Anda di halaman 1dari 18

NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL DALAM BUDAYA ISLAM PADA MASYARAKAT

LEMBAK DI KOTA BENGKULU

Rindom Harahap
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Bengkulu
Jalan Raden Fatah Pagar Dewa Bengkulu
rindom@gmail.com

Abstract: The values of Local Culture in Islamic Culture at Lembak Society of Bengkulu city.
Talking about religion in religious discourse of contemporary religion that it has many faces which is no longer
as the ancients understood it, that is related to the issue of divinity, trust, faith, creed, yet it also turned out to be
associated with problems of historical cultural which is a necessity human. The experts of Cultural,
Anthropology and customary law who suffer of islamicphobia found Islamic influence on the cultures of the
archipelago is only found on the surface and shallow entities of local cultures and national. Through claims so
they come up with the image that Islam has no contributed significantly to the existence of the Regions and the
State. Because it is not worth the Muslims are demanding something from the Government. To prove otherwise
of course the Muslims themselves who have to show by presenting the facts of the socio-historical culture
scientifically. Culture in Bengkulu like syarafal anam which has a religious element in it, then the tabot culture
which is a mourning ceremony of the death Husayn bin Ali bin Abi Thalib that grandchild of Prophet
Muhammad.

Keywords: Local Culture, Traditions of Islam, Shalawat, Syarafal Anam, Tabot.

Abstrak: Nilai-nilai Budaya Lokal dalam Budaya Islam pada Masyarakat Lembak di Kota
Bengkulu. Berbicara masalah agama dalam diskursus keagamaan kontemporer bahwa agama ternyata
mempunyai banyak wajah bukan lagi seperti orang dahulu memahaminya, yakni semata-mata terkait
dengan persoalan-persoalan ketuhanan, kepercayaan, keimanan, kredo, namun agama juga ternyata
terkait dengan persoalan-persoalan sejarah budaya yang merupakan keniscayaan manusia. Pakar-
pakar sejarah, antropologi budaya dan hukum adat yang mengidap Islamphobia senang berpendapat
bahwa pengaruh Islam terhadap budaya-budaya nusantara ini hanyalah terdapat pada lapisan
permukaan yang tipis dan dangkal dari entitas budaya-budaya lokal maupun nasional. Melalui
klaim-klaim begitu mereka munculkan citra bahwa Islam tidak punya sumbangan berarti bagi
eksistensi daerah maupun negara. Karena itu tidak layak umat Islam banyak menuntut ini itunya dari
pemerintah. Untuk membuktikan sebaliknya tentu umat Islam sendirilah yang mesti menunjukkan
dengan menghadirkan fakta-fakta sosio-historis kultural secara ilmiah. Budaya di Bengkulu di
antaranya syarafal anam yang memiliki unsur agama di dalamnya, kemudian budaya tabot yang
merupakan upacara berkabung atas gugurnya Husein bin Ali bin Abi Thalib cucu nabi Muhammad
SAW.

Kata Kunci: Budaya lokal, Tradisi Islam, Shalawat, Syarafal Anam, Tabot.

Pendahuluan adalah pengabaian terhadap historis dan


Secara empiris Al-Qur’an diturunkan realitas.
di tengah-tengah masyarakat yang Di samping itu Tuhan juga
memiliki kebudayaan yang mengakar, menggunakan budaya lokal sebagai media
artinya secara historis Al-Qur’an tidak untuk mentransformasikan ajaran-Nya. Hal
turun dalam ruang hampa yang tanpa ini terterlihat dengan banyaknya adat
konteks. Sebagai pesan Tuhan, wahyu istiadat Arab yang terekam dalam
memiliki obyek sasaran dan sasaran itu berdialektika dengan Al-Qur.an. Adat
adalah masyarakat Arab pada abad ke VII istiadat tersebut meliputi berbagai bidang
masehi. Dengan demikian melepaskan baik pranata keagamaan, sosial, ekonomi,
wahyu dari konteks sossial budayanya politik, maupun hukum. Al-qur,an
merespon berbagai budaya yang
Tsaqofah & Tarikh Vol. 1 Nomor 2, Juli-Desember 2016

berkembang dalam masyarakat Arab keberagaman umat islam di Timur Tengah


dengan beragam cara. Dalam beberapa (Arab Persia) turki dan Afrika. Bahkan di
ayatnya, Al-Qur’an bersifat apresiasif Nusantara sendiripun terdapat keragaman
teradap budaya yang ada dengan pengalaman keagamaan antara masyara kat
menegaskan keberlakuannya dan Muslim di Jawa dan di luar jawa.
memberikan ketentuan-ketentuan baru di Keanekaragaman pengalaman beragam
dalamnya. Dalam hal ini Al-Qur’an tersebut pada gilirannya
menyempurnakan tata aturan yang sudah Perbincangan soal agama dan Budaya
ada sehingga masyarakat Arab dapat serta keterkaitan keduanya itu gampamg-
melanjutkan kebiasaan mereka. gampang sulit, karena setiap kita adalah
Di sisi lain Al-Qur’an mengoreksi orang beragama sekaligus makhluk
adat istiadat masyarakat dan melarangnya, berbudaya sehingga ketika agama dan
sebahagiannya Al-Quran merespon dengan budaya itu sama dengan berbicara tentang
cara mengakomodasi tradisi tetapi keseharian kita. Ternyata sulit kita untuk
mengaturnya kembali dengan kerangka mendefenisikan agama dan budaya kita
baru, secara simbolik tradisi tersebut tetap tidak bisa terlepas dari subyektifitas kita
dipertahankan, tetapi ketentuan=ketentuan masing-masing. Pada hal berbicara secara
berlakunya diubah. Perubahan itu didasari ilmiah kita dituntut untuk bersifat obyektif
dampak nyata dari tradsi tersebut yang berarti harus menjaga jarak dari
menimbulkan ketidakstabilan sosial dalam subyektifitas pribadi. Jadi letak kesulitan itu
masyarakat. Banyak tradisi Arab yang ada pada dalam diri pribadi pembicara dan
mengakibatkan adanya dominasi atau ada dalam defenisi-defenisi Agama dan
perlakuan yang tidak adil terhadap budaya karena masing-masing agama dan
kelompok atau suku tertentu. Namun budaya itu memiliki defenisi yang tidak
keberadaan tradisi tersebut sudah menjadi tunggal bahkan berbeda satu dengan yang
bagian yang tak terpisahkan dari sistem lainnya.
sosial yang ada, sehingga Al-Qur’an hanya Pembahasan
mengonstruksinya dan tetap mengakui A. Hubungan Agama dan Budaya
keberadaannya. Dalam Antropologi, Agama
Fakta-fakta di atas menunjukkan dipandang sebagai salah satu unsur
adanya pola hubungan antara Al-Qur’an kebudayaan yang dapat dipelajari dari
sebagai wahyu dengan budaya lokal. perspektif evolusi, fungsi, dan peranannya
Bentuk hubungan tersebut berupa dalam masyarakat.1 Demikian juga islam
dialektika dan respons wahyu terhadap yang turun atau diwahyukan dalam
budaya masyarakat. masyarakat Arab yang sudah memiliki
Karena wahyu bukan dibumikan tradisi yang mapan. Pengaruh antara nilai
bukan ditempat hampa budaya, maka Islam yang tertera dalam Al-Qur’an
unsur-unsur budaya, mau tidak mau dengan tradisi tersebut terlihat dalam
sedikit banyaknya mewarnai juga praktek interaksi di antara keduanya.
keberagaman dalam Islam. Dengan Konsep budaya dalam kajian ini
demikian kultur kebergaman islam di diartikan dengan keseluruhan hal yang
Nusantara tidak sama persis dengan kultur kompleks, termasuk pengetahuan,
192
Ridom Harahap
Nilai-nilai Budaya Lokal dalam Budaya Islam pada Masyarakat Lembak di Kota Bengkulu

