Anda di halaman 1dari 18

TRADISI NUJUH BULAN PADA MASYARAKAT

MUSLIM MELAYU KABUPATEN MELAWI


Buhori; Hanna Yulia; Velly Pranika Sari
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak
E-mail : kanghari32@yahoo.co.id; hannayulia90@gmail.com; vellypranika@gmail.com

ABSTRACT

One of the customs commonly practiced by Malay tribes, especially Malay tribes in Melawi
Regency is seventh month‟s ritual or in local language called Nujuh Bulan. Based on the results
of studies in the field, it can be concluded that: 1) This tradition is a ceremony performed by the
owner as a form of gratitude towards Allah SWT for the first pregnancy of a wife; 2) Seven
Months are usually performed at the gestational age of a woman of sixteen weeks or twenty-eight
weeks; 3) This event is usually carried out by giving prayers to Allah SWT and alms that will be
given to invited guests, which are attended by orphans, neighbors, and closest families.

Salah satu adat istiadat yang biasa dilakukan oleh suku Melayu khususnya suku Melayu yang ada
di Kabupatan Melawi adalah tujuh bulanan atau dalam bahasa setempat disebut Nujuh Bulan.
Berdasarkan hasil kajian di lapangan, dapat disimpulkan bahwa: 1) Tradisi ini merupakan
upacara yang dilakukan oleh empunya hajat sebagai bentuk rasa syukur terhadap Allah SWT atas
kehamilan pertama seorang istri; 2) Nujuh Bulan biasanya dilakukan saat usia kehamilan seorang
wanita berumur enam belas minggu atau dua puluh delapan minggu; 3) Acara ini biasanya
dilakukan dengan cara memanjatkan do‟a-do‟a kepada Allah SWT dan sedekah yang akan
diberikan kepada tamu undangan, yang dihadiri oleh anak-anak yatim, tetangga sekitar, dan
keluarga terdekat.

Kata Kunci: Nujuh Bulan, Muslim Melayu Melawi

PENDAHULUAN kepentingan budaya di sisi lain. Indonesia


Budaya dan agama merupakan dua hal yang sebagai Negara pemeluk Islam terbesar di
saling mempengaruhi. Ketika agama Islam dunia merupakan Negara yang terdiri dari
yang berasal dari Jazirah Arab semakin berbagai suku, diantaranya adalah suku
tersebar luas dan akhirnya sampai ke Melayu. Suku Melayu merupakan suku yang
Indonesia termasuk Kalimantan Barat maka sebagian besar dari masyarakatnya memeluk
akan terjadi penyesuaian antara budaya yang agama Islam. Maka tidak heran lagi jika kita
„memasuki‟ dan „dimasuki‟. Hal tersebut menemukan beberapa adat istiadat yang
terjadi karena adanya tarik-menarik antara dilakukan oleh suku Melayu berkaitan
kepentingan agama di satu sisi dan dengan ajaran Islam.

~ 83 ~
Buhori; Hanna Yulia; Velly Pranika Sari:
Tradisi Nujuh Bulan pada Masyarakat Melayu Kabupaten Melawi dalam Perspektif Islam

Masyarakat Indonesia sangat kaya dalam Islam yang hadir di Indonesia juga
masalah budaya, tradisi, dan kearifan lokal. tidak bisa dilepaskan dengan budaya dan
Budaya maupun tradisi lokal pada tradisi yang melekat erat pada masyarakat
masyarakat Indonesia tidak hanya Indonesia. Sama seperti Islam di kawasan
memberikan warna dalam persaturan Arab, Arabisme dan Islamisme bergumul
kenegaraan, tetapi juga berpengaruh dalam sedemikian rupa di kawasan Timur Tengah
keyakinan dan praktik-praktik keagamaan sehingga kadang-kadang orang sulit
masyarakat. Islam, sebagai sebuah agama membedakan mana yang nilai Islam dan
yang dianut oleh mayoritas masyarakat mana yang simbol budaya Arab. Nabi
Indonesia, memiliki hubungan erat dengan Muhammad saw, tentu saja dengan
kebudayaan atau tradisi-tradisi lokal yang bimbingan Allah (wama yanthiqu „anil
ada di nusantara. Hubungan antara Islam hawa, in hua illa wahyun yuha2), dengan
dengan isu-isu lokal adalah kegairahan yang cukup cerdik (fathanah) mengetahui
tak pernah usai. Hubungan intim antara sosiologi masyarakat Arab pada saat itu.
keduanya dipicu oleh kegairahan pengikut Sehingga beliau dengan menggunakan
Islam yang mengimani agamanya: shalihun tradisi-tradisi Arab untuk mengembangkan
li kulli zaman wa makan selalu baik untuk Islam. Sebagai salah satu contoh misalnya,
setiap waktu dan tempat1. ketika Nabi Muhammad Saw. hijrah ke
Maka ajaran Islam yang datang ke Madinah, masyarakat Madinah di sana
suatu tempat akan senatiasa dihadirkan dan menyambut dengan iringan gendang dan
diajak bersentuhan dengan keanekaragaman tetabuhan sambil menyanyikan thala‟al-
konteks budaya setempat. Dalam ungkapan badru alaina dan seterusnya. Hal ini
lain dapat dikatakan bahwa Islam tidak menandakan bahwa pada saat itu masyarakat
datang ke sebuah tempat, dan di suatu masa Madinah telah memiliki tradisi dan budaya
yang hampa budaya. Melainkan Islam yang melekat erat dalam kehidupan mereka.
datang di suatu tempat dan di suatu masa Budaya dalam penyambutan tamu agung
yang sudah memiliki budaya yang menjadi yang dihormati dengan sambutan tabuhan
khas dari tempat tersebut. gendang.

1 2
Buhori, Islam dan Tradisi Lokal di QS. An-Najm (53): 3-4, Al-Qur‟an dan
Nusantara, (Pontianak: Jurnal Al-Maslahah Vol 13, Terjemahan, Al-Hikmah (Bandung: Penerbit
No.2 IAIN Pontianak, 2017), hlm.230 Diponegoro, 2008).

