DRAF PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Historiografi
Dosen Pengampu: Muhammad Kadril S. Hum, M. Hum
Disusun Oleh:
PAHRUL ISMADA
NIM: 40200121100
1
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), h. 72.
2
Darsono, Budaya Organisasi “Kajian Organisasi Bisnis, Ekonomi, Sosial, Pendidikan,
dan Politik”, (Jakarta: Nusantara Consulting, 2009), h. 31-34
3
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Cet. XXVI; Jakarta: Raja Grafindo,
1999), h. 35
2
masyarakat ditentukan oleh adanya kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri.4
Kebudayaan merupakan kelakuan manusia, yang diatur oleh tata laku yang
harus didapatkan dengan belajar yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat. Untuk lebih mendalmi kebudayaan, kita harus tahu bentuk-bentuk
kebudayaan apa saja yang berada di indonesia, sehingga kita mampu mengenali
luasnya kekayaan kebudayaan di indonesia.5
Setiap daerah pastilah memiliki kebudayaan. Kebudayaan yang terdapat
dalam suatu daerah dapat tercipta karena adanya kebiasaan yang dilakukan oleh
masyarakat atau juga karena warisan nenek moyang. Selain warisan atau amanah
dari leluhur, masyarakat juga dapat menciptakan kebudayaan baru dalam
lingkungannya. Dalam perjalanannya menjadi masyarakat modern, kita tidak serta
merta meninggalkan adat istiadat ataupun norma-norma yang telah berkembang di
masyarakat. Salah satu kebudayaan tradisional yang masih ada di tengah
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan atau biasa disebut dengan
modernisasi seperti saat ini adalah upacara ritual.
Budayawan Kabupaten Luwu sekaligus menjabat sebagai Arung Senga
(pemangku adat), Arsyad A Saddakati mengatakan bahwa salah satu bentuk
budaya yang masih dipertahankan sampai saat ini di kelurahan Senga, kecamatan
Belopa, kabupaten Luwu adalah upacara adat mappacekke wanua. Mappacekke
wanua secara harfiah berarti “mendinginkan rumah atau kampung” dengan
maksud untuk mendinginkan suasana atau menghilangkan ketegangan-ketegangan
atau mungkin keretakan-keretakan yang mungkin terjadi dalam kehidupan praktis
sehari-hari yang bisa melonggarkan komitmen kesatuan masseddi siri‟ (satu rasa)
antar sesama. Ritual mappacekke wanua sejak jaman kerajaan silam sering
diadakan setiap tahun ketika negeri dilanda masalah/konflik, bencana, malapetaka,
dan suasana perang. Jadi, mappacekke wanua adalah ritual yang bertujuan
melakukan rekonsiliasi (perbaikan) untuk memulihkan keseimbangan, persatuan
4
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Cet. XXVI; Jakarta: Raja Grafindo,
1999), h. 171-172
5
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 237
3
6
Arsyad A Saddakati, Selaku Tokoh Budayawan di Keluharan Senga, Kecamatan
Belopa, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Wawancara Oleh Penulis di Kelurahan Senga, 7-8
Februari 2023.
7
Arsyad A Saddakati Selaku Tokoh Budayawan di Kelurahan Senga, Kecamatan Belopa,
Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Wawancara Oleh Penulis di Kelurahan Senga 7-8 Februari
2023.
4
mendatangkan suatu petaka atau musibah. Islam adalah agama yang memiliki
keyakinan yang berlandaskan al-Qur’an dan hadist, terutama yang terkait dengan
masalah ketuhanan. Baik dari zat ataupun sifat-sifat-Nya. Tuhan Maha Kuasa atas
segala zat, Dialah yang mendatangkan maslahat dan mudharat. Islam hadir
bertujuan untuk membina kehidupan masyarakat yang terbaik dimuka bumi
sehingga manusia tidak terjerumus lagi pada hal-hal kesyirikan serta
kemusyrikan.8
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali-Imran/3:74 berikut:
8
Kaelany HD, Islam dan Aspek-aspek kemasyarakatan (Cet.I, Jakarta: Bumi Aksara,
2000), h.3
9
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Terjemah dan Tajwid, (Sygma: Bandung, 2014), h.
12
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.150-151
11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, h. 152
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
diambil beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pelaksanaan ritual mappacekke wanua di kelurahan Senga,
kecamatan Belopa, Kabupaten Luwu?
