Naskah Diterima:2 Januari 2019 Naskah Direvisi:26 Januari 2019 Naskah Disetujui:27 Maret 2019
DOI: 10.30959/patanjala.v11i1.481
Abstrak
Tradisi lisan Maca Syekh di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten merupakan salah satu
bentuk pengajaran yang memiliki tujuan untuk mendengar dan memahami riwayat hidup sosok
Syekh Abdul Qadir Jaelani sebagai salah satu tokoh penyebar agama Islam. Hal menarik untuk
diteliti dari tradisi lisan Maca Syekh adalah adanya sebuah proses akulturasi dengan melibatkan
unsur budaya, agama, dan unsur politik untuk kemudian menghasilkan sebuah produk akulturasi
yang dapat bertahan hingga kini. Penelitian deskriptif dengan mengacu pada data kualitatif
merupakan pilihan tepat mengingat sumber data yang dicari adalah informasi essay yang banyak
membutuhkan analisa kualitatif. Dari hasil analisa diketahui bahwa akulturasi dari tradisi lisan
Maca Syekh di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten terbagi menjadi dua yaitu akulturasi
tradisi dan akulturasi kebahasaan. Unsur politik dideskripsikan secara singkat karena hanya
melibatkan penggunaan huruf Arab dalam penulisan Maca Syekh yang pada masa Penjajahan
menjadi sebuah hal yang dianggap mewakili kalangan modernis.
Kata kunci: Maca Syekh, tradisi lisan.
Abstract
Maca Syekh oral tradition in Pandeglang Regency, Banten Province, is one form of
teaching that aims to hear and understand the life history of Sheikh Abdul Qadir Jaelani. An
interesting thing to examine from Maca Shaykh's oral tradition is the existence of an acculturation
process involving elements of culture, religion, and political elements to then produce an
acculturation product that can survive until now. Descriptive research with reference to
qualitative data is the right choice considering the source of the data sought is essay information
which requires a lot of qualitative analysis. From the results of the analysis, it is known that the
acculturation of the Maca Shaykh oral tradition in Pandeglang Regency, Banten Province, is
divided into two: traditional acculturation and linguistic acculturation. The political element is
described briefly because it only involves the use of Arabic letters in the Maca Syekh writing
which in the colonial period became something considered to represent modernists.
Keywords: Maca Syekh, oral tradition.
A. PENDAHULUAN mulai menyelami tentang makna dan nilai
Kebudayaan merupakan bagian yang dari apa yang telah dilakukannya setelah
tidak terpisahkan dalam kehidupan sekian lama bersentuhan dengan
manusia. Perilaku terstruktur baik yang kebudayaan.
disadari maupun tidak disadari manusia Dikaitkan intangible culture
membuktikan bahwa ia telah masuk dalam heritage (warisan budaya takbenda), nilai
sebuah lingkungan kebudayaan. Terlebih dari sebuah karya budaya tidak hanya
lagi apabila individu atau masyarakat dilihat dari segi fisiknya saja. Karinding
50 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 49 - 64
data yang berwujud pertanyaan atau salah satu kabupaten tanpa melihat
berupa kata-kata yang biasanya diperoleh karakteristik dan intensitas keberadaan
melalui proses wawancara. Maca Syekh di salah satu kabupaten. Oleh
karena itu, lokasi penelitian yang dipilih
2. Pengumpulan Data yaitu di Kabupaten Pandeglang Provinsi
Data yang dikumpulkan berwujud Banten.
data kualitatif. Menurut Oetomo
(2005:186), data kualitatif dapat C. HASIL DAN BAHASAN
dikumpulkan melalui tiga cara, yaitu : 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Wawancara. Hasil data yang diperoleh Secara astronomis, Kabupaten
adalah ungkapan langsung dari 3DQGHJODQJ WHUOHWDN DQWDUD ¶ ± ¶
informan tentang pengalaman, /LQWDQJ 6HODWDQ GDQ ¶ ¶
pendapat, perasaan, dan Bujur Timur. Batas administratif
pengetahuannya. Hal ini diperkuat oleh Pandeglang di sebelah utara adalah dengan
Ihromi (2006: 51) bahwa wawancara Kabupaten Serang, sebelah selatan
merupakan satu-satunya cara yang berbatasan dengan Samudera Indonesia,
digunakan peneliti (Antropolog) untuk sebelah barat berbatasan dengan Selat
memperoleh keterangan tentang Sunda, dan sebelah timur berbatasan
kejadian yang tidak dapat diamati dengan Kabupaten Lebak. Dua perbatasan
sendiri, misalnya kejadian di masa pantai diartikan adanya aliran sungai yang
lampau ataupun tidak boleh mengikuti membelah wilayah Kabupaten Pandeglang.
