PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang khas,
unik, stereotipikal, dan stigmatik. Identitas budayanya itu
dianggap sebagai deskripsi dari generalisasi jatidiri individual
maupun
komunal
etnik
Madura
dalam
berperilaku
dan
tidak
jarang
di
antara
mereka
mendapat
pertemuan
komunitas
intelektual
(well-educated)
kendati
pun
menyisakan
dilema,
pola
untuk
perilaku mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Islam dan Budaya Madura ?
2. Bagamana Relasi Agama dan Budaya Madura ?
3. Bagaiaman Identitas Islam dan Budaya Madura ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Mengenai Islam dan Budaya Madura.
2. Untuk Menetahui Relasi Agama dan Budaya Madura.
3. Untuk Mengetahui Identitas Islam dan Budaya Madura.
BAB II
PEMBAHASAN
hal yang bersangkutan dengan akal. Kebudayaan adalah halhal yang merupakan hasil dari keseluruhan system gagasan,
tindakan, cipta, rasa dan karsa manusia untuk memenuhi
kebutuhan
hidupnya
yang
semua
itu
tersusun
dalam
kehaidupan masyarakat.
Secara istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Budaya memiliki arti pikiran; akal budi, adat istiadat, sesuatu
mengenai kebudayaan yang sudah berkembang, sesuatu
yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah.
Sedangkan Kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan
penciptaan
batin
atau
akal
budi
kepercayaan,
kesenian,
dan
pengetahuan
manusia
sebagai
digunakan
untuk
pengalamannya
dan
adat
istiadat,
makhluk
memahami
yang
manusia
menjadi
seperti
keseluruhan
sosial
yang
lingkungan
serta
pedoman
tingkah
lakunya.2
Dalam antropologi budaya, dikenal macam-macam
suku dan budaya dari berbagai daerah, salah satu dari suku
tersebut
adalah
masyarakat
suku
Madura.
Masyarakat
adalah
merupakan
bagian
dari
Jawa,
namun
dikatakan
suku
Madura
adalah
masyarakat
yang
Madura
yang
telah
berkembang
semenjak
masa
asli
Madura
ini
bertumpu
pada
kepercayaan
halus
termasuk
roh
nenek
moyang
dan
juga
agama
dan
Sebagai
sebuah
kenyataan
sejarah,
menjadi
lambang
nilai
ketaatan
kepada
Tuhan.
Kebudayaan
temporer.
Agama
bersifat
tanpa
partikular,
kebudayaan
berkembang
sebagai
agama
kebudayaan,
agama
sebagai
pribadi.
relatif,
dan
memang
dapat
Namun,
tanpa
kolektivitas
tidak
akan
fase.
Pertama,
fase
dimana
agama
dan
dan
kebudayaan
mulai
mengalami
diferensiasi
semakin
transparan.
Agam
mulai
memiliki
Kelompok
ini
berusaha
membersihkan
dan
lebeli
dengan
takhayul,
mistik,
khurafat,
bidah
dan
sebagainya.
C. Identitas Islam dan Budaya Madura
Religiusitas masyarakat etnik Madura telah dikenal luas
sebagai bagian dari keberagamaan kaum muslimin Indonesia
yang berpegang teguh pada tradisi atau ajaran Islam dalam
menapak realitas kehidupan sosial budayanya. Kendati pun
begitu, kekentalan dan kelekatan keberislaman mereka tidak
selalu mencerminkan nilai-nilai normatif ajaran agamanya.
Kondisi itu dapat dipahami karena penetrasi ajaran Islam
yang dipandang relatif berhasil ke dalam komunitas etnik
Madura dalam realitasnya berinteraksi dengan kompleksitas
elemen-elemen sosiokultural yang melingkupinya, terutama
variabel keberdayaan ekonomik, orientasi pendidikan, dan
perilaku politik. Hasil penetrasi Islam ke dalamnya kemudian
menampakkan karakteristik tertentu yang khas dan sekaligus
juga unik.5
Oleh karena itu, pemahaman dan penafsiran atas
ajaran Islam normatif pada warga etnik Madura pada
perkembangannya berjalan seiring dengan kontekstualitas
konkret budayanya yang ternyata sangat dipengaruhi jika
tidak dikatakan bermuatan heretical oleh lingkup lokalitas dan
serial waktu yang membentuknya. Dalam perwujudannya,
keberagamaan etnisitas komunal itu ternyata menampakkan
diri dalam bentuk local tradition di mana Islam sebagai great
tradition (ajaran dan praksis normatif) membentuk
konsepsi tentang realitas yang mengakomodasi kenyataan
sosiokultural
masyarakatnya
atau
komunitas
yang
segmentasi
normatif
dimungkinkan
kehidupan
sehingga
mengalami
tampak
wajah
perubahan
pada
Islam
walaupun
konsepsi
yang
dengan
spesifikasi
yang
diucapkan
(dijanjikan),
atau
dipahami
sebagai
penistaan
harga
diri,
keberagamaan
sebagian
masyarakat
Madura
praksis
yang
berjangkauan
luas.
Menghadapi
1. Kekhasan Budaya
Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang
khas, unik, stereotipikal, dan stigmatik. Penggunaan
istilah khas menunjuk pada pengertian bahwa entitas
etnik Madura memiliki kekhususan-kultural yang tidak
serupa dengan etnografi komunitas etnik lain. Kekhususan
kultural
itu
tampak
antara
lain
pada
ketaatan,
kepatuhan
hierarkis
orang-orang
Madura
tersebut
menjadi
keniscayaan
untuk
itu.
