Kejawen merupakan pandangan hidup masyarakat jawa yang mengakar hingga lama-kelamaan
menjadi kebiasaan dan kini sudah dianggap seperti adat dan tradisi masyarakat Jawa. Kejawen sudah
ada sejak zaman nenek moyang. Awal mula keberadaannya tentu tidak diketahui pastinya. Hingga
kini, budaya kejawen ini masih dianut sebagian masyarakat Jawa, terutama oleh suku Jawa.
Dalam masa sekarang ini, agama Islam sudah menyebar luas di wilayah Indonesia. Bahkan sebagian
besar masyarakat Indonesia kini merupakan penganut agama Islam. Terutama di Jawa dengan
jumlah penduduknya yang sangat padat. Berdasarkan teori yang dicetuskan para ahli tentang
masuknya agama Islam ke nusantara, agama ini mulai memasuki Indonesia pada sekitar abad ke-7
Masehi. Pada saat islam memasuki Indonesia, saat itu sudah ada kebudayaan yang terlebih dahulu
dianut oleh masyarakat setempat. Salah satunya yaitu kejawen yang ada di Jawa. Agama Islam yang
baru masuk ke Indonesia saat itu lama-kelamaan berkembang dan mengalami asimilasi dengan
budaya setempat yang sudah ada.
Negara Indonesia sebagai negara yang majemuk memiliki berbagai budaya yang beraneka ragam.
Salah satunya seni tari. Tarian-tarian di Indonesia merupakan bentuk cerminan dari budaya
masyarakat setempat. Sebuah tari tercipta dari asimilasi unsur budaya yang ada di daerah tersebut.
Di Jawa, ada banyak macam bentuk tarian yang merupakan hasil asimilasi dari budaya-budaya Jawa,
salah satunya seperti budaya kejawen dengan agama yang ada di Jawa.
1.2.1 Bagaimana bentuk asimilasi agama yang ditemukan dalam tarian-tarian Jawa?
1.2.2 Sejauh mana pelajar SMAN 1 Purwokerto memahami adanya asimilisi antara kejawen dengan
agama dalam tarian-tarian Jawa?
1.2.3 Bagaimana cara agar pelajar SMAN 1 Purwokerto lebih memahami asimilasi antara kejawen
dengan agama dalam tarian-tarian Jawa
1.3. Tujuan
1.3.1 Mengetahui bagaimana bentuk asimilasi agama yang ditemukan dalam tarian-tarian Jawa
1.3.2 Mengetahui sejauh mana pelajar SMAN 1 Purwokerto memahami adanya asimilisi antara
kejawen dengan agama dalam tarian-tarian Jawa?
1.3.3 Mengetahui bagaimana cara agar pelajar SMAN 1 Purwokerto lebih memahami asimilasi antara
kejawen dengan agama dalam tarian-tarian Jawa
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Kejawen merupakan sebuah pandangan hidup yang dianut di pulau jawa oleh suku jawa dan suku
bangsa lainnya yang menetap di jawa. Kata ‘Kejawen’ berasal dari kata ‘Jawa’ yang dalam Bahasa
Indonesia berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan jawa. Karena
Bahasa pengantar ibadahnya menggunakan Bahasa jawa, penamaan ‘Kejawen’ di pulau Jawa bersifat
umum.
Kejawen merupakan kumpulan pandangan hidup dan filsafat sepanjang peradaban orang Jawa.
Dasar filsafat kejawen berasal dari ajaran agama yang dianut oleh filsuf jawa, tetapi kitab dan naskah
kuno menegaskan bahwa kejawen bukanlah sebuah agama.
Orang jawa sejak dulu dikenal mengakui keesaan tuhan, maka Penganut kejawen tidak menganggap
ajarannya sebagai agama monoteistik, tetapi sebagai nilai-nilai yang dilakukan disamping ibadah.
‘Sangkan Paraning Dumadhi’ yang artinya ‘dari mana datang dan kembalinya hamba tuhan’
merupakam inti dari ajaran kejawen. Kejawen tidak terpaku dengan aturan ketat dan lebih
menekankan konsep ‘keseimbangan’.
Seiring berjalannya waktu, ajaran kejawen berkembang Bersama agama yang dianut pengikutnya.