2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang ritual mappacekke wanua di kelurahan
Senga, kecamatan Belopa, Kabupaten Luwu?
3. Bagaimana pandangan akidah Islam terhadap ritual mappacekke wanua di
kelurahan Senga, kecamatan Belopa, Kabupaten Luwu?
12
Atang Abd.Hakim, dkk., Metodologi Studi Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), h. 125
13
A. Syihab, Akidah Ahlus Sunnah (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), h. 4
14
Ahmad Duri, Menguak Rahasia Supranatural, (Cet. I; Solo: CV. Aneka, 1998), h. 24.
7
15
Shaff Muhtamar, Masa Depan Warisan Luhur Kebudayaan Sulawesi Selatan:
Mengurai Akar Nestapa Kebudayaan, (Makassar: Pustaka Dewan Sulawesi, 2004), h.149-151
16
Emil Fatra, Interaksi Komunitas Ke-Ammatoaan Pada Alam Melalui Ritual Addingingi,
Skripsi, (Makassar: Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2017), h. 26
17
Armang, Tradisi Appasili Pada Masyarakat Kelurahan Paccinongang Kecamatan
Somba Opu Kabupaten Gowa (Studi Unsur-unsur Budaya Islam), Skripsi (Makassar: Fakultas
Adab dan Humaniora, 2017), h. 23
8
18
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1995), h.
56.
19
Riska Ayu Lestari, Maccera To Manurung Pada Masyarakat Desa Pasang Kecamatan,
Kabupaten Enrekang, Skripsi, (Makassar: Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik, 2015), h. 15-
16.
20
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, h. 56.
21
Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), h. 95
9
teknis. Melainkan menunjuk pada tindaakan yang didasari oleh keyakinan religius
terhadap kekuasaaan atau kekuatan-kekuatan mistis.22
Susanne Langer mengemukakan bahwa ritual merupakan ungkapan yang
bersifat logis daripada bersifat psikologis. Ritual memperlihatkan tatanan atas
simbol-simbol yang diobjekkan. Simbol-simbol ini mengungkapkan perilaku dan
perasaan serta membentuk disposisi pribadi daripada pemuja yang mengikuti
modelnya masing-masing. Langer membagi ritual dalam empat bagian, yakni:
a. Tindakan magic, yakni tindakan yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-
bahan yang bekerja karena daya-daya mistis.
b. Tindakan religius, yakni tindakan yang dikaitkan dengan kebiasaan para
leluhur, juga bekerja dengan cara yang pertama.
c. Ritual konstitutif, yakni yang mengungkapkan atau mengubah hubungan sosial
dengan yang merujuk pada pengertian-pengertian mistis, dengan cara ini
upacara-upacara kehidupan menjadi khas.
d. Ritual faktitif, yakni yang meningkatkan produktifitas atau kekuatan atau
pemurnian dan perlindungan,atau dengan cara lain meningkatkan kesejahteraan
materi suatu kelompok.23
Begitupun dikaitkan dengan ritual mappacekke wanua bahwa ritual ini
lebih condong pada poin kedua, yakni tindakan religius yang dominan pada
kebiasaan para leluhur, dikarenakan pada awalnya ritual ini adalah sebuah budaya
yang dari jaman dahulu dipercaya sebagai hari yang suci dan waktu yang tepat
untuk melaksanakannya.
2. Konsep Akidah Islam
Menurut bahasa, kata akidah berasal dari bahasa Arab dari kata “aqada-
ya’qidu-aqdan-„aqdan atau ikatan atau perjanjian. Artinya, sesuatu yang menjadi
tempat bagi hati dan nurani yang terikat kepada-Nya.24 Sedangkan secara istilah,
akidah terdiri dari beberapa definisi, yaitu:
22
Wartaya Winangun, Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan Komunitas Menurut
Victor Turner, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), h. 24.