~ 84 ~
Al-Hikmah: Jurnal Dakwah, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2018
[P. 83-100]

Dalam artikel ini penulis akan tradisi nujuh bulan pada masyarakat Melayu
mencoba menguraikan sikap akomodatif Kabupaten Melawi dalam perspektif Islam.
ajaran Islam terhadap budaya lokal dalam
konteks kehidupan keberagamaan pada Keberagaman Tradisi Muslim di
sebagian besar masyarakat di nusantara ini, Indonesia
sebagai salah satu contoh yaitu tradisi yang 1. Budaya dan Tradisi
lazim dilakukan oleh masyarakat Melayu Sebelum penulis membahas lebih jauh
Kabupaten Melawi yaitu Nujuh Bulan. mengenai apa itu tradisi Nujuh Bulan
Penulis akan mencoba mengupas pandangan pada masyarakat Melayu penulis
Islam mengenai tradisi tersebut.Tujuan dari terlebih dahulu akan memaparkan
pembahasan dalam artikel ini adalah untuk mengenai ulasan tentang budaya dan
mendeskripsikan dan memberikan informasi tradisi.
yang akurat terkait prosesi Nujuh Bulan baik Secara epistimologi atau secara
itu dari segi prosesinya, adat-istiadat nya, bahasa kata budaya berasal dari kata
maupun hukum atau perspektif Islam budi dan daya. Budi berarti akal,
mengenai acara tersebut. Agar terjadinya kecerdikan, kepintaran dan kebijak-
keselarasan anantara budaya dan agama sanaan, sedangkan Daya memiliki arti
Islam. Juga demi terjaganya budaya dan ikhtiar, usaha atau muslihat. Dedi
kearifan lokal untuk generasi mendatang. Supriyadi (2008:16) mengartikan bahwa
Metode penelitian yang digunakan budaya (culture) dapat dipahami
untuk mengetahui dinamika dan pengaruh sebagai pembangunan yang didasarkan
budaya Melayu di Kalimantan Barat adalah atas kekuatan manusia, baik
dengan studi kepustakaan, berupa pembangunan jiwa, pikiran dan
penelaahan dan dan analisa buku, artikel dan semangat melalui latihan dan
bentuk tulisan lainnya yang mendukung pengalaman, bukti nyata pembangunan
penelitian ini serta sumber-sumber lokal intelektual seperti seni dan
tersebut. Data dan informasi yang didapat, pengetahuan. Dengan demikian secara
diolah dengan pendekatan kualitatif sesuai singkat dan sederhana, sebagaimana
dengan metode tersebut yang tentunya dipahami secara umum, kebudayaan
mampu merekontruksikan dan meninjau

~ 85 ~
Buhori; Hanna Yulia; Velly Pranika Sari:
Tradisi Nujuh Bulan pada Masyarakat Melayu Kabupaten Melawi dalam Perspektif Islam

merupakan semua hasil karya, rasa dan „ãdah as-shãhihah (tradisi yang baik)
cipta masyarakat3. dapat dipertimbangkan sebagai salah
Salah satu bagian dari budaya satu rujukan dalam penetapan hukum
adalah tradisi. Dalam Kamus Besar Islam. Terdapat suatu kaidah yang
Bahasa Indonesia tradisi diartikan populer di kalangan ulama ushûliyyin:
sebagai adat kebiasaan turun-temurun al-`ãdah muhakkamah yang berarti
(dari nenek moyang) yang masih tradisi dapat dijadikan sebagai sumber
dijalankan dalam masyarakat; atau juga hukum. Kendatipun demikian, kaidah
penilaian atau anggapan bahwa cara- tersebut tidak dapat di generalisir pada
cara yang telah ada merupakan yang setiap persoalan. Kaidah tersebut tidak
4
paling baik dan benar . dapat diberlakukan apabila :
Terminologi tradisi, yang a. Al- ãdah bertentangan dengan nash
berasal dari kata bahasa Inggris Al-qur‟an dan hadis, seperti: puasa
tradition, sering juga disamakan sehari semalam, kebiasaan menanam
dengan lafadz „ãdah dalam bahasa kepala hewan kurban waktu
Arab. Kata „ãdah ini dipergunakan membuat jembatan. Kebiasaan
untuk menunjuk desain atau pola memelihara babi, dan lain
perilaku dan kegiatan tertentu sebagainya.
menurut standar baku dalam bidangnya b. Al- ãdah tersebut menyebabkan
masing-masing yang sering dilakukan kemafsadatan atau menghilangkan
oleh masyarakat. kemashlahatan termasuk di dalamnya
Al-„ãdah yang secara literal tidak mengakibatkan kesulitan atau
berarti kebiasaan dapat dibedakan kerusakan, seperti: menghambur-
menjadi dua bagian, yaitu al-„ãdah as- hamburkan harta, hura-hura dalam
shãhihah (tradisi yang baik) dan al- perayaan dan lain-lain.
„ãdah al-fãsidah (tradisi yang buruk). c. Al- ãdah berlaku secara umum di
Dalam konstruksi hukum Islam, al- kalangan kaum muslimin, dalam arti
bukan hanya yang bisa dilakukan
3
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, oleh beberapa orang saja. Bila
(Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 16.
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus dilakukan oleh beberapa orang saja
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008), 1543. maka tidak dianggap adat.

~ 86 ~
Al-Hikmah: Jurnal Dakwah, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2018
[P. 83-100]

Ibnu Taimiyah menyatakan mempunyai budaya dan kebiasaan-


bahwa ibadah mahdhah tidak dilakukan kebiasaan yang dilakukan secara terus
kecuali yang disyari‟atkan Allah dan al- menerus dalam kehidupannya.
ãdah tidak diharamkan kecuali yang Oleh sebab itu, pada hakikatnya
diharamkan Allah. Manusia dalam tidak ada kebudayaan Islam atau tradisi
kehidupannya akan senantiasa menga- Islam, namun yang ada adalah
dakan proses interaksi dan proses kebudayaan dan tradisi orang Islam,
sosial lainnya, sehingga tumbuh norma- karna Islam itu bukan kebudayaan dan
norma kelompok dan akhirnya tradisi melainkan ciptaan Tuhan Yang
melembaga sehingga tampil struktur Maha Esa. Kebiasaan yang diwariskan
sosial dalam himpunan kelompok secara turun-temurun oleh orang Islam
tersebut. Norma-norma yang dihasilkan sebagai kelompok masyarakat, dan
dari hasil karya, cipta dan karsa berlanjut serta dilestarikan hingga saat
manusia ini senantiasa dilakukan secara ini kemudian melembaga di tengah
berulang-ulang dan cendrung untuk masyarakat itulah yang kemudian
diwariskan secara turun temurun kepada dikenal dengan sebutan kebudayaan
generasi berikutnya, untuk kemudian atau tradisi Islam, yang berarti
menjadi sebuah tradisi yang melekat kebudayaan dan tradisi orang Islam5.
erat dalam kehidupan mereka. Dalam
hal ini, tradisi merupakan sub-sistem Keberagamaan Muslim Indonesia
dari norma sosial masyarakat yang Terminologi keberagamaan perlu dibedakan
melahirkan kelompok tersebut. dengan term agama atau keagamaan. Di
Namun, perlu juga ditegaskan di satu sisi, keagamaan berasal dari akar kata
sini bahwa agama bukanlah kebudayaan agama yang menunjuk pada seperangkat
maupun tradisi, karena agama itu wahyu ketuhanan agar menjadi petunjuk
diciptakan Tuhan, bukan hasil olah pikir kehidupan orang yang beriman untuk
dan karya manusia. Tetapi kelompok- mewujudkan kebahagiaan dunia dan
kelompok orang beragama membentuk akherat. Di sisi lain, keberagamaan
kebudayaan dan juga tradisi mereka merupakan kata benda dari akar kata
masing-masing sebab mereka 5
Siradjuddin Abbas, 40 Masalah Agama 3,
(Jakarta: Pustaka Tarbiyah Baru, 2012),.hlm. 291.

~ 87 ~
Buhori; Hanna Yulia; Velly Pranika Sari:
Tradisi Nujuh Bulan pada Masyarakat Melayu Kabupaten Melawi dalam Perspektif Islam

“beragama”. Kata kerja beragama, yang juga terus berubah. Dari perbedaan
menunjuk pada produk kegiatan berikut penafsiran itu lahirlah kemudian pemikiran-
segala aktifitas melaksanakan substansi pemikiran dalam bidang fiqh dan teologi
ajaran agama oleh orang-orang yang yang berbeda. Selain itu, realitas ini pula
beriman sesuai dengan materi ajaran yang pada akhirnya melahirkan tradisi
tersebut6. keberagamaan kaum muslimin, yang
Dengan demikian, kandungan masing-masing menampakkan ciri khas dari
pengertian keberagamaan selalu berkaitan kehidupannya. Hal tersebut di atas
dengan kekhususan kelompok pemeluk menandakan bahwa meskipun Islam itu satu
agama, jika dibandingkan dengan himpunan dari sudut ajaran pokoknya, akan tetapi
manusia pada umumnya. Dalam posisi ini, setelah “terlempar” dalam konteks
himpunan orang beragama atau para sosiokultural-politik tertentu pada tingkat
pemeluk agama tersebut merupakan unit perkembangan sejarah tertentu pula agama
sosial yang memiliki kesadaran diri bisa memperlihatkan struktur internal yang
bertumpu pada jati dirinya sendiri. Maka, berbeda-beda.
pada fenomena ini lahirlah komunitas Kelompok tradisionalis sering
keberagamaan yang memiliki karakterisitk dikategorikan sebagai kelompok Islam yang
atau ciri tertentu. masih mempraktikkan beberapa praktik
Agama Islam yang bersumber dari tahayyul, bid‟ah, khurafat, dan beberapa
al-Qur‟an dan Sunnah dan diyakini sebagai budaya animisme, atau sering diidentikkan
kebenaran tunggal oleh pemeluknya. Akan dengan ekspresi Islam lokal, sementara
tetapi, pada saat ajaran yang bersifat kelompok modernis adalah mereka yang
transenden ini mulai bersentuhan dengan sudah tidak lagi mempraktikkan beberapa
kehidupan manusia, serta aspek sosio- hal di atas. Akan tetapi kategorisasi dan
kultural yang melingkupinya, maka polarisasi ini menjadi kurang tepat ketika
terjadilah berbagai penafsiran yang ditemukan adanya praktik budaya animisme
cendrung berbeda dan berubah-ubah. Hal ini yang dilakukan oleh kalangan muslim
akibat perbedaan kehidupan sosial penganut modernis. Selain itu, klaim Islam tradisional
sebagai pelaku tahayul, bid`ah dan khurafat
6
Muslim A. Kadir, Dasar-Dasar dewasa ini kurang menemukan pijakannya.
Keberagamaan dalam Islam (Yoyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011), hlm. 56. Sebab kalangan muslim tradisional bukanlah

~ 88 ~
Al-Hikmah: Jurnal Dakwah, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2018
[P. 83-100]

pelaku perbuatan itu, karna memang dalam ini. Selama tradisi dan budaya itu tidak
ajaran Islam perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan syari`at Islam yang
menjurus kepada Tahayyul, bid`ah dan telah ditetapkan, maka sah-sah saja untuk
khurafat sangat dilarang. Melainkan Islam tetap dilaksanakan dan dilestarikan.
tradisionalis lebih menekankan kepada Dalam konteks ini pula kita dapat
kesadaran untuk menghargai tradisi dan memahami arah dari terma Islam Nusantara.
budaya yang sudah ada di tengah Sebuah istilah yang sejak digulirkan dan
masyarakat. dipopulerkan sempat menimbulkan pro
Tradisi keberagamaan yang berkem- kontra bagi sebagian masyarakat Islam
bang di kalangan Islam tradisionalis tampak Indonesia. Islam Nusantara bukanlah sebuah
lebih toleran terhadap nilai-nilai tradisi dan aliran atau sekte baru, bukan pula sebagai
budaya lokal setempat. Kalangan ini ajaran baru dalam agama, bahkan sangat
meyakini, ajaran Islam datang dan tersebar tidak mungkin sebagai agama baru seperti
ke penjuru dunia, bukan untuk mengganti yang banyak disalahpahami oleh kelompok
budaya dan tradisi yang ada dengan tradisi tertentu selama ini. Namun ia lebih
dan budaya Arab sebagai tempat awal mengarah sebagai khasaish, karakteristik
diutusnya nabi Muhammad SAW sang khusus dan bentuk ciri khas keberagamaan
pembawa risalah Islam. Akan tetapi Islam muslim di Nusantara, serta pola dakwah
hadir dengan membawa risalah ilahiyah yang dilakukan oleh para pembawa risalah
yang sangat menghargai nilai-nilai tradisi Islam ke Nusantara yang begitu adaptif
dan budaya setempat, selama ia membawa terhadap budaya-budaya lokal di Nusantara
hal positif dalam kehidupan manusia dan dengan tetap berlandaskan pada satu
tidak bertentangan dengan prinsip ajaran landasan, yakni Al-qur`an dan Sunnah.
Islam. Afifuddin Muhajir memberikan ulasan
Ajaran Islam juga tidak singkat tentang Islam Nusantara dengan
mengharamkan orang-orang Islam untuk rumusan praktik keislaman di bumi
berbudaya dan beradat istiadat sesuai Nusantara sebagai hasil dialektika antara
dengan kulturnya, karna budaya merupakan
bagian dari kehidupan manusia yang tidak
dapat dipisahkan, selama ia hidup di dunia

~ 89 ~
Buhori; Hanna Yulia; Velly Pranika Sari:
Tradisi Nujuh Bulan pada Masyarakat Melayu Kabupaten Melawi dalam Perspektif Islam

teks syari`at dengan realita dan budaya Prosesi Nujuh Bulan, Acara Adat
setempat7. Kehamilan Masyarakat Melayu di
Memang betul Islam itu hanya satu Kabupaten Melawi
dan memiliki landasan yang satu. Akan Kalimantan Barat sebagai provinsi dengan
tetapi selain memiliki landasan nash-nash penduduk yang multi etnis dan multi
syari`at (al-Qur`an dan Sunnah), Islam juga kultural banyak memiliki kekayaan tradisi
memiliki acuan maqashid syari`ah (tujuan dan budaya lokal, sebagai buah dari
syari`at). Dibalik aturan-aturan syari`at peradaban kehidupan masyarakat setempat.
Islam ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu Di antara sekian daerah yang berada di
terwujudnya kemaslahatan umat manusia di wilayah pemerintahan Kalimantan Barat
dunia dan akhirat. Aspek kemaslahatan ini adalah Kabupaten Melawi. Secara geografis,
dapat dirangkum dalam lima prinsip pokok Kabupaten Melawi ini berbatasan langsung
(al-kulliyãt al-khoms), yaitu terpeliharanya dengan Kabupaten Kota Waringin Timur
agama (hifzhu ad-din), terpeliharanya Kalimantan Tengah. Kabupaten dengan luas
diri/jiwa (hifzhu an-nafsh), terpeliharanya wilayah 10.640,80 km. ini didiami oleh
akal (hifzhu al-`aql), terpeliharanya harta penduduk yang heterogen dengan mayoritas
(hifzhu al-mal), dan terpeliharanya keturuan dari suku Melayu dan Dayak.
(hifzhu an-nashl). Pada titik inilah terjadi Salah satu tradisi lokal yang tidak
persinggungan antara teks-teks syar`i yang asing lagi bagi masyarakat Melayu
bersifat sakral dengan sosiokultural Kabupaten Melawi adalah Nujuh Bulan.
kehidupan manusia yang profan. Hasil Nujuh Bulan adalah serangkaian prosesi adat
pergumulan ini yang selanjutnya khas suku Melayu yang ada di Kabupaten
menimbulkan pola keberagamaan tertentu Melawi dalam rangka mengungkapkan rasa
pada sisi-sisi yang profan (bersifat syukur atas kehamilan pertama seorang istri.
furui`yyah) dan menjadi wilayah kekhasan Dalam bahasa Indonesia nujuh bulan
pada Islam Nusantara. sama artinya dengan tujuh bulanan. Dalam
bahasa Melawi nya nujuh bulan. Acara
tersebut dilakasanakan pada usia kehamilan
tujuh bulan dan pada kehamilan pertama
7
Lihat Ahmad Baso, Islam Nusantara, seorang wanita. Dalam acara ini sang ibu
Ijtihad Jenius & Ijma` Ulama Indonesia. Jilid I,
(Tangerang: Pustaka Afid, 2015), hal. xvi yang sedang hamil dibacakan doa bertujuan

~ 90 ~
Al-Hikmah: Jurnal Dakwah, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2018
[P. 83-100]

untuk memohon kepada Allah swt agar Rangkaian prosesi Nujuh Bulan di
selalu diberikan rahmat dan berkah sehingga kalangan Melayu Melawi dapat digambar-
si cabang bayi yang akan dilahirkan selamat kan sebagai berikut:
dan sehat. Tradisi ini identik dengan prosesi 1. Pembacaan Do‟a
Pelet Kandhung atau Peret Kandung atau Acara Nujuh Bulan biasanya
Salameddhen Kandhungan, yang dikenal dilakukan dengan pembacaan do‟a-do‟a
pada masyarakat Madura. Ia juga memiliki dari Ustadz atau tetua-tetua sekitar. Do‟a-
kemiripan dengan istilah Tingkeban pada do‟a yang biasa dibacakan adalah do‟a
masyarakat Jawa yang merujuk pada tradisi selamat, do‟a memohon ampunan, dan
peringatan atau syukuran atas kehamilan do‟a-do‟a baik lainnya sebagai bentuk
seorang istri. rasa syukur.
Acara nujuh bulan tidak asing lagi Dalam proses Nujuh Bulan
bagi masyarakat Indonesia karena acara ini biasanya para tamu undangan bersama-
dilakukan oleh banyak suku bukan hanya sama membacakan surah Maryam, atau
suku Melayu saja melainkan suku lainnya surah Yusuf. Surah Maryam dibacakan
juga, yang menjadi perbedaannya hanya apabila si empunya hajat ingin memiliki
nama dan prosesinya saja. Walaupun anak pertama berjenis kelamin
memiliki nama dan prosesi yang berbeda- perempuan, apabila menginginkan anak
beda tetapi, tujuannya sama yaitu untuk laki-laki maka yang dibaca adalah surah
mensyukuri dan mendoakan kehamilan Yusuf. Masyarakat percaya dengan
pertama bagi seorang ibu. Agar saat memperbanyak mengulang bacaan dari
kelahiran diberikan kelancaran dalam salah satu surah tersebut maka,
persalinan nanti InsyaAllah hajat ingin memiliki anak
Kata “nujuh bulan” berasal dari lelaki atau perempuan anak terkabul.
bahasa Melayu yang artinya tujuh bulan. Hal Hakikatnya, acara ini dilakukan
ini berarti acara nujuh bulan dilakukan pada agar proses kehamilan berjalan lancar.
saat usia kehamilan seorang istri berusia Anak yang ada di kandungan menjadi
tujuh bulan atau sekitar dua puluh delapan anak yang sholeh atau sholehah. Serta
minggu. calon ibu yang sedang hamil diberi
kesehatan dan proses persalinan nanti

~ 91 ~
Buhori; Hanna Yulia; Velly Pranika Sari:
Tradisi Nujuh Bulan pada Masyarakat Melayu Kabupaten Melawi dalam Perspektif Islam

berjalan dengan lancar. Acara nujuh persalinan dan juga untuk diberi kekuatan
bulan, seperti yang dituliskan pada dan kesabaran dalam memomong anak
halaman sebelumnya biasa di hadiri oleh kedepannya.
anak-anak yatim piatu, tetangga sekitar a. Memercikkan Air Kelapa Muda
rumah, dan keluarga terdekat yang Sesaat setelah calon ibu dan cabang
memiliki hajat. Selain itu, biasanya para bayi di taburi oleh beras kuning,
sesepuh dan ustadz yang ada di kampung maka prosesi selanjutnya adalah
juga turut di undang. memercikkan air kelapa muda ke
bagian perut si calon ibu. Buah
2. Duduk di atas Tempayan dan Penaburan kelapa yang masih muda menjadi
Beras Kuning simbol kesuburan, airnya lambang
Setelah dilakukan proses dari keselamatan maka kelapa muda
pembacaan do‟a maka calon ibu dan tadi akan di belah menjadi dua dan
cabang bayi nya akan dipersilahkan airnya percikkan ke perut sang calon
duduk di atas tempayan. Tempayan yang ibu menggunakan tangan secara
dimaksud adalah semacam guci yang langsug, atau daun pandan, atau
besar dan terbuat dari tanah. Tempayan janur yang masih muda.
biasanya diisi dengan bunga dan Seperti proses sebelumnya,
wewangian. Setelah sang calon ibu duduk hal ini hanya di lakukan oleh orang
maka akan di kelikingi oleh orang tua tua atau sesepuh kampung sambil
atau sesepuh kampung yang sudah membacakan sholawat, do‟a-do‟a
menggenggam beras kuning. kebaikan bagi si cabang bayi dan ibu
Selanjutnya, para tetua dan yang akan melahirkannya. Biasanya
sesepuh kampung satu persatu akan juga kedua proses diatas diiringi
mengelilingi calon ibu seraya dengan tabuhan gendang yang
menaburkan beras kuning dan sambil dilakukan oleh majelis yang bisa
mengucapkan do‟a-do‟a baik bagi si memainkannya sembari bersholawat.
cabang bayi agar lahir menjadi anak yang b. Penjamuan Makan
sholeh/sholehah dan menjadi kebanggan Disetiap acara hajatan, sang pemilik
kedua orang tua juga bagi si calon ibu hajat tentu memberikan suguhan
agar diberikan kelancara selama proses hidangan yang baik-baik dan sudah

~ 92 ~
Al-Hikmah: Jurnal Dakwah, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2018
[P. 83-100]

di siapkan oleh pemilik hajat. tangan sebegai oleh-oleh tanda


Hidangan yang biasa di sajikan terimakasih karena sudah menghadiri
secara prasmanan. Hidangan dapat acara tersebut. oleh-oleh tersebut
berupa lauk-pauk, sayuran, dan nasi biasanya berupa gelas yang
sebagai makanan pokok. Sebagai didalamnya diberi daun pandan dan
hidangan penutup atau pencuci mulut bunga-bunga lainnya serta sebutir
biasanya disediakan buah-buahan telur yang sudah direbus. Kemudian
dan kue. Kue yang biasanya souvenir tersebut dibungkus dengan
dihidangkan adalah kue-kue kain yang berbentuk seperti renda
tradisional, misalnya bolu, apam dan warna-warni untuk memperindah
pulut atau apam beras, juadah kemasan oleh-oleh tersebut.
Belitung (dodol khas Melawi) dan
berbagai hidangan lainnya. Nujuh Bulan dalam Perspektif Islam
Saat makan, biasanya para Nujuh Bulan sebagai tradisi yang lahir dari
tamu undangan dipersilahkan untuk masyarakat Melayu Melawi dan diwariskan
mengambil hidangannya sendiri yang secara turun temurun sampai generasi yang
telah disediakan oleh tuan rumah. hidup saat ini menjadi bukti adanya
Kemudian para tamu undangan pergumulan antara upaya pengamalan nilai-
makan bersama-sama sambil nilai ajaran Islam dengan warisan tradisi
mengobrol, dan bersenda gurau antar setempat. Peringatan kehamilan sebagai
yang satu dengan yang lainnya. bentuk syukur atas kehamilan istri dan
pengharapan yang besar akan keselamatan
c. Pemberian Souvenir anak dalam kandungan dan calon ibunya
Selain diberi jamuan makan dengan ditengarai sebagai tradisi yang telah
makanan pokok dan kue-kue jajanan berlangsung cukup lama, bahkan sebelum
tradisional. Setelah selesai acara, saat ajaran Islam datang di bumi Nusantara.
para tamu undangan hendak Hampir bisa dipastikan, pada
meninggalkan rumah tempat hajatan. awalnya sederet rangkaian prosesi Nujuh
Sang empunya hajat akan Bulan tidak berisikan dengan nilai-nilai
memberikan souvenir atau buah syari`t Islam. Karena pada saat itu,