kepercayaan, seni, moral,hukum,adat Kedua, secara tradsional agama


istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan dipahami sebagai suatu yang suci, sakral
yang diperoleh manusia sebagai anggota dan agung. Menempatkan hal-hal yang
masyarakat. Perolehan sistem tersebut memiliki nilai semacam itu sebagai obyek
melalui proses belajar (learning proses) netral, akan dianggap mereduksi,
kebudayaan sendiri atau disebut dengan melecehkan atau bahkan merusak nilai
enkulturasi. Menurut Raymond Williem, tradisional agama. Keterlibatan para
cakupan budaya ini meliputi organisasi pengikut agama secara bertingkat,
produksi, struktur keluarga, struktur memunculkan rasa pengabdian dan
keluarga, struktur lembaga yang kesediaan untuk berkorban bagi
mengekpresikan atau mengatur hubungan keyakinannya. Setiap usaha menjadikan
sosial, dan bentuk-bentuk komunikasi khas agama sebagai obyek kajian selalu memiliki
anggota masyarakat. Konsep budaya resikoberhadapan dengan reaksi para
tersebut dapat berupa perilaku sosial penganutnya, yang tidak jarang cukup
maupun abstraksi dari perilaku sosial. fatal.
Dalam kajian Antropologis, Sifat agama sebagai obyek kajian, di
kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan dalam dirinya sendiri, merupakan sumber
cara hidup yang khas dengan penekanan dari segala kerumitan usaha studi
pada pengalaman sehari-hari. (aturan terhadapnya. Hingga saat ini belum pernah
yang pasti), dan benda-benda terjadi kesepakatan di kalangan para
materia/simbolis. Makna tersebut pengkaji mengenai batasan agama di mana
dihasilkan oleh kolektivitas bukan individu pangkal dan di mana ujungnya. Agama
sehingga konsep kebudayaan mengacu muncul sebagai penomena yang kompleks
pada makna-makna bersama.2 dan cair, tidak gampang untuk
Agama sebagai kajian, mengikuti dirumuskan. Ia meresap ke dalam wilayah
penjelasan Waardenburgh, paling kurang kehidupan manusia, sehingga kajian
berawal dari dua hal. Pertama, mengkaji terhadap agama selalu akan berhimpitan
berarti melakukan objektivasi, atau dengan kajian-kajian bidang lain.
penjarahan, terhadap obyek kajiannya. Kesulitan menjadikan agama sebagai
Dalam kajian terhadap agama, obyektivitas obyek studi sudah dimulai sejak langkah
bukan hanya kepada ‘ pihak lain’ tetapi pertama perumusan defenisi. Dalam
juga kepada diri sendiri. Setiap manusia berbagai buku atau ensiklopedi, kita jumpai
akan memiliki keterlibatan dengan aspek puluhan defenisi tentang agama yang
keagamaan, dalam positif hingga negatif, sedemikian beragam, sehingga malah
dengan mengambil komitmen terhadap mengaburkan apa yang sebenarnya hendak
agama tertentu sampai menolaknya sama kita pahami dengan agama. Mukti Ali
sekali. Untuk benar-benar mampu menyatakan bahwa tidak ada yang paling
melakukan obyektivasi terhadap kesadaran sulit diberi defenisi selain dari kata ; agama:
diri sendiri, tentu tidak hanya memerlukan hal ini dikarenakan tiga alasan.
keseriusan usaha, melainkan juga latihan 1. Pengalaman keagamaan itu adalah
dan ketekunan. soal batin, subyeftifitas dan
individualistis
193
Tsaqofah & Tarikh Vol. 1 Nomor 2, Juli-Desember 2016

2. Tidak ada orang yang berbicara kelompok sesuai dengan tinjauan dan
begitu dan emosional lebih dari sudut pandang masing-masing pembuat
membicarakan agama. defenisi.
3. Konsepsi tentang agama Kelompok pertama melakukan
dipengaruhi oleh tujuan orang yang pendekatan deskriptif dengan menekankan
memberikan defenisi agama itu 3 pada sejumlah isi yang terkandung di
Ada defenisi yang masyhur dari dalamnya seperti defenisi yang dipakai
E.B.Tylor merumuskan agama sebagai oleh Tylor bahwa kebudayaan itu adalah
kepercayaan terhadap wujud spritual, keseluruhan yang amat kompleks meliputi
selanjutnya Allan Menzies yang ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni,
mengganggap agama adalah sebagai hukum, moral, adat istiadat. Dan berbagai
penyembahan terhadap kekuatan yang kemampuan serta kebiasaan yang diterima
lebih tinggi karena ada rasa membutuhkan. manusia sebagai anggota masyarakat.
George Galloway merumuskan sebagai Kelompok kedua, menggunakan
keyakinan manusia kepada sebuah pendekatan historis dengan menekankan
kekuatan yang melampau dirinya, ke mana pada warisan sosial dan tradisi kebudayaan
ia mencari pemuasan kebutuhan emosional seperti defenisi yang dipakai Park dan
dan mendapatkan ketenangan hidup, yang Burgess yang menyatakan bahwa
diekpresikan dalam bentuk penyembahan kebudayaan suatu masyrakat sejumlah
dan pengabdian. totalitas dari sebuah organisasi dan warisan
Dalam diskursus keagamaan sosial yang diterima sebagai sesuatu yang
kontemporer dijelaskan bahwa :agama: bermakna yang dipengaruhi oleh watak
ternyata mempunyai multifaces bukan lagi dan hidup suatu bangsa.
seperti orang dahulu memahaminya, yakni Kelompok ketiga melakukan
hanya semata-mata terkait dengan pendekatan normatif seperti yang dipakai
persoalan ketuhanan, kepercayaan, oleh Ralph Linton yang mengatakan,
keimanan, kredo, pedoman hidup dan bahwa kebudayaan suatu masyarakat
seterusnya. Selain ciri dan sifat adalah suatu pandangan hidup dari
konvensionalnya yang memang sekumpulan ide-ide dan kebudayaan yang
mengasumsikan bahwa persoalan mereka pelajari, mereka miliki kemudian
keagamaan hanyalah semata-mata diwariskan dari satu generasi ke generasi
persoalan ketuhanan, agama juga ternyata berikutnya
terkait dengan persoalan - persoalan Kelompok keempat menggunakan
historis kultural yang juga merupakan pendekatan psikologi yang di antaranya
keniscayaan manusia belaka. menekankan pada aspek penyesuaian diri,
Kesulitan sejenis itu juga kita jumpai dan proses belajar seperti defenisi yang
ketika berbicara tentang Budaya. Menurut dipakai Kluckhohn yang menegaskan
Musa Asy’ari memberikan pemahaman bahwa kebudayaan terdiri dari semua
dalam bukunya Manusia pembentuk kelangsungan proses belajar suatu
kebudayaan Dalam Al-Qur’an4 ada 161 masyarakat.
defenisi tentang kebudayaan namun Kelompok kelima menggunakan
kebudayaan dikelompokkan kedalam enam pendekatan structural dengan menekankan
194
Ridom Harahap
Nilai-nilai Budaya Lokal dalam Budaya Islam pada Masyarakat Lembak di Kota Bengkulu

pada pola dan organisasi kebudayaah, pola pikir, pola tindak, nilai-nilai aturan,
seperti defenisi yang dipakai oleh Turney bahasa, style dan alain-lain.
bahwa kebudayaan adealah pekerjaan dan Hubungan antara agama dan budaya
kesatuan aktifitas sadar manusia yang bersifat ambivalekens (mendua) berada
berpungsi membentuk pola-pola umum dalam tensi (rentang ketegangan) antara
dan melangsungkan penemusn-penemuan dua gaya sentipetal (saling mendekat, tarik
baik yang material maupun non material. menarik, memamfaatkan bahkan
Kelompok keenam, menggunakan mengklaim dan mengakui antar unsur-
pendekatan genetik yang memandang unsurnya dan gaya sentrifugal (saling
kebudayaan sebagai produk, alat-alat, menolak, menjauh bahkan menegasikan)
benda benda, ataupun ide-ide dan simbol.
Termasuk dalam kelompok ini adalah yang B. Sejarah Kota Bengkulu
dibuat oleh Bidney yang menyatakan Menurut sejarah kota Bengkulu
bahwa kebudayaan adalah proses dinamis didirikan 1719 masehi Gubernur Inggiris
dan produk dari pengolahan diri manusia diperkenalkan oleh Raja-raja Bengkulu
dan lingkungannya untuk pencapaian akhir untuk kembali ke ujung Karang. Pada
individu dan masyarakat. waktu itu pemerintahan inggiris dipakai
Dari berbagai tujuan dan sudut untuk mendirikan pusat perdagangan yang
panjang tentang defenisi kebudayaan maka diberi nama Pasar Marlborough, yang oleh
dapat dimengerti bahwa kebudayaan orang Bengkulu lazimnya, pasar Malabero
merupakan persoalan yang sangat luas. yang merupakan cikal bakal kota bengkulu.
Namun esensinya adalah bahwa Sebelum Inggiris datang ke Bengkulu
kebudayaan itu melekat dengan diri sudah ada kerajaan Sungai Serut dan
manusia, bahwa manusialah yang kerajaan Sungai lemau. Kerajaan Sungai
menciptakan kebudayaan. Kebudayaan itu Serut didirikan Bintang Romo yang
lahir bersamaan dengan kelahiran manusia terkenal dengan Ratu Agung yang berasal
itu sendiri. Dari beberapa paparan di atas dari kerajaan Majapahit, sedangkan
kebudayaan itu dapat dilihat dari dua sisi, kerajaan Sungai Lemau dengan rajanya
kebudayaan sebagai suatu proses mengacu datuk Bagindo Maharaja yang berasal dari
pada aktivitas-aktivitas, penyesuaian diri, kerajaan Pagaruyung Sumatera Barat.
proses belajar. Kemudian kebudayaan Salah seorang dari ratu Agung yang
sebagai produk adalah seperti budaya bernama putri Gading Cempaka memiliki
dalam pendekatan genetik bahwa budaya wajah yang sangat cantik dan menawan
sesuatu yang berasal dari manusia yang hati bagi setiap orang yang
merupakan hasil dari budi dan daya memandangnya, sehingga rona
manusia baik yang bersifat material kecantikannya ini tersiar sampai ke negeri
maupun non material. Manifestasinya atau Aceh. Oleh karena kecantikannya pula
perwujudannya sebagai produk (1) budaya seorang raja Aceh datang untuk meminang
material seperti benda-benda/ karya-karya, putri Gading cempaka.5
seni,arsitektur, bangunan, aryefak-artefak Setelah lamaran putra raja Aceh
(2) non materialnya seperti adat istiadat, tersebut diterima oleh Ratu Agung putra
Aceh setelah itu pulang ke negerinya tapi
195
Tsaqofah & Tarikh Vol. 1 Nomor 2, Juli-Desember 2016

