Anda di halaman 1dari 12

1

PENGARUH KEBUDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA


TERHADAP SYARIAT ISLAM
Oleh: A.Chaerullah Sawedi
Prodi Studi Agama-agama Fakultas Ushuluddin
Universitas Darusslam Gontor
Email: chaerulsawedi31@gmail.com

Abstrak

Sebagai rakyat Indonesia yang berbaki kita diharuskan untuk selalu melestarikan kebudayaan
yang sangat banyak dan kebudayaan Indonesia kebanyakan dipengaruhi oleh ajaran sebelum
datangnya Islam seperti Hindu-Budha, Animisme, Dinamisme, dll. Sedangkan mayoritas
penduduk Indonesia penganut agama Islam. Disinilah kita debenturkan antara melestarikan
kebudayaan atau menjalankan syariat Islam secara sepenuhnya.

A. Pendahuluan

Bangsa Indonesia negara yang mempuanyai beribu-ribu suku dan di setiap suku
memiliki banyak kebudayaan masing-masing. Di lansir dari data BPS (Badan Pusat Statistik)
ada lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia, atau tepatnya 1.340 suku
bangsa menurut sensus BPS tahun 2010.1 Kita sebagai rakyatnya berkewajiban untuk
menjaga kebudayaan yang telah nenek moyang kita wariskan. Sebagai rakyat tanah air yang
berbakti kita di haruskan untuk melaksanakan acara-acara dan ritual-ritual serta memercayai
kepercayaan-kepercayaan yang nenek moyang kita laksanakan serta mereka percayai
terdahulu untuk melestarikan budaya-budaya yang telah nenek moyang kita wariskan dan
demi menjaga citra Bangsa Indonesia.

Di samping itu kita rakyat Indonesia yang mayoritas memeluk Agama Islam di
bentrokkan dengan banyaknya acara, ritual serta keyakinan yang bertolak belakang atau
mengganggu bahkan merusak ke tauhidan kita sebagai muslim yang beriman. Di keranakan
jikalau kita menarik sejarah kita menemukan sebelum datangnya serta tersebarnya agama
Islam di Nusantara atau di Indonesia, bangsa Indonesia telah mempunyai kepercayaan
tersendiri sebagai agama asli Indonesia, apakah bentuknya Dinamisme, Animisme, Dualisme,
Politeisme, dan Paganisme serta Monoisme maupun dalam bentuk Kejawen. Kemudian sejak
abad 1 masehi masuk agama impor yaitu Hindu dan Budha. 2 Dan juga datangnya para
penjajah dengan membawa agama Kristen setelah tersebarnya Agama Islam di Indonesia.
1
Suku bangsa di Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas
2
Dahlia Lubis, “Aliran Kepercayaan/Kebatinan,” Perdana Bulishing, 2019, 18.
2

B. Pembahasan

Sebulum kita membahas judul kita, kita terlebih dahulu membagi di antara budaya
dan syariat.

B.1. Pengertian Budaya

Secara etimologis, kata “Kebudayaan” berasa dari bahasa Sansekerta, yaitu


Buddhayah merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti akal atau budi atau segala
sesuatu yang berkaitan denagan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.. Sedangkan secara istilah Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi.3

Menurut Koentjaraningrat (1989), kebudayaan adalah wujud ideal yang bersifat


abstrak dan tak dapat diraba yang ada di dalam pikiran manusia yang dapat berupa gagasan,
ide, norma, keyakinan dan lain sebagainya.4

Menurut Taylor (1985), kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang meliputi


pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hokum, moral, kebiasaan, kecakapan yang diperoleh
oleh manusia sebagai anggota masyarakat.5

Menurut Lebra (1976), kebudayaan adalah serangkaian simbol-simbol abstrak,


umum, atau ideasional dan perilaku adalah serangkaian gerak organisme yang bertenaga,
bersifat khusus dan bisa diamati. Dalam hal ini, perilaku adalah manifestasi dari budaya atau
kebudayaan yang memberi arti bagi manusia tersebut6

Budaya terbentuk dan di pengaruhi dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, peralatan sehari-hari, pakaian, bangunan, dan karya
seni. Dan dengan ini budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga
banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya juga dapat dipelajari. Dengan
demikian budaya dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal dan cara hidup yang
3
Rina Devianty, “Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan,” Jurnal Tarbiyah 24, No 2 (2017): 230.
4
Devianty...,231
5
Devianty...,231
6
Devianty...,231
3

selalu berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Ada pendapat lain yang mengupas kata
budaya sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya yang berarti daya dari
budi.