sebuah ritus tertentu. Dalam Setidaknya ada 14 sungai di Kabupaten
Antropologi, teknik ini biasa dikenal Pandeglang, yaitu, Sungai Cidano, Sungai
dengan teknik etnografi. Cibungur, Sungai Cisanggona, Sungai
b. Observasi langsung. Hasil yang Ciliman, Sungai Cihonje, Sungai
diperoleh dari cara ini adalah rincian Cipunagara, Sungai Cisumur, Sungai
pengamatan tentang kegiatan, perilaku, Ciseureuhan, Sungai Cijaralang, Sungai
dan tindakan individu atau sekelompok Cikadongdong, Sungai Ciseukeut, Sungai
masyarakat yang terkait dengan tema Cimara, Sungai Cibaliung, dan Sungai
kegiatan. Cicanta. Sementara di sisi lainnya,
c. Penelaahan dokumentasi tertulis. Objek Kabupaten Pandeglang dihiasi oleh enam
pencarian data tertulis dapat diarahkan gunung, yaitu, Gunung Karang (1.778
pada cuplikan, kutipan atau penggalan mdpl); Gunung Pulosari (1.346 mdpl);
catatan referensi yang tentunya Gunung Aseupan (1.174 mdpl); Gunung
berkaitan dengan kegiatan. Payung (480 mdpl); Gunung Honje (620
Untuk mendapatkan data kualitatif, mdpl); dan Gunung Tilu (562 mdpl).
penelitian ini menggunakan teknik Memiliki wilayah dengan luas
wawancara dan penelaahan dokumentasi 2,746,81 Km2, Kabupaten Pandeglang
tertulis. Hal itu disebabkan esensi dari terbagi menjadi 35 kecamatan dengan
kajian tersebut berupa tradisi masyarakat jumlah penduduk pada tahun 2016
yang dimaksud disertai uraiannya. sebanyak 1.183.006 terdiri dari 604.603
laki-laki dan 578.403 perempuan (BPS
3. Lokasi Penelitian Kab. Pandeglang, 2017: 71). Dari jumlah
Persebaran Tradisi Lisan Maca penduduk tersebut, sebagian besar
Syekh tersebar di wilayah Provinsi Banten, beragama Islam. Hal ini dilihat dari
namun konsentrasi penutur Maca Syekh ketiadaan jumlah tempat peribadatan non
berada di tiga wilayah administratif, yaitu Islam di Kabupaten Pandeglang. (BPS
Kabupaten Tangerang, Kabupaten Lebak, Kab. Pandeglang, 2017: 168).
dan Kabupaten Pandeglang (Paluseri, Dari segi kepemakaian bahasa,
2018: 114). Lokasi penelitian diambil di Provinsi Banten secara keseluruhan
Akulturasi dalam Tradisi Lisan«(Irvan Setiawan) 53
memiliki tiga bahasa, yaitu bahasa Sunda, atas apa yang hendak diwujudkan kepada
Jawa, dan Lampung. Di Kabupaten Sang Maha Kuasa melalui pembacaan
Pandeglang, penggunaan bahasa Sunda kitab Syekh Abdul Jaelani. Wujud dari
banyak digunakan berikut dialek Sunda penghormatan tersebut merupakan sebuah
khas Banten. Istilah dialek tidaklah kodrati dari naluri manusia yang dimulai
menjadi sebuah perbedaan bahasa yang sejak zaman dahulu (pra sejarah) terkait
signifikan karena dialek merupakan sebuah dengan adanya pusat kosmis yang
perbedaan kecil dari variasi penggunaan merupakan sebuah pusat pertemuan antara
bahasa yang disesuaikan dengan kondisi dunia fisik (alam sekitar) dan non fisik
pengucapan masyarakat setempat (alam supranatural). Leluhur sebagai
(Zulaeha, 2010: 1). Meski Bahasa Sunda sebuah sosok yang dihormati pada
mendominasi pola komunikasi masyarakat zamannya menjadi simbol dari sebuah
3DQGHJODQJ %DKDVD -DZD ³%DQWHQ´ MXJD ajaran yang wajib dihormati dan ditaati
cukup banyak dituturkan masyarakat baik ketika masih hidup maupun setelah
Pandeglang. Oleh karena itu, Naskah- meninggal.
