Anda di halaman 1dari 16

Akulturasi dalam Tradisi Lisan«(Irvan Setiawan) 49

AKULTURASI DALAM TRADISI LISAN MACA SYEKH


DI KABUPATEN PANDEGLANG
THE ACCULTURATION IN ORAL TRADITION OF MACA SYEKH
IN PANDEGLANG DISTRICT
Irvan Setiawan
Balai Pelestarian dan Nilai Budaya Jawa Barat
Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung ± Bandung
e-mail: kamaliasetiawan@yahoo.co.id

Naskah Diterima:2 Januari 2019 Naskah Direvisi:26 Januari 2019 Naskah Disetujui:27 Maret 2019

DOI: 10.30959/patanjala.v11i1.481

Abstrak
Tradisi lisan Maca Syekh di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten merupakan salah satu
bentuk pengajaran yang memiliki tujuan untuk mendengar dan memahami riwayat hidup sosok
Syekh Abdul Qadir Jaelani sebagai salah satu tokoh penyebar agama Islam. Hal menarik untuk
diteliti dari tradisi lisan Maca Syekh adalah adanya sebuah proses akulturasi dengan melibatkan
unsur budaya, agama, dan unsur politik untuk kemudian menghasilkan sebuah produk akulturasi
yang dapat bertahan hingga kini. Penelitian deskriptif dengan mengacu pada data kualitatif
merupakan pilihan tepat mengingat sumber data yang dicari adalah informasi essay yang banyak
membutuhkan analisa kualitatif. Dari hasil analisa diketahui bahwa akulturasi dari tradisi lisan
Maca Syekh di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten terbagi menjadi dua yaitu akulturasi
tradisi dan akulturasi kebahasaan. Unsur politik dideskripsikan secara singkat karena hanya
melibatkan penggunaan huruf Arab dalam penulisan Maca Syekh yang pada masa Penjajahan
menjadi sebuah hal yang dianggap mewakili kalangan modernis.
Kata kunci: Maca Syekh, tradisi lisan.
Abstract
Maca Syekh oral tradition in Pandeglang Regency, Banten Province, is one form of
teaching that aims to hear and understand the life history of Sheikh Abdul Qadir Jaelani. An
interesting thing to examine from Maca Shaykh's oral tradition is the existence of an acculturation
process involving elements of culture, religion, and political elements to then produce an
acculturation product that can survive until now. Descriptive research with reference to
qualitative data is the right choice considering the source of the data sought is essay information
which requires a lot of qualitative analysis. From the results of the analysis, it is known that the
acculturation of the Maca Shaykh oral tradition in Pandeglang Regency, Banten Province, is
divided into two: traditional acculturation and linguistic acculturation. The political element is
described briefly because it only involves the use of Arabic letters in the Maca Syekh writing
which in the colonial period became something considered to represent modernists.
Keywords: Maca Syekh, oral tradition.
A. PENDAHULUAN mulai menyelami tentang makna dan nilai
Kebudayaan merupakan bagian yang dari apa yang telah dilakukannya setelah
tidak terpisahkan dalam kehidupan sekian lama bersentuhan dengan
manusia. Perilaku terstruktur baik yang kebudayaan.
disadari maupun tidak disadari manusia Dikaitkan intangible culture
membuktikan bahwa ia telah masuk dalam heritage (warisan budaya takbenda), nilai
sebuah lingkungan kebudayaan. Terlebih dari sebuah karya budaya tidak hanya
lagi apabila individu atau masyarakat dilihat dari segi fisiknya saja. Karinding
50 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 49 - 64

misalnya, sebuah waditra (peralatan seni disesuaikan dengan karakter masyarakat


musik) yang ada di wilayah tatar Sunda pendukungnya.
akan tampak identitasnya tatkala Beranjak dari nilai positif dari fungsi
dibunyikan. Terlebih lagi apabila tradisi lisan, hingga saat ini bidang karya
menyimak alunan suara yang dihasilkan budaya tersebut secara umum masih belum
karinding. Tentunya, akan ada makna dan begitu diperhatikan untuk dilestarikan. Hal
nilai tersendiri di benak pendengar apabila demikian mengakibatkan sedikit demi
menyimak dengan seksama untuk sedikit karya budaya yang termasuk dalam
kemudian berpengaruh pada emosi ataupun bidang tradisi dan ekspresi lisan semakin
rasa. Contoh tersebut setidaknya dapat terancam punah atau bahkan telah punah.
menjelaskan bahwa sebuah karya budaya Maca Syekh, salah satu warisan
tidak hanya ditinjau dari apa yang budaya takbenda yang masuk dalam
ditangkap oleh indera manusia. Ada nilai bidang tradisi dan ekspresi lisan yang ada
dan makna tentang berbagai aspek tentang di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten
kehidupan yang terkandung dalam sebuah misalnya, saat ini juga tengah menghadapi
karya budaya tersebut. kepunahan. Hudaeri dkk (2007: 10)
Karya budaya yang sudah menekankan bahwa cerita-cerita yang ada
mengalami proses regenerasi dan memiliki dalam manaqib (Maca Syekh) bertujuan
nilai luhur kemudian menjadi sebuah memberikan arahan yang bersifat moral
warisan budaya yang terpilah menjadi dua kepada manusia tentang bagaimana mesti
bagian, yaitu Warisan Budaya Takbenda bertindak dalam kehidupan di dunia ini.
(intangible heritage) dan Warisan Budaya Selain itu, ada sisi keragaman budaya yang
Benda (tangible heritage)1. diramu sedemikian rupa sehingga tercipta
Ide dari penciptaan sebuah warisan sebuah akulturasi yang diwujudkan dalam
budaya dalam pemahaman masyarakat sebuah karya budaya bidang tradisi lisan
umum tidaklah berjalan tanpa diiringi yang bernama Maca Syekh.
dengan pengetahuan yang melatar- Bertitik tolak dari tersinerginya
belakanginya. Pengetahuan tersebut agama dan budaya dalam sebuah warisan
diperoleh melalui proses belajar dari apa budaya takbenda, Maca Syekh menjadi
yang ada di lingkungan sekitarnya lalu sebuah masalah menarik untuk dikaji
disinergikan. Hasilnya adalah sebuah terutama dari sudut pandang memaknai
formulasi yang menjadi dasar dari sebuah akulturasi pada karya budaya.
warisan budaya. Berdasarkan permasalahan tersebut,
Tradisi lisan yang menjadi bagian penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
dari warisan budaya takbenda merupakan salah satu keragaman budaya yang
sebuah kompleksitas pengetahuan tentang diwujudkan dalam sebuah tradisi lisan.
beberapa unsur pengetahuan yang Selain itu, penelitian ini juga diharapkan
disatukan dengan memiliki tujuan dapat memberikan wawasan baru akan
menyebarluaskan informasi terkait dengan pentingnya sebuah akulturasi terutama
konteks pada zamannya. Sebagai salah satu pada masyarakat di Kabupaten
warisan budaya takbenda, tradisi lisan Pandeglang.
memiliki kandungan nilai budaya luhur Beberapa batasan pengertian sebagai
melalui kisah-kisah yang dipaparkan ruang lingkup penelitian ini meliputi:
dengan variasi lantunan nada yang akulturasi, nilai, norma, tradisi lisan, dan
Maca Syekh.
1
Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya
menetapkan bahwa yang disebut sebagai - Akulturasi
warisan budaya takbenda adalah kekayaan Menurut Koentjaraningrat (1990:
budaya takbenda minimal telah berusia 50 248), akulturasi adalah sebuah proses
tahun dan telah dilakukan minimal oleh dua sosial yang timbul apabila suatu kelompok
generasi.
Akulturasi dalam Tradisi Lisan«(Irvan Setiawan) 51