Yang dikenal dengan terminologi islam kejawen, hindu kejawen, budha kejawen, dan Kristen
kejawen. Pengikut budaya kejawen akan melaksanakan adat dan budaya-budaya kejawen yang
bersifat tidak bertentangan dengan agama yang dipeluk oleh pengikutnya.
Secara umum, kejawen memiliki ajaran utama yaitu untuk membangun tata krama dalam
kehidupan. Hingga saat ini masyarakat yang mengikuti ajaran ini masih banyak yang menjalankan
tradisi kejawen, seperti ritual nyadran, mitoni, tedhak siten, dan wetonan
a.Nyadran
Nyadran merupakan upacara yang dilakukan orang Jawa sebelum puasa tiba, seperti melakukan
berziarah ke makam-makam dan menabur bunga.
b.Mitoni
Tradisi mitoni diperuntukkan bagi wanita yang mengandung bayi untuk pertama kalinya. Ritual
berupa siraman itu digelar tepatnya di usia kehamilan tujuh bulan.
c.Tedhak Siten
Tedhak siten yakni ritual yang dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan seorang anak agar dapat
menjalani kehidupan yang benar dan sukses di masa depan.
d.Wetonan
Wetonan mirip dengan tradisi ulang tahun. Hanya saja, wetonan bisa dilaksanakan hingga 10 kali
dalam setahun. Wetonan dilaksanakan sesuai dengan penunjukan waktu dalam penanggalan
kalender Jawa.
2.3. Definisi Asimilasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, asimilasi adalah penyesuaian atau peleburan sifat asli yang
dimiliki dengan sifat lingkungan sekitar. Sementara itu, menurut Koentjara Ningrat (1996: 160)
asimilasi adalah suatu proses sosial yang terjadi di berbagai golongan manusia dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara insentif.
Lokasi penelitian ini adalah Google Forms. Waktu penelitian pada tanggal 2-4 Mei 2021.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dan survei.
Data pada penelitian ini disajikan secara kuantitatif dengan menggunakan grafik.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Pertanyaan
2. Apakah kamu merasakan kultur di tempat tinggalmu masih kental akan unsur kejawen? Dapatkah
kamu menempatkan diri?
8. Menurut pengetahuan anda apakah kejawen dapat berikatan dengan semua agama?
9. Seberapa sering siswa SMANSA mendapat informasi mengenai budaya (dalam hal ini, asimilasi
kejawen dan agama) di sekitar?
10. Setelah menjawab pertanyaan di atas, ternyata ada banyak tarian yang merupakan asimilasi
antara kejawen dan nilai religi/agama, menurut kalian apakah fakta ini diketahui banyak orang?
4.1.3 Analisis
a. rata 36.363636
c. terendah 0 1 orang
d. modus 30, 40 12 orang
4.2 Pembahasan
Elemen sintren yang mengandung nilai-nilai ajaran agama Islam ialah bentuk kurungan ayam yang
melengkung. Hal ini bermakna bahwa fase hidup manusia ialah dari bawah akan berusaha menuju
puncak. Namun setelah berada di puncak, ia akan kembali lagi ke bawah, yakni dari tanah kembali
menjadi tanah, dilahirkan dalam keadaan lemah nantinya kembali lagi keadaan yang lemah pula.
Makna gerak tari yang diiringi dengan sholawat merupakan cerminan dari posisi seseorang yang
sedang melakukan sholat, sebagai ibadah bagi umat Islam. Gerakan Tari Angguk diiringi oleh
sholawat nabi yang berisi puji-pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam. Sebagai tari ritual dalam pelaksanaanya pertunjukannya disediakan sesaji dan rasa syukur
serta mohon keselamatan dengan sarana upacara bersih desa.