naskah Maca Syekh yang tersebar di Proses dinamisme yang berkembang
Pandeglang juga diterjemahkan dalam dua menjadi animisme yang sudah ada jauh
bahasa tersebut dengan menggunakan sebelum adanya agama-agama besar ±
huruf Arab Pegon. yang dalam hal ini adalah Islam - menjadi
Seh dalam pengertian Masyarakat sebuah jalan dari proses regenerasi
Banten, ditujukan pada satu sosok bernama VSLULWXDO XQWXN NHPXGLDQ ³GLVHPSXUQDNDQ´
Syeh Abdul Qadir Jaelani. Menyimak dari dan pada akhirnya mengerucut pada sosok
sisi sejarah, kemunculan tradisi Maca manusia yang diutus oleh Yang Maha
Syekh lebih banyak mengarah pada Kuasa untuk memberitahukan akan adanya
penyebaran agama Islam melalui tradisi ajaran keesaan yang wajib diikuti karena
lisan dalam bentuk pembacaan riwayat adanya konsekuensi dari ketidak-
hidup Syekh Abdul Qadir Jaelani. ikutsertaan ataupun mengingkari
Syekh Abdul Qadir Jaelani adalah keberadaanNya.
seorang penyebar agama Islam terkenal. Hal ihwal kepatuhan terhadap
Dapat dikatakan demikian karena hasil sebuah ajaran agama tidaklah seragam
karya beliau telah dipergunakan di antar wilayah persebaran karena
berbagai wilayah penyebaran agama Islam bercampur dengan kultur dan religiusitas
di Indonesia utamanya di Pulau Jawa mulai yang sudah ada sebelumnya. Patut
dari ujung barat hingga ujung timur. Di digarisbawahi bahwa proses penyebaran
ujung barat Pulau Jawa, nama Syekh agama dilakukan melalui berbagai cara.
Abdul Qadir Jaelani dikenal pada Salah satu cara yang dilakukan untuk
masyarakat Kabupaten Pandeglang sebagai menyebarkan agama Islam adalah dengan
penyebar agama Islam untuk kemudian melakukan pendekatan budaya melalui
dikenang dan disebarkan ajaran agamanya unsur kesenian, seperti halnya dengan seni
melalui tradisi lisan Maca Sekh.Selain di wayang kulit yang digunakan sebagai
Pandeglang, tradisi Maca Sekh juga ada di media penyebaran agama Islam di Demak
wilayah ujung timur Pulau Jawa seperti di pada Abad ke-XV (Praharani, 2007: 1 -58).
JHPEHU GHQJDQ QDPD ³0DQDTLE 6\DLNK Cara lainnya adalah dengan melalui
$EGXO 4RGLU -DLODQL´ .XPDODVDUL saluran perdagangan, saluran pernikahan,
± 18), dan di Surabaya dengan nama tradisi saluran pendidikan, dan saluran dakwah.
\DQJ VDPD \DLWX ³0DQDTLE 6\DLNK $EGXO Khusus mengenai saluran dakwah sebagai
4RGLU -DLODQL´ 'ZL $SULO\DQWR - salah satu peyebaran agama Islam
19). dilakukan oleh Wali Sanga, yaitu:
Tradisi lisan Maca Syekh tidak lepas 1. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan
dari proses penghormatan dan permintaan Gresik berasal dari Persia.
54 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 49 - 64
2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat. menuju jalan Tuhan dalam khalwat dan