23
Maria Susai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h.175
24
A. Zainuddin dan M. Jamhari I, Akidah dan Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 1999),
h.49
10
a. Menurut Hasan al-Banna, akidah yaitu beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa menjadi keyakinan
yang tidak tercampur sedikit pun dengan keraguraguan.
b. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy, akidah yaitu sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara umum berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.25
Akidah berarti “buhul” atau “ikatan tali” yang kuat. Dalam konteks agama,
akidah biasa diartikan sebagai suatu kepercayaan atau keyakinan artinya suatu
perjanjian atau ikrar khusus seorang manusia dengan adanya hubungan atau ikatan
tali yang kuat antara manusia dengan sang khalik. Dengan adanya akidah yang
kuat, maka dapat merefleksikan suatu gambaran akidah itu tidak mudah lepas.26
Akidah yaitu kumpulan dari kaidah-kaidah kebenaran yang jelas yang dapat
diterima oleh akal, pendengaran dan perasaan yang diyakini oleh hati, dipujinya,
dipastikan kebenarannya, ditetapkan keshahihannya dan tidak melihat ada yang
menyalahinya, dan bahwa ia itu benar serta berlaku selamanya. Seperti keyakinan
manusia akan adanya sang pencipta, keyakinan akan ilmu kekuasaan-Nya,
keyakinan akan pertemuan dengan-Nya sesudah mati dan berakhirnya kehidupan,
balasannya atas perbuatan yang diusahakan. Juga seperti keyakinan manusia akan
wajibnya taat kepada-Nya yaitu terhadap apa yang telah disampaikan kepada-Nya
dari perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya melalui kitab-kitab dan rasul-
rasul-Nya, ketaatan yang dapat menyucikan jiwanya, mendidik perasaan,
menyempurnakan akhlak dan mengatur hubungan antara penciptaan dan
kehidupan. Keyakinan manusia akan ketidakbutuhan Allah swt. kepadanya,
sementara dia selalu membutuhkan-Nya dalam setiap urusannya, sehingga dalam
setiap nafas yang dia hirup secara terus-menerus karena Allahlah tempat
harapannya ketika mengharapkan sesuatu, dan tempat mencari perlindungan
ketika dia merasa takut, dengan cintanya dia mencintai dengan bencinya dia
membenci. Dialah tuhan bagi manusia yang tiada selain-Nya, dia adalah
25
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Cet. I, Yogyakarta: LPPI, 1992), h.1-2.
26
Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 39-40
11
sesembahan manusia yang tidak ada sesembahan selain-Nya. Tidak ada Rab dan
Illah yang diyakini selain-Nya.27
Akidah Islam yaiu kepercayaan yang mantap kepada Allah swt. para
malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, qadar yang baik
dan yang buruk, serta seluruh muatan al-Qur‟an al-Karim al-Sunnah alSahih
berupa pokok-pokok agama, perintah-perintah dan berita-beritanya serta apa saja
yang disepakati oleh generasi sahalaf al-Shahih (Ijma) dan kepasrahan total
kepada Allah swt. dalam hal keputusan hukum, perintah, takdir, maupun syara‟
serta ketundukan kepada Rasulullah saw. dengan cara mematuhi, menerima
keputusan hukumnya dan mengikutinya.
Melalui hadist Rasulullah saw., dikatakan bahwa dasar-dasar kepercayaan
umat Islam ada enam, yakni: iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman
kepada Kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-Nya, iman kepada hari akhir dan
iman kepada Qada dan Qadar. Seseuai dengan hadist Rasulullah saw. sebagai
berikut :
“Hendaklah engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitabkitab-Nya,
para rasul-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada qadar ketentuan
baik dan buruk.”. .28
Sumber akidah Islam adalah al-Qur‟an dan hadist karena segala sesuatu
yang disampaikan Allah dalam al-Qur‟an dan Nabi Muhammad saw.dalam hadist
harus dipercaya, diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 29 Di dalam
al-Qur‟an terdapat banyak ayat yang mengemukakan pokok akidah, akidah
identik dengan keimanan. Ada banyak ayat-ayat yang berkaitan dengan akidah,
seperti dalam QS al-Baqarah/2: 285
27
Abu Bakar al-Jazairi, Akidah Mukmin, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002), h.17
28
Sirojudin Munir, Hadist Arbain An-Nawawiyah, terj. Tim Pustaka Nuun, Terjemah
Hadist Arbain An-Nawawiyah (Cet. XIV, Semarang: Pustaka Nuun, 2016) 30 H. Yunahar Ilyas,
Kuliah Akidah Islam.