~ 93 ~
Buhori; Hanna Yulia; Velly Pranika Sari:
Tradisi Nujuh Bulan pada Masyarakat Melayu Kabupaten Melawi dalam Perspektif Islam

masyarakat Nusantara belum mengenal dan “Dicertikana kepada kami `Amr bin Hafs
as-Sudusi, menceritakan `Ashim in Ali,
mengamalkan ajaran Islam. Setelah para
menceritakan al-Mas`udy, dari `Ashim dari
penyebar ajaran Islam sampai ke Nusantara, Abi Waildari Abdilah bin Mas`ud ia
berkata: … Apa yang dipandang baik oleh
mereka tidak melarang dan menghilangkan
orang-orang mukmin, maka ia di sisi Allah
tradisi yang ada, akan tetapi memilih untuk pun baik, dan apa saja yang dipandang
buruk oleh orang-orang mukmin, maka
tetap memperhatikannya dan memberikan
buruk pula ia di sisi Allah” (HR. Ahmad,
warna islami pada setiap prosesi yang Abu Ya‟la dan al-Hakim).
dilakukan. Sebuah sikap yang bijaksana,
Hadits tersebut oleh kalangan
dengan tetap mempertahankan kemasan,
ushuliyyin dipahami (dijadikan dasar) bahwa
namun mengganti isinya sesuai dengan
tradisi masyarakat yang tidak bertentangan
syari`at Islam.
dengan prinsip-prinsip syari‟at Islam dapat
Islam sangat memperhatikan tradisi
dijadikan dasar petimbangan dalam
dan konvensi masyarakat untuk dijadikan
menetapkan hukum Islam (fiqih). Berda-
sumber bagi hukum Islam dengar
sarkan hadits tersebut kemudian dirumuskan
penyempurnaan dan batasan-batasan
suatu kaidah dalam ushul fiqh yang juga
tertentu. Prinsip demikian banyak diajarkan
mendukung masuknya budaya dan tradisi
oleh Nabi Muhammad SAW. Kebijakan-
dalam ajaran Islam yang berarti ‫ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﻣﺤﻜﻤﺔ‬
kebijakan beliau yang berkaitan dengan
adat/tradisi itu dapat dijadikan sebagai
hukum yang tertuang dalam sunnahnya
hukum”. Adat dalam kaidah fiqh di atas
banyak mencerminkan kearifan beliau
secara bahasa berarti mu‟awadatus syai‟i wa
terhadap tradisi-tradisi para sahabat atau
tikroruhu (membiasakan sesuatu dan
kaum muslimin kala itu.
mengulang-ulangnya). Dalam hal ini maka
Kebijakan dan kearifan Nabi
adat memiliki kesamaan makna dengan
Muhammad saw. dalam menyikapi tradisi
`uruf. Oleh sebab itu, dari sisi terminologi
yang ada dapat tergambar pada hadits
adat tersebut didefinisikan sebagai sesuatu
berikut:

‫ َما َرآَهُ الْ ُم ْسلِ ُم ْو َن َح َسنًا‬: ‫قال عبد اهلل بن مسعود‬


yang telah masyhur di kalangan masyarakat

‫فَ ُه َو ِعْن َد اهللِ َح َس ٌن َوَما َرآَهُ الْ ُم ْسلِ ُم ْو َن َسيِّئاً فَ ُه َو ِعْن َد‬
)‫ (رواه أمحد وأبو يعلى واحلاكم‬.ٌ ِّ ‫اهللِ َس‬

~ 94 ~
Al-Hikmah: Jurnal Dakwah, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2018
[P. 83-100]

dan telah dikenal secara luas, serta tidak Barometer dalam penetapan hukum Islam
8 adalah dengan melihat subtansi dan makna,
bertentangan dengan syari`at Islam .
bukan pada nama dan format (kemasan)9.
Rumusan ulama ushûl ini kembali
menegaskan akan begitu besarnya perhatian Manusia diciptakan dari jenis
Islam terhadap keberlangsungan sebuah kelamin laki-laki dan perempuan, dari
tradisi. Ajaran Islam sangat mengapresiasi perbedaan jenis kelamin itu maka spesies
sebuah tradisi sebagai hasil karya dan cipta manusia dapat terjaga keberlangsungan
manusia dalam menjalani kehidupan sebagai hidupnya di muka bumi, tanpa adanya
khalifah fi al-ardh. Ajaran Islam tidak alergi kehawatiran punah. Ia juga dijadikan dengan
dengan tradisi yang ada, kendatipun ia beraneka suku bangsa agar masing-masing
bukan merupakan produk orang-orang Islam mampu mempelajari dan mengenal tradisi
dan tidak berasal dari bumi Arab, sebagai yang ada di tengah-tengah mereka. Allah
tempat kelahiran ajaran Islam pertama. swt. menegaskan dalam al-Qur`an Surat al-
Selama tradisi ini dapat dikompromikan Hujurat: 13:
dengan ajaran Islam, ritual yang ‫َّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأُنْثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم‬
ُ ‫يَا أَيُّ َها الن‬
‫ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع َارفُوا ۚ إِ َّن أَ ْكَرَم ُك ْم ِعْن َد اللَّ ِو أَتْ َقا ُك ْم‬
bertentangan dengan ajaran Islam dapat

ِ ِ‫ۚ إِ َّن اللَّوَ َعل‬


diganti dengan amalan-amalan yang islami,
maka selama itu pula Islam memberikan ٌ ‫يم َخب‬ ٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami
ruang kepadanya untuk tetap terus menciptakan kamu dari seorang laki-laki
berlangsung, diamalkan dan diwariskan dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
kepada generasi berikutnya. supaya kamu saling kenal-mengenal.
Syari`at Islam tidak hanya melihat Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
pada kemasan, akan tetapi juga sangat paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya
konsen pada aspek isi/konten dalam Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”.
kemasan. Dalam kaidah Ushul Fiqh
dijelaskan: Rangkaian prosesi Nujuh Bulan yang
ِ
‫اِن ََل‬ ِ ِ ْ ِ‫إ ّن الْعِْب رَة ِِف ْاْل ْح َك ِام الشَّر ِعيَّ ِة ب‬
ْ ‫احلََقائق َوالْ َم َع‬
lazim dilakukan masyarakat Muslim Melawi
ْ َ
ِ
‫اِن‬ ِ ِ
ْ َ‫ب ْاْلَ َْا َوالْ َمب‬
sarat dengan ungkapan rasa syukur dan

8 9
Riyadh bin Mansur al-Akholifi, Al-Mihhaj Muhammad Husein al-Jizani, Ma`alimu
fi `ilmil Qowa`id alFiqhiyyah, Juz 1 (Maktabah Ushul al-Fiqh `inda Ahlis Sunnah wal Jama`ah,
Syamilah, Isdor Tsnai), hlm. 10. Maktabah Syamilah, Ishdar 2, hal. 373