3. Sunan Drajat atau Syarifudin (putra ibadah. Beberapa tokoh tassawuf cukup
Raden Rahmat) terkenal di Indonesia di antaranya Hamzah
4. Sunan Bonang atau Mahdun Ibrahim Fansuri, Nuruddin ar-Raniri, Abdurrauf
(putra Raden Rahmat) Singkel, Samsudin Sumatrani, al-
5. Sunan Giri atau Raden Paku (murid Palimbani. Lima tokoh tassawuf tersebut
Sunan Ampel). banyak berkiprah menyebarkan Islam di
6. Sunan Kalijaga atau Joko Said. Pulau Sumatra. Sementara untuk Pulau
7. Sunan Kudus atau Jafar Sidiq. Jawa lebih banyak dilakukan oleh Wali
8. Sunan Muri atau Raden Umar Said. Songo (wali sembilan).
9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Kesuksesan menyebarkan agama
Hidayatullah. Islam yang dilakukan Wali Songo lebih
diawali dengan sembilan sosok wali
Tiga bangsa yang berpotensi tersebut yang menurut masyarakat ± kala
menyebarkan agama Islam di Indonesia itu ± memiliki karomah yang terletak pada
masing-masing, yaitu Gujarat, Persia, dan kekeramatan, dan penguasaan ilmu
Bangsa Arab, memiliki pembuktian atas (pengetahuan, keagamaan, dan kebatinan)
kedatangannya di Indonesia. Melalui yang sangat tinggi. Uniknya, posisi pada
berbagai saluran dan maksud kedatangan tingkat kedigjayaan baik dalam bentuk
ke Indonesia, kultur dari bangsa pendatang keramat ataupun penguasaan ilmu selalu
tersebut sedikit banyak tersosialisasi pada dicari siapa yang paling tinggi. Kala Wali
masyarakat yang berkomunikasi secara Songo berhasil menyebarkan Islam di
intens. Hal ini kemudian membuat adanya seantero Pulau Jawa, status kekeramatan
perbedaan cara pandang dalam memaknai dan penguasaan keilmuan Wali Songo
proses penyebaran Islam sebagai sebuah pada beberapa lokasi di Pulau Jawa bukan
agama dengan sumber utama yaitu kitab menempati urutan tertinggi. Dengan
suci Alquran, hadis, dan Sunnah. demikian, status Wali Songo hanyalah
Budaya di Indonesia yang pernah GLDQJJDS VHEDJDL ³SHPEDZD SHVDQ ,VODP´
dipengaruhi oleh budaya India dengan sedangkan tingkat kekeramatannya dan
ajaran Hindu Budhanya memberikan pengusaan ilmu bukanlah yang tertinggi.
SHOXDQJ XQVXU ³NHDMDLEDQ´ XQWXN PDVXN Pencarian sosok ulama yang
dalam strategi penyebaran agama Islam. PHPLOLNL WLQJNDW ³NHDMDLEDQ´ WHUWLQJJL SDGD
Oleh karena itu, Mahjudin (1991: 93) masyarakat di Pulau Jawa kemudian jatuh
berpendapat bahwa strategi yang mendapat pada sosok bernama Syekh Abdul Qadir
tempat dalam menyebarkan Islam di Jaelani (1077±1166 M). Ulama yang
Indonesia adalah strategi tassawuf, yaitu terkenal dalam dunia tarekat dan sufisme
sebuah ajaran berbentuk tarekat yang lebih ini lahir di Provinsi Mazandaran di Iran
mengandalkan gerak ruhaniah daripada memberikan pengaruh sangat besar dalam
gerak batiniah. Menurut Ibnu Khaldun dunia Islam dan bahkan mendapatkan gelar
(dalam Hamka, 1996: 2), Tasawuf ³:DOL´ GDUL PDV\DUDNDW PXVlim di Benua
merupakan ilmu syariah yang timbul India. Muslim Negara Pakistan dan India
kemudian di dalam agama (Islam). Diawali bahkan memberinya gelar Ghaus-e-Azam.
dengan tekun beribadah dan memutuskan Begitu halnya di India, begitu pula halnya
pertalian dengan segala selain Allah di Indonesia (Pulau Jawa) yang juga
semata. Ajaran tasawuf menolak hiasan- mengkultuskan Sosok Syekh Abdul Qadir
hiasan dunia, serta membenci perkara- Jaelani sebagai seorang sufi yang penuh
perkara yang selalu memperdaya orang dengan keajaiban-keajaiban, keluarbiasaan,
banyak. Pengikut tasawuf lebih banyak dan kesaktian. Harapan memperoleh
menjauhi segala bentuk harta-benda dan keajaiban dan keluarbiasaan Syekh Abdul
kemegahan dengan cara menyendiri Qadir Jaelani diyakini dapat diperoleh
Akulturasi dalam Tradisi Lisan«(Irvan Setiawan) 55
karya budaya. Dan, apakah unsur budaya Sunda dan budaya Jawa. Akulturasi kedua
tersebut juga adalah murni berasal dari budaya tersebut sudah terjadi sejak lama
daerah tersebut? Secara garis besar, dan berjalan dengan harmonis. Salah satu
Danandjaja mengatakan bahwa Indonesia bukti dari akulturasi tersebut adalah
memiliki karakteristik kebudayaan Melayu munculnya tradisi lisan Maca Syekh yang
yang kemudian mendapat pengaruh dari menganut dua bahasa, yaitu bahasa Sunda