manusia dengan suatu kebudayaan tertentu - Norma


dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu Menurut Harwantiyoko dan Neltje
kebudayaan asing sehingga unsur±unsur F. Katuuk (1992: 51), Norma adalah
kebudayaan asing lambat laun diterima dan patokan perilaku dalam suatu kelompok
diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa tertentu yang memungkinkan seseorang
menyebabkan hilangnya kepribadian untuk menentukan terlebih dahulu
kebudayaan itu sendiri. bagaimana tindakannya itu akan dinilai
oleh orang lain. Norma juga merupakan
- Tradisi Lisan kriteria bagi orang lain untuk mendukung
Menurut Sedyawati (1996: 5), tradisi atau menolak perilaku seseorang.
OLVDQ DGDODK ³VHJDOD ZDFDQD \DQJ Berkaitan dengan norma sosial, Emile
disampaikan secara lisan, mengikuti cara Durkheim dalam Harwantiyoko dan Neltje
atau adat istiadat yang telah memola alam F. Katuuk (1992: 51) mengatakan bahwa
VXDWX PDV\DUDNDW´ 'LWDPEDKNDQ ROHK norma sosial adalah sesuatu yang berada di
Hutomo (1991: 11) bahwa tradisi lisan luar individu yang membatasi diri mereka
mencakup beberapa hal meliputi dalam berperilaku. Norma yang berlaku
kesusastraan lisan, teknologi tradisional, dalam sebuah masyarakat memiliki
pengetahuan masyarakat, religi dan kekuatan pengikat yang berbeda dan
kepercayaan masyarakat, kesenian, dan disesuaikan menurut tingkatannya,
hukum adat. meliputi: cara (usage), kebiasaan
(folkways), tata kelakuan (mores), dan adat
- Nilai istiadat (custom).
Nilai adalah segala sesuatu yang
dipentingkan manusia sebagai subjek, - Maca Syekh
menyangkut segala sesuatu yang baik atau Maca Syekh adalah salah satu
buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau kekayaan budaya bidang tradisi lisan yang
maksud dari berbagai pengalaman dengan sudah sejak lama ada dan hingga kini
seleksi perilaku yang ketat. Dalam dilaksanakan oleh masyarakat Pandeglang
kehidupan masyarakat, nilai menjadi Provinsi Banten.
semacam acuan untuk memberikan
tanggapan atas perilaku, tingkah laku, dan B. METODE PENELITIAN
segala sesuatu yang berkaitan dengan 1. Metode dan Analisa Data
aktivitas masyarakat baik secara kelompok Sebuah penelitian memerlukan data-
maupun individu. Nilai yang muncul data yang diperoleh dengan menggunakan
tersebut dapat bersifat positif apabila akan teknik pengumpulan data dan metode
berakibat baik, namun akan bersifat negatif penelitian. Mengingat esensi penelitian ini
jika berakibat buruk pada objek yang bersifat deskriptif sekaligus melihat ragam
diberikan nilai. akulturasi tradisi lisan Maca Syekh maka
Nilai merupakan konsepsi yang metode penelitian yang digunakan adalah
dapat bersifat eksplisit, dapat pula bersifat metode deskriptif menggunakan analisa
implisit, jadi dapat nampak dalam kualitatif.
perbuatan ada pula yang sifatnya hanya Penelitian yang bersifat deskriptif
satu kecenderungan (potensi) untuk ini berupaya mendeskripsikan dan
berbuat. Selain itu, nilai juga merupakan menganalisa beberapa permasalahan
sebuah keyakinan dan sebagai standar sebagai berikut:
sikap yang relatif konsisten sehingga 1. Pelaksanaan tradisi lisan Maca Syekh.
berhubungan dengan perbuatan, tindakan 2. Akulturasi ditinjau unsur tradisi lisan
atau cara bertingkah laku. dan bahasa.
Penggunaan analisa kualitatif
membutuhkan data-data kualitatif, yaitu
52 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 49 - 64

data yang berwujud pertanyaan atau salah satu kabupaten tanpa melihat
berupa kata-kata yang biasanya diperoleh karakteristik dan intensitas keberadaan
melalui proses wawancara. Maca Syekh di salah satu kabupaten. Oleh
karena itu, lokasi penelitian yang dipilih
2. Pengumpulan Data yaitu di Kabupaten Pandeglang Provinsi
Data yang dikumpulkan berwujud Banten.
data kualitatif. Menurut Oetomo
(2005:186), data kualitatif dapat C. HASIL DAN BAHASAN
dikumpulkan melalui tiga cara, yaitu : 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Wawancara. Hasil data yang diperoleh Secara astronomis, Kabupaten
adalah ungkapan langsung dari 3DQGHJODQJ WHUOHWDN DQWDUD ¶ ± ¶
informan tentang pengalaman, /LQWDQJ 6HODWDQ GDQ ¶ ¶
pendapat, perasaan, dan Bujur Timur. Batas administratif
pengetahuannya. Hal ini diperkuat oleh Pandeglang di sebelah utara adalah dengan
Ihromi (2006: 51) bahwa wawancara Kabupaten Serang, sebelah selatan
merupakan satu-satunya cara yang berbatasan dengan Samudera Indonesia,
digunakan peneliti (Antropolog) untuk sebelah barat berbatasan dengan Selat
memperoleh keterangan tentang Sunda, dan sebelah timur berbatasan
kejadian yang tidak dapat diamati dengan Kabupaten Lebak. Dua perbatasan
sendiri, misalnya kejadian di masa pantai diartikan adanya aliran sungai yang
lampau ataupun tidak boleh mengikuti membelah wilayah Kabupaten Pandeglang.
sebuah ritus tertentu. Dalam Setidaknya ada 14 sungai di Kabupaten
Antropologi, teknik ini biasa dikenal Pandeglang, yaitu, Sungai Cidano, Sungai
dengan teknik etnografi. Cibungur, Sungai Cisanggona, Sungai
b. Observasi langsung. Hasil yang Ciliman, Sungai Cihonje, Sungai
diperoleh dari cara ini adalah rincian Cipunagara, Sungai Cisumur, Sungai
pengamatan tentang kegiatan, perilaku, Ciseureuhan, Sungai Cijaralang, Sungai
dan tindakan individu atau sekelompok Cikadongdong, Sungai Ciseukeut, Sungai
masyarakat yang terkait dengan tema Cimara, Sungai Cibaliung, dan Sungai
kegiatan. Cicanta. Sementara di sisi lainnya,
c. Penelaahan dokumentasi tertulis. Objek Kabupaten Pandeglang dihiasi oleh enam
pencarian data tertulis dapat diarahkan gunung, yaitu, Gunung Karang (1.778
pada cuplikan, kutipan atau penggalan mdpl); Gunung Pulosari (1.346 mdpl);
catatan referensi yang tentunya Gunung Aseupan (1.174 mdpl); Gunung
berkaitan dengan kegiatan. Payung (480 mdpl); Gunung Honje (620
Untuk mendapatkan data kualitatif, mdpl); dan Gunung Tilu (562 mdpl).
penelitian ini menggunakan teknik Memiliki wilayah dengan luas
wawancara dan penelaahan dokumentasi 2,746,81 Km2, Kabupaten Pandeglang
tertulis. Hal itu disebabkan esensi dari terbagi menjadi 35 kecamatan dengan
kajian tersebut berupa tradisi masyarakat jumlah penduduk pada tahun 2016
yang dimaksud disertai uraiannya. sebanyak 1.183.006 terdiri dari 604.603
laki-laki dan 578.403 perempuan (BPS
3. Lokasi Penelitian Kab. Pandeglang, 2017: 71). Dari jumlah
Persebaran Tradisi Lisan Maca penduduk tersebut, sebagian besar
Syekh tersebar di wilayah Provinsi Banten, beragama Islam. Hal ini dilihat dari
namun konsentrasi penutur Maca Syekh ketiadaan jumlah tempat peribadatan non
berada di tiga wilayah administratif, yaitu Islam di Kabupaten Pandeglang. (BPS
Kabupaten Tangerang, Kabupaten Lebak, Kab. Pandeglang, 2017: 168).
dan Kabupaten Pandeglang (Paluseri, Dari segi kepemakaian bahasa,
2018: 114). Lokasi penelitian diambil di Provinsi Banten secara keseluruhan
Akulturasi dalam Tradisi Lisan«(Irvan Setiawan) 53