~ 95 ~
Buhori; Hanna Yulia; Velly Pranika Sari:
Tradisi Nujuh Bulan pada Masyarakat Melayu Kabupaten Melawi dalam Perspektif Islam

pengaharapan besar untuk keselamatan yang sedang hamil. Al-Imam Ibn al-Jauzi
calon anak dan ibunya. Pembacaan ayat-ayat meriwayatkan dalam kitabnya Manaqib al-
al-Qur`an, shalawat dan do`a serta jamuan Imam Ahmad bin Hanbal, (406-407), bahwa
makanan yang dihidangkan sebagai bentuk keluarga al-Imam Ahmad bin Hanbal,
shadaqoh dari si empunya hajat, merupakan membagi-bagikan sedekah ketika istri beliau
amalan-amalan islami yang melekat erat (al-Imam Ahmad bin Hanbal) hamil.
pada ritual ini. “Imam al-Khallal berkata, “Kami menerima
kabar dari Muhammad bin Ali bin Bahar,
Mendo`akan anak keturunan agar
berkata, “Aku mendengar Husnu, Ibu yang
menjadi anak yang shalih-shalihah melahirkan anak-anak al-Imam Ahmad bin
Hanbal, berkata, “Aku berkata kepada
merupakan ajaran Islam yang secara sharih
tuanku (Ahmad bin Hanbal), “Tuanku,
dapat ditemukan dalam al-Qur`an dan bagaimana kalau gelang kaki satu-satunya
milikku ini aku sedekahkan?” Ahmad
hadits. Al-Qur`an telah mencatat bagaimana
menjawab, “Kamu rela melepasnya?” Aku
nabi Ibrahim as mendo`akan anak menjawab, “Ya.” Ahmad berkata, “Segala
puji bagi Allah yang telah memberimu
keturunannya agar menjadi muslim yang
pertolongan untuk melakukannya.” Husnu
berserah diri kepada Allah swt (Q.S. Al- berkata, “Lalu gelang kaki itu aku serahkan
kepada Abu al-Hasan bin Shalih dan
Baqarah [2]: 127). Ia juga bermunajat
dijualnya seharga 8 dinar setengah. Lalu
kepada Allah swt agar anak turunannya uang itu ia bagi-bagikan kepada orang-
orang pada saat kehamilanku. Setelah aku
kelak menjadi orang-orang yang sholih (Q.S.
melahirkan Hasan, tuanku memberi hadiah
As-Shaffat [37]: 100). Permohonan dan do`a uang 1 Dirham kepada Karramah, wanita
tua yang menjadi pelayan kami10.”
nabi Ibrahim as ini kemudian dikabulkan
oleh Allah swt. sehingga dari garis keturuan
Imam Ahmad bin Hanbal sebagai
beliau lahir para nabi dan rasul utusan Allah
pendiri Madzhab Hanbali dan banyak
swt. dan beliau sendiri dinobatkan sebagai
menjadi rujukan kalangan salaf telah
bapak para nabi (abu al-anbiyã`).
mempraktikkan amalan mendo`akan anak
Selain ayat-ayat al-Quran dan hadits,
keturunannya dan bersedekah pada saat
anjuran untuk senantiasa mendoakan anak
istrinya dalam keadaan hamil. Suatu
sejak dalam kandungan juga banyak
kebiasaan yang tidak jauh berbeda dengan
dicontohkan oleh para ulama. Diantaranya
yang telah dilakukan oleh Imam Ahmad bin
Hanbal yang terbiasa mendoakan dan
10
Ibn al-Jauzi, Manaqib al-Imam Ahmad bin
membagi-bagikan hadiah ketika istri beliau Hanbal, (Maktabah Syamilah Ishdar 2), hal. 406-407.

~ 96 ~
Al-Hikmah: Jurnal Dakwah, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2018
[P. 83-100]

tradisi di kalangan muslim Indonesia saat waktu-waktu tertentu, seperti nujuh bulan
ini. atau hal-hal lain yang ditujukan sebagai
Di sisi lain, ketika seseorang di wujud rasa kegembiraan disebut walimah.
antara kita memiliki bayi dalam kandungan, Menurut madzhab Syafi‟i mengadakan
tentu kita mendambakan agar buah hati kita perjamuan/hidangan selain untuk walimatul
lahir ke dunia dalam keadaan sempurna, urusy hukumnya sunnah, sebab hidangan
selamat, sehat wal `afiyat dan menjadi anak tersebut dimaksudkan untuk menampakkan
yang saleh sesuai dengan harapan keluarga rasa syukur atas kenikmatan dari Allah swt
dan agama. Para ulama menganjurkan agar dan dianjurkan juga untuk menghadiri
kita selalu bersedekah ketika mempunyai undangan jamuan tersebut dengan tujuan
hajat yang kita inginkan tercapai. menyambung hubungan baik antar sesama
Dalam hal ini al-Imam al-Hafizh al- umat Islam atau silaturahmi dengan sesama.
Nawawi –seorang ulama ahli hadits dan ahli Dilihat dari rangkaian ritual yang
fiqih madzhab al-Syafi‟i-, berkata: dilakukan pada tradisi nujuh bulan
ِ ‫احلاج‬
.‫ات ُمطْلَ ًقا‬ ٍ ِ َ ‫ب أَ ْن ي تصد‬
َ َْ ‫َّق ب َش ْ أ ََم َام‬ َ ََ ُّ ‫يُ ْستَ َح‬
merupakan tradisi yang dilakukan dengan
cara-cara yang tidak bertentangan dengan
:‫َص َحابُنَا‬ ْ ‫ال أ‬ َ َ‫ َوق‬.)٢٦٩/٤ ‫(اجملموع شرح املهذب‬
syari‟at Islam, oleh karena ini diisi dengan
.‫الص َدقَِة ِعْن َد اْْل ُُم ْوِر الْ ُم ِه َّم ِة‬
َّ ‫ب اْ ِ ْكثَ ُار ِم َن‬
ُّ ‫يُ ْستَ َح‬ pembacaan do‟a terhadap janin dalam
(٢٣٣/٦ ‫(اجملموع شرح املهذب‬ kandungan dan pemberian sedekah berupa
“Disunnahkan bersedekah sekedarnya
ketika mempunyai hajat apapun. (al-Majmu‟ hidangan, yang mana hal tersebut sangat
Syarh al-Muhadzdzab, juz 4, hal. 269). Para dianjurkan dalam Islam.
ulama kami berkata, “Disunnahkan
memperbanyak sedekah ketika menghadapi Oleh sebab itu, tradisi ini hukumnya
urusan-urusan yang penting.”11 boleh dilakukan karna termasuk dalam
kategori walimah yang bertujuan untuk
Berkenaan dengan tradisi dan
menampakkan rasa syukur akan kenikmatan
beberapa jamuan rangkaian ritual yang
dari Allah swt berupa akan lahirnya seorang
terdapat pada tradisi nujuh bulan, dalam
bayi. Terlebih lagi apabila hidangan tersebut
pandangan fiqih, segala bentuk jamuan yang
disuguhkan dengan mengundang orang lain
disungguhkan dan dihidangkan dalam
dan diniati untuk sedekah serta sebagai
11
Imam an-Nawawi, al-Majmu` syarhu al- permohonan agar ibu yang mengandung dan
Muhazzab, Maktabah Syamilah Ishdar 2, Juz 6 hal.
233.