kebudayaan Hindu Budha, Nasrani, dan dan bahasa Jawa. Oleh karena itu, dapat
Islam. Hindu Budha dalam pengertian ditarik dua bagian besar akulturasi tradisi
Danandjaja lebih mengarah pada konteks lisan Maca Syekh, yaitu akulturasi dari
penyebaran yang dilakukan oleh Kerajaan unsur tradisi lisan, dan akulturasi dari
Majapahit (Danandjaja, 1977: 4-5). unsur bahasa.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
dikatakan bahwa proses terciptanya unsur - Akulturasi Tradisi
budaya di Indonesia mendapat pengaruh Maca Syekh sebagai salah satu
dari agama dan budaya yang dibawa oleh Warisan Budaya Takbenda (WBTB) telah
penyebar agama tersebut. Agama dtetapkan sebagai Warisan Budaya
mengajarkan konsep ketuhanan dan Takbenda Indonesia pada tahun 2018
budaya memperkaya konsep tersebut (Paluseri, dkk, 2018: 114-115) dimasukkan
dengan berbagai unsur budaya dalam kategori tradisi lisan. Wujud
pendukungnya. Hasil yang diperoleh di akulturasi Maca Syekh terkait dengan
wilayah sebaran agama adalah terciptanya unsur tradisi lisan dapat dilihat dari
sebuah sistem kehidupan versi lokal yang kekayaan budaya lokal yang menjadi unsur
menjadi pedoman dalam proses interaksi terbentuknya Maca Syekh. Menurut
antara manusia ± manusia, manusia ± alam, Alamsyah P. (2018: 32-3 ³0DFD´ GDODP
dan manusia ± Tuhan yang tersebar dalam tradisi lisan Maca Syekh berasal dari kata
berbagai unsur budaya di antaranya tradisi wawacan, yaitu karya sastra naratif yang
lisan. disusun dalam bentuk pupuh. Teks
Maca Syekh sebagai bagian dari wawacan umumnya panjang karena isinya
tradisi lisan merupakan sebuah tradisi yang merupakan cerita. Selain itu, pelaku dalam
memiliki nilai penghormatan kepada Sang wawacan jumlahnya relatif banyak, oleh
Pencipta melalui pembacaan riwayat karena itu pupuh yang digunakannya pun
perjalanan seorang Sufi. Teknis tidak hanya satu jenis. Karena wawacan
pembacaan dan ide untuk menciptakan tersebut berbentuk pupuh, maka teks
tradisi lisan tersebut dilatarbelakangi oleh wawacan disampaikan secara lisan dalam
sejarah perjalanan kehidupan masyarakat suatu pagelaran yang disebut beluk.
Pandeglang yang memang menjadi salah Di Kabupaten Majalengka, tradisi
satu bagian dari wilayah persebaran agama lisan yang mirip dengan Maca Syekh
Islam di Indonesia. dinamakan gaok. Sementara untuk seni
Dalam proses penyebaran agama beluk itu sendiri tersebar di wilayah Tatar
Islam di wilayah Kabupaten Pandeglang, Sunda Parahyangan (Jawa Barat bagian
unsur budaya lokal menjadi salah satu Selatan). Seni beluk dan gaok dicirikan
sarana yang dapat dikatakan cukup dengan alunan suara yang melengking.
berpengaruh untuk menarik masyarakat Berdasarkan penuturan informan,
agar tertarik, memahami, hingga menjadi lengkingan suara tersebut dahulu kala
pemeluk ajaran Agama Islam. Salah satu difungsikan juga sebagai sebuah
unsur budaya yang menjadi pilihan cara pemberitahuan kepada warga yang berada
penyebaran agama Islam adalah tradisi cukup jauh bahwa sedang dilaksanakan
lisan. Wilayah budaya Kabupaten sebuah ritual atau kegiatan.
Pandeglang dihuni oleh dua kelompok Maca Syekh yang dalam
budaya yang cukup dominan, yaitu budaya pelaksanaannya mirip dengan seni beluk,
Akulturasi dalam Tradisi Lisan«(Irvan Setiawan) 57
dalam beberapa hal terdapat perbedaan 4. Kisah tentang budi pekerti Syekh
baik dari segi tatanan alunan suara, isi Abdul Qadir Jaelani.
riwayat atau kisah maupun jumlah 5. Kisah tentang pakaian dan makanan
personilnya. Isi riwayat yang dilantunkan Syekh Abdul Qadir Jaelani ketika
dalam seni beluk di antaranya kinanti, menjadi santri.
asmarandana, dangdanggula, sinom, 6. Kisah pertemuan Syekh Abdul Qadir
pangkur, davina, lambung, ludrang. Jaelani dengan Nabi Hidir.
magatru, maskurnambang, gambuh, 7. Kisah tentang peribadatan Syekh
dangurisa.2 Sementara riwayat yang Abdul Qadir Jaelani.
dibacakan dalam tradisi lisan Maca Syekh 8. Kisah tentang dasar-dasar perbuatan
adalah tentang perilaku dan sepak terjang Syekh Abdul Qadir Jaelani.
Syekh Abdul Qadir Jaelani semasa hidup 9. Kisah penampilan Syekh Abdul Qadir
sebagai salah seorang tokoh penyebar Jaelani memberikan ceramah kepada
agama Islam. manusia di atas kursi.
