Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

UPACARA SEDEKAH LAUT DI PEKALONGAN MENURUT


PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam)
Dosen pengampu: Dr. Syahrul Syah Sinaga, M. Hum.

Disusun oleh:
Naila Zaqiya
3201420061

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam merupakan agama dakwah. Sejak diturunkan ke dunia, agama Islam
telah membawa kabar atau ajaran yang baik, benar dan mutlak yang kemudian
diaplikasikan manusia di dalam kehidupan sehari-hari agar selamat di dunia dan akhirat.
Sejarah mencatat bahwa tidak ada suatu agama dan aliran pikiran, yang dapat
tersiar dan tersebar kecuali dengan dakwah. Karena Islam merupakan suatu kebenaran,
maka Islam harus disebarluaskan, dikembangkan dan diberitakan kepada umat manusia,
agar ajaran-ajaran Islam ini benar-benar dapat diketahui, dipahami, dihayati, dan
diamalkan sehingga manusia berada dalam kehidupan yang sesuai dengan ketentuan
agama Islam.
Untuk menyebarluaskan agama Islam bukan hal yang mudah. Kedatangan agama
Islam di Nusantara sampai saat ini masih menuai perdebatan panjang di kalangan para
ahli. Menurut Azyumardi Azra perdebatan itu terkait tiga masalah pokok, yakni asal-usul
Islam yang berkembang di wilayah Nusantara, pembawa dan pendakwah Islam dan kapan
sebenarnya Islam mulai datang ke Nusantara.
Cristian Snouck Hurgronje mengatakan bahwa, agama Islam pada saat itu bagi
orang-orang Jawa membawa pengaruh positif, karena Islam mampu memberikan rasa
aman dan mampu mengangkat harkat dan martabat Kawulo Cilik (komunitas kecil). Di
sini Islam sebagai agama telah menempatkan fungsi sosialnya yang berorientasi ke
lapisan bawah. Karena pada prinsipnya, Islam mengangkat harkat dan martabat manusia,
dengan tidak meninggalkan budaya setempat. Melalui akulturasi budaya ini, memberikan
kesan kepada masyarakat, bahwa Islam sesuai dan tidak bertentangan dengan budaya
mereka. Sehingga tidak adanya keterpaksaan dalam memeluk agama Islam.
Sebelum masuknya Islam di Indonesia, terlebih dahulu sudah ada akulturasi
budaya antara kebudayaan Indonesia dan Budaya Hindu. Namun setelah Islam masuk
bersama nilai-nilai kebudayaan, maka terjadi lagi akulturasi kebudayaan antara Budaya
Indonesia dengan Budaya Islam. Sehingga lahirlah ragam budaya baru dalam kebudayaan
Indonesia.
Manusia adalah makhluk budaya. Pernyataan ini mengandung pengertian bahwa,
kebudayaan merupakan ukuran bagi tingkah laku serta kehidupan manusia. Kebudayaan
pun menyimpan nilai-nilai bagaimana tanggapan manusia terhadap dunia, lingkungan
serta masyarakatnya. Seperangkat nilai-nilai yang menjadi landasan pokok bagi
penentuan sikap terhadap dunia luar, bahkan menjadi dasar setiap langkah yang
dilakukan.
Ajaran Islam yang diturunkan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan
umat manusia baik di dunia maupun di akhirat. Kondisi ini tidak hanya dialamatkan
kepada umat Islam saja, melainkan seluruh isi alam.
Upacara sedekah laut sering juga disebut selametan oleh beberapa orang.
Selametan berasal dari kata bahasa arab: salam. Di dalamnya diisi berkumpul dan berdoa
bersama. Meski selametan mengandung unsur-unsur Islami, kebanyakan orang
menganggap selametan berciri khas Jawa dan pra Islam atau bahkan diilhami oleh Hindu.
Karena konsepsi utama orang Jawa adalah selamet, dalam berbagai tindakan yang
dilakukan maka orang Jawa akan mengedepankan selamet sebagai referensinya.
Keselametan itu tidak hanya dalam nuansa duniawi tetapi hari akhir. Keselametan
duniawi ditandai dengan tidak adanya konflik, pertentangan, dan permusuhan.
Nama lain dari tradisi Upacara Sedekah Laut disebut slametan. Slametan diadakan
untuk memenuhi semua hajat orang sehubungan dengan suatu kejadian yang ingin
diperingati atau dianggap sakral. Kelahiran, perkawinan, kematian, panen, memohon
kepada arwah penjaga desa semuanya memerlukan selametan.
Namun di dalam praktiknya Upacara Sedekah Laut terdapat indikasi yang menuju
ke arah kesirikan. Karena tidak sesuai dengan nilai-nilai agama karena upacara sedekah
laut dilaksanakan untuk mengucapkan rasa syukur kepada penguasa laut atas ikan-ikan
yang melimpah dan laut yang ramah bersahabat dengan masyarakat dan sebagai harapan
agar ikan melimpah dan keramahan laut yang berlanjut.
Kita sebagai manusia diharamkan untuk memohon keselamatan dan berharap
rezeki kepada selain Allah seperti dalam firman-Nya quran surat Yunus ayat 107 Dan
juga dalam juga dijelaskan bahwa kita dilarang untuk memohon dan menyembah selain
kepada Allah sesuai dengan firman Allah dan surat Yunus ayat 106. Kemudian menurut
penulis dari sudut pandang pembuangan sesaji kepala kerbau dan aneka macam makanan
lainnya ke laut lepas, merupakan adat budaya animisme dan dinamisme atau peninggalan
budaya Hindu dan Budha yang hingga kini dilestarikan oleh masyarakat yang beragama
Islam.
Padahal budaya animisme adalah budaya kepercayan mengenai adanya roh- roh
dan makhluk-makhluk halus yang mendiami alam semesta. Kemudian meyakini bahwa
jiwa setiap makhluk terus berada meskipun makhluk tersebut telah mati, kemudian
keyakinan pada dewa-dewa yang pangkatnya lebih tinggi. sedangkan dinamisme adalah
kepercayaan kepada benda-benda yang mempunyai kekuatan yang luar biasa.
Sedekah laut sendiri merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan oleh
masyarakat pesisir Pulau Jawa baik pesisir selatan maupun pesisir utara. Tujuannya
adalah untuk mewarisi budaya nenek moyang dan memohon perlindungan agar terhindar
dari marabahaya selama melaut. Upacara ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada
bulan Asyura yang jatuh pada malam Selasa atau Jum‟at Kliwon. Upacara atau ritual ini
dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur oleh masyarakat pesisir (khususnya nelayan)
atas hasil laut yang diperoleh.

B. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas fokus kajian dalam makalah ini penulis merumuskan pokok
permasalahan makalah yaitu : “Bagaimana hukum pelaksanaan Tradisi Upacara Sedekah
Laut di masyarakat Wilayah Pekalongan dalam perspektif hukum Islam?”

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menjelaskan dan membandingkan hukum pelaksanaan dalam Tradisi
Upacara Sedekah Laut di wilayah Pekalongan dalam perspektif hukum Islam.
2. Untuk mengetahui praktik pelaksanaan tradisi upacara sedekah laut di masyarakat
wilayah Pekalongan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Hukum Dalam Islam


Hukum (peraturan/norma) adalah suatu hal yang mengatur tingkah lakumanusia
dalam suatu masyarakat, baik peraturan tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat,
baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan
ditegakkan oleh penguasa.
Hukum Islam adalah hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya
yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan
(aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan).
Dengan adanya Hukum dalam Islam berarti ada batasan-batasan yangharus
dipatuhi dalam kehidupan. Kerena tidak bisa dibayangkan jika hukum,s eseorang akan
semaunya melakukan sesuatu perbuatan termasuk perbuatan maksiat.
Hukum Islam dibagi menjadi ke dalm dua bagian:
 Bidang Ibadah (ibadah mahdah)
Ibadah mahdah adalah tata cara beribadah yang wajib dilakukanseorang muslim
dalam berhubungan dengan Allah seperti shalat, puasa,zakat, dan haji.
 Bidang Mu’amalah (ibadah ghairu mahdah)
Mu’amalah adalah ketetapan Allah yang langsung berhubungan dengan
kehidupan sosial manusia, yang sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui ijtiad
manusia yang memenuhi syarat untukm elakukan usaha itu.Dengan adanya hukum
ibadah mahdah dan muamalah ini jika diamalkan oleh manusia akan dapat terpelihara
Agama, jiwa, dan akalnya.
B. Respon Hukum Islam pada tradisi dalam tinjauan Urf
1. Pengertian Urf
Istilah Urf secara bahasa memiliki arti kebajikan, puncak dan adat yang dipelihara.
Urf juga memiliki beberapa makna pertama mengaku, mengetahui, apa yang
diyakini, disaksikan oleh akal sehat dan secara alami orang menganggap itu benar.
Kedua, kebaikan, rambut leher keledai, ombak dan daging merah di atas kepala
ayam.
Sedangkan secara istilah Abdul Wahab Khalaf menyatakan bahwa urf adalah:
‫ما‬

Anda mungkin juga menyukai