memiliki tiga bahasa, yaitu bahasa Sunda, atas apa yang hendak diwujudkan kepada
Jawa, dan Lampung. Di Kabupaten Sang Maha Kuasa melalui pembacaan
Pandeglang, penggunaan bahasa Sunda kitab Syekh Abdul Jaelani. Wujud dari
banyak digunakan berikut dialek Sunda penghormatan tersebut merupakan sebuah
khas Banten. Istilah dialek tidaklah kodrati dari naluri manusia yang dimulai
menjadi sebuah perbedaan bahasa yang sejak zaman dahulu (pra sejarah) terkait
signifikan karena dialek merupakan sebuah dengan adanya pusat kosmis yang
perbedaan kecil dari variasi penggunaan merupakan sebuah pusat pertemuan antara
bahasa yang disesuaikan dengan kondisi dunia fisik (alam sekitar) dan non fisik
pengucapan masyarakat setempat (alam supranatural). Leluhur sebagai
(Zulaeha, 2010: 1). Meski Bahasa Sunda sebuah sosok yang dihormati pada
mendominasi pola komunikasi masyarakat zamannya menjadi simbol dari sebuah
3DQGHJODQJ %DKDVD -DZD ³%DQWHQ´ MXJD ajaran yang wajib dihormati dan ditaati
cukup banyak dituturkan masyarakat baik ketika masih hidup maupun setelah
Pandeglang. Oleh karena itu, Naskah- meninggal.
naskah Maca Syekh yang tersebar di Proses dinamisme yang berkembang
Pandeglang juga diterjemahkan dalam dua menjadi animisme yang sudah ada jauh
bahasa tersebut dengan menggunakan sebelum adanya agama-agama besar ±
huruf Arab Pegon. yang dalam hal ini adalah Islam - menjadi
Seh dalam pengertian Masyarakat sebuah jalan dari proses regenerasi
Banten, ditujukan pada satu sosok bernama VSLULWXDO XQWXN NHPXGLDQ ³GLVHPSXUQDNDQ´
Syeh Abdul Qadir Jaelani. Menyimak dari dan pada akhirnya mengerucut pada sosok
sisi sejarah, kemunculan tradisi Maca manusia yang diutus oleh Yang Maha
Syekh lebih banyak mengarah pada Kuasa untuk memberitahukan akan adanya
penyebaran agama Islam melalui tradisi ajaran keesaan yang wajib diikuti karena
lisan dalam bentuk pembacaan riwayat adanya konsekuensi dari ketidak-
hidup Syekh Abdul Qadir Jaelani. ikutsertaan ataupun mengingkari
Syekh Abdul Qadir Jaelani adalah keberadaanNya.
seorang penyebar agama Islam terkenal. Hal ihwal kepatuhan terhadap
Dapat dikatakan demikian karena hasil sebuah ajaran agama tidaklah seragam
karya beliau telah dipergunakan di antar wilayah persebaran karena
berbagai wilayah penyebaran agama Islam bercampur dengan kultur dan religiusitas
di Indonesia utamanya di Pulau Jawa mulai yang sudah ada sebelumnya. Patut
dari ujung barat hingga ujung timur. Di digarisbawahi bahwa proses penyebaran
ujung barat Pulau Jawa, nama Syekh agama dilakukan melalui berbagai cara.
Abdul Qadir Jaelani dikenal pada Salah satu cara yang dilakukan untuk
masyarakat Kabupaten Pandeglang sebagai menyebarkan agama Islam adalah dengan
penyebar agama Islam untuk kemudian melakukan pendekatan budaya melalui
dikenang dan disebarkan ajaran agamanya unsur kesenian, seperti halnya dengan seni
melalui tradisi lisan Maca Sekh.Selain di wayang kulit yang digunakan sebagai
Pandeglang, tradisi Maca Sekh juga ada di media penyebaran agama Islam di Demak
wilayah ujung timur Pulau Jawa seperti di pada Abad ke-XV (Praharani, 2007: 1 -58).
JHPEHU GHQJDQ QDPD ³0DQDTLE 6\DLNK Cara lainnya adalah dengan melalui
$EGXO 4RGLU -DLODQL´ .XPDODVDUL saluran perdagangan, saluran pernikahan,
± 18), dan di Surabaya dengan nama tradisi saluran pendidikan, dan saluran dakwah.
\DQJ VDPD \DLWX ³0DQDTLE 6\DLNK $EGXO Khusus mengenai saluran dakwah sebagai
4RGLU -DLODQL´ 'ZL $SULO\DQWR - salah satu peyebaran agama Islam
19). dilakukan oleh Wali Sanga, yaitu:
Tradisi lisan Maca Syekh tidak lepas 1. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan
dari proses penghormatan dan permintaan Gresik berasal dari Persia.
54 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 49 - 64

2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat. menuju jalan Tuhan dalam khalwat dan
3. Sunan Drajat atau Syarifudin (putra ibadah. Beberapa tokoh tassawuf cukup
Raden Rahmat) terkenal di Indonesia di antaranya Hamzah
4. Sunan Bonang atau Mahdun Ibrahim Fansuri, Nuruddin ar-Raniri, Abdurrauf
(putra Raden Rahmat) Singkel, Samsudin Sumatrani, al-
5. Sunan Giri atau Raden Paku (murid Palimbani. Lima tokoh tassawuf tersebut
Sunan Ampel). banyak berkiprah menyebarkan Islam di
6. Sunan Kalijaga atau Joko Said. Pulau Sumatra. Sementara untuk Pulau
7. Sunan Kudus atau Jafar Sidiq. Jawa lebih banyak dilakukan oleh Wali
8. Sunan Muri atau Raden Umar Said. Songo (wali sembilan).
9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Kesuksesan menyebarkan agama
Hidayatullah. Islam yang dilakukan Wali Songo lebih
diawali dengan sembilan sosok wali
Tiga bangsa yang berpotensi tersebut yang menurut masyarakat ± kala
menyebarkan agama Islam di Indonesia itu ± memiliki karomah yang terletak pada
masing-masing, yaitu Gujarat, Persia, dan kekeramatan, dan penguasaan ilmu
Bangsa Arab, memiliki pembuktian atas (pengetahuan, keagamaan, dan kebatinan)
kedatangannya di Indonesia. Melalui yang sangat tinggi. Uniknya, posisi pada
berbagai saluran dan maksud kedatangan tingkat kedigjayaan baik dalam bentuk
ke Indonesia, kultur dari bangsa pendatang keramat ataupun penguasaan ilmu selalu
tersebut sedikit banyak tersosialisasi pada dicari siapa yang paling tinggi. Kala Wali
masyarakat yang berkomunikasi secara Songo berhasil menyebarkan Islam di
intens. Hal ini kemudian membuat adanya seantero Pulau Jawa, status kekeramatan
perbedaan cara pandang dalam memaknai dan penguasaan keilmuan Wali Songo
proses penyebaran Islam sebagai sebuah pada beberapa lokasi di Pulau Jawa bukan
agama dengan sumber utama yaitu kitab menempati urutan tertinggi. Dengan
suci Alquran, hadis, dan Sunnah. demikian, status Wali Songo hanyalah
Budaya di Indonesia yang pernah GLDQJJDS VHEDJDL ³SHPEDZD SHVDQ ,VODP´
dipengaruhi oleh budaya India dengan sedangkan tingkat kekeramatannya dan
ajaran Hindu Budhanya memberikan pengusaan ilmu bukanlah yang tertinggi.
SHOXDQJ XQVXU ³NHDMDLEDQ´ XQWXN PDVXN Pencarian sosok ulama yang
dalam strategi penyebaran agama Islam. PHPLOLNL WLQJNDW ³NHDMDLEDQ´ WHUWLQJJL SDGD
Oleh karena itu, Mahjudin (1991: 93) masyarakat di Pulau Jawa kemudian jatuh
berpendapat bahwa strategi yang mendapat pada sosok bernama Syekh Abdul Qadir
tempat dalam menyebarkan Islam di Jaelani (1077±1166 M). Ulama yang
Indonesia adalah strategi tassawuf, yaitu terkenal dalam dunia tarekat dan sufisme
sebuah ajaran berbentuk tarekat yang lebih ini lahir di Provinsi Mazandaran di Iran
mengandalkan gerak ruhaniah daripada memberikan pengaruh sangat besar dalam
gerak batiniah. Menurut Ibnu Khaldun dunia Islam dan bahkan mendapatkan gelar
(dalam Hamka, 1996: 2), Tasawuf ³:DOL´ GDUL PDV\DUDNDW PXVlim di Benua
merupakan ilmu syariah yang timbul India. Muslim Negara Pakistan dan India
kemudian di dalam agama (Islam). Diawali bahkan memberinya gelar Ghaus-e-Azam.
dengan tekun beribadah dan memutuskan Begitu halnya di India, begitu pula halnya
pertalian dengan segala selain Allah di Indonesia (Pulau Jawa) yang juga
semata. Ajaran tasawuf menolak hiasan- mengkultuskan Sosok Syekh Abdul Qadir
hiasan dunia, serta membenci perkara- Jaelani sebagai seorang sufi yang penuh
perkara yang selalu memperdaya orang dengan keajaiban-keajaiban, keluarbiasaan,
banyak. Pengikut tasawuf lebih banyak dan kesaktian. Harapan memperoleh
menjauhi segala bentuk harta-benda dan keajaiban dan keluarbiasaan Syekh Abdul
kemegahan dengan cara menyendiri Qadir Jaelani diyakini dapat diperoleh
Akulturasi dalam Tradisi Lisan«(Irvan Setiawan) 55

