuk mengetahui bentuk kebudayaan jawa yang memiliki unsur keislaman

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Islam dan Kebudayaan Islam


Kehidupan spiritual masyarakat Jawa menjadikan manusia memiliki pegangan hidup.
Kehidupan manusia diberikan arah agar orang Jawa tidak salah arah. Arah tersebut dinamakan
keblat papat lima pancer, artinya empat penjuru dan satu ditengah. Diawali dari timur (wetan)
artinya kawitan (mula), yang kedua selatan (lambang darah), barat (lambang pusar) dan utara
(lambang ari-ari). Hal ini menjelaskan bahwa Jawa memiliki spiritualitas yang tinggi.
Spiritual merupakan jalan atau cara manusia untuk mencari arti kehidupan dan tujuan
hidup. Melalui spiritual, jiwa manusia akan lebih terisi dan mendapatkan kekuatan baru dalam
menjalani kehidupan yang dilakukan dalam sebuah ritual-ritual tertentu. Seperti
mempersembahkan sesajen kepada arwah nenek moyang yang dipercaya dapat mendatangkan
kesuksesan dan menghindarkan diri dari malapetaka. Hal ini yang menjadi dasar mengapa
masyarakat Jawa sangat peduli terhadap spiritualitas karena segala tingkah laku selalu
dihubungkan dengan mitos, klenik dan hal-hal gaib.
Masyarakat Jawa memiliki beberapa golongan dari segi sosial maupun dari segi
keagamaan. Masyarakat juga membedakan dua golongan sosial yakni (1) golongan wong cilik
(orang kecil) yang merupakan masyarakat yang berpenghasilan rendah atau menengah kebawah,
dan (2) kaum priyayi yang terdiri golongan ekonomi menengah keatas atau berpenghasilan
tinggi. Sedangkan dari segi keagamaan juga dibedakan menjadi dua yakni (1) kejawen, yang
beragama islam namun masih terpengaruh oleh tradisi-tradisi jawa sebelum Islam datang, dan (2)
golongan santri yakni golongan yang memahami Islam secara keseluruhan dan berusaha hidup
sesuai dengan ajaran Islam.
Kejawen sebagai golongan keagamaan dalam masyarakat Jawa yang meyakini berbagai
hal yang bersifat ghaib. Kejawen memiliki kepercayaan pada berbagai macam roh yang menjadi
tameng dalam kehidupan agar diberi keselamatan dan kesempurnaan hidup. Sebagai
perlindungan diri, maka bisa digunakan seperti sesajen sebagai persembahan kepada roh nenek
moyang. Selanjutnya berdo’a atau membaca mantra dengan tetap mengkondisikan batin agar
sunyi dan tenang.
Kehidupan spiritual dalam masayarakat Jawa masih terjaga hingga saat ini. Adapun
budaya spiritual yang masih lestari yakni tradisi slametan. Tradisi slametan yakni merupakan
acara ritual keagamaan bagi masyarakat Jawa sebagai upaya pendekatan diri kepada Tuhan agar
mencapai keselarasan, terhindar dari keburukan dan selamet (selamat) dalam menjalani
kehidupan.
Slametan digunakan untuk berbagai macam perayaan seperti peringatan hari kelahiran,
pernikahan, khitanan, bersih desa, hingga memperingati hari kematian. Dalam slametan
dilakukan pembacaan doa-doa untuk para leluhur atau arwah nenek moyang yang dipimpin oleh
seorang tetua adat atau pemimpin desa. Setelah melakukan doa bersama dilanjutkan dengan
kegiatan makan bersama, hal ini juga mempunyai nilai positif yakni menguatkan tali
persaudaraan dan kerukunan sesama.
Tujuan dari tradisi slametan adalah ungkapan rasa syukur yang disampaikan oleh
manusia kepada Gusti atau Tuhan atas apa yang telah diberikan. Slametan sebagai cerminan
kehidupan masyarakat Jawa yang senantiana mendambakan keselamatan dan kesejahteraan
(memayu hayuning bawana). Hal ini sesuai dengan prinsip sikap hidup Jawa yakni pasrah,
sumeleh, eling, rila, nrima, berbudi luhur, mawas diri dan satria pinandhita (tidak tergiur semat,
derajat, kramat dan hormat) dan juga sepi ing pamrih.