malang tak dapat ditolak mujur tak dapat menggunakan tiga bua kapal bernama
diraih, ketika putra Aceh datang lagi ke Caesar, The Resolutation dan The Defance.
kerajaan sungai serut untuk melaksanakan Pada tahun 1714 hingga tahun 1719
pernikahan dengan putri gading cempaka Inggiris Mendirikan Benteng Front
ayahanda dari putri gading Cempaka yaitu MarBorought di bawah pimpinan wakil
Ratu Agung baru saja meninggal. Karena Gubernur England Indishe Company (EIC)
kerajaan Sungai Serut masih dalam keadaan yaitu Yosefh collet6. Namun karena
berkabung rencana pernikahan terpaksa keangkuhannya begitu benteng
ditolak oleh kakak putri gading cempaka Marlborough selesai dibangun pada tahun
yang bernama raja Anak Dalani muaro 1719, rakyat Bengkulu di bawah pimpinan
Bangkahulu yang menggantikan pangeran Jenggalu menyerang orang
ayahandannya sebagai Raja Sungai Serut. Inggiris di ujung Karang dan Benteng
Mendapat penolakan itu Raja Aceh sangat Marlborough dapat dikuasai rakyat
tersinggung dan terjadilah perang antara bengkulu. Dalam Pertempuran tersebut
kerajaan Sungai Serut dengan raja Aceh. Gubernur Inggiris Thomas Parr mati
Dalam peperangan itu tidak seimbang terbunuh oleh Pengeran Jenggalu Orang
karena laskar raja Aceh lebih banyak dan Inggiris dapat di usir dari Bengkulu dan
siap, maka kerajaan sungai serut hanya mereka lari ke Madrass (India).
mampu bertahan dengan empang (blokade) Karena takut dan khawatir terhadap
kehulu. Menggunakan taktik blokade atau belanda dan VOC nya akan memperluas
empang ke hulu Sungai serut, tentera aceh kekuasaannya di Bengkulu dan Belanda
dapat dikalahkan dan akhirnya kembali ke bermarkas di desa Kandang. Maka tahun
Aceh. Keberhasilan ini membuat empang 1720 raja sungai Lemau memberikan izin
ke hulu akhirnya diabadikan menjadi kepada inggiris untuk kembali ke bengkulu
Bangkahulu yang disebut masyarakat dengan syarat hanya boleh mendirikan
setempat menjadi bengkulu, peristiwa pusat perdagangan (pasar) di dekat
tersebut terjaditahun 1615 Masehi. benteng Front Marlborough yang disebut
Seusai perang kerajaan Sungai Serut orang Bengkulu pasar Malabero, sejak itu
meninggalkan kerajaan yang sudah hancur Bengkulu lama kelamaan bersatu dengan
dan pindah ke dusun rindu hati dan pasar Malabero dan akhirnya menjadi kota
Gunung Bungkuk. Beberapa tahun kecil yang disebut Bengkulu.7 Pada masa
kemudian keluarga kerajaan ini turun revolusi fisik kota Bengkulu menjadi
gunung dan membuat daerah pemukiman tempat kedudukan Gubernur militer
baru Muara Sungai Serut. Putri Gading Sumatera Selatan yang saat itu Gubernur
cempaka akhirnya menikah dengan Datuk Dr, Ak. Gani sejak awal kemerdekaan kota
Bagindo maharaja Sakti dari kerajaan Bengkulu dari provinsi Sumatera Selatan
Pagaruyung Sumatera barat. Bandar Muara dan sekaligus menjadi ibu kota kabupaten
Serut berganti menjadi bandar muara Bengkulu utara.
Bangkahulu. Inggiris menginjakkan Setelah Bengkulu menjadi Provinsi
kakinyadi bengkulu tahun 1685 yang pada tanggal 18 November 1968 kota
dipimpin oleh kapten J.Andrew dengan Bengkulu resmi menjadi ibu kota provinsi
Bengkulu. Oleh karena itu pemerintah
196
Ridom Harahap
Nilai-nilai Budaya Lokal dalam Budaya Islam pada Masyarakat Lembak di Kota Bengkulu

daerah membuat penetapan peraturan lembak mempunyai sejarah yakni kerajaan


daerah kotamadya Bengkulu nomor 01 Sungai hitam dengan Rajanya Singaran
tahun 1991 bahwa setiap tanggal 17 Maret Pati yang bergelar Aswanda, suku Lembak
ditetapkan secara resmi sebagai hari jadi mempunyai bahasa yang khas, mempunyai
kota Bengkulu yang mottonya; seiyo, kebudayaan baik fisik maupun non fisik
Sekato, kita bangun bumi putri gading berupa kesenian.
Cempaka menuju kota semarak (sejuk,
meriah, rapi, dan kenangan).8 D. Sosial, Politik, dan Kehidupan
beragama di kota Bengkulu
C. Asal Usul Suku Lembak 1. Penduduk kota Bengkulu
Indonesia terdiri dari beragam etnis Penduduk kota Bengkulu bersifat
suku bangsa di mana setiap etnis suku heterogen terdiri berbagai suku, dan
memiliki beragam kebudayaan, begitu pula beragam pekerjaan maupun profesi. Di kota
halnya pada masyarakat Bengkulu. Bengkulu terdapat dua suku yang dapat
Provinsi bengkulu memiliki sembilan etnis diasumsikan sebagai penduduk asli kota
suku, di antaranya suku Rejang, suku Bengkulu, yakni suku Lembak- Bulang
serawai, suku Enggano, suku Muko-muko, yang mendiami daerah Pagar Dewa,
suku Melayu, suku pasemah, suku pekal, Daerah Panorama, Tanjungf jaya dan
dan suku Lembak. daerah Tanjung Agung, serta suku orang
Suku Lembak ada dua satu suku Er(R) Bekarek yang mendiami daerah
lembak Delapan yang mendiami di daerah Pesisir kota Bengkulu, antara lain, daerah
beberapa kabupaten, seperti Rejang Malabero, Tapak Padri, Pasar Bengkulu,
Lebong, Bengkulu tengah, suku lembak Nala, Kampung Kepiri, Pondok Besi dan
yang mendiami rejang lebong disebut suku lain sebagainya. Meskipun demikian
Beliti, sedangkak yang mendiami bengkulu sebagian besar suku dari masyarakat yang
Tengah, kota Bengkulu disebut lembak ada di kota bengkulu adalah suku
delapan yang terbagi atas tiga di antaranya pendatang dari berbagai daerah di luar
suku lembak Tamjung Agung, suku lembak provinsi Bengkulu, seperti suku Minang
Pedalaman, dan suku lembak Bulang.9 dari sumatera Barat, Suku lembak, suku
Suku Lembak Delapan memiliki Satu Pasemah, dan suku Lintang dari sumatera
kerajaan tua di bengkulu yaitu kerajaan Selatan, suku batak dari sumatera Utara,
Sungai Serut. Kerajaan ini terletak di daerah suku Jawa, dan suku Bugis. Sedangkan
tanjung terdana dan tersebar disepanjang suku lainnya adalah suku pendantang yang
sungai Bangkahulu kerajaan ini dipimpin berasal dalam provinsi sendiri, seperti suku
oleh seorang raja yang bernama burniat. rejang, suku serawai, dan suku Kaur.10
Pada mulanya suku lembak ini berada di
daerah pinggiran kerajaan rejang empat E. Kebudayaan Islam di Bengkulu
petulai. Dari ulak tanding dan lubuk HAR GIB, seorang orientalis ternama
Linggau penyebaran berakhir sampai ke dalam bukunya whither Islam menyatakan:
kota Bengkulu. Suku lembak merupakan Islam is Indeed much more than a system of
suku asli di bengkulu hal ini dikatakan theology, it is a complete civilization:
karena adanya bukti diantaranya suku bahwa Islam bukanlah sekedar Agama.
197
Tsaqofah & Tarikh Vol. 1 Nomor 2, Juli-Desember 2016