Lantunan nada dan intonasi dalam 10. Kisah tentang perkumpulan seratus
Maca Syekh sekilas mirip dengan ulama Baghdad di tempat Syekh Abdul
seseorang yang bercerita. Berbeda halnya Qadir Jaelani yang membahas tentang
dengan alunan suara yang melengking baik berbagai masalah.
dalam seni beluk maupun gaok. Sementara 11. Kisah tentang telapak kaki Nabi
untuk jumlah personil adalah tergantung Muhammad yang menginjak pundak
dari tuan rumah yang hendak Syekh Abdul Qadir Jaelani.
melaksanakan Maca Syekh. Apabila hanya 12. Kisah tentang kesaksian guru-guru sufi
dilakukan dalam waktu yang singkat, dan para wali tentang ketinggian
pelaku Maca Syekh cukup hanya satu martabat Syekh Abdul Qadir Jaelani.
orang saja. Sementara itu, durasi waktu 13. Kisah tentang tercelanya orang yang
yang panjang (dari isya hingga subuh) menyebut Sayid Abdul Qadir tanpa
yang diminta oleh tuan rumah membuat punya wudlu.
personil Maca Syekh akan bertambah 14. Kisah tentang orang-orang yang
banyak. memberi hadiah (bertawasul) kepada
Permintaan durasi waktu yang Syekh Abdul Qadir Jaelani akan
pendek oleh tuan rumah biasanya tercapai maksudnya.
ditanggapi oleh pembaca Maca Syekh 15. Kisah tentang nama-nama agung Sayid
dengan melantunkan beberapa riwayat Abdul Qadir.
Syekh Abdul Qadir Jaelani yang sesuai 16. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
dengan maksud dan tujuan sang tuan Jaelani menghidupkan orang yang
rumah. Sementara untuk durasi waktu yang sudah meninggal dari alam kubur.
panjang, pelantun riwayat Maca Syekh 17. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
biasanya lebih dari seorang karena harus Jaelani merebut nyawa pembantunya
membaca seluruh riwayat Syekh Abdul dari malaikat maut.
Qadir Jaelani yang terbagi dalam 53 kisah. 18. Kisah tentang kemampuan Syekh
Adapun kisah atau riwayat tersebut adalah: Abdul Qadir Jaelani dalam merubah
1. Kisah tentang nasab (asal usul dan anak perempuan jadi anak laki-laki.
keturunan) Syekh Abdul Qadir Jaelani. 19. Kisah tentang keselamatan (masuk
2. Kisah tentang kelahiran Syekh Abdul surga) seorang fasik karena
Qadir Jaelani. kecintaannya kepada Syekh Abdul
3. Kisah tentang masa belajar Syekh Qadir al-Jaelani.
Abdul Qadir Jaelani. 20. Kisah tentang kematian seekor burung
yang terbang melewati Syekh Abdul
2
³Seni Beluk, dalam Qadir Jaelani.
https://sites.google.com/site/nimusinstitut/seni-
beluk
58 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 49 - 64
21. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir ketika kayu itu akan diletakkan di atas
Jaelani menghidupkan seekor elang kepalanya.
(alap-alap). 37. Kisah tentang salah seorang isteri yang
22. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir dianugerahi berkat doanya Syekh
Jaelani memerdekakan budak dan Abdul Qadir Jaelani.
mengembalikan harta kekayaan. 38. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
23. Kisah tentang turunnya makanan dari Jaelani menyelamatkan muridnya dari
langit. siksa Munkar Nakir.
24. Kisah tentang sembuhnya orang-orang 39. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
\DQJ NHQD SHQ\DNLW ³WKRXQ´ EHUNDW Jaelani memberi ucapan selamat pada
memakan rerumputan dan meminum setiap tahun baru dan mencerita apa
air dari madrasah milik Syekh Abdul yang akan terjadi pada tahun
Qadir Jaelani. berikutnya.
25. Kisah tentang Syeikh Abdul Qadir 40. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
Jaelani menghidupkan ayam. Jaelani diberi lembaran buku untuk
26. Kisah tentang anjing yang menunggu mencatat murid-muridnya yang datang
Istal (kadang kuda) setelah membunuh pada hari kiamat.
kucing. 41. Kisah tentang seorang yang
27. Kisah tentang pembelian 40 kuda yang mengisapjarinya, kemudian giginya
baik berdasarkan pengakuan kuda- tanpa merasa ingin makan (merasa
kuda yang kurang sehat. kenyang).