Memaknai unsur keislaman dengan adanya ungkapan bahasa Arab yang dilafalkan ala Jawa yang
dikeluarkan para penari yang membentuk lingkaran, misalnya terjadi ketika seniman Angguk
melagukan kalimat Arab a’la thaha menjadi ngala toha dan contoh lain pada suatu
bagian antraksi ndadi ketiak roh cantik yang disebut Dewi Kuning-kuning merasuk, para pengiring
berdendang: kuning-kuning, kuning-kuning, Wong Ayu Kuning, Wong Ayu Kuning kemudian datang
dendang susulan berbahasa Arab (yang tidak jelas artinya) Wa’ul bi’a, Wa’ul bi’a, Wa’ul bi’a
nurussamsi, Wa’ul bi’a nurussamsi. Dari Syair-syair Tari Angguk memang
diambil dalam sebagian kitab Barzanji, jadi tidak heran kalau ungkapan banyak berbahasa Arab,
meski pada akhir-akhir ini gerak tari dan syairnya mulai dimodifikasi dengan menyisipkan gerak tari
serta bahasa khas Banyumasan tanpa merubah corak aslinya.
Secara filosofi, “lengger” berasal dari “lenggeran” yang merupakan kependekan dari “elingo ngger
marang gusti pangeran” yang dapat diartikan sebagai ingatlah kamu kepada sang pencipta. Hal ini
berkaitan dengan sejarah keberadaan tari topeng lengger.
Konon, tari ini diciptakan oleh Sunan Kali Jaga. Sunan Kali Jaga menggunakan tari ini sebagai salah
satu sarana menyebarkan agama Islam. Di masa lalu, dalam pertunjukan tari ini selalu diselipkan
ajaran agama Islam. Bahkan, karena tari ini berhasil menarik perhatian masyarakat, Sunan Kalijaga
kemudian membangun sebuah tempat sebagai sarana beribadah. Tempat tersebut diberi nama
“langgar”.
4.2.1.5 Tari Gandrung dari Banyuwangi
Tari Gandrung merupakan seni pertunjukan yang berkembang melalui pengadopsian tari yang ada di
pulau Jawa yaitu Banyuwangi yang kemudian menyebar lewat Bali hingga sampai ke Lombok.
Keberadaan tari Gandrung tidak lepas kaitannya dengan ajaran Islam wetu telu. Islam wetu telu
berpangkal dari tiga buah pandangan mengenai hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan
sesama manusia. Penganut Islam wetu telu dituntut untuk selalu menciptakan
hubungan yang harmonis dengan Tuhan, alam maupun dengan sesama manusia. Penganut Islam
wetu telu percaya bahwa Tuhan itu Maha Esa dan tidak ada alasan untuk menduakannya.
Pertunjukan kesenian ini melibatkan pembacaan rawen atau riwayat tentang sejarah Nabi
Muhammad yang dilakukan oleh dalang. Meskipun kesenian ini bertemakan shalawat namun
kesenian ini kental akan unsur budaya Jawa, tercermin dari syair dan tembangnya hampir secara
keseluruhan berbahasa Jawa dan irama yang digunakan pun merupakan irama pakem tembang Jawa
seperti kinanthi, sinom, dan mijil.
b. hasil: berdasarkan hasil survey diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa SMAN 1
Purwokerto tentang asimilasi masih kurang
2. siswa menganggap kebudayaan sebagai sesuatu hal yang kuno sehingga kurang memiliki daya
tarik
4.3 Solusi
b. Familiarisasi budaya pada siswa agar siswa merasa familiar dan bangga atas budaya mereka
sendiri
c. Memberikan fasilitas lebih untuk kegiatan budaya di sekolah dan menonjolkan ciri khas budayanya
5.1 Kesimpulan
Kejawen yang merupakan unsur tradisi yang melekat pada masyarakat jawa ternyata tidak banyak
dikenali oleh siswa smansa.
Hal tersebut tidak semata- mata terjadi karena faktor perubahan zaman melainkan juga dipengaruhi
oleh faktor toleransi, kesamaan kepentingan ekonomi, simpati terhadap budaya lain dan
amalgamasi.
Untuk mengatasi hal tersebut maka beberapa pendekatan yang bisa dilakukan antara lain kompromi
dan toleransi.
5.2 Saran
Agar kejawen semakin diketahui oleh pelajar SMAN 1 Purwokerto, diperlukan pendekatan dan
pengenalan terhadap budaya kejawen, dapat melalui kompromi dan toleransi. Dengan mempelajari
dan memperkenalkan budaya kejawen, semakin banyak pengetahuan dan wawasan yang diperoleh.
Budaya Indonesia juga dapat tetap terjaga, baik berupa tarian maupun tradisi.