Islam adalah kebudayaan yang complit; 2. Aktifitas hidup seperti, buang jung,
Pernyataan ini sungguh benar karena Islam bayar sat, Kedurai, peringatan
mengajarkan pemeluknya untuk Muharram dan tahun Baru Islam
mengamalkan Islam dalam setiap aspek 3. Seni yang bernafaskan Islam yaitu
keidupan mereka ( Ud- Khulu fi al-Silmi Syarafal anam, Seni Hadrah, seni bela
Kaafffah). Karena itu kebudayaan Islam diri, mainangan dan arsitektur Mesjid
muncul di suatu tempat bersamaan dengan 4. Beberapa pasal dari perda yang secara
terjadinya proses islamisasi di daerah substansial mencerminkan nilai etika
tersebut. Proses tersebut tentunya terjadi Islam yang dikembangkan masyarakat
melalui dioalog-dialog dengan kebudayaan adat, yang sangat mencuat adalah cuci
setempat. Islamisasi Nusantara terjadi oleh kampung ini cukup terpelihara dalam
datangnya penyiar-penyiar Islam dari adat-adat masyarakat-masyarakat
wilayah- wilayah budaya Arab, Persia, Melayu Bengkulu, Lembak,serawai,
Urdu, dan Kurdi tersebut datang bersama dan Rejang. Di Rejang Lebong misalnya
Islam dan meninggalkan jejak-jejaknya tradisi ini dilakukan setahun sekali
secara jelas dalam budaya lokal dan dalam tiga bentuk prosesi, yaitu
Nasioanal di Indonesia. Manifestasi dari “Empuk sadei” “Blangae Agung”dan
budaya tersebut nampak dalam bahasa “Temabes Sadei”11
Sastra, Tradisi, Adat Istiadat, dan kesenian- Dalam konteks ini selanjutnya
kesenian di Indonesia. selanjutnya budaya lokal yang akan dipilih
Di dalam Islam kelompok yang dan banyak dibicarakan terpusat pada
paling terbuka atau akomodatif terhadap terpusat pada tradisi Syarafal Anam yang
budaya dan kesenian lokal adalah sering dilaksanakan bagi masyarakat
kelompok-kelompok sufi dan tarekat. lembak pada acara Peresmian perkawinan
Karena itu kesenian lokal di Nusantara dsb.
termasuk di Bengkulu memiliki hubungan
dan asal-usul dengan tarekat/tasawuf F. Syarafal Anam sebagai Tradisi
tertentu. Di daerah Bengkulu terdapat Bengkulu.
banyak material budaya yang berkembang Sarafal Anam adalah kesenian
akibat dari pengaruh pandangan hidup tradisional yang dimiliki suku Lembak
Islam. Sebut saja umpamanya mulai dari secara turun temurun. Suku lembak di
tradisi adat istiadat yang berhubungan Dusun besar ini pada awalnya ada empat
dengan dengan: suku yait, Yuntanium, tanjung Gelam,
1. Daur hidup yaitu kelahran mencukur berang dan suku Pinang beralik, awal mula
rambut bayi, memberi nama, aqiqah, cerita munculnya syarafal anam pada
Perkawinan, Meminang, mengantarkan masyarakat suku Lembak ini beriringan
uang, bertunangan,, pesta perkawinan, dengan masuknya islam di Bengkulu.
(Bimbang). & kematian. Dalam hal ini Kesenian ini dibawa oleh masyarakat
tradisi-tradisi di atas berlaku universal di Lembakyang dikenal dekenal dengan
kawasan-kawasan lain di Nusantara, sebutan datuk Syech Serunting. Kesenian
Persia, dan Asia selatan (india, ini mulai dikembangkan dan diterima oleh
Pakistan,Bangladesh) H.Wajid binRaud yang merupakan
198
Ridom Harahap
Nilai-nilai Budaya Lokal dalam Budaya Islam pada Masyarakat Lembak di Kota Bengkulu

masyarakat asli Lembak. Beliau adalah syarafal anam terdiri dari sekitar 8 orang .
sesepuh atau tertua atau tokoh masyarakat Bahkan waktu pentasnya pun bisa panjang
Lembak yang dihormati dan dipercaya. atau pendeknya sesuai permintaan
Kesenian syarafal anam ini tidak shohibul hajat.
terlepas dari agama Islam ini dapat dilihat Pengaturan panjang pendeknya
dari sya’ain-sya’ir dan radat yang waktu pentas ditentukan oleh pilihan-
dilafazkan oleh pemain. Syair-syair ini pilihan ‘pesal’ yang satu sama lainnya
sering dilafazkan oleh para pemain dengan berbeda jumlah nozomnya. Pesal-pesal
berbahasa arab. Kesenian syarafal anam ini dalam nazom maulud syarafal anam antara
menurut keyakinan masyarakat lembak la in dikenal dengan nama-nama (1)
sudah ada sejak zaman nabi muhammad Assalamu;alaika, (2) Bisyahri, (3)
saw. Oleh karena itu kesenian ini sangat Tanaqqaal,(4) Wulidal abib,(5) Shalla
kental dengan nuansa Islam.12 Alaika, (6) Badat Lan, (7) Asyraqal. Pesan-
Syarafal Anam telah menjadi seni pesan tersebut mengacu kepada kalimat-
tradisional di kalangan etnik Melayu, kalimat awal atau dominan dalam nazom
Rejang, Lembak dan Serawai di Provinsi Syarafal Anam,
bengkulu. Mereka melakukan syarafal Kelompok Syarafal anam memiliki
anam baik dalam upacara-upacara yang irama tersendiri dalam melantunkan setiap-
berkaitan dengan ibadah dan peringatan pasal-pasal tersebut, sehingga mereka
keagamaan (PHBI) , adaa juga di acara menamakan Assalamu’alaika dsb sebagai
aqiqah, sunatan, pernikahan, maulid nabi, nama lagu, padahal sebutan resmi untuk
MTQ, maupun pada acara-acara penting jenis lagu dalam syarafal anam itu adalah
keseharian lainnya seperti memasuki (1) Lagu Yalil/Husaini yang iramanya
rumah baru dan mcam-macam syukuran. seperti tilawatil Qur’an (2) Shika/ Rekby
Dalam pementasannya Syarafal yang iramanya lebih tinggi daripada Yalil,
Anam dimainkan oleh para lelaki yang (3) Lagu Hijaz yang iramanya lebih tinggi
masing-masing memukul seluruh sebuah daripada Sikha (4) lagu nahawan. (5) Lagu
rebana besar dengan melantunkan pujian- naik peitutup
pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Dilihat dari penampilan pentasnya
Secara standar jumlah peserta syarafal Syarafal Anam merupakan semacam
anam ini berkisar 20 orang . Namun jumlah pertunjukan musik perkusi. Rebana-rebana
ini bisa bertambah atau berkurang sesuai ditabuh dengan frekwensi cepat, kencang,
tempat atau moment dan kesiapan- bertubi-tubi dengan irama yang dominasi
kesiapan peserta. keras. Ditingkahi oleh suara-suara yang
Dalam Bimbang Gedang (Kenduri bersahut-sahutan melafalkan puji-pujian
Agung), syarafal anam dipentaskan dalam kepada rasul dengan semangat heroik.
bentuk semacam pertandingan antara 2 Dalam hal ini seringkali suara
‘kusi’ (kongsi) syarafal anam yang terdiri tetabuhannya terdengar menenggelamkan
dari 20 orang bahkan lebih dan masing- qasidah dalam teriakan-teriakan yang sulit
masingnya melantunkan lagu syarafal ditangkap apa bunyi persisnya. Kesan
anam sejak selesai waktu Isya’ sampai demikian semakin menonjol pada
malam . Sedangkan dalam Bimbang Kecik pertunjukan yang lebih kolosal.
199
Tsaqofah & Tarikh Vol. 1 Nomor 2, Juli-Desember 2016