28. Kisah tentang Jin Ifrit yang berada di 42. Kisah tentang 6\HNK 6KRQ µ$QL \DQJ
bawah kekuasaan Syekh Abdul Qadir tidak taat kepada nasehat Sayid Abdul
Jaelani. Qadir Jaelani.
29. Kisah tentang ampunan raja jin 43. Kisah tentang ikan sungai Dajlah
terhadap orang yang membunuh (Tigris ?) yang berusaha mencium
putranya. telapak tangannya.
30. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir 44. Kisah tentang kemampuan Syekh
Jaelani mengobati orang yang digoda Abdul Qadir Jaelani merubah wali
jin. mardud (ditolak) menjadi wali maqbul.
31. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir 45. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
Jaelani mencium tangan Nabi Jaelani menyelamatkan muridnya dari
Muhammad SAW. api (siksa) dunia akhirat.
32. Kisah tentang kemampuan Syekh 46. Kisah tentang Syaikh Abdul Qadir al-
Abdul Qadir Jaelani mengunjungi Jaelani menampakkan dirinya dalam
murid-muridnya di 70 tempat pada wujud aki-aki (orang tua).
satu waktu. 47. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
33. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir Jaelani dicoba digoda setan.
Jaelani menyelamatkan isteri salah 48. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir
seorang muridnya dari perbuatan Jaelani menampar setan.
tercela orang fasik. 49. Kisah tentang pemberian hadiah uang
34. Kisah tentang Syekh Abdul Qadir dari seorang raja yang kemudian
Jaelani menolong seorang yang akan menjadi darah karena tidak diberikan
dilepas kewaliannya. secara langsung oleh raja.
35. Kisah tentang Syekh Ahmad Kanji 50. Kisah tentang pemberian hadiah dari
menjadi Syekh Abdul Qadir Jaelani raja secara langsung berupa apel pada
berdasarkan petunjuk gurunya. kesempatan yang lain.
36. Kisah tentang Syekh Ahmad Kanji 51. Kisah tentang wasiat Syekh Abdul
mencari kayu bakar yang terbang Qadir Jaelani kepada putranya.
Akulturasi dalam Tradisi Lisan«(Irvan Setiawan) 59
52. Kisah tentang salat hajat disertai maupun kuliah. Kegiatan seperti ini
dengan meminta pertolongan Syekh dinamakan pula dengan syukuran.
Abdul Qadir Jaelani, dan Masyarakat yang menyelenggarakan
53. Kisah tentang meninggalnya Syekh acara Maca Syekh atau Wawacan Syekh
Abdul Qadir Jaelani (Alamsyah P., Abdul Qadir Jaelani ini berkeyakinan akan
dkk, 2018: 61 -± 64). mendapatkan keselamatan, keberkahan dan
keinginannya tercapai. Ritual Maca Syekh
yang mereka lakukan pada berbagai acara
bertujuan meminta keselamatan dan tolak
bala.
Dalam konsep Islam, keselamatan
diartikan sebuah perbuatan atau tindakan
yang akan, sedang, dan telah dilakukan
didasarkan keselarasan suasana batin,
rohani, hati yang baik dan sesuai dengan
Gambar 1.Salah seorang penutur yang sedang kehendak Allah swt. Selaras antara suasana
melaksanakan tradisi lisan Maca Syekh hati dan perbuatan yang baik tersebut akan
Sumber: Data Primer, 2018. menuju pada apa yang disebut dengan
insan kamil, yaitu sebutan untuk manusia
Pada umumnya, acara Maca Syekh yang nantinya akan selamat dunia dan
merupakan bagian dari acara slametan akhirat. Syukuran ataupun pembacaan
(selamatan), seperti acara khitanan, kitab suci Alquran secara berkelompok
pernikahan, mengisi rumah baru, akan juga dilakukan setidaknya merupakan
menempuh perjalanan jauh atau memiliki sebuah upaya dari tuan rumah agar apa
kendaraan baru. Meskipun tradisi tersebut yang akan, sedang, dan telah dilakukannya
semakin jarang dilakukan orang-orang mendapat ridho dan ampunan dari Sang
yang hidup di perkotaan, tetapi bagi Maha Esa.
masyarakat di pedesaan acara Maca Syekh Tradisi Maca Syekh, bagi
merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat Kabupaten Pandeglang
ritual kehidupan mereka. memiliki makna sendiri dalam menghadapi
Kegiatan Maca Syekh bagi berbagai tantangan dan kesulitan hidup.