melalui pelajaran tasawuf dengan sumber menghormati keanekaragaman budaya dan


utama yang berasal dari kitab manaqib daya cipta insani (Waluyo, 2009: 13).
Syekh Abdul Qadir Jaelani. Dalam lima bidang Warisan Budaya
Takbenda, seni pertunjukan merupakan
2. Akulturasi dalam Maca Syekh salah satu identitas budaya yang cukup
Direktorat Jenderal Kebudayaan, mencolok. Hal demikian dilatarbelakangi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan oleh sudah cukup banyaknya nama
sebagai lembaga pemerintah membuat kesenian yang sudah sangat umum
pilahan besar kebudayaan, yaitu budaya terdengar di telinga masyarakat Indonesia.
benda (tangible culture) dan budaya Sehingga, apabila kita mendengar nama
takbenda (intangible culture). Proses kesenian jaipong, misalnya, maka ingatan
pemaknaan dan nilai yang terkandung kita akan asal lokasi wilayah jaipong
dapat ditemukan dalam dua pilahan besar mengarah ke Provinsi Jawa Barat. Begitu
budaya tersebut. Walaupun demikian, juga halnya dengan ondel-ondel yang akan
dilihat dari segi aktivitas budaya, karya mengarahkan ingatan kita pada asal
budaya takbenda nampak sangat jelas wilayahnya yaitu DKI Jakarta.
terlihat. Berpijak pada ketenaran beberapa
Intangible culture terbagi dalam nama karya budaya tertentu. Bidang
beberapa bidang. Dalam Pasal 2 Ayat 1 kebudayaan lainnya yang tidak kalah
dan 2 Konvensi 2003 UNESCO dijelaskan pentingnya yaitu tradisi dan ekspresi lisan.
bahwa budaya takbenda dapat diwariskan Sebuah karya budaya yang lebih banyak
sehingga penamaannya menjadi warisan berkecimpung dalam pengajaran tentang
budaya takbenda yang terbagi dalam lima nilai dan makna kehidupan. Pola
bidang, yaitu: pengajaran dalam bidang karya budaya
a) tradisi dan ekspresi lisan, termasuk tersebut disebabkan oleh adanya interaksi.
bahasa sebagai wahana warisan budaya Bentuk interaksi tersebut dijelaskan oleh
takbenda; Endraswara (2013: 70) yang mengatakan
b) seni pertunjukan; bahwa tradisi lisan adalah tradisi
c) adat istiadat masyarakat, ritus, dan komunikasi langsung yang memungkinkan
perayaan-perayaan; terjadinya interaksi antara pengirim dan
d) pengetahuan dan kebiasaan perilaku penerima pesan. Perihal
mengenai alam dan semesta; terdokumentasikannya tradisi lisan dalam
e) kemahiran kerajinan tradisional. bentuk tulisan, adalah tidak berpengaruh
(Waluyo, 2009: 13) sama sekali terhadap esensi ataupun nilai
Definisi dari warisan budaya GDUL ³SROD EHODMDU PHQJDMDU´ \DQJ
takbenda adalah segala praktik, disampaikan dalam tradisi lisan. Hal ini
representasi, ekspresi, pengetahuan, senada dengan apa yang dikatakan oleh
keterampilan serta alat-alat, benda Ratna dalam Endraswara (2013: 69).
(alamiah), artefak dan ruang-ruang budaya Beliau mengatakan bahwa tradisi tulis
terkait dengannya yang diakui oleh tidak berpengaruh terhadap keberadaan
berbagai komunitas, kelompok, dan dalam sastra lisan. Artinya, meskipun tradisi lisan
hal tertentu perseorangan sebagai bagian telah ditranskripsikan ke dalam tulisan,
warisan budaya mereka. Warisan budaya tradisi tersebut tetap hidup menurut
takbenda ini, yang diwariskan dari generasi mekanismenya masing-masing.
ke generasi, senantiasa diciptakan kembali Kelokalan dalam sebuah tradisi lisan
oleh berbagai komuniti dan kelompok tidak dengan begitu saja dipersepsikan
sebagai tanggapan mereka terhadap bahwa karya budaya tersebut adalah murni
lingkungannya, interaksinya dengan alam, diciptakan dan dilaksanakan di daerah atau
serta sejarahnya, dan memberikan mereka wilayah tersebut. Berbagai unsur budaya
rasa jati diri dan keberlanjutan, untuk turut menyumbang terciptanya sebuah
56 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 49 - 64

karya budaya. Dan, apakah unsur budaya Sunda dan budaya Jawa. Akulturasi kedua
tersebut juga adalah murni berasal dari budaya tersebut sudah terjadi sejak lama
daerah tersebut? Secara garis besar, dan berjalan dengan harmonis. Salah satu
Danandjaja mengatakan bahwa Indonesia bukti dari akulturasi tersebut adalah
memiliki karakteristik kebudayaan Melayu munculnya tradisi lisan Maca Syekh yang
yang kemudian mendapat pengaruh dari menganut dua bahasa, yaitu bahasa Sunda
kebudayaan Hindu Budha, Nasrani, dan dan bahasa Jawa. Oleh karena itu, dapat
Islam. Hindu Budha dalam pengertian ditarik dua bagian besar akulturasi tradisi
Danandjaja lebih mengarah pada konteks lisan Maca Syekh, yaitu akulturasi dari
penyebaran yang dilakukan oleh Kerajaan unsur tradisi lisan, dan akulturasi dari
Majapahit (Danandjaja, 1977: 4-5). unsur bahasa.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
dikatakan bahwa proses terciptanya unsur - Akulturasi Tradisi
budaya di Indonesia mendapat pengaruh Maca Syekh sebagai salah satu
dari agama dan budaya yang dibawa oleh Warisan Budaya Takbenda (WBTB) telah
penyebar agama tersebut. Agama dtetapkan sebagai Warisan Budaya
mengajarkan konsep ketuhanan dan Takbenda Indonesia pada tahun 2018
budaya memperkaya konsep tersebut (Paluseri, dkk, 2018: 114-115) dimasukkan
dengan berbagai unsur budaya dalam kategori tradisi lisan. Wujud
pendukungnya. Hasil yang diperoleh di akulturasi Maca Syekh terkait dengan
wilayah sebaran agama adalah terciptanya unsur tradisi lisan dapat dilihat dari
sebuah sistem kehidupan versi lokal yang kekayaan budaya lokal yang menjadi unsur
menjadi pedoman dalam proses interaksi terbentuknya Maca Syekh. Menurut
antara manusia ± manusia, manusia ± alam, Alamsyah P. (2018: 32-3 ³0DFD´ GDODP
dan manusia ± Tuhan yang tersebar dalam tradisi lisan Maca Syekh berasal dari kata
berbagai unsur budaya di antaranya tradisi wawacan, yaitu karya sastra naratif yang
lisan. disusun dalam bentuk pupuh. Teks
Maca Syekh sebagai bagian dari wawacan umumnya panjang karena isinya
tradisi lisan merupakan sebuah tradisi yang merupakan cerita. Selain itu, pelaku dalam
memiliki nilai penghormatan kepada Sang wawacan jumlahnya relatif banyak, oleh
Pencipta melalui pembacaan riwayat karena itu pupuh yang digunakannya pun
perjalanan seorang Sufi. Teknis tidak hanya satu jenis. Karena wawacan
pembacaan dan ide untuk menciptakan tersebut berbentuk pupuh, maka teks
tradisi lisan tersebut dilatarbelakangi oleh wawacan disampaikan secara lisan dalam
sejarah perjalanan kehidupan masyarakat suatu pagelaran yang disebut beluk.
Pandeglang yang memang menjadi salah Di Kabupaten Majalengka, tradisi
satu bagian dari wilayah persebaran agama lisan yang mirip dengan Maca Syekh
Islam di Indonesia. dinamakan gaok. Sementara untuk seni
Dalam proses penyebaran agama beluk itu sendiri tersebar di wilayah Tatar
Islam di wilayah Kabupaten Pandeglang, Sunda Parahyangan (Jawa Barat bagian
unsur budaya lokal menjadi salah satu Selatan). Seni beluk dan gaok dicirikan
sarana yang dapat dikatakan cukup dengan alunan suara yang melengking.
berpengaruh untuk menarik masyarakat Berdasarkan penuturan informan,
agar tertarik, memahami, hingga menjadi lengkingan suara tersebut dahulu kala
pemeluk ajaran Agama Islam. Salah satu difungsikan juga sebagai sebuah
unsur budaya yang menjadi pilihan cara pemberitahuan kepada warga yang berada
penyebaran agama Islam adalah tradisi cukup jauh bahwa sedang dilaksanakan
lisan. Wilayah budaya Kabupaten sebuah ritual atau kegiatan.
Pandeglang dihuni oleh dua kelompok Maca Syekh yang dalam
budaya yang cukup dominan, yaitu budaya pelaksanaannya mirip dengan seni beluk,
Akulturasi dalam Tradisi Lisan«(Irvan Setiawan) 57