Pada pentas yang minimalis suara merupakan bagian awal dari kitab
sahutan-sahutan para vokalis terdenganr Banzanzi. Dari segi isi ‘’syarafal
lebih menonjol. Kendati masih sulit juga anam” merupakan shalawat salam
menangkap lirik-lirik yang dilantunkan. dan Tabarruk atas nabi., karena itu
Tapi nampaknya mayoritas masyarakat untuk dapat meliat dan mendudukkan
pendengar memang tidak fokus untuk syarafal anam pada posisi yang tepat
menyimak bunyilafal qasidah tersebut. orang harus terlebih dahulu
Mereka anya ingin mencari tontonan bukan memahami maqam Shalawat SAW.
tuntunan. Untuk menooton mereka cukup Dalam membacakan shalawat
dengan melihat penampilan atraktif para terdapat tiga aspek, yaitu Mushalli,
pemain syarafal anam. Sedangkan untuk (yaitu orang yang menyampaikan
memperoleh tuntunan mestinya mereka shalawat). Mushalla, orang yang
faam apa-aapa yang diucapakan dalam kepadanya shalawat disampaikan).
lirik-lirik qasidah tersebut. Lirik-lirik Dan shalawat itu sendiri. Untuk lebih
qasidah tersebut diucapkan dalam bahasa jelasnya ketiga aspek tersebut akan
aslinya yaitu bahasa arab disinilah baik dijelaskan secara sekedarnya.
para penooton bakan mungkin pemainnya Pertama, masalah-masalah yang
sendiri justru tidak fapam arti liriknya berkaitan dengan Mushalli.
tersebut mereka asyk dengan menonton Dalam hal ini terdapat perintah yang
lantaran sudah terbawa irama musik jelas dan langsung bersumber dari al-
perkusi. Qur’an dan Hadis. Hal ini dapat kita baca
Padahal sebagai sebuah seni QS. Al-Ahzab (33):56.’’ Sesungguhnya
membawa nazom yang semacam puetra Allah dan malaikat-malaikatnya
reading dalam bahasa arab criteria bershalawat untuk Nabi. Ai orang-orang
penilaian baik atau tidak baiknya syarafal yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
anam hendakn ditetapkan atau al- Nabi dan ucapkanlah Salam penghormatan
berdasarkan kaedah-kaedah ilmu Tajwid kepadanya.
atau ilmu qira’at dalam al-Qur’an sehingga Allah SWT bershalawat kepada Nabi
maksuk pencciptaan syarafal anam atau SAW artinya Allah memberi rahmat beliau,
Barzanji tersebut sebagai kasidah-kasidah malaikat bershalawat kepada nabi artinya
untuk nabi tidak hilang oleh riuh malaikat memintakan ampunan bagi Nabi.
rendahnya bunyi gendang ditabuh. Orang-orang mukmin disuruh bershalawat
Dalam penjelasan tentang syarafal artinya berdo’a, supaya nabi saw dan
anam akan dibahas ada tiga wacana yang dirinya diberi rahmat oleh Allah swt.
akan dibahas (1) Syarafal anam sebagai Ucapan standar minimal untuk bershalawat
semacam shalawat (2) Syarafal anam itu adalah “allahumma shalli ‘ala Sayydina
sebagai genre sastra Islam. (3) Syarafal Muhammad “
anam sebagai tradisi budaya lokal. Sebagai perintah syari’at Nabi
(a). Syarafal anam sebagai semacam mengajarkan bacaan-bacaan shalawat
shalawat tertentu yang pada masanya dikenal
Syarafal anam lebih tepatnya dengan istilah ‘’ Shalawat Masru’ah” di
lagi ‘’maulid syarafal anam’’ antara shalawat Masyru’ah yang terkenal
200
Ridom Harahap
Nilai-nilai Budaya Lokal dalam Budaya Islam pada Masyarakat Lembak di Kota Bengkulu

adalah shalawat “Shalawat Ibrahimiyah” Shalawat Nariyah, Shalawat


yang dibaca dalam ibadah sholat, pembuka Fathihiyah,shalawat Adzimiyah, shalawat
do’a, khutbah-khutbah jum’at, hari raya, ummiyah shalawat Aliliyah. . Kalau
dan Akad nikah. ditelusuri asal-usulnya maka akan
Masalahnya: apakah orang-orang ditemukan juga sumbernya dari kelompok-
mukmin dalam menjalankan perintah kelompok tarekat yang berkembang luas di
bershalawat tersebut harus terbatas kepada Nusantara ini yaitu dari Tarekat
model “Masyru’ah” saja atau Naqsabandiyah, Qadiriyah, Sammaniyah,
bol4Masyru’ah” saja atau boleh dengan Ritaiyah dll.
kalimat-kalimat lain?. Masalah telah dikaji Dalam menyikapi shalawat sebagai
dalam bidang ilmu fikih dan tafsir-tafsir ibadah kaum muslimin mesti
sebagaimana dapat kita jumpai dari karya- melaksanakannya dengan ketentuan-
karya: ketentuan mengenai ‘'kayfiyah’ (tata cara)
1. Imam Baihaqy (Dalail an– dan adab adab khusus seperti adanya
Nubuwwah suasana khidmat, tempat, dan pakaian yang
2. Qodhi Iyadh (asy-syifa) suci dan pengucapan yang tepat. Syarafal
3. Ibnu Janzi ( Syifa al-Shafwa) anam, al-barzanji adalah shalawat juga
4. Imam Nawawi (Tahzib al asma Wa karena itu harus disikapi dengan adab-adab
shifah) tertentu. Karena itu bisa dimaklumi bila
5. Imam Jallaluddin as-Suyuthi (al- ada melaksanakannya pada acara walimah
khasaish al kubra) nikah, akiqah,atau syukuran dan selamatan.
Dzati’’ dan shalawat Annawiyah li Ada juga yang mengaitkan pembacaannya
Ziyarah fi Qobrin Nabi” & shalawat li dengan keistimewaan dan khasiat-khasiat
Ziyarah fi hadlratin Nubuwah” dari syekh penyembuhan.
Ahmad bin Idris al-Pasi dikenal sekitar 8 Kedua; wacana yang berkaitan
macam shalawat, yaitu shalawat Ummiyah, “Mushalla” sebagai idola yang kepadanya
shalawat khusliqil adzim, shalawat shalawat diwajibkan Muhammad SAW
Haqoiqul qubra, shalawat tanbah, shalawat adalah profil manusia sempurna (Insan
Jami’ul jami’ wa farqul farqi, shalawat Kamil) yang diakui kawan dan lawannya
majlalkamatat, shalawat Intihaaiy, dan masyarakat. Masyarakat awam, maupun
shalawat sayyidul shalawat. Shalawat- elite intelektual, dari dulu samapai
shalawat karya Ahmad bin Idris al Pasi ini sekarang bahkan masa depan. Al-Qur’an
dikembangkan oleh tarekat-tarekat mengabadikannya dalam Q.S al-Ahzab
Idrisyyah, Khidriyah, Sanusiyyah, (33);21 “ Sesungguhnya telah ada pada diri
Rasyidiyyah, Amirganiyah, Dasuqiyah, dan Rasul itu suri tauladana yang baik bagimu
Dardawiyah. (yaitu) bagi orang yang mengharap
Dari macam-macam shalawat yang (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat
berkembang dikalangan ahli tasawuf/ dan jika banyak menyebut Allh SWT.
tarekat tersebut, beberapa dikenal cukup Karena itulah tanpa diperintahkan
luas dikalangan masyarakat Islam secara Tuhan sekalipun kaum muslimin yang
umum. Di antaranya seperti shalawat- pelaksanaan ibadah ritual sehari-harinya
shalawat Munziyat, slahawat Kamilah, minus pun akan memberikan
201
Tsaqofah & Tarikh Vol. 1 Nomor 2, Juli-Desember 2016