masyarakat Pandeglang dilakukan oleh Mereka memiliki keyakinan bahwa
orang perseorangan, seperti hendak menyelenggarakan Maca Syekh, baik di
mengadakan acara slametan (selamatan) rumah secara rutin maupun dilaksanakan
untuk siklus kehidupan seseorang, seperti pada saat hajatan atau syukuran lainnya
tujuh bulanan, khitanan dan pernikahan. akan mendatangkan keberkahan dan
Selain itu, kegiatan seperti ini ia lakukan keselamatan. Karena itu mereka secara
setiap kali sedang atau akan melakukan rutin menyelenggarakan acara Maca Syekh
pekerjaan yang dianggap mengandung setiap kali akan menghadapi berbagai
resiko keselamatan dan sulit untuk tantangan dan kesulitan.
mencapai tujuan seperti; pergi naik haji, Pada umumnya acara Maca Syekh
mendirikan rumah dan membiayai anak berlangsung pada malam hari, dari setelah
sekolah (pendidikan). Kegiatan Maca salat isya sampai subuh, meskipun tidak
Syekh, tidak hanya dilakukan pada saat ia jarang dilakukan pada pagi atau siang hari.
menghadapi kesulitan tetapi juga Sebelum acara Maca Syekh, biasanya tuan
dilaksanakan pada saat mendapat rumah terlebih dahulu menyediakan
kebahagian dan kesuksesan seperti akan VHPDFDP ³VHVDMHQ¶ 6HVDMHQ WHUVHEXW
menempati rumah baru, mendapat dimaksudkan sebagai persyaratan, agar
kendaraan baru atau lulus ujian sekolah saat berlangsungnya Maca Syekh dapat
berlangsung dengan lancar sesuai dengan
60 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 49 - 64
masyarakat setempat disebabkan oleh Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa
penyediaan sesaji oleh tuan rumah sesaji sumber dari seni ini adalah pembacaan
yang kurang lengkap. hikayat atau riwayat tokoh budaya yang
Perihal kepercayaan atau adanya dilantunkan dengan nada tinggi. Hasil dari
unsur kecelakaan atau akibat buruk yang adopsi ini adalah dengan mengganti
nantinya akan terjadi apabila tidak riwayat tersebut dengan riwayat Syekh
melaksanakan pemenuhan syarat tersebut Abdul Qadir Jaelani. Menariknya adalah
lebih dianggap sebagai mitos yang hingga bahwa bahasa Arab yang menjadi sumber
kini masih diyakini oleh sebagian riwayat beliau diterjemahkan dalam dua
masyarakat. Mitos tersebut kini lebih bahasa yaitu bahasa Jawa dan bahasa
diarahkan pada sikap personal dan tidak 6XQGD 8QVXU ³NH$UDEDQ´ DJDU WLGDN
lebih dari bagian dari upaya yang dianggap hilang namun dalam pembacaannya dapat
tidak wajar untuk menjaga tradisi tetap dimengerti oleh masyarakat awam
berlangsung. kemudian diantisipasi dengan cara
Beranjak dari adanya unsur budaya menuliskan riwayat tersebut dengan
lokal yang diadopsi dan menjadikan menggunakan huruf Arab Pegon.
sebuah paduan akulturasi yang serasi
dalam tradisi lisan Maca Syekh, dapat
menjadi sebuah pola yang sebenarnya akan
berjalan lancar apabila kelompok
masyarakat dari unsur agama (Islam)
dengan kelompok masyarakat dari unsur
budaya mengambil nilai budaya luhur dari
kedua sisi sehingga persepsi yang
mengerucut adalah sebuah kehidupan
dengan tatanan perilaku yang akan
membawa keharmonisan dengan
berpedoman pada Ketuhanan Yang Maha
Kuasa.
- Akulturasi Bahasa
Syekh Abdul Qadir Jaelani sebagai
sebagai seorang tokoh dengan sosok yang
PDPSX ³PHQJKLSQRWLV´ XPDW PDQXVLD
dengan bersandar pada keteladanan dan
kecintaannya pada Islam, dalam perjalanan
ajarannya telah banyak menciptakan
banyak kekayaan budaya yang mengacu
pada sepak terjang semasa hidupnya. Maca
Syekh adalah salah satu di antaranya.
Sebuah kekayaan budaya yang hingga kini
masih dipraktikkan oleh sebagian
masyarakat di Kabupaten Pandeglang yang
notabene merupakan masyarakat hasil
akulturasi budaya Jawa dan Sunda.
Kerinduan dan keinginan untuk
mengenang sepak terjang Syekh Abdul
Qadir Jaelani dilakukan teknik dan cara
beragam. Salah satu dari upaya tersebut
Gambar 2. Arab Pegon
adalah dengan mengadopsi seni beluk. Sumber: Pudjiastuti, (2009: 273-274).
62 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 49 - 64