~ 97 ~
Buhori; Hanna Yulia; Velly Pranika Sari:
Tradisi Nujuh Bulan pada Masyarakat Melayu Kabupaten Melawi dalam Perspektif Islam

anak yang dikandungnya diberi keselamatan telah diwarisi dari nenek moyangnya secara
oleh Allah swt. Para ulama sepakat bahwa turun temurun.
member sedekah adalah sunat, apalagi Oleh sebab itu, setiap anggota
dilakukan pada saat-saat penting seperti masyarakat Melayu Muslim di Melawi akan
bulan Ramadhan. lebih baik jika tetap melestarikan tradisi
tersebut, baik rangkaian kegiatannya
Pandangan Sosial Mengenai Nujuh Bulan diadakan secara meriah, besar-besaran
Dalam pandangan sosial, tradisi Nujuh ataupun secara sederhana, daripada tidak
Bulan di masyarakat Melayu Kabupaten dilakukan sama sekali. Karena bagi
Melawi memiliki keterkaitan dengan status masyarakat Melayu Kabupaten Melawi
sosial yang disandang. Semakin meriah acara tersebut sudah menjadi tradisi yang
acara ini dilakukan, semakin ramai tamu wajib untuk dilakukan. Jika tidak
yang diundang, dan semakin banyak melakukannya maka akan dianggap tidak
makanan yang dihidangkan maka semakin menghargai tradisi yang sudah dilakukan
tinggi pula status sosialnya di masyarakat. turun temurun.
Namun jika hajatan ini hanya dilakukan
dengan sangat sederhana, tidak banyak KESIMPULAN
masyarakat yang diundang dan hidangan Dalam konteks tradisi Nujuh Bulan memiliki
yang disuguhkan, maka status sosialnya di tujuan yang baik, serta subtansi yang
masyarakat kurang tinggi. terdapat di dalamnya nilai-nilai ajaran Islam.
Sanksi sosial juga akan diberikan Oleh karena itu, tidak ada larangan yang
oleh masyarakat bagi mereka yang tidak bersifat syar‟i atas keberadaa tradisi
atau enggan melaksanakan tradisi ini. semacam ini. Dalam penetapan hukum Islam
Masyarakat Melayu Melawi memiliki dikenal salah satu cara melakukan ijtihad
persepsi yang kurang baik terhadap anggota yang disebut „urf, yakni penetapan hukum
masyarakat yang tidak melakukannya. dengan mendasar pada tradisi yang
Mereka beranggapan setiap anggota berkembang dalam masyarakat sekitar.
masyarakat yang tidak mau melakukannya Dengan cara ini berarti tradisi dapat
sebagai orang yang kurang menghargai dijadikan dasar penetapan hukum Islam
anugrah yang telah diberikan oleh Tuhan, dengan syarat tidak bertentangan dengan
kurang bersyukur dan abai akan tradisi yang

~ 98 ~
Al-Hikmah: Jurnal Dakwah, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2018
[P. 83-100]

ajaran Islam yang tertuang dalam al-Quran Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2008).
dan hadits Nabi saw.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Islam sangat memperhatikan sekali Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
masalah adat istiadat suatu masyarakat, Pusat Bahasa, 2008).
karena ia dapat mempengaruhi pembentukan Ibn al-Jauzi, Manaqib al-Imam Ahmad bin
Hanbal, (Maktabah Syamilah
hukum tersebut. Maka dari itu, setiap Ishdar 2).
perbuatan yang diterima oleh mayoritas Muhammad Husein al-Jizani, Ma`alimu
umat Islam, dikategorikan sebagai perbuatan Ushul al-Fiqh `inda Ahlis Sunnah
wal Jama`ah, (Maktabah Syamilah,
yang baik di sisi Allah swt, sebab tidak Ishdar 2)
mungkin orang banyak bersepakat dalam Muslim A. Kadir, Dasar-Dasar
masalah kejelekan. Setiap adat kebiasaan Keberagamaan Dalam Islam,
(Yoyakarta: PustakaPelajar, 2011).
yang berlaku pada suatu masyarakat serta
Riyadh bin Mansur al-Akholifi, Al-Mihhaj fi
tidak melanggar ketentuan syariat, harus `ilmil Qowa`id alFiqhiyyah, Juz 1
tetap dipelihara dan diamalkan. Sebaliknya, (Maktabah Syamilah, Isdor Tsnai).

adat kebiasaan yang menyimpang dari Siradjuddin Abbas, 40 Masalah Agama 3,


(Jakarta: Pustaka Tarbiyah Baru,
ketentuan syariat, walaupun banyak 2012).
dikerjakan orang, tetap tidak boleh
diamalkan, lantaran di dalam hadits diberi
hasanan (baik), yang sudah barang tentu
menurut ukuran syar‟i dan logika tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Baso, Islam Nusantara, Ijtihad


Jenius & Ijma` Ulama Indonesia.
Jilid I, (Tangerang: Pustaka Afid,
2015).
Al-Qur‟an dan terjemahan, Al-Hikmah
(Bandung: Penerbit Diponegoro,
2008).
Buhori, Islam dan Tradisi Lokal di
Nusantara, (Pontianak: Jurnal Al-
Maslahah IAIN Pontianak, 2017)
Vol 13, No. 2.

~ 99 ~
Buhori; Hanna Yulia; Velly Pranika Sari:
Tradisi Nujuh Bulan pada Masyarakat Melayu Kabupaten Melawi dalam Perspektif Islam

~ 100 ~

Anda mungkin juga menyukai