dalam beberapa hal terdapat perbedaan 4. Kisah tentang budi pekerti Syekh
baik dari segi tatanan alunan suara, isi Abdul Qadir Jaelani.
riwayat atau kisah maupun jumlah 5. Kisah tentang pakaian dan makanan
personilnya. Isi riwayat yang dilantunkan Syekh Abdul Qadir Jaelani ketika
dalam seni beluk di antaranya kinanti, menjadi santri.
asmarandana, dangdanggula, sinom, 6. Kisah pertemuan Syekh Abdul Qadir
pangkur, davina, lambung, ludrang. Jaelani dengan Nabi Hidir.
magatru, maskurnambang, gambuh, 7. Kisah tentang peribadatan Syekh
dangurisa.2 Sementara riwayat yang Abdul Qadir Jaelani.
dibacakan dalam tradisi lisan Maca Syekh 8. Kisah tentang dasar-dasar perbuatan
adalah tentang perilaku dan sepak terjang Syekh Abdul Qadir Jaelani.
Syekh Abdul Qadir Jaelani semasa hidup 9. Kisah penampilan Syekh Abdul Qadir
sebagai salah seorang tokoh penyebar Jaelani memberikan ceramah kepada
agama Islam. manusia di atas kursi.
Lantunan nada dan intonasi dalam 10. Kisah tentang perkumpulan seratus
Maca Syekh sekilas mirip dengan ulama Baghdad di tempat Syekh Abdul
seseorang yang bercerita. Berbeda halnya Qadir Jaelani yang membahas tentang
dengan alunan suara yang melengking baik berbagai masalah.
dalam seni beluk maupun gaok. Sementara 11. Kisah tentang telapak kaki Nabi
untuk jumlah personil adalah tergantung Muhammad yang menginjak pundak
dari tuan rumah yang hendak Syekh Abdul Qadir Jaelani.
melaksanakan Maca Syekh. Apabila hanya 12. Kisah tentang kesaksian guru-guru sufi
dilakukan dalam waktu yang singkat, dan para wali tentang ketinggian
pelaku Maca Syekh cukup hanya satu martabat Syekh Abdul Qadir Jaelani.
orang saja. Sementara itu, durasi waktu 13. Kisah tentang tercelanya orang yang
yang panjang (dari isya hingga subuh) menyebut Sayid Abdul Qadir tanpa
yang diminta oleh tuan rumah membuat punya wudlu.
personil Maca Syekh akan bertambah 14. Kisah tentang orang-orang yang
banyak. memberi hadiah (bertawasul) kepada
Permintaan durasi waktu yang Syekh Abdul Qadir Jaelani akan
pendek oleh tuan rumah biasanya tercapai maksudnya.
ditanggapi oleh pembaca Maca Syekh 15. Kisah tentang nama-nama agung Sayid
dengan melantunkan beberapa riwayat Abdul Qadir.
Syekh Abdul Qadir Jaelani yang sesuai 16. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
dengan maksud dan tujuan sang tuan Jaelani menghidupkan orang yang
rumah. Sementara untuk durasi waktu yang sudah meninggal dari alam kubur.
panjang, pelantun riwayat Maca Syekh 17. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
biasanya lebih dari seorang karena harus Jaelani merebut nyawa pembantunya
membaca seluruh riwayat Syekh Abdul dari malaikat maut.
Qadir Jaelani yang terbagi dalam 53 kisah. 18. Kisah tentang kemampuan Syekh
Adapun kisah atau riwayat tersebut adalah: Abdul Qadir Jaelani dalam merubah
1. Kisah tentang nasab (asal usul dan anak perempuan jadi anak laki-laki.
keturunan) Syekh Abdul Qadir Jaelani. 19. Kisah tentang keselamatan (masuk
2. Kisah tentang kelahiran Syekh Abdul surga) seorang fasik karena
Qadir Jaelani. kecintaannya kepada Syekh Abdul
3. Kisah tentang masa belajar Syekh Qadir al-Jaelani.
Abdul Qadir Jaelani. 20. Kisah tentang kematian seekor burung
yang terbang melewati Syekh Abdul
2
³Seni Beluk, dalam Qadir Jaelani.
https://sites.google.com/site/nimusinstitut/seni-
beluk
58 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 49 - 64

21. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir ketika kayu itu akan diletakkan di atas
Jaelani menghidupkan seekor elang kepalanya.
(alap-alap). 37. Kisah tentang salah seorang isteri yang
22. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir dianugerahi berkat doanya Syekh
Jaelani memerdekakan budak dan Abdul Qadir Jaelani.
mengembalikan harta kekayaan. 38. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
23. Kisah tentang turunnya makanan dari Jaelani menyelamatkan muridnya dari
langit. siksa Munkar Nakir.
24. Kisah tentang sembuhnya orang-orang 39. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
\DQJ NHQD SHQ\DNLW ³WKRXQ´ EHUNDW Jaelani memberi ucapan selamat pada
memakan rerumputan dan meminum setiap tahun baru dan mencerita apa
air dari madrasah milik Syekh Abdul yang akan terjadi pada tahun
Qadir Jaelani. berikutnya.
25. Kisah tentang Syeikh Abdul Qadir 40. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
Jaelani menghidupkan ayam. Jaelani diberi lembaran buku untuk
26. Kisah tentang anjing yang menunggu mencatat murid-muridnya yang datang
Istal (kadang kuda) setelah membunuh pada hari kiamat.
kucing. 41. Kisah tentang seorang yang
27. Kisah tentang pembelian 40 kuda yang mengisapjarinya, kemudian giginya
baik berdasarkan pengakuan kuda- tanpa merasa ingin makan (merasa
kuda yang kurang sehat. kenyang).
28. Kisah tentang Jin Ifrit yang berada di 42. Kisah tentang 6\HNK 6KRQ µ$QL \DQJ
bawah kekuasaan Syekh Abdul Qadir tidak taat kepada nasehat Sayid Abdul
Jaelani. Qadir Jaelani.
29. Kisah tentang ampunan raja jin 43. Kisah tentang ikan sungai Dajlah
terhadap orang yang membunuh (Tigris ?) yang berusaha mencium
putranya. telapak tangannya.
30. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir 44. Kisah tentang kemampuan Syekh
Jaelani mengobati orang yang digoda Abdul Qadir Jaelani merubah wali
jin. mardud (ditolak) menjadi wali maqbul.
31. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir 45. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
Jaelani mencium tangan Nabi Jaelani menyelamatkan muridnya dari
Muhammad SAW. api (siksa) dunia akhirat.
32. Kisah tentang kemampuan Syekh 46. Kisah tentang Syaikh Abdul Qadir al-
Abdul Qadir Jaelani mengunjungi Jaelani menampakkan dirinya dalam
murid-muridnya di 70 tempat pada wujud aki-aki (orang tua).
satu waktu. 47. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
33. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir Jaelani dicoba digoda setan.
Jaelani menyelamatkan isteri salah 48. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
seorang muridnya dari perbuatan Jaelani menampar setan.
tercela orang fasik. 49. Kisah tentang pemberian hadiah uang
34. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir dari seorang raja yang kemudian
Jaelani menolong seorang yang akan menjadi darah karena tidak diberikan
dilepas kewaliannya. secara langsung oleh raja.
35. Kisah tentang Syekh Ahmad Kanji 50. Kisah tentang pemberian hadiah dari
menjadi Syekh Abdul Qadir Jaelani raja secara langsung berupa apel pada
berdasarkan petunjuk gurunya. kesempatan yang lain.
36. Kisah tentang Syekh Ahmad Kanji 51. Kisah tentang wasiat Syekh Abdul
mencari kayu bakar yang terbang Qadir Jaelani kepada putranya.
Akulturasi dalam Tradisi Lisan«(Irvan Setiawan) 59