29
Yunahar Ilyas, Kuliah Akidah Islam, (Cet,VIII, Yogyakarta: LPPI Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 2004),h.6
12
‘‘Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang ada di bumi. Jika kamu
nyatakan apa yang ada dalam hatimu atau kamu sembunyikan,niscaya
Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu. Dia
mengampuni apa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia
kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu’’.30
Akidah Islam yaitu kepercayaan dasar umat Islam yang berintikan pada
keesaan Allah swt. (tauhid). Ajaran tauhid adalah tema sentral akidah. Oleh sebab
itu, akidah diidentikkan juga dengan tauhid. Batasan makna atTauhid menurut
bahasa adalah meyakini keesaan Tuhan, atau menganggap hanya ada satu, tidak
ada yang lain. Dalam hubungannya dengan agama Islam, menurut istilah
bermakna bahwa didunia ini hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah swt. tidak ada
yang disebut Tuhan, dianggap sebagai Tuhan, atau dinobatkan sebagai Tuhan,
selain Allah swt.31 Hal ini sesuai dengan firman Allah swt. dalam QS al-
Ikhlas/112: 1
30
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Terjemah dan Tajwid, (Sygma: Bandung, 2014),
h.49
31
Nurnaningsih Aqidah Islam: Pilar Utama Manusia Beramal Ikhlas, (Cet. I, Makassar:
Alauddin University Press, 2011), h. 5
32
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Terjemah dan Tajwid, (Sygma: Bandung, 2014), h.
604
33
Hamzah Junaid, “Kajian Kritis Akulturasi Islam dengan Budaya”, Jurnal Sulesana 8,
No. 1 (2013), h. 3
13
َو اْلَعْص ِر ۙ ِاَّن اِاْل ْنَس اَن َلِف ْي ُخ ْس ٍۙر ۙ ِااَّل اَّلِذْيَن ٰاَم ُنْو ا َو َعِم ُلوا الّٰص ِلٰح ِت َو َتَو اَص ْو ا ِباَحْلِّق ۙە
34
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1994).
35
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Terjemah dan Tajwid, (Sygma: Bandung, 2014), h.
601
14
36
7 Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, (Jakrta Utara: Raja Grafindo, 1993), h.7
37
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Cet. XXI, Bandung: Rosdakarya,
2005), h.4.
38
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2017) h. 104.
39
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, h. 104.
15
penelitian ini, seperti jurnal, makalah, artikel, buku, majalah, koran, internet dan
sumber data lain yang bisa dijadikan sebagai data pelengkap.
3. Pendekatan Peneltian
Pendekatan dalam penelitian ini diarahkan pada pengungkapan pola pikir
yang digunakan peneliti dalam menganalisis sasarannya atau dalam menganalisis
ungkapan lain pendekatan ialah disiplin ilmu yang dijadikan acuan dalam
menganalisis objek yang diteliti sesuai dengan logika ilmu itu.
Adapun metode pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini
antara lain:
a. Pendekatan filosofis, yaitu pengetahuan atau penyelidikan dengan menggunakan
akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab adanya sesuatu, asal adanya
sesuatu, dan hukumnya. Pendekatan ini mencari hakikat yang sebenarnya di balik
fenomena yang terjadi dalam kehidupan ini. 40 Dalam penelitian ini,penulis akan
mengkaji makna-makna yang terkandung pada setiap langkah dari prosesi-prosesi
mappacekke wanua.
b. Pendekatan teologis, yaitu suatu pendekatan yang membahas tentang ketuhanan
yang berlandaskan al-Qur‟an dan hadis. Ilmu yang membahasfakta-fakta, gejala-
gejala dan hubungan antara Tuhan dan manusia.41 Dalam penelitian ini, penulis
mengkaji berdasarkan penilaian menurut al-Qur‟an dan hadis setiap makna yang
terkandung dalam ritual mappacekke wanua.
G. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi/Pengamatan
Pengamatan (observasi) yaitu cara pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data-data awal dengan cara penelitian langsung ke lapangan
dan melakukan pengamatan yang tepat dan didukung dengan pengindraan.
Pengamatan ini kita harus terjun langsung kelapangan dan ikut serta dalam
aktivitas kehidupan objek pengamatan, bukan hanya melihat saja. Dalam
observasi ini, kita langsung atau secara sengaja melihata suatu peristiwa atau
40
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.195-196.
41
Nurnaningsih, Aqidah Islam: Pilar Utama Manusia BeramalIkhlas, h.10.