B.2. Pembagian Kebudayaan

Di dalam kebudayaan terdapat beberapa unsur yang Menyusun suatu budaya sebagai
berikut : 1.Bahasa 2.Sistem Teknologi 3.Sistem Ekonomi 4.Organisasi Sosial 5.Sistem
Pengetahuan 6.Religi 7. Kesenian7

Sedangkan dalam wujud kebudayaan terdapat 3 aspek yang membagi suatu budaya
yaitu:

A. Sistem Budaya (ideas)

Sistem budaya merupakan system gagasan yang berasal dari hasil pemikiran-
pemikiran masyarakat yang mencakup nilai-nilai, norma-norma, hukum, dan peraturan
khusus. Perlu di garis bawahi di sini adalah yang berasal dari hasil pemikiran masyarakat
berarti sisitem budaya ini berasal dari benak masyarakat.

B. Sistem Sosial (Activites)

Sistem sosial merupakan segala hal yang menyangkut kegiatan-kegiatan masyarakat


yang berinteraksi antara satu dengan yang lain dari waktu ke waktu secara terus menerus dan
selalu mengikuti adat berprilaku.

C. Benda-benda hasil karya manusia

Benda-benda hasil karya manusia dibuat sejak dari masa lampau sampai masa kini.
Dari sanalah benda-benda hasil karya manusia di bedakan menjadi 2 Yitu benda kuno dan
benda modern. Contoh dari benda kuno yaitu candi, kuil, piramida, colosium, arca, prasasti,
dll. Sedangkan contoh benda modern yaitu televisi, telepon, radio, computer, robot, mobil,
pesawat, dll8

B.3. Manfaat Budaya

7
Mazzia Luth, Kebudayaan, IKPD Padang (Padang, 1994).7
8
Luth...,7
4

Dari Berbagai pengertian di atas dapat kita ambil bahwasannya budaya di ciptakan
atau buat sendiri oleh masyarakat yang ada pada suatu daerah berdasarkan faktor-faktor
tertentu. Budaya terlahir dari hasil pemikiran masyarakat dengan tujuan mempermudah
kehidupan bermasyarakat, membuat kehidapan yang tenang, menjadikan kehidupan damai,
menjadikan hati menjadi tenang bahkan mencoba untuk berkomunikasi dengan tuhan dengan
cara yang tersendiri berdasarkan budaya yang ada.

B.4. Pengertian Syariat

Secara etimologis, kata syariat, (dalam bahasa Arab, aslinya, syarî’ah/ ‫ )شريعة‬berasal
dari kata syara’a ( ‫ )شرع‬yang berarti jalan ke tempat keluarnya air untuk minum atau tempat
lalu air di sungai. Dalam perkembangannya, kata syari’ah digunakan orang Arab untuk
konotasi jalan lurus ( ‫) الطريقة المستقيمة‬.

Sedangkan berdasarkan Istilah dapat kita ambil pengertian syariat berdasarkan


pengertian dari beberapa pakar hukum Islam sebagai berikut:

Imam abu hanifah, mengatakan bahwa “ syariah adalah semua yang diajarkan oleh
Nabi Besar Muhammad saw., yang bersumberpada wahyu Allah. Hal ini tidak lain adalah
sebagai bagian dari ajaran Islam.”

Imam idris as-Syafi’I mengatakan bahwa “ syariah merupakan peraturan-peraturan


lahir batin bagi umat Islam yang bersumberpada wahyu Allah dan kesimpulan-kesimpulan
(deductions) yangdapat ditarik dari wahyu Allah dan sebagainya. Peraturan-peraturan lahir
itu mengenai cara bagaimana manusia berhubungan dengan Allah dan dengan sesama
makhluk lain selain manusia9

Fyzee (1965: 23), mengemukakan syariat dalam bahasa Inggris sebagai Common of
law, yakni keseluruhan perintah Tuhan. Tiap-tiap perintah itu dinamakan hukum.Hukum
Allah tidak mudah dipahami dan syariah itu meliputi semua tingkah laku manusia.

Agnides (1984 : 13) mengemukakan syariah adalah sesuatu yang tidak akan diketahui
adanya, seandainya tidak ada wahyu ilahi.

Hanafi (1984:9) memberikan pengertian syariah adalah apa hukum-hukum yang


diadakan oleh Tuhan untuk hamba-hambanya yang dibawa oleh salah seorang nabi Nya, baik

9
Idris Ramulyo, Asas-Asas Hukum Islam (Jakarta: sinar grafika, 2004,.8.
5

hukum-hukum tersebut berhubungan dengan cara mengadakan perbuatan maupun mengenai


hal yang berhubungan dengan kepercayaan10.

Setelah kita lihat berbagai pengertian di atas dapat kita ketahui hal-hal yang
menyangkut dengan Syariat adalah hukum Allah SWT, Di bawa oleh Nabi, mengatur
Kehidupan Manusia, hubungan kepada Allah SWT, hubungan dengan sesama makhluk
hidup.

Dari berbagai pengertian dia atas dapat kita ketahui bahwa syariat bukan hanya
tentang kewajiban-kewajiban dalam Agama Isalam, tetapi memiliki aspek dan bahasan yang
luas seperti hukum-hukum akidah atau kepercayaan, hukum-hukum budi pekerti atau akhlak
dan juga hukum-hukum tentang muamalah atau sosialisasi baik itu antara sesama makhluk
hidup maupun antara sang pencipta (Allah SWT) dengan para hambanya.

Dan dapat kita simpulkan bahwa syariat adalah segala ketentuan atau hukum-hukum
yang berasal dari Allah SWT, yang di turunkan kepada para nabi yang mengatur kehidupan
manusia tentang segala hal yang menyangkut hubungan mereka kepada Sang Kholiq Allah
SWT dan juga hubungan mereka sesama makhluk hidup terutama sesama manusia.

Syariat tidak hanya di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW tapi juga Syariat di
turunkan kepada umat-umat terdahulu seperti kaum Nabi Isa AS, Kaum Nabi Musa AS,dan
Kaum Nabi Daud AS dan syariat-syariat ini di tuliskan di kitab suci mereka.

Syariat dalam Islam berarti segala ketentuan atau hukum-hukum yang berasal dari
Allah SWT, yang di turunkan kepada para Nabi Muhammad SAW untuk semua umat
manusia di seluruh alam di sepanjang waktu yang mengatur kehidupan manusia tentang
segala hal yang menyangkut hubungan mereka kepada Sang Kholiq Allah SWT dan juga
hubungan mereka sesame makhluk hidup terutama sesama manusia.

Syariat Islam berlaku untuk semua umat manusia di seluruh alam dan di sepanjang
zaman, berbeda dengan umat-umat terdahulu yang syariatnya di turunkan hanya untuk
golongan tertentu dengan batas waktu yang tertuntu pula. Hal ini berdasarkan Firman Allah
SWT dalam surah Saba’ (34): 28 yang berbunyi:

‫ير ا‬ َّ َ ‫اك ِإاَّل‬


َ ْ‫س ل‬ ‫و م ا َأ‬
ً ‫ذ‬ِ َ‫و ن‬
َ ‫ير ا‬
ً ‫ش‬ ِ َ ‫اس ب‬
ِ َّ ‫لن‬ ِ ‫ل‬ ‫ة‬
ً ‫اف‬ ‫ك‬ َ ‫ن‬ َ ‫ر‬
ْ َ َ
‫و ل َٰ ك ن َأ‬
‫ون‬
َ ُ َ‫ع ل‬
‫م‬ ْ َ ‫اس اَل ي‬
ِ َّ ‫الن‬ ‫ر‬ َ َ ‫ث‬ ْ ‫ك‬ َّ ِ َ
10
Arfin Hamid, Hukum Islam Perspektif Ke Indonesiaan (Sebuah Pengantar Dalam Memahami Realitasnya)
(Makassar: PT. Umitoha Grafika, 2011), 12.
6

Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.