52. Kisah tentang salat hajat disertai maupun kuliah. Kegiatan seperti ini
dengan meminta pertolongan Syekh dinamakan pula dengan syukuran.
Abdul Qadir Jaelani, dan Masyarakat yang menyelenggarakan
53. Kisah tentang meninggalnya Syekh acara Maca Syekh atau Wawacan Syekh
Abdul Qadir Jaelani (Alamsyah P., Abdul Qadir Jaelani ini berkeyakinan akan
dkk, 2018: 61 -± 64). mendapatkan keselamatan, keberkahan dan
keinginannya tercapai. Ritual Maca Syekh
yang mereka lakukan pada berbagai acara
bertujuan meminta keselamatan dan tolak
bala.
Dalam konsep Islam, keselamatan
diartikan sebuah perbuatan atau tindakan
yang akan, sedang, dan telah dilakukan
didasarkan keselarasan suasana batin,
rohani, hati yang baik dan sesuai dengan
Gambar 1.Salah seorang penutur yang sedang kehendak Allah swt. Selaras antara suasana
melaksanakan tradisi lisan Maca Syekh hati dan perbuatan yang baik tersebut akan
Sumber: Data Primer, 2018. menuju pada apa yang disebut dengan
insan kamil, yaitu sebutan untuk manusia
Pada umumnya, acara Maca Syekh yang nantinya akan selamat dunia dan
merupakan bagian dari acara slametan akhirat. Syukuran ataupun pembacaan
(selamatan), seperti acara khitanan, kitab suci Alquran secara berkelompok
pernikahan, mengisi rumah baru, akan juga dilakukan setidaknya merupakan
menempuh perjalanan jauh atau memiliki sebuah upaya dari tuan rumah agar apa
kendaraan baru. Meskipun tradisi tersebut yang akan, sedang, dan telah dilakukannya
semakin jarang dilakukan orang-orang mendapat ridho dan ampunan dari Sang
yang hidup di perkotaan, tetapi bagi Maha Esa.
masyarakat di pedesaan acara Maca Syekh Tradisi Maca Syekh, bagi
merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat Kabupaten Pandeglang
ritual kehidupan mereka. memiliki makna sendiri dalam menghadapi
Kegiatan Maca Syekh bagi berbagai tantangan dan kesulitan hidup.
masyarakat Pandeglang dilakukan oleh Mereka memiliki keyakinan bahwa
orang perseorangan, seperti hendak menyelenggarakan Maca Syekh, baik di
mengadakan acara slametan (selamatan) rumah secara rutin maupun dilaksanakan
untuk siklus kehidupan seseorang, seperti pada saat hajatan atau syukuran lainnya
tujuh bulanan, khitanan dan pernikahan. akan mendatangkan keberkahan dan
Selain itu, kegiatan seperti ini ia lakukan keselamatan. Karena itu mereka secara
setiap kali sedang atau akan melakukan rutin menyelenggarakan acara Maca Syekh
pekerjaan yang dianggap mengandung setiap kali akan menghadapi berbagai
resiko keselamatan dan sulit untuk tantangan dan kesulitan.
mencapai tujuan seperti; pergi naik haji, Pada umumnya acara Maca Syekh
mendirikan rumah dan membiayai anak berlangsung pada malam hari, dari setelah
sekolah (pendidikan). Kegiatan Maca salat isya sampai subuh, meskipun tidak
Syekh, tidak hanya dilakukan pada saat ia jarang dilakukan pada pagi atau siang hari.
menghadapi kesulitan tetapi juga Sebelum acara Maca Syekh, biasanya tuan
dilaksanakan pada saat mendapat rumah terlebih dahulu menyediakan
kebahagian dan kesuksesan seperti akan VHPDFDP ³VHVDMHQ¶ 6HVDMHQ WHUVHEXW
menempati rumah baru, mendapat dimaksudkan sebagai persyaratan, agar
kendaraan baru atau lulus ujian sekolah saat berlangsungnya Maca Syekh dapat
berlangsung dengan lancar sesuai dengan
60 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 49 - 64

yang diharapkan. Biasanya sesajen yang Sesajen yang dilakukan sebagai


harus disediakan adalah: kopi pahit, kopi salah satu syarat dalam pelaksanaan tradisi
manis, kembang tujuh macam, kue tujuh lisan Maca Syekh menurut sebagian
macam - yang dikenal dengan istilah kalangan dianggap sebagai sebuah
perwanten, beberapa batang rokok, perbuatan syirik. Hal tersebut juga telah
kemenyan, wadah kecil yang berisi air dan tercantum dalam Alquran surat Al-
uang logam. $Qµ—P \DQJ DUWLQ\D
Perihal uang logam dalam wadah ³'DQ PHUHND PHPSHUXQWXNNDQ EDJL
kecil berisi air yang menjadi salah satu Allah satu bagian dari tanaman dan
syarat pelaksanaan tradisi lisan Maca ternak yang telah diciptakan Allah,
Syekh, juga ada beberapa kesamaan lalu mereka berkata sesuai dengan
dengan tradisi serupa di wilayah lainnya, SHUVDQJNDDQ PHUHND ³,QL XQWXN
seperti ketika berkunjung ke leuweung Allah dan ini untuk berhala-berhala
larangan masyarakat Kampung Kuta NDPL ´ 0DND VDML-sajian yang
Kabupaten Ciamis juga disyaratkan untuk diperuntukkan bagi berhala-berhala
menaruh atau melempar uang logam dalam mereka tidak sampai kepada Allah;
sebuah kubangan yang ada dalam dan saji-sajian yang diperuntukkan
leuweung larangan tersebut. Mereka masih bagi Allah, maka sajian itu sampai
mempercayai bahwa pemberian uang kepada berhala berhala mereka.
logam menjadi salah satu syarat Amat buruklah ketetapan mereka
³SHPEHULDQ´ NHSDGD <DQJ 0DKD .XDVD LWX´( Al-$Qµ—P
Tersebut dalam beberapa barang
yang ada dalam sesajen di atas, juga Sebuah tradisi mensyaratkan adanya
sebenarnya bukan spesifik atau hanya ada beberapa kepentingan yang mengharuskan
dalam syarat sesajen dalam tradisi lisan terjadinya sebuah momen persembahan
Maca Syekh, seperti beberapa batang agar apa yang diinginkannya dapat tercapai
rokok, kemenyan, kopi pahit, kopi manis, dengan baik. Keinginan tersebut
kembang tujuh macam, kue tujuh. Menurut merupakan sebuah niatan baik dan tidak
Ki Demang Wangsafyudin3, bahan-bahan ingin menimbulkan konflik dengan
tersebut merupakan sebentuk alat ritual sekelompok masyarakat, aliran, maupun
yang banyak ditemukan pada masyarakat ajaran yang menghendaki pelarangan
budaya Sunda dan Jawa. Beberapa terhadap segala bentuk sesajen.
perlambang dalam bahan sesajen tersebut Pelaksanaan. Pemenuhan syarat berupa
dikatakan bahwa kemenyan memiliki sesajen dalam tradisi lisan Maca Syekh
makna mengkaji dan menghayati serta lebih disebabkan pada unsur keinginan
menelusuri hakekat dari nilai-nilai Ke untuk tidak melupakan tradisi yang telah
Tuhanan harus dilakukan secara sungguh- berjalan turun temurun.
sungguh dan sebenar-benarnya. Kopi pahit Beberapa mitos yang hingga kini
dan kopi manis melambangkan kehidupan sebagian masih dipercayai oleh masyarakat
yang berjalan sering tidak sesuai dengan seperti kewajiban tuan rumah untuk
keinginan. Kembang dan kue tujuh macam PHQ\HGLDNDQ ³VHVDMHQ´ VHFDUD OHQJNDS
melambangkan tujuh kuasa Tuhan (Hyang) pada saat Maca Syekh, pelaku Maca
yaitu Kawasa, Kersa, Uninga, Hirup, Syekh, yang sering dimintai oleh warga
Tingali, Ngarungu, dan Ngandika. untuk membaca Maca Syekh di rumahnya.
Menurutnya ketidaklengkapan sesajen
yang disediakan pada saat Maca Syekh
3
Mustafid SawunggaliK ³0DNQD 6HVDMHQ´ akan mengakibatkan adanya gangguan saat
dalam acara sedang berlangsung. Misalnya, alat
https://www.kompasiana.com/mustafid/54ff908 pengeras suara (loudspeaker) yang jatuh
7a333116a4a51084e/makna-sesajen26 Juni berulang-ulang. Hal tersebut menurut
2015 17:29
Akulturasi dalam Tradisi Lisan«(Irvan Setiawan) 61