penghormatan dan pujian kepada nabi barakta’ala ali ibrahim, fi ‘alamina innaka
Muhammad SAW, ironis tapi nyata, bahkan hamidun Majid’’.
ada yang mengidentifikasikan ke Pendapat kedua justru menyatakan
Islamannya, dengan keikut sertaannya pemakaian lafazh “ sayyidina” adalah lebih
dalam acara-acara Maulidan. afdhaln (utama). Tambahan kata sayyidina
Begitulah, penghormatan dan pujian merupqkqn aqadab sopan santun seorang
terhadap nabi Muhammad SAW. mukmin kepada Rasulnya. Nabi melarang
Bersumber dari kepribadian beliau sendiri. umat ber ‘’sayyidina” kepada beliau untuk
Bagaimana manusia tidak akaan menunjukkan sikap tawadlu’ beliau. Jadi
memujinya bila mana para malaikat dan merupakan sopan santun juga bukan
Allah sendiri telah memujinya. larangan dalam arti tidak boleh sama sekali
Ketiga, masalah sekitar ungkapan “ mengerjakannya.
lafazh Shalawat “ berkaitan dengan lafazh Dari kedua pendapat yang masing-
dalam shalawat ini terdapat beberapa masing punya dalil tersebut dapat diambil
pendapat. Ada yang ketat berpegang jalan tengahnya. Pertama untuk bacan
kepada ketentuan dalil literal/teks, ada shalawat dalam ibadah “mahdah” seperti
yang longgar yang menyatakan boleh dalam Tahiyyat Shalat. Khotbah-khotbah
mengungkapkannya dalam lafazh apapun sebaiknya mengikuti bacaan sebagaimana
asal untuk meghormati, memuji, Rasulullah ajarkan dalam shalawat
menyanjung, bertabarruk kepada rasul. Ibrahimiyah. Tanpa kata Sayyidina bukan
Pendapat ini muncul lantaran memang berarti Nabi tidak sopan kepada dirinya
Rasulullah Saw mengajarkan sendiri lafazh maupun Nabi Ibrahim as. Kedua. Untuk
khusus untuk shalawat tersebur. kegiatan selain ibadah “ mahdah”
Disamping itu juga beliau memberi sebaiknya diberikan keleluasaan untuk
ketentuan untuk tidak menggunakan lafazh mengungkap rasa cinta. Kagum,pemuliaan,
“Sayyidana”. tabarruk, puji-pujian sang Rsaul sepanjang
Pendapar pertama . menyatakan tidak menimbulkan syirik. Karena
ungkapan lafazh shalawat itu harus bagaimana pun Rasul sendiri tidak pernah
mengikuti petunjuk (dalil) Rasul. Karena menyatakan dirinya memiliki sifat-sifat
dalam ibadah termasuk shalawat tidak supra –manusiawi. Dia ingin tetap menjadi
boleh ditambah-tambahkan, apalagi seorang hamab, seorang makhluk biologis
ditambahkan dengan lafazh yang (basyar) yang kepadanya wahyu
Rasululllah sendiri melarangnya. diturunkan. (QS);41:5
Dalam sebuah Hadis Shahih riwayat b). Syarafal Anam sebagai Genre
Muslim dari Ibnu Mas’ud ra, Basyir bin Sastra.
Sahal bertanya kepada Rasulullah tentang Kalau mau dibuat perbandingan
bagaimana menyatakan shalawat kepada antara mana shalawat yang merupakan
beliau. Maka Nabi SAW menjawab: ibadah mahdah dan yang mana yang
“katakanlah: Allahumma shalli ‘ala bukan, maka secara sederhananya dapat
Muhammad wa’ala ali Muhammad kama dibedakan sebagai berikut: shalawat yang
shallaita ‘ala Ibrahim wa barik ‘ala ibadah mahdah itu bentuk ungkapan dan
Muhammad wa’ala ali muhammad, kama waktu pembacaannya telah ditentukan
202
Ridom Harahap
Nilai-nilai Budaya Lokal dalam Budaya Islam pada Masyarakat Lembak di Kota Bengkulu

Rasul sebagai sumber syari’ah. Umat tidak Nashi (w.732) telah menulis suatu karya
punya inisiatif untuk itu. Sedangkan khusus mengenai masalah ini dalam kitab-
shalawat yang merupakan perhormatan, kitab “Minah al-Madh” (karunia Pujian).
cinta Rasul merupakan karya gubahan Dimana dia menganalogikan syair-syair
individual muslim, baik dia ulama, pujian yang ditulis hampir 200 orang
maupun seniman (penyair). sahabat Nabi SAW. Syair-syair tersebut
Berkaitan dengan jenis shalawat yang memang dimaksudkan untuk
digubah oleh para penyair ini, dunia sartra mengungkapkan pribadi Nabi Muhammad
Islam mengenai apa yang sekarang dikenal SAW sifat-sifat beliau yang mulia. Di antara
istilah kasidah puisi-puisi Naktiyah atau syair-syair tersebut terdapat bait-bait yang
madah. dibacakan dihadapan beliau.
Puisi Naktiyah dikenal sejak masa Syair-syair pujian dan penghormatan
hidup Nabi. Ungkapan terhadap kepada Nabi sebagai Asrafal Anam
kekaguman diri pribadi Muhammad SAW (Manusia Paling Agung/Mulia) terus
telah melahirkan generasi-generasi penyair ditulis sepanjang abad-abad berikutnya,
besar dalam kesusastraan Arab, Urdu, baik dalam bahasa Arab maupun Persia,
Turki, bahkan juga Spanyol dan Jerman. Urdu samapi mencapai puncak
Bangsa Arab yang sangat bangga kematangannya pada abad ke 12 dan ke 13
dengan kesusastraannya, mendapat pesona bersamaan dengan memuncaknya
baru dalam figur Muhammad SAW. perkembangan sastra sufi.
Mereka mengekpresikan segala potensi Dalam kaitannya dengan warisan seni
sastra dan daya estetikanya untuk memuji Islam dari sekian banyak karya sastra
Nabi, penghormatan dan kekaguman para Naktiyah (ode) secara fenomenal orang
penyair ini memperkaya obyek dan mengenal dua kasidah Monumental yaitu “
temanya kearah orang-orang dekat Nabi, Kasidah Barzanji” dan “kasidah Burdah”
anak keturunanya, interi-istrinya, sahabat- merupakan madah-madah yang dikarang
sahabatnya, dan pengikut-pengikutnya. oleh Syarafadin Muhammad al-
Mengenai diri Nabi sendiri pujian-pujian Bushiri.terdiri dari 162 bait dengan
tersebut bukan hanya atas sifat-sifatnya perincian 10 bait tentang cinta kasih, 16
yang mulia atau mu’jizatnya. Melainkan tentang hawa nafsu, 30 bait tentang pujian
juga atas rekam jejak sejarahnya. Sejak kepada Nabi, 19 bait untuk kelahiran Nabi,
nama-namanya, kelahirannya, 10 bait tentang do’a, 10 bait tentang pujian
pengasuhannya, remaja, dewasa, terhadap al-Qur’an, 3 bait tentang peristiwa
pernikahannya, rumah tangganya, Isra’ dan Mi’raj, 2 bait tentand jihad, 14 bait
peperangan, kenabian sampai wafatnya. tentang istigfar, dan selebihnya munajat-
Tetapi juga ketampanan lahiriyah beliau. munajat.
Secara historis puisi-puisi naktiyah Semula Imam al-Bushiri menamai
telah dirintis oleh penyair-penyair arab kasidah-kasidahnya “al-Kawakib al-Duriah
yang hidup pada Zaman Nabi. Di fi Madh khair al-Baririyah” bintang
antaranya yang terkenal sebagai penyair cemerlang dalam memuji makluk terbaik).
nabi yaitu Kaib bin zubair dan Hasan bin Sedangkan burdah (1) adalah baju
Tsabit. Sejarawan muslim Ibnu Sayyid al- kebesaran Nabi SAW yang kemudian pada
203
Tsaqofah & Tarikh Vol. 1 Nomor 2, Juli-Desember 2016