2. Bentuk Kebudayaan Jawa yang memiliki unsur keislaman


Masyarakat jawa memiliki berbagai tradisi dan upacara yang ketika ada upacara tradisi maka
nilai kebersamaan mereka akan tampak meskipun berbeda keyakinan.
1.Selametan,upacara ini memiliki tujuan untuk memperoleh keselamatan hidup dan tidak
ada gangguan apapun.Selametan biasanya dipimpin oleh para kyai dengan membaca doa
keselamatan dan juga ayat-ayat alquran.
2.Sekaten,upacara ini diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad
SAW,pada tanggal 5 sampai 11 Rabiul Awal(Bulan Maulud) diadakan di keraton Surakarta dan
Yogyakarta.
3.Suronan,kata “Suro” merupakan sebutan bagi bulan Muharram dalam masyarakat
Jawa.Kata tersebut sebenarnya berasal dari kata “Asyuro” yang berarti sepuluh yakni tanggal
sepuluh Bulan Muharram.Tanggal 10 Muharam bagi masyarakat islam memiliki arti yang sangat
penting.Memang dasarnya tidak begitu kuat namun itu telah menjadi tradisi bagi masyarakat
muslim.10 hari pertama di bulan Suro atau lebih tepatnya tanggal 1 sampai 8,saat dimana
dilaksanakannya acara kenduri bubur suro.
Dalam tradisi Jawa,Suro dianggap sebagai saat yang paling tepat untuk mengadakan intropeksi
diri dalam setahun perjalanan hidup.Intropeksi itu dilakukan dengan menjalankan laku seperti
tidak tidur semalam,mengadakan tirakatan puasa ataupun tidak bicara (tapa bisu).Untuk
mengetahui seluk beluk tradisi dan ritual mistik bulan Suro ini merupakan kebutuhan
tersendiri,baik bagi pengembangan wawasan akan khazanah warisan kultur dan spiritual,maupun
kepentingan praktis,yakni mengungkap tradisi dan ritual tersebut.Sehingga apa yang dilakukan
memiliki landasan keagamaan dan filosofi serta moral yang jelas.
4.Upacara Mitoni atau Tangkeban merupakan upacara PraIslam,kemudian setelah
datangnya Islam,tradisi ini diisi dengan dibacakannya nyanyian perjanjen dengan alat musik
tamburin kecil.Nyanyian in sesungguhnya merupakan riwayat Nabi Muhammad SAW. Yang
bersumber dari Kitab Barzanji.
Dari upacara-upacara diatas tentang hubungan anatara budaya Jawa dan Islam dalam aspek
ritual diatas menunjukkan secara jelas,bahwa memang telah terjadi dalam kehidupan
keberagamaan orang Jawa suatu upaya mengakomodasikan antara nilai-nilai Islam dengan
budaya Jawa PraIslam.Dengan upaya tersebut telah dilakukan sejak Islam mulai disebarkan oleh
walisanga dan dilanjutkan oleh para pujangga keraton,serta dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari orang Jawa Islam.Sebagian dari nilai-nilai Islam itu telah menjadi bagian dari budaya
Jawa,kendatipun disana-sini warisan nilai-nilai budaya praIslam masih tampak meski didalam
wadah yang keliatannya Islami.

BAB 3
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kebudayaan Jawa dengan Islam terdapat banyak sekali tradisinya. Dari upacara-upacara
diatas tentang hubungan anatara budaya Jawa dan Islam dalam aspek ritual diatas menunjukkan
secara jelas,bahwa memang telah terjadi dalam kehidupan keberagamaan orang Jawa suatu
upaya mengakomodasikan antara nilai-nilai Islam dengan budaya Jawa PRAIslam.
Islam dan spiritualisme Jawa diibaratkan sebagai “tumbu ketemu tutup” yang bisa diartikan
saling melengkapi, karena dalam ajaran agama Islam dan ajaran-ajaran tentang spiritualisme
Jawa, bila dipelajari secara mendalam memiliki hubungan dan tujuan yang sama. Hal tersebut
terbukti ketika ajaran agama Islam yang dibawa oleh wali songo mudah diterima oleh
masyarakat Jawa.

B.Saran
Kebudayaan tersebut harus dilestarikan dan terus dilakukan dikarenakan tradisi tersebut sudah
lama dilakukan oleh masyarakat jawa dan agar tidak hilang seiring perkembangan zaman yang
semakin modern.

Daftar Pustaka
Musyifah Sunanto,Sejarah peradaban Islam Indonesia.Jakarta: Rajawali Pers,2010
Simuh.Sufisme Jawa : Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa (Yogyakarta :Yayasan
Bintang Budaya, 1996) hal 116
Mulder,Niels.Agama,Hidup Sehari Hari dan Perubahan Budaya Jawa,Muangthai dan Filipina,
(jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.1999) Hal 58
Amin,Darori.Islam dan Kebudayaan Jawa.(Yogyakarta : Gama Media.2002) hal 131
Muhammad Sholikhin,Di Balik 7 Hari Besar Islam (Yogyakarta :Garudhawacana 2012),Hal
27
Muhammad Sholikhin,Misteri Bulan Suro :perspektif Islam Jawa
(Yogyakarta :Narasi,2010),Hal 83-84
Imam Bawani,Tradisionalisme Dalam Pendidkan Islam (Surabaya :Al- Ikhlas,1993),Hal 23-
24

Anda mungkin juga menyukai