masyarakat setempat disebabkan oleh Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa
penyediaan sesaji oleh tuan rumah sesaji sumber dari seni ini adalah pembacaan
yang kurang lengkap. hikayat atau riwayat tokoh budaya yang
Perihal kepercayaan atau adanya dilantunkan dengan nada tinggi. Hasil dari
unsur kecelakaan atau akibat buruk yang adopsi ini adalah dengan mengganti
nantinya akan terjadi apabila tidak riwayat tersebut dengan riwayat Syekh
melaksanakan pemenuhan syarat tersebut Abdul Qadir Jaelani. Menariknya adalah
lebih dianggap sebagai mitos yang hingga bahwa bahasa Arab yang menjadi sumber
kini masih diyakini oleh sebagian riwayat beliau diterjemahkan dalam dua
masyarakat. Mitos tersebut kini lebih bahasa yaitu bahasa Jawa dan bahasa
diarahkan pada sikap personal dan tidak 6XQGD 8QVXU ³NH$UDEDQ´ DJDU WLGDN
lebih dari bagian dari upaya yang dianggap hilang namun dalam pembacaannya dapat
tidak wajar untuk menjaga tradisi tetap dimengerti oleh masyarakat awam
berlangsung. kemudian diantisipasi dengan cara
Beranjak dari adanya unsur budaya menuliskan riwayat tersebut dengan
lokal yang diadopsi dan menjadikan menggunakan huruf Arab Pegon.
sebuah paduan akulturasi yang serasi
dalam tradisi lisan Maca Syekh, dapat
menjadi sebuah pola yang sebenarnya akan
berjalan lancar apabila kelompok
masyarakat dari unsur agama (Islam)
dengan kelompok masyarakat dari unsur
budaya mengambil nilai budaya luhur dari
kedua sisi sehingga persepsi yang
mengerucut adalah sebuah kehidupan
dengan tatanan perilaku yang akan
membawa keharmonisan dengan
berpedoman pada Ketuhanan Yang Maha
Kuasa.

- Akulturasi Bahasa
Syekh Abdul Qadir Jaelani sebagai
sebagai seorang tokoh dengan sosok yang
PDPSX ³PHQJKLSQRWLV´ XPDW PDQXVLD
dengan bersandar pada keteladanan dan
kecintaannya pada Islam, dalam perjalanan
ajarannya telah banyak menciptakan
banyak kekayaan budaya yang mengacu
pada sepak terjang semasa hidupnya. Maca
Syekh adalah salah satu di antaranya.
Sebuah kekayaan budaya yang hingga kini
masih dipraktikkan oleh sebagian
masyarakat di Kabupaten Pandeglang yang
notabene merupakan masyarakat hasil
akulturasi budaya Jawa dan Sunda.
Kerinduan dan keinginan untuk
mengenang sepak terjang Syekh Abdul
Qadir Jaelani dilakukan teknik dan cara
beragam. Salah satu dari upaya tersebut
Gambar 2. Arab Pegon
adalah dengan mengadopsi seni beluk. Sumber: Pudjiastuti, (2009: 273-274).
62 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 49 - 64

Unsur kebahasaan pada masyarakat Perihal tulisan dalam riwayat Syekh


Pandeglang pada umumnya adalah bahasa Abdul Qadir Jaelani yang diungkapkan
Sunda. Masyarakat Jawa yang sudah ada di dalam dua bahasa (Jawa dan Sunda) secara
Provinsi Banten sejak zaman dahulu tidak langsung mengacu pada sumber dari
melakukan proses akulturasi dengan huruf dalam bacaan tersebut, yaitu huruf
mengutamakan penguasaan bahasa Sunda Arab Pegon. Menurut Behrend dalam
terlebih dahulu. Akan halnya dengan Pudjiastuti (2009: 272), huruf Arab Pegon
masyarakat Sunda setelah sekian lama diciptakan untuk mempermudah
berinteraksi dengan masyarakat Jawa pembacaan huruf Arab yang disesuaikan
menyebabkan perubahan dialek Sunda dengan karakter lidah (logat) bahasa Jawa.
hingga terciptalah apa yang biasa disebut Proses ini dapat dianggap sebagai salah
dengan istilah Sunda Banten. Menurut satu solusi dalam proses kelancaran
Tihami (2004: 2) bahasa Sunda merupakan penyebaran agama Islam di wilayah
bahasa masyarakat Banten Girang yang budaya Jawa dengan konsentrasi
sudah lama ada dan dipergunakan jauh penyebaran pada pondok-pondok
sebelum kedatangan Syarif Hidayatullah. pesantren.
Bahasa Jawa merupakan pengaruh dari Riwayat Syekh Abdul Qadir Jaelani
kedatangan Syarif Hidayatullah dan yang ditulis menggunakan huruf Arab
puteranya bernama Hasanuddin di Banten Pegon tidak begitu saja tercipta tanpa ada
yang kemudian disandingkan dengan latar belakangnya. Tihami (2004: 3)
proses penyebaran agama Islam. mengemukakan bahwa penyebab utama
Proses akulturasi terus berjalan penggunaan bahasa Jawa dan Sunda yang
mengarah ke bidang lainnya, yaitu dalam ditulis menggunakan hurub Arab Pegon
bidang tradisi lisan yaitu dengan erat kaitannya dengan masa penjajahan
mengemukanya pembacaan riwayat Syekh Belanda. Kala itu, huruf Arab menjadi
Abdul Qadir Jaelani menggunakan dua simbol dari sarana komunikasi kalangan
buah versi bahasa yaitu bahasa Jawa dan kaum modernis, sementara pihak kolonial
bahasa Sunda. menggunakan aksara Jawa. Penggunaan
huruf Arab kemudian menjadi bagian
utama dalam setiap gerakan kaum maju
kala itu. Akan halnya dengan pengaruh
penulisan Arab Pegon pada kaum lama,
menurut Tessier (1999: 173) bahwa huruf
Arab Pegon menjadi bagian dari perjalanan
penyebaran agama Islam yang dapat
dipergunakan dalam kaitannya dengan
proses komunikasi, pemberitahuan tertulis
maupun penulisan yang tidak terlalu
berada dalam konteks Alquran, termasuk
di dalamnya adalah menggunakan huruf
Arab Pegon dalam penulisan riwayat
Syekh Abdul Qadir Jaelani. Hal ini
diperkuat oleh Pudjiastuti (2009: 277-280)
yang mengatakan bahwa penggunaan
tulisan Arab Pegon tidak secara spesifik
pada isi dan maksud yang bersifat
keislaman melainkan dapat dipergunakan
Gambar 3.Salah satu halaman dalam kitab
Maca Syekh dalam berbagai fungsi, di antaranya:
Sumber: Data Primer, 2018. - Sarana penulisan teks keagamaan
- Sarana penulisan teks sastra
Akulturasi dalam Tradisi Lisan«(Irvan Setiawan) 63