16
fenomena secara sistematis untuk mendapatkan informasi yang kita cari. Setelah
terkumpul lalu melakukan pencatatan dan menganalisa. Jadi, observasi yang
peneliti lakukan yaitu peneliti terjun langsung pada ritual tahunan mappacekke
wanua tersebut di kelurahan Belopa, kecamatan Belopa, kabupaten Luwu.
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki
lapangan, selama dilapangan, dan setelah dilapangan. Langkahlangkah analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Reduksi Data, yaitu data-data yang sudah terkumpul dari berbagai macam metode
penelitian kemudian dianalisis secara sistematis dan dipertanyakan mana yang
layak untuk dijadikan bahan lanjutan fokus penelitian. Ketika penulis pulang ke
rumah, penulis lalu menumpulkan informasi-informasi yang didapat ketika
observasi, survey, dan wawancara. Pada saat selesai mngumpulkan data, lalu
dianalisa untuk menjadi sumber data penelitian.
2. Penyajian Data, yaitu data-data yang sudah dianalisis dan dipilih lalu disajikan
dan mengambil atau memilih mana yang akan menjadi hipotesis informasi dan
akan ditarik kesimpulan. Ketika penulis menganalisa pantas atau tidaknya
informasi yang telah diperoleh, maka lanjut ketahap memilah beberapa sumber
data mengenai ritual mappacekke wanua yang menjadi hipotesa untuk menarik
sebuah kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi data, yaitu mempertimbangkan pola-pola
data yang disajikan dan kesimpulan sudah tergambar. Untuk menarik kesimpulan
akhir yang memadai diperlukan penyelesaian analisis seluruh data. Karena itu,
penulis perlu mengkonfirmasikan, mempertajam, dan merevisi kesimpulan-
kesimpulan yang telah dibuat.42
I. Tujuan dan Kegunaan Peneltian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian in adalah:
1. Untuk mengetahui proses ritual mappacekke wanua di kelurahan Senga,
kecamatan Belopa, kabupaten Luwu
42
Saifuddin Anwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 120
17
DAFTAR PUSTAKA
Abd.Hakim, Atang dkk. Metodologi Studi Islam Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011.
Agus, Bustanuddin. Agama dalam Kehidupan Manusi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007.
Al-Maududiy, Abu I-A „la.al-Mushthalaht al-Arba‟ah fi al-Qur‟an, Kuweit: Dar al-
Kuweitiyah, t.th.
Anwar, Idwar. Ensiklopedi Kebudayaan Luwu. Cet.I, Luwu: Komunitas Kampung
Sawerigading, 2007.
Anwar, Idwar. Ensiklopedi Sejarah Luwu. Cet.I, Luwu: Komunitas Kampung
Sawerigading, 2005.
Anwar, Saifuddin. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Asmuni, Yusran. Ilmu Tauhid, Jakrta Utara: Raja Grafindo, 1993
Basri, Muhammad. Biografi Pahlawan Andi Jemma: Profil Nasionalis dan Patriot Sejati
terhadap Republik Indonesia, Makassar: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1995
Darsono. Budaya Organisasi “Kajian Organisasi Bisnis, Ekonomi, Sosial, Pendidikan,
dan Politik”, Jakarta: Nusantara Consulting, 2009.
Duri, Ahmad, Menguak Rahasia Supranatural, Cet. I; Solo: CV. Aneka, 1998.
Fatra, Emil. Interaksi Komunitas Ke-Ammatoaan Pada Alam Melalui Ritual Addingingi,
Skripsi, Makassar: Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2017.
Ibrahim, Muhammad bin Abdullah al-Buraikan. Pengantar Studi Aqidah Islam, Jakarta:
Robbani Press, 1999.
Ilyas, Yunahar. Kuliah Akidah Islam, Cet,VIII, Yogyakarta: LPPI Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 2004
Jamrah, Suryan A. Studi Ilmu Kalam, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015
Junaid, Hamzah. “Kajian Kritis Akulturasi Islam dengan Budaya”, Jurnal Sulesana 8,
No. 1 2013
Kaelany, HD. Islam dan Aspek-aspek kemasyarakatan. Cet. I, Jakarta: Bumi Aksara,
2000.
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Terjemahan & Tajwid, Cet. I,
Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2014.
Koentjaraningrat. Pengantar Antrologi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011.
Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1994.
19