masa bani Umayyah menjadi atribut heroik al-Barzanji dilagukan dengan


khilafah atau simbol resmi kekuasaan variasi-variasi tilawah.
khalifah (2) Nama kasidah yang digubah Di Indonesia sekarang kitab al-
oleh penyair Muhadramim Ka’ab bin Barzanji dalam bentuk aslinya yaitu kitab
Zabair bin Abi Sulma untuk Iqdul Jawahir agak susah ditemukan tetapi
dipersembahkan kepada nabi SAW. kitab Maulid Syarafal anam yang semula
Kasidah Imam Bushiri ini pada gilirannya merupakan bagian dari isi Iqdul Jawahir
dikenal sebagai “Kasidah Burdah” setelah tapi dengan mudah dapat kita temukan di
suatu peristiwa penting yang dialaminya kalangan Muslim Tradisional. Kitab
yaitu suatu ketika Imam al-Bushiri sakit syarafal Anam ini dibukukan terpisah dari
parah ynag membuat dirinya tidak bisa induknyabersama kitab lainnyadalam
berbuat banyak nselain melantunkan bait- berbagai variasi bentuk antara lain kitab”
bait puisinya kepada sang Nabi SAW, Majmu’atul Maulud” dan Majmu’atul
Imam al_Bushiri baru sembuh setelah Maulid wa ‘adiyah” yang berisi syarafal
bermimpi diselimuti rasu-rasul dengan Anam, Kasidah burdah ad-Diba” do’a
gurdah, beliau sejak saat itu al-Kawakib al- khatam Barzanji bersama doa-doa
Durriyah lebih dikenal dengan Kasidah istikharah,tahujjud,istighshas,dan yang
burdah. lainnya. Begitu juga shalawat seperti badar,
Adapun kasidah Barzanji adalah munjiah, nariyah dll. Bahkan juga doa
nama untuk kitab “Iqdul Jawahirt’’ (kalung talqin mayit dsb.Kasidah Maulud syarafal
permata) karya Syekh Ja’far al-Barzanji bin Anam ini pembukuan dan peredarannya
Husein bin Abdul Karim kata “albanzanji” berlangsung seperrti penulisan dan
sendiri berasal dari ‘’Barzinj” nama sebuah peredaran surat Yasin bersama-sam doa
kota di Kurdistan. Al-Banzanji berarti orang tahlilan. Sehingga bisa jadi orang memiliki
barzinj. Kitab “Iqdul Jawahir” (al-Barzanji) Yasin Tahlilan beberapa buah tapi tidak
berisi kasidah tentang (1) Silsilah NabiSAW memiliki al_Qur’an satupun sebagaimana
(2) masa kanak-kanak (3) masa remaja dari orang memiliki banyak kitab syarafal anam
12 tahun sampai 25 tahun (4)masa setelah tapi tidak memiliki Iqdul Jawahir,
pernikahan 25 tahun (5) sejak dari masa c). Syarafal Anam sebagai Tradisi seni
kenabian sampai akhir hayat nabi Lokal.
Muhammad SAW, sejak usia 40-63 tahun. Seni tradis lokal yang hidup dan
Masing-masing periode tersebut diceritakan berkembang disuatu komunitas budaya
dengan penuh keagungan, penghormatan, masyarakat merupakan ekspresi hidup dan
bahkan menurut sebahagian pendapat kehidupannya, ia merupakan media untuk
berlebih-lebihan sehingga cenderung menggungkapkan pandangan hidupnya ,
menjurus kepada kultus individu. serta menjadi sumber inspirasi bagi
Kitab al-Barzanji dalam bahasa tegaknya kehidupan spritual,moral dan
aslinya (arab) dibanyak wilayah-wilayah sosial.
muslim dibaca dalam banyak kesempatan Namun kedudukan dan fungsi seni
dan banyak variasisasi gaya pembaca(lagu) tradisi lokal yang demikian itu dewasa ini
dalam acara yang penuh hidmat, rindu dan semakin mengalami marginalisasi. Kondisi
ini disebabkan oleh berbagai faktor baik
204
Ridom Harahap
Nilai-nilai Budaya Lokal dalam Budaya Islam pada Masyarakat Lembak di Kota Bengkulu

internal maupun ekternal. Penyebab ditempelkan di dinding-dinding mesjid,


internal berhubungan dengan kreatifitas madrasah –madrasah untuk kemudian
dan inovatif dari pelaku seni tradisi untuk dihafalkan, dari pembacaan-pembacaan ini
mengadopsi perubahan-perubahan yang kemudian muncul variasi-variasi lagu
terjadi dalam masyarakatnya dianggap sebagaimana munculnya jenis-jenis tilawah
telah out of date dengan situasi internal tersebut jauh lebih banyak dan ditoleransi.
demikian, upaya-upaya pelestarian dan Jika dalam tilawah al-Qur’an muncul
terlebih lagi upaya-upya pengembangan sekitar 14 jenis tilawah yang mana hanya
seni tradisi semakin sulit mendapat ruang seperohnya saja (7 tilawah) yang
apresiasi. dibolehkan atau shahih /valid, maka
Penyebab ekternal adalah dapat dikaji dalam melantunkan kasidah tuntutan
dari beberapa sisi. Tiga di antaranya untuk harus muktabarah riwayatnya
penyebab ekternal yang terpenting dan tilawah tersebut dapat dikatakan tidak ada
berlangsung secara simultan adalah, (1) sehingga muncul pembacaan al-Barzanji
proses globalisasi yang didominasi budaya terus pula berkembang dengan inprovisasi
barat (2) hegemoni negara dengan konsep dari dialek-dialek lokal bahkan kemudian
‘’budaya nasional” yang mengkooptasi dengan inprovisasi gerak kinetic dan
‘’budaya daerah’’ (3) hegemoni agama bunyian (suara) lainnya, pembacaan
formal (oraganized religion) yang lebih kasidah lalu menjadi seni lokal, seni music
mengedepankan pendekatan syariah sekaligus juga seni tari. Ketika pemain-
daripada pendekatan spritual, moral dan pemain lebih menganggap barzanji ini
sosiologis, syarafal anam sebagai tradisi sebagai seni music (perkusi) dan begitu
seni lokal di Bengkulu. Profilnya sudah kita juga para penikmat-penikmatnya lebih
illustrasikan sebelumnya. Nasibnya juga menghayati diri sebagai penonton
akan tergantung kepada masyarakat pertunjukan seni perkusi maka urusan apa
pendukungnya sendiri, serta tergantung yang harus diucapkan menjadi tidak
kepada siapa saja yang masih memiliki penting nampaknya.
‘’rasa memiliki’’nya. Moment otonomisasi Dari sinilah muncul ironi suatu
daerah memberikan peluang kepada kasidah yang berisi tuntunan-tuntunan dari
kesenian-kesenian tradisional di daerah- nabi tinggal menjadi sekedar totonan
daerah tersebut untuk merevitalisasi diri belaka. Apabila unsur tuntunannya
dalam kerangka penguatan identifikasi dan diabaikan dari kasidah-kasidah maka unsur
citra ekslusif dan eksotik daerah. keagamaan (penghormatan kepada nabi
Tulisan ini menandung juga SAW) akan hilang secara perlahan. Jika seni
persfektif-persfektif kriteria terhadap al-barzanji ini mengabaikan unsur
syarafal anam namun tidak bisa dilepaskan tuntunannya, maka sebagai semata karya
dari rasa kepedulian untuk mendukun seni dia akan ditinggalkan bersaing dengan
keberadaannya. seni-seni kontemporer lainnya.
Sebagaimana dijelaskan di atas Kalau kita lihat dinamika kelompok
kasidah barzanji pada mulanya merupakan barzanji atau syarafal anam di bengkulu
karya sastra tulis . Karya ini kemudian maka tentu akan paham mengapa jenis
dibacakan pada majelis-majelis keagamaan kesenian tradisional ini semakin sulit untuk
205
Tsaqofah & Tarikh Vol. 1 Nomor 2, Juli-Desember 2016

berkembang. Ada banyak faktor menemui hambatan-hambatan. Pertama


penyebabnya. Disamping oleh sebab-sebab kaum muda kurang meminatinya, kedua,
internal berupa globalisasi budaya-seni orang-orang tua yang mempelajarinya
hiburan modern juga oleh faktor intern sebagian tidak lagi mampu membaca teks
berupa kemenduaan para pengampu tradisi syarafal anam dari kitab al-Barzaanji yan
ini. Eni tradisi syarafal anam di kota berbahasa Arab, mereka sebagian besar
Bengkulu ini konon dikembangkan oleh menhafal teks-teks syarafal anam secara
kelompok Tarikat syattariyah . Namun lisan dari dengar-dengar atau dari
bukan karena berasal dari ‘’kaum tua’’ membaca teks yang ditransliterasikan ke
maka para pendukungnya sekarangpun dalam huruf latin. Pembacaan yang terakhir
para orang-orang tua pula. Sudah saatnya ini membuat irama lagu melenceng dari
pula untuk diturunkan kegenerasi kaedah-kaedah tajwid sebagaimana berlaku
berikutnya. Bagaimana caranya belum dalam pembacaan teks-teks arab. Hail ini
tentu mesti pula ditemukan, selagi juga membuat tujuan pembacaan shalawat
keadaannya sekarang mendapat angin kehilangan maknanya.
segar dari kelompok-kelompok etnik yang II. Perayaan tabot di kota benkulu
harus menegaskan identitas lokalnya. Dalam konteks budaya lokal yang
Asal usul syarafal anam berkaitan akan dijabarkan tentang bubaya tabot di
erat dengan proses masuknya Islam di kota bengkulu, maka akan terpusat pada 1.
Bengkulu. Perkembangannya banyak perayaan tabot 2. Asal usul tabot
tergantung kepada asuhan kelompok Islam Masalah tabot sebagai “lokal Genius”
tradisional. Kemudian kegiatan ini menjadi Bengkulu sesungguhnya telah mendapat
ciri identitas eknik suku-suku lembak, perhatian, publikasi dan pengkajian yang
rejang, Serawai di bengkulu. Perkembangan cukup signifikansi ditingkat jurnalistik
mutakhir dia telah menjadi identitas masalah ini selalu diberitakan dan diulas
budaya Bengkulu di lingkungan propinsi. setiap pelaksanaan perayaanya. Sedankan
Artinya pementasan syarafal anam mini ditinkat akademik masalah tabot telah
terdapat dan berkembang disetiap daerah dikaji dalam seminar-seminar skripsi
TK II (kota dan kabupaten). Tapi tingkat sarjana dan tesis-tesis pasca sarjana. Karena
perkembangannya tidak dapat dikatakan itu penulis disini tidak akan membahas
berjalan baik mungkin lebih tepat secara detail . apa yang penulis paparkan
dikatakan keadaannya dalam “posisi sekedar catatan tambahan dalam nilai-nilai
bertahan” kini sebagian besar penggerak Islam dalam budaya lokal.
dan pelakunya adalah oran-oran tua. Pada mulanya tabot merupakan
Pementasan syarafal anam dalam sekedar permainan rakyat biasa, kemudian
acara-acara selain dari ritual maulid dan baik dalam waktu penyelenggaraannya
akikah serin dikalahkan oleh bentuk maupun dalam bentuk material tabot
kesenian modern terutama musik organ (kotak) terakhir dalam prosesi arak-
tunggal. Keberadannya pun sekaran arakannya diberi nuansa-nuansa
dianggap seperti sebuah pelengkap acara keagamaan itu berasal pengaruh agama
upacara sajak terutama dilingkungan Islam Hindu-Budha yakni, dalam bentuk fisik
tradisional. Selain dari itu pewarisannya tabot tersebut yang menyerupai pura,
206
Ridom Harahap
Nilai-nilai Budaya Lokal dalam Budaya Islam pada Masyarakat Lembak di Kota Bengkulu

