Anda di halaman 1dari 3

TUGAS METODOLOGI STUDY ISLAM

Nama : Adiib Mushthofaa

NIM : 231111103

Prodi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Dosen : Raha Bistara, M.Ag.

RELASI AGAMA ISLAM DAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA

Perkembangan dan penyebaran agama islam di nusantara tidak akan terlepas dari
pengaruh budaya dan adat istiadat di Indonesia. Keduanya memiliki keterkaitan dan
hubungan yang kompleks walaupun merupakan dua unsur yang berbeda akan tetapi tidak bisa
dipisahkan relasinya. Agama islam merupakan tuntunan hidup dan ajaran-ajaran yang
bersumber dari Allah SWT yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
malaikat Jibril dan bersifat mutlak tidak bisa di ubah-ubah karena tempat dan waktu.
Sedangkan adat dan budaya adalah suatu kebiasaan sebagai hasil karya, cipta, dan rasa
manusia yang sangat di pengaruhi oleh faktor sosial dan lingkungan serta dapat berubah-ubah
seiring berjalannya waktu dan dari satu tempat ke tempat yang lain.

Masyarakat Indonesia dalam menyikapi hal ini secara garis besar memiliki tiga
pemahaman yang berbeda-beda. Pertama ialah pemahaman menyatukan agama dengan
budaya sebagai kesatuan utuh yang tidak bisa di pisahkan. Pemahaman ini menganggap
bahwa nilai-nilai budaya telah melebur dan menyatu dengan agama, karenanya mereka
menganggap bahwa budaya itu juga harus dipahami sebagai agama. Golongan ini
menjustifikasikan bahwa apapun yang di lakukan oleh Nabi Muhammad termasuk dari ajaran
agama, padahal islam yang notabenya turun di negara Arab dengan kondisi sosial dan
kebudayaan yang berbeda dengan kondisi di Nusantara ini, seperti cara berpakaian Nabi, cara
makan, penampilan dan lain-lain yang sangat di pengaruhi oleh kondisi sosial dan lingkungan
dimana nabi berada, Hal tersebut yang seharus nya masuk ke dalam ranah ke budayaan
dianggap sebagai ajaran dari agama.

Pemahaman ini menginspirasi sebagian masyarakat muslim indonesia untuk mengikuti


jargon “Pengikut Sunnah” dalam totalitas mengikuti sunnah Nabi, seperti memakai sorban
dan jubah dalam berpakaian, memakai cadar bagi perempuan, memelihara jenggot yang
beberapa waktu kemarin buming, bahkan yang paling berbahaya ialah munculnya gerakan
terorisme yang menggempur kesatuan NKRI dengan dalih aspirasi mendirikan negara yang
menurut mereka seperti negara yang sesuai ajaran Nabi yaitu negara khilafah. Mereka
menolak akan budaya Indonesia seperti memakai peci, bersarung, dan lain-lain.

Kedua ialah pemahaman yan g membenturkan antara agama dengan budaya. Golongan
ini menganggap bahwa budaya ialah ancaman yang mengotori eksistensi dan kesuciaan
agama dengan dalih syirik, mistis, dan musyrik atau menyekutukan Allah SWT. Padahal
proses pengislaman Nusantara tidak lepas dari faktor keharmonisan budaya dan agama. Para
Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara menggunakan metode pendekatan
melalui kebudayaan yang sangat melekat di Nusantara kala itu, seperti pengaplikasian ajaran
Islam lewat pertunjukan wayang, gamelan, macam-macam sya’ir atau kidung dan lain-lain
sehingga agama Islam memiliki tempat di hati masyarakat kala itu. Tradisi warisan ulama
leluhur mereka anggap sebagai Bid’ah, mereka menolak akan tradisi yang berkembang
sampai sekarang di Indonesia seperti Yasinan, Tahlilan, mauludan, selametan, membawa
keris dan tradisi-tradisi yang merupakan pengaplikasian ajaran agama Islam di Nusantara
dengan dalih hal itu tidak terdapat di zaman Nabi dan merupakan perbuatan Bid’ah.
Berdirinya NKRI tidak lepas dari adanya persatuan dan keharmonisan antara agama dan
budaya. Dasar negara seperti Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dibangun atas dasar
menanamkan nilai-nilai agama dan menjaga eksistensi nilai budaya dalam masyarakat,
sehingga membenturkan keduanya sama saja dengan meruntuhkan pilar negara dan merusak
pondasi kesatuan NKRI.

Ketiga ialah pemahaman yang berusaha untuk mengharmonisasikan antara agama dan
budaya di Indonesia. Pemahaman ini menyadari bahwa agama dan budaya, walaupun
keduanya merupakan dua hal yang jauh berbeda, namun bukan berarti harus dibenturkan.
Bahkan, jika keduanya mampu bersinergi dengan baik maka akan saling menguatkan dan
melengkapi satu sama lain dan akan menghasilkan suatu karakteristik yang menjadi ciri khas
dari persilangan tersebut. Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang ideal karena
menempatkan keduanya dalam posisi yang seimbang dan proporsional. Penempatan
proporsional seperti ini bisa kita lihat ketika awal mula Islam masuk ke Indonesia, dimana
terjadi proses pengislaman budaya Nusantara yang masa itu sebagian besar masih bercorak
agama Hindu dan Budha, dan dibarengi dengan proses penusantaraan nilai-nilai Islam
sebagai pengaplikasian ajaran agama Islam di Nusantara. Sehingga, keduanya melebur dan
menyatu menjadi identitas baru yang kemudian disebut dengan Islam Nusantara. Islam
Nusantara adalah hasil dari akulturasi nilai-nilai agama dan budaya di Indonesia.
Relasi antara budaya dan agama islam di nusantara ini merupakan aspek penting dalam
pembentukan negara Indonesia yang mayoritas warganya beragama Islam dan kebudayaan
nya yang sangat melekat sebagai citra diri bangsa, dengan tidak mengesampingkan agama-
agama lain di Indonesia melalui pemahaman pengharmonisan agama dan budaya dan
menempatkan keduanya secara seimbang serta proposional tanpa bersikap keras dengan
membenturkan keduanya atau menolak salah satunya, seperti apa yang telah di wariskan oleh
para Wali Songo dan ulama-ulama terdahulu. Pemahaman inilah yang menghasilkan
akulturasi agama Islam dan budaya di Indonesia yang kita kenal sebagai Islam Nusantara
yang merupakan faham Islam yang moderat, damai, dan toleran bagi warga negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai