Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, serta Shalawat dan
salam kita panjatkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad saw., karena atas
hidayah - Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. makalah ini kami
sampaikan kepada Pembina mata kuliah Agama (Aswaja) yang dibina oleh bapak Nanang
Rakhman Saleh, SAg. sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada bapak yang telah berjasa mencurahkan ilmunya kepada
kami dengan ikhlas mengajar mata kuliah Agama (Aswaja).
Kami memohon maaf kepada Bapak dosen khususnya, umumnya para pembaca
apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam karya tulis ini, baik dari segi
bahasanya maupun isinya, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
kepada semua pembaca demi lebih baiknya karya-karya tulis yang akan datang.
Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini, bermanfaat bagi semua orang
khususnya untuk kami sendiri maupun untuk pembaca. Atas perhatianya, kami mengucapkan
terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pandangan kaum Nahdliyyin, kehadiran Islam yang dibawa oleh Rasulullah
saw. Bukanlah untuk menolak segala tradisi yang mengakar menjadi kultur budaya
masyarakat, melainkan sekedar untuk melakukan pembenahan-pembenahan dan pelurusan-
pelurusan terhadap tradisi dan budaya yang tidak sesuai dengan risalah Rasulullah saw.
Budaya yang telah mapan menjadi nilai normatif masyarakat dan tidakbertentangan dengan
ajaran Islam akan mengakulturasikannya bahkan mengakuinnya sebagai bagian dari budaya
dan tradisi Islam itu sendiri.
2. Landasan apa saja yang diterapkan dalam tradis dan budaya di NU?
2. Untuk Mengetahui Landasan apa saja yang diterapkan pada Tradisi dan Budaya
dalam Nu?
BAB II
PEMBAHASAN
a. Tradisi
Tradisi adalah pertama, sesuatu yang ditransferensikan kepada kita. Kedua, sesuatu
yang dipahamkan kepada kita. Dan ketiga, sesuatu yang mengarahkan perilaku kehidupan
kita. Itu merupakan tiga lingkaran yang didalamnya suatu tradisi tertentu ditransformasikan
menuju tradisi yang dinamis. Pada lingkaran pertama, tradisi menegakkan kesadaran historis,
pada lingkaran kedua menegakkan kesadaran eidetis, dan pada lingkaran ketiga menegakkan
kesadaran praksis.
b. Budaya
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Budaya adalah sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan dan sukar untuk dirubah.
c. NU
Ajaran Aswaja selalu menjiwai berbagai tradisi-tradisi tersebut. Pasti ada ajaran-
ajaran Aswaja yang menjadi substansi dan penggeraknya. Bagi para Ulama’ dan kalangan
terpelajar akan dengan mudah menangkap ajaran-ajaran dibalik tradisi-tradisi keagamaan
yang berbeda-beda tersebut. Namun, bagi sebagian kalangan awam mungkin agak sulit,
mereka lebih memahami praktek dari pada aspek bathiniyyahnya. Dari sinilah timbul kesalah
pahaman terhadap sebagian tradisi-tradisi keagammaan yang ada. Selama ini kita maklum,
bahwa sebelum hadirnya dakwah Islam yang diusung para wali (walisongo), masyarakta
Jawa adalah pemeluk taat agama Hindu dan juga pelaku budaya Jawa yang kental dengan
nuansa Hinduisme sampai sekarang masih di-ugemi (pedomani) sebagian masayarakat
Indonesia.
a. At-Tawasuth dan I’tidal, yaitu sikap tengah dengan inti keadilan dalam kehidupan.
b. At-Tasamuh, yaitu toleran dalam perbedaan, toleran dalam urusan kemasyarakatan dan
kebudayaan.
c. At-Tawazun, yaitu keseimbangan beribadah kepada Allah swt dan berkhidmah kepada
sesama manusia serta keselarasan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
d. Amar Ma’ruf Nahi Munkar, yaitu mendorong perbuatan baik dan mencegah hal-hal
yang merendahkan nilai-nilai kehidupan (mencegah kemungkaran).
Sikap tersebut adalah yang diteladankan para Walisongo dalam meyebarkan ajaran
Islam di nusantara. Sebagai pewaris Nabi, Walisongo tentu melakukan dakwah dengan
pedoman jelas. Dalam menyikapi tradisi setempat diilhami oleh Nabi Muhammad sebagai
panutannya. Satu misal, haji adalah ibadah yang sudah ada sejak sebelum kelahiran Kanjeng
Nabi Muhammad. Oleh Nabi, haji tidak dihilangkan, tapi diisi dengan ruh tauhid dan
dibersihkan dari kotoran syirik. Sikap inilah yang kemudian diteruskan oleh para sahabat dan
para pengikutnya, termasuk Walisongo, yang disebut dengan kaum sunni atau Ahlussunnah
wal Jama’ah.
2.4 Contoh Tradisi dan Budaya di Kalangan NU
a. Tahlilan
Tahlil itu berasal dari kata hallala, yuhallilu, tahlilan, artinya membaca kalimat La
Ilaha Illallah. Tahlil berarti rangkaian acara yang terdiri dari membaca beberapa ayat dan
surat dari al-Qur’an seperti al-khlas, al-Falaq, an-Naas, ayat kursi, awal dan ahir surat al-
Baqarah, membaca dzikir-dzikir seperti tahlil, tasbih, tahmid, shalawat dan semacamnya,
kemudian diakhiri dengan do’a dan hidangan makan. Semua rangkain acara ini dilakukan
secara berjama’ah dengan suara yang keras. Hukum tahlil adalah boleh dalam syari’at Islam,
karena semua acara yang ada dalam rangkaian tahlil boleh dilakukan dan tidak satupun yang
terlarang.
