ideologi Negara, dalam Pancasila terdapat lima sila yang menjadi dasar
Negara yang salah satunya sila pertama adalah Taqwa Kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Sila pertama ini menjelaskan bahwa warga negara Indonesia
harus ber-Tuhan atau mempercayai adanya Tuhan, karena sejatinya
manusia hanyalah mahkluk biasa dan tidak sempurna, jika tidak adanya
Tuhan maka manusia beserta alam dunia ini tidak akan ada, karena
Tuhanlah yang menciptakan segalanya, jika manusia hidup tanpa Tuhan
atau tidak mempercayai ajaran agama bagaikan hidup tanpa aturan.
Dalam ajaran agama Islam yang diajarkan oleh Rasullullah Tuhan adalah
Allah SWT yang menciptakan langit dan bumi (Qs. Al-A’raf 7:54) dan
pedoman hidup umat muslim adalah Al-Qur’an, Hadist dan Ijtma (keputusan
para Ulama) yang mengajarkan dan menjelaskan tentang tauhid, aqidah,
akhlak dan syariat.
Makna Syariat menurut bahasa (KBBI) syariat adalah hukum agama yang
menetapkan peraturan hidup manusia, hubungan manusia dengan Allah
SWT, hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan Al-
Qur’an dan Hadist.
Istilah Salat diganti sembahyang yang berasal dari kosa kata anembah
Hyang (memuja Tuhan), dan saum diganti puasa yang berasal dari kosa
kata Sansekerta upuwasa yang artinya “menguji kekuatan pribadi”. Para
pelajar yang berguru di pondok pengajaran agama Islam disebut santri yang
berasal dari bahasa Sansekerta shastri yang artinya siswa (bahasa Arabnya
al murid).
Suatu hal yang paradoks , bila istilah Sansekerta santri digunakan untuk
merujuk siswa lembaga pendidikan Islam, maka istilah Arab murid dipakai
untuk siswa pendidikan umum.Perkembangan budaya Islam tidak
menggantikan atau memusnahkan kebudayaan yang sudah ada di
Indonesia. Karena kebudayaan yang berkembang di nusantara sudah begitu
kuat di lingkungan masyarakat. Sehingga terjadi akulturasi antara
kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada.
Seperti halnya Sunan Kalijaga yang merupakan wali sanga pribumi asli
tanah jawa yang menjadi wali Allah yang menerapkan akulturasi budaya
dalam penyampaian dakwah nya kepada masyarakat dengan contohnya
dalam berpakaian Sunan Kalijaga mengenakan baju adat budaya setempat
berbeda dengan para wali yang lain yang mengenakan jubah dan sorban.
Dalam dakwah nya juga Sunan Kalijaga menggunakan media budaya
sebagai sarana untuk menarik masyarakat seperti seni budaya pagelaran
wayang, gamelan, kuda lumping dan lain-lain.
Supaya adat ini menjadi baik dan bermanfaat, maka sudah semestinya
diberikan penerangan dan penjelasan, mengenai ziarah kubur yang
sebenarnya. Karena banyak terjadi, justru menjerumuskan kepada
kemusyrikan dan kesesatan. Kebanyakan para kuncen (juru kunci – penjaga
kubur) menganjurkan kepada para peziarah (orang yang berziarah) untuk
minta kepada ahli kubur yang dianggap keramat. Padahal jelas-jelas
perbuatan seperti ini, termasuk syirik yang dilarang oleh agama Islam.
Di sini ada beberapa kepentingan, kuncen (juru kunci) ingin hidup layak
tanpa mau kerja keras dan penziarah ingin keberkahan tanpa mau susah
payah. Dan selalu dibohongi oleh para kuncen karena diyakini, doanya
dikabulkan sehingga semakin yakin, yang akhirnya disarankan oleh kuncen,
kalau berhasil nanti motong kambing dan sebagainya.Di Indonesia banyak
berbagai Organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Nahdatlu Ulama, Persis
dan lain-lain. Dari berbagai organisasi tersebut ada sebagian yang menerima
Akulturasi budaya dengan ajaran Islam, ada pula yang tidak diterima
dengan beberapa alasan sesuai pemahamannya.
Kita ambil contoh dari Tahlilan yang dimana akulturasi budaya yang
berkaitan erat dengan ajaran agama islam berasal dari ajaran para wali.
Terkhusus Organisasi Islam Muhammadiyah tidak mengamalkan ajaran
tersebut, karena majelis Tarjh dan Tasdid Muhammadiyah telah menetapkan
untuk tidak melaksankan amalan tersebut dengan alasan bahwasannya
muhammadiyah tidak melarang Tahlilan bahkan menganjurkan agar
memperbanyak membacanya jika yang dimaksud Tahlil adalah membaca “La
Ilaha Illahllah” (Tiada Tuhan selain Allah).
Membaca tahlil adalah termasuk amal ibadah yang sangat baik, sehingga
mereka yang memperbanyak tahlil dijamin masuk surga dan haram masuk
neraka. Tentulah tidak hanya cukup mengucapkannya, atau melafalkannya
saja, melainkan harus menghadirkan hati ketika membacanya, dan
merealisasikannya dalam kehidupan keseharian. Yaitu dengan
memperbanyak amal shalih dan meninggalkan segala macam syirik, baik
syirik besar maupun syirik kecil, yang dalam istilah Muhammadiyah
meninggalkan TBC : takhayyul, bid’ah dan khurafat.