kemudian juga terdapatnya bangunan Prosesi arak-arakan Tabot akhir-akhir


stupa sebagaimana terdapat di Candi ini dipimpin oleh 9 orang yang
Borobudur, dan juga terdapat pengaruh menggunakan pakaian gamis, sorban dan
agama animisme yaitu, terdapatnya sebuah selempang yang secara simbolik
Gerga batu/patung. Sedangkan jejak melangangkan Walisongo.
pengaruh Islam terdapat pada unsur-unsur Adanya tempat pembuangan
Kata tabot diambil dari kata “Tabut” terakhir tabot yang disebut Padang
artinya peti atau kotak. Dalam al-Qur’an Karbela yang mengingatkan pada lokasi
kata “tabut” disebutkan sebanyak dua kali syahidnya Husein in Ali. 13
yaitu dalam surat al-Baqarah (2):248 dan Dalam persfektif historis perayaann
surat Thaha (20): 39. Kedua ayat ini Tabot semula bersifat Sekuler (duniawi)
berhubungan dengan kisah nabi Musa dan dam profan, kemudian mengalami proses
bani Israil sepeninggal nabi Musa as, surat Religiusasi Islamisasi, bahkan akhir-akhir
thaha berisi perintah tuhan kepada ibunda ini Syi’ahisasi. Sejak dijadikannya Tabot
Musa as,untuk memasukkan bayinya ke sebagai icon daerah Bengkulu untuk
dalam Tabut kemudian melemparkannya kepentingan pariwisata dan ekonomi, maka
ke Sungai Niil. Dalam sejarahnya tabut perayaan Tabot dari tahun ketahun
musa tersebut kenudian diambil dan di semakin meriah.
bawa ke istana Fir’aun . Di sini tabut
ditafsirkan sebagai sarana penyelamat nabi Penutup
musa dari kekejaman Fir’aun dan sekaligus Kesimpulan dari tulisan ini bahwa
sebagai sarana yang mengantarkan Fir’aun dalam persfektif agama syarafal anam
kelangkah pertama dari kehancurannya. adalah dari qasidah-qasidah al-Barzanji
Sedangkan dalam surat al-Baqarah (2):248 yang dibacakan pada peringatan Maulid
tabut merupakan simbol pembebasan Bani Nabi SAW, pernikahan, dan akikah dan
israil dari kekejaman Rajanya sendiri. Di qasidah ini dibacakan dalam acara ini,
sini tabut merupakan symbol benda namun dalam pengucapan shalawat masih
warisan yang penuh dengan kekuatan- terdapat kesalahan-kesalahan ini karena
kekuatan mistik dan kesaktian-kesaktian ada faktor yaitu masih sulit masyarakat
yang ajaib. untuk kembali kepada sumber kitab al-
Waktu penyelengaraannya. Di mulai barzanji, karena belajar dengan hanya
dari awal tahun baru Hijriyah 1 muharram pengucapan dari guru akan membawa
dan diakhiri 10 Muharram (‘Asyura) kepada salah pengucapan shalawat dalam
Dihubungkannya asal usul perayaan syarafal anam.
ini dengan nama tokoh syekh Burhanuddin Dalam budaya lokal yang sudah
sebagaimana hubungan antara perayaan mentradisi di kalangan masyarakat lembak
Tabuik di Pariaman dengan syekh tentang pembacaan shalawat syarafal anam
Burhanuddin di Ulakan. akan melahirkan nilai-nilai Islam seperti
Beberapa prosesi Tabot dihubungkan sifat tolong menolong- dan saling
dengan peristiwa Perang dan terbunuhnya menghargai dengan pukulan gendang
Hasan dan Husein. yang sama dan bacaan serempak sehingga
akan melahirkan kekompakan dan
207
Tsaqofah & Tarikh Vol. 1 Nomor 2, Juli-Desember 2016

kebersamaan, hal inilah sebenarnya yang


diajarkan Islam saling menghormati, 9 Oktariani Karyani, Kesenian Syarafal
menghargai. Pelaksanaan tabot juga akan Anam dan nilai-nilai yang terkandung di
mengingatkan kepada masyarakat tentang dalamnya. Pada masyarakat Lembak dalam
sejarah Islam bahwa dalam sejarah pernah Adat istiadat di kelurahan Dusun Besar
terjadi pembunuhan karena demi jabatan Kecamatan singaran Pati Skripsi.
dan kekuasaan. Juga membuktikan Bengkulu,2013,hlm.26
10Sallim bella filli, Syarafal Anam, dan
pelaksanaan tabot hanya ingin ikut
pensfektif Agama dan Budaya, LPPM, 2012 hlm.
berkabung atas kematian Husein bin Ali bin
55,
Abi Thalib. 11Sallim Bella Fili, Syarafal Anam dan

Persfektif Budaya dan Agama, LPPM, 2012 hlm, 67.


Referensi 12 Fitriani, Skripsi, Tradisi Syarafal Anam

pada masysrakat lembak kota Bengkulu. 2015


1 JWM 13 Dalam hal pelaksanaan Tabot banyak
Bakker, SJ, Filsafat Kebudayaan
Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Kanisius. 2005) hal-hal yang dilaksanakan seperti lomba pukul
hlm. 150, Lihat, Ali Sodiqin, dalam Antropologi dol diringi dengan tari-tarian Tulisan ini adalah
Al-qur’an, hlm. 25 penelitian yang dilaksanakan oleh Sallim Bella
2 Chis Barker, Cultural Studies, Teori dan Filli di LPPM IAIN Bengkulu tahun 2012
Praktek, trej.Tim KUNCI Cultural Studies Center
( Yogyakarta, Bentang, 2005) hlm. 48-50 Lihat,
Ali Sodiqin, Antropologi Al-Qur’an Model
Dialektika Wahyu dan Budaya, hlm.25 Dalam
kajian ini Ali Sodiqin memberikan penjelasan
tentang Budaya dimaksud pada tradisi atau
adat istiadat. Acuannya dilihat dalam kamus
Antropologi, adat istiadat adalah suatu aturan
yang sudah mantap dan mencakup segala
konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan
untuk mengatur tindakan atau perbuatan
manusia dalam kehidupan sosial.
3 Mukti Ali,, 2007,hlm.4

4 Musa Asy’ari, Manusia Pembentuk


Kebudayaan Dalam Al-Qur’an, Yogyakarta, LESFI.
1991, hlm. 5
5 Salim Bella Filli, syarafal Anam dalam

Persfektif A gama dan Budaya ,STAIN Bengkulu,


P3M, 2012, hlm .32
6 Firdaus Burhan, Bengkulu Dalam Sejarah

(Jakarta, Yayasan Pengembangan Seni Budaya


Nasioanal Indonesia,1988,hlm.9
7 Benteng Marlborough Bengkulu
Sumatera Front Marlborough, hlm,4
8 Sallim Bella Filli, Sarafal Anam dalam
persfektif Agama dan Budaya,hlm,53-54

208

Anda mungkin juga menyukai