Dalam
makna
yang
lebih
luas
dapat
menyebut
istilah
lainnya
kecuali
ketundukan,
atau
sebutan
kedurhakanlah
ditimpakan
kedua
secara
mutlak,
orangtuanya
tidak
juga
dapat
menjadi
kemestian
dinegosiasikan,
maupun
pada
saat ini
kepatuhan
itu
mengalami
keterputusan
yang
berposisi
pada
level
hierarkis
selanjutnya.
atau
sekurang-
kurangnya
Ustadz
pada
10
tentang
kepatuhan
orang
Madura
tidak
semua
orang
Madura
mempunyai
murid
akan
menjadi
guru,
mengikuti
jejak
karena
keberhasilan
faktor
prestasi
genealogis
dalam
melainkan
meraih
status.
karena
Dalam
mencapai posisi
11
itulah
dapat
dinyatakan
bahwa
yang
menimpa
para
individu
religiusitas
budayanya.
Sebagai
pulau
yang
aktualisasi
ketaatan
kepada
ajaran
normatif
hierarki
tertinggi.
Dalam
kenyataannya,
tidak
kebutuhan
rumah
tangganya,
di
antaranya:
12
dan
keamanan
didalamnya
seluruh
Sang
anggota
Ibu
keluarga,
sebagai
termasuk
anggota
dalam
kepada
pemerintahan
Guru
karena
maupun
peran
dan
kepada
jasa
pemimpin
mereka
itu
pascakehidupan
pemerintahan
kehidupan
kesempatan
berjasa
publik
dunia.
Sedangkan
pemimpin
dalam
mengatur
ketertiban
melalui
bekerja,
penyediaan
mengembangkan
iklim
dan
kesempatan
suasana
aman,
dan
membangun
sesungguhnya
terletak
pada
pemaknaan
berkeadilan
dan
proporsional.
Jika
kepatuhan
13
tentang
konsepsi
kepatuhan
sesungguhnya
Madura
untuk
meraih
keberhasilan
dan
di
Nusantara,
yakni
9,7
Juta
Jiwa
(7,5%),
hingga
saat
ini
14
cenderungtermarginalkan
sehingga
penggunaan
berbahasa
Madura
pada
komunitas
etnik
lain
karena
justru
memunculkan
kebanggaan
tersendiri.
saling
memberdayakan.
Penggunaan
konsep
tandus
sehingga
survivalitas
kehidupan
15
penuh
konflik
disertai
tindak
kekerasan
atau sosok
komunitas
etnik
Madura.
hampir
setiap
ketersinggungan
senantiasa
atas
martabat
anak-anak
dan
muda
harga
Madura
di
diri
mereka.
perantauan
secara
sengaja
tampak
menonjolkan
citra
persaudaraan
sejati.
Hal
itu
tergambar
dari
16
persahabatan
atau
persaudaraan
dapat
kandungnya
(pseudo-kinship).
Sebaliknya,
seringkali
mengalami
ketidakcocokan
pendapat,
istilah
stereotip
dalam
etnografi
Dalam
perspektif
kelompok
etnik
berpeluang
justifikasi
subjektif
memiliki
stereotipikal
dari
budaya,
setiap
penilaian
kelompok
dan
etnik
atas
istilah
stigma
menunjuk
pada
17
yang
bermuara
pada
adu-ketangguhan
dengan
bahwa
carok
Madura
sesungguhnya
asal
merupakan
untuk
melakukan
duel.
Malah
dalam
berlangsung.
Kedua
pihak
pelaku
carok,
18
sangat
tersinggung
dan
menampakkan
mengiringi
sebelum
berlangsungnya
carok.
proses
rekonsiliasi
terlebih
dahulu
yang
BAB III
7 Ibid, hlm. 6-9
19
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama Islam dan kebudayaan merupakan dua hal yang
tidak bisa dipisahkan, keduanya saling melengkapi satu sama
lain. Ketika berbicara agama dan kebudayaan, bisa dilihat
lewat aplikasi fungsinya dalam wujud sistem budaya dan juga
dalam bentuk tradisi ritual atau upacara keagamaan yang
nyata-nyata bisa mengandung nilai agama dan kebudayaan
secara bersamaan.
Religiusitas masyarakat etnik Madura telah dikenal luas
sebagai bagian dari keberagamaan kaum muslimin Indonesia
yang berpegang teguh pada tradisi atau ajaran Islam dalam
menapak realitas kehidupan sosial budayanya. Kendati pun
begitu, kekentalan dan kelekatan keberislaman mereka tidak
selalu mencerminkan nilai-nilai normatif ajaran agamanya.
Kondisi itu dapat dipahami karena penetrasi ajaran Islamyang dipandang relatif berhasil ke dalam komunitas etnik
Madura dalam realitasnya berinteraksi dengan kompleksitas
elemen-elemen sosiokultural yang melingkupinya, terutama
variabel keberdayaan ekonomik, orientasi pendidikan, dan
perilaku politik. Hasil penetrasi Islam ke dalamnya kemudian
menampakkan karakteristik tertentu yang khas dan sekaligus
juga unik.
B. Saran
Kami mengharapkan para pembaca bisa mengambil pelajaran dari
makalah kami ini, dan member kritikan dari setiap kesalahan yang ada karena
kami manusia biasa yang dhaif, dan jika ada benarnya itu semata-mata dari
Allah swt.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ala, Abd. Membaca Keberagaman Masyarakat Madura.
Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2004.
Kodiran. Kebudayaan dalam Manusia dan Kebudayaan di
Indonesia. Jakarta: Jambatan, 1976.
Latief, A Wiyata. Madura yang Patuh, Kajian Antropologi
Mengenai Budaya Madura. Jakarta: Ceric-fisip UI, 2003.
Notowidagdo, Rohiman. Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Alquran dan Hadis. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996.
Supadie, Ahmad. Pengantar Studi Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011.
Zulkarnain, Iskandar. Sejarah Sumenep. Sumenep: Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan, 2003.
21