Adapun dalam HR. Ahmad: Nabi Muhammad saw. menyuruh sahabat untuk memperbaiki
iman dengan memperbanyaklah mengucapkan La Ilaha Illallah.
Dari HR. Al-Hakim dan Baihaqi bahwa pahala bagi orang yang memperbanyak
istighfar adalah Allah menjadikan untuknya kebahagiaan dari setiap kesusahan, menjadikan
jalan keluar dari setiap kesempitan dan memberikan rizki dari Allah yang tak terduga.
Kalau kita melihat lirik sya’ir maupun prosa yang terdapat dalam kitab al-Barzanji
seratus persen isinya memuat biografi, sejarah hidup, dan kehidupan Rasulullah. Demikian
pula yang ada didalam kitab Diba’ dan Burdah. Kitab ini yang berlaku bagi orang-orang NU
dalam melakukan ritual Mauludiyyah atau menyambut kelahiran Rasulullah. Dalam acara
Gebyar Maulid Nabi SAW Habib Luthfi bin Yahya menyampaikan: "Maulid adalah
ungkapan terimakasih kita kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Lalu sudah sejauh mana
terimakasih kita kepada beliau Kanjeng Nabi SAW? Karena beliau SAW lah kita bisa
menjadi Muslim yang mengenal al-Quran, tidak menjadi anak-anak yang haram karena
kedua orang tua kita adalah Muslim"
Yang satunya khusus puji-pujian untuk Sulthanul Auliya, Syaikh Abdul Qodir al-
Jilany. Akan tetai, dalam praktiknya, al-Barzanji, ad-Diba’i, kasidah Burdah dan Manaqib
(Syaikh Abdul Qadir Jilany) sering dibaca ketika ada hajat anak lahir, hajat menantu,
khitanan, tingkeban, masalah yang sulit terpecahkan, musibah yang berlarut-larut, dan lain-
lain. Yang tak ada maksud lain mohon berkah Rasulullah akan terkabul semua yang
dihajatkan.
e. Tawassul
Tawassul itu artinya perantaraan. Kalau kita tak sanggup menghadap langsung, kita perlu
seorang perantara.
Imam Syaukani mengatakan tawassul kepada Nabi Muhammad SAW ataupun kepada yang
lain (orang shaleh), baik pada masa hidupnya maupun setelah meninggal adalah merupakan
ijma’ para sahabat tawassul bukanlah meminta kekuatan orang mati atau yang hidup, tetapi
berperantara kepada keshalihan seseorang, atau kedekatan derajatnya kepada Allah SWT,
sesekali bukanlah manfaat dari manusia, tetapi dari Allah SWT yang telah memilih orang
tersebut hingga ia menjadi hamba yang shalih, hidup atau mati tak membedakan atau
membatasi kekuasaan Allah SWT, karena ketakwaan mereka dan kedekatan mereka kepada
Allah SWT tetap abadi walau mereka telah wafat.
f. Tabarruk,
yaitu mengharap berkah contoh bahwa seorang sahabat ingin mengaharap berkah
dengan meminta burdah yaitu selimut yang dibordir bagian tepinnya.
Saat Kajian Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) yang digelar Pengurus Pusat Lembaga
Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) KH Zakky Mubarak mengatakan bahwa para sahabat dan
ulama-ulama terkemuka, lanjutnya, juga turut memeragakan tabarruk, seperti mencium
tangan, ziarah, menghormati tempat dan barang-barang khusus, bahkan menggunakannya
sebagai sarana (wasilah) untuk tujuan-tujuan tertentu, agar mendap kan berkah dari yang di
lakukan nya.
Di terangkan dalam surat Al-Ahzab ayat ke-56: "Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-
Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya dengan sungguh-sungguh".
Perintah untuk mengajar dan belajar 2 ayat ahir surat al-Baqarah kepada istri-istri dan
anak-anakmu, bahwa sesungguhnya ayat itu adalah shalat (rahmat) Qur’an dan doa.
Mencium tangan orang shaleh, penguasa yang bertakwa dan orang kaya yang saleh
adalah perkara yang mustahabb (sunah) yang disukai Allah, berdasarkan hadist-hadist nabi
atsar para sahabat. Teknik mencium tangan tidak boleh melebihi posisi orang yang sedang
rukuk.
Dari HR. Muslim bahwa orang yang apabila berdzikir berjama’ah akan dikerumuni
oleh malaikat, diliputi rahmat dan ketentraman, dan Allah akan menyebut-menyebut mereka
kepada para malaikat disisinya.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Seorang nabi yang diutus oleh Allah
dengan membaca sebagian ayat al-Qur’an dan menyebutkan sebagian sifat-sifat nabi yang
mulia, ini adalah perkara yang penuh berkah dan kebaikan yang agung, jika memang
perayaan tersebut terhindar dari bid’ah sayyiah yang dicela oleh syara.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Tradisi memiliki arti adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan dimasyarakat
dengan anggapan tersebut bahwa cara-cara yang ada merupakan yang paling baik dan benar.
Budaya memiliki arti sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar untuk dirubah.
NU memiliki arti Jam’iyyah Diniyah yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah yang
didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H atau bertepatan pada tanggal 31 Januari 1926 M di
Surabaya yang bergerak dibidang ekonomi, pendidikan, dan sosial.
Menurut pandangan NU bahwa tradisi dan budaya yang ada adalah bid’ah Hasanah yaitu
sesuatu yang baik.
DAFTAR PUSTAKA