- Sarana penulisan surat menyurat Unsur bahasa yang menjadi unsur


- Sarana penulisan teks mantra terpenting dari pembacaan riwayat Syekh
Sarana penulisan teks keagamaan Abdul Qadir Jaelani merupakan sebuah
dalam pengertian bahwa bahasa Arab produk akulturasi yang tercipta dengan
sebagai bahasa baku dalam Alquran dan turut melibatkan unsur politik yang dalam
hadis, pada tradisi lisan Maca Syekh proses perjalanannya berakhir dengan
menggunakan bahasa Jawa dan Sunda harmonis dan hingga kini dapat menjadi
dengan tujuan agar apa yang dibacakan bagian dari kehidupan budaya masyarakat
oleh penutur Maca Syekh langsung dapat Pandeglang yang juga merupakan produk
dimengerti dan dipahami. akulturasi dari budaya masyarakat Jawa
Menyimak dari penjelasan di atas dan Sunda.
dapat dikatakan bahwa akulturasi bahasa Di akhir tulisan ini, perihal adanya
dalam tradisi lisan Maca Syekh merupakan unsur kepercayaan dalam pengadaan bahan
salah satu bentuk dari sebuah perjalanan ritual tradisi lisan Maca Syekh harus
budaya yang sangat panjang dan ditanggapi dengan menggunakan berbagai
membutuhkan waktu lama untuk menuju unsur yang mengacu upaya pelestarian
pada terciptanya sebuah formulasi nilai budaya luhur sehingga akan
kekayaan budaya yang dapat diterima oleh menghasilkan sebuah kesepakatan yang
semua pihak. akan menambah penguatan karakter
kebangsaan.
D. PENUTUP
Syekh Abdul Qadir Jaelani yang DAFTAR SUMBER
menjadi salah satu tokoh populer agama 1. Makalah, Laporan Penelitian,
Islam telah banyak mempengaruhi Skripsi, Tesis, dan Jurnal
kebudayaan lokal dalam proses perjalanan Alamsyah P., Suwardi, Lina Herlinawati, Irvan
penyebaran agama Islam. Sebagian 6HWLDZDQ <DQWL 1LVIL\DQWL ³.Djian
masyarakat mendapatkan ajaran Islam dan Nilai Pada Tradisi Maca Syekh di
kemudian memeluk agama Islam, dan .DEXSDWHQ 3DQGHJODQJ 3URYLQVL %DQWHQ´
sebagian lainnya menjadikan sosok Syekh Laporan Pengkajian Nilai Budaya,
Abdul Qadir Jaelani sebagai sosok sufi Bandung: Balai Pelestarian Nilai Budaya
yang patut diteladani perjalanan hidupnya. Jawa Barat.
Banyak cara dilakukan untuk Danandjaja, James, 1977.
mengenang, mendengarkan kisah, dan Kebudayaan Petani Desa Trunyan di
mengikuti pola hidup Syekh Abdul Qadir Bali: Satu Lukisan Analitis yang
Jaelani dengan berbagai cara, salah satunya Menghubungkan Praktek Pengasuhan
dengan mendengarkan tuturan riwayat Anak Orang Trunyan dengan Latar
hidup Syekh Abdul Qadir Jaelani melalui Belakang Etnografinya, Thesis, Jakarta:
tradisi lisan Maca Syekh seperti yang Jurusan Antropologi Budaya, Universitas
Indonesia.
dilakukan oleh sebagian masyarakat di
Kabupaten Pandeglang. Dwi Aprilyanto, Agung. 2015.
Hal menarik dari Maca Syekh Spiritualitas Pemuda Urban (Peran
adalah bahwa ditemukan sebuah proses Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilani di
akulturasi tradisi dan bahasa yang terasa Pondok Pesantren Aitam Nurul Karomah
kental dalam setiap pelaksanaan Maca terhadap Pembentukan Spiritualitas
Pemuda Kendangsari Surabaya). Skripsi.
Syekh. Percampuran antara budaya Sunda,
Surabaya: Prodi Filsafat Agama Fakultas
Jawa, dan budaya Arab tempat Syekh Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam
Abdul Qadir Jaelani berkiprah membuat Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Maca Syekh menjadi semacam produk
akulturasi dari multi budaya. Oetomo, Dede. ³3HQHOLWLDQ .XDOLtatif: Aliran
GDQ 7HPD´ GDODP Bagong Suyanto dan
Sutinah (ed), Metode Penelitian Sosial:
64 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 49 - 64

Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Ihromi, T.O., (ed). 2006.


Kencana. 2005. Pokok-pokok Antropologi Budaya,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Praharani, Ruli. 2007.
Wayang Kulit sebagai Media Penyebaran Koentjaraningrat. 1990.
Agama Islam di Demak pada Abad Ke- Metode±Metode Penelitian Masyarakat.
XV.Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Jakarta: Pustaka Jaya.
Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan
Mahjudin. 1991.
Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
Kuliah Akhlaq Tasawuf. Jakarta: Kalam
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Mulia.
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Paluseri, Dais Dharmawan, dkk. 2018.
Pudjiastuti, Titik ³7XOLVDQ 3HJRQ:XMXG
Penetapan Warisan Budaya Takbenda
Identitas Islam-JawaTinjauan atas Bentuk
Indonesia Tahun 2018, Jakarta: Direktorat
GDQ )XQJVLQ\D´ GDODP Jurnal Suhuf, Vol.
Warisan dan Diplomasi Budaya,
2, No. 2, 2009.
Direktorat Jenderal Kebudayaan,
Sedyawati, Edi ³.HGXGXNDQ 7UDGLVL /LVDQ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu
Tessier. 1999.
%XGD\D´ GDODP Warta ATL. Jurnal
Pusat Pengajaran Tradisional Agama
Pengetahuan dan Komunikasi Peneliti
Islam di Jawa Barat dan Peranannya
dan Pemerhati Tradisi Lisan, Edisi Maret
dalam Sejarah Perjuangan, Cilegon:
1996.
Yayasan Ki Wasid.
Kumalasari, Devi Senja. 2017.
Waluyo, Harry, dkk. 2009.
Sejarah Perkembangan Jamaah Manaqib
Buku Panduan Praktis Pencatatan
Syaikh Abdul Qodir Jailani Di Pondok
Warisan Budaya Takbenda Indonesia,
Pesantren Al- Qodiri Kec. Gebang Kab.
Jakarta: Departemen Kebudayaan dan
Jember (1997-2015). Skripsi. Surabaya:
Pariwisata Republik Indonesia dan Kantor
Fakultas Adab Universitas Islam Negeri
UNESCO Jakarta.
(UIN) Sunan Ampel Surabaya.
Zulaeha, Ida. 2010
Tihami, M.A ³.KD]DQDK .HEXGD\DDQ
Dialektologi: Dialek Geografi dan Dialek
%DQWHQ´ Makalah, dalam Seminar
Sosial. Jogjakarta: Graha Ilmu.
Sejarah dan Kebudayaan Banten, Pusat
Kajian Sejarah dan Budaya STAIN
³60+%´ Serang, 1 Juli 2004. 3. Website
$QRQLP ³6HQL %HOXN GDODP
2. Buku
https://sites.google.com/site/nimusinstit
Anwar, Rosihon. 2005. ut/seni-beluk.
Kamus Tasawuf Jilid 2, Bandung: PT.
Mustafid Sawunggalih. ³0DNQD 6HVDMHQ´
Remaja Rosdakarya.
dalam https://www.kompasiana. com/
BPS Kabupaten Pandeglang. 2017. mustafid/54ff9087a333116a4a51084e/m
Kabupaten Pandeglang dalam Angka akna-sesajen diakses 26 Juni 2015
2017, Pandeglang: BPS Kabupaten 17:29.
Pandeglang.
Endraswara, Suwardi. 2013.
Metodologi Antropologi Sastra,
Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Hamka, 1996.
Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka Panji
Mas.
Harwantiyoko dan Neltje F. Katuuk, 1992.
Pengantar Sosiologi dan Ilmu Sosial
Dasar, Jakarta: Gunadarma.

Anda mungkin juga menyukai