Dan juga mengenai para Rasul terdahulu hanya di utus untuk umatnya masing-
masing. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW dari Hadits Shohih Riwayat Bukhori, no:
335 yang berbunyi:

‫عبد الل َّ َأ‬


ِ ْ ‫ه عَلَي‬
‫ه‬ ُ َّ ‫صلَّى الل‬ َ ‫ي‬ َّ ِ ‫ن النَّب‬َّ ‫ه‬ِ ِ ْ َ ‫ن‬ ِ ْ‫ر ب‬ِ ِ ‫جاب‬ َ ‫َن‬ ْ ‫ع‬
‫خمسا لَم يعطَه َأ‬ ْ ‫ال ُأ‬
‫قبْلِي‬ َ ٌ ‫حد‬ َ ‫ن‬ َّ ُ ْ ُ ْ ً ْ َ ‫يت‬ ُ ِ‫عط‬ َ ‫ق‬َ ‫م‬ َ َّ ‫سل‬
َ ‫و‬ َ
‫َأْل‬
‫ض‬
ُ ‫ت لِي ا ْر‬ ْ َ ‫عل‬ِ ‫ج‬ُ ‫و‬ َ ‫ر‬ٍ ‫ه‬ َ َ‫يرة‬
ْ ‫ش‬ َ ‫س‬ِ ‫م‬َ ‫ْب‬ ِ ‫الرع‬ ُّ ِ ‫ت ب‬ ُ ‫ص ْر‬ ِ ُ‫ن‬
ُ‫صاَل ة‬ ‫َأ‬ ‫ُأ‬ ‫مسجدا وطَهورا َ َأ‬
َّ ‫ه ال‬ُ ْ ‫متِي دْ َركَت‬ َّ ‫ن‬
ْ ‫م‬ ِ ‫ل‬ٍ ‫ج‬ُ ‫ما َر‬ َ ُّ ‫ف ي‬ ً ُ َ ً ِ ْ َ
‫قبْلِي‬َ ‫د‬ ٍ ‫ح‬َ ‫ل َأِل‬
َّ ‫ح‬
ِ َ‫ت‬ ‫م‬ْ َ ‫ول‬
َ ‫م‬ َ ْ ‫ت لِي ال‬
ُ ِ ‫مغَان‬ ِ ‫وُأ‬
ْ َّ ‫حل‬ َ ‫ل‬ َ ُ ‫فلْي‬
ِّ ‫ص‬ َ
‫ة‬
ً ‫ص‬
َّ ‫ه خَا‬
ِ ‫م‬
ِ ‫و‬ َ ‫ث ِإلَى‬
ْ ‫ق‬ ُ ‫ع‬
َ ْ ‫ي يُب‬ َ َ ‫وك‬
ُّ ِ ‫ان النَّب‬ َ ‫ة‬
َ ‫ع‬ َ ‫الش‬
َ ‫فا‬ َّ ‫يت‬
ُ ِ‫عط‬ ْ ‫وُأ‬ َ
‫ة‬
ً ‫م‬
َّ ‫اس عَا‬
ِ َّ ‫ت ِإلَى الن‬
ُ ْ ‫عث‬ِ ُ ‫وب‬ َ
Dari Jabir bin Abdulloh, bahwa Nabi Muhammad bersabda: “Aku diberi (oleh Allah)
lima perkara, yang itu semua tidak diberikan kepada seorang-pun sebelumku. Aku ditolong
(oleh Allah) dengan kegentaran (musuh sebelum kedata-nganku) sejauh perjalanan sebulan;
Bumi (tanah) dijadikan untukku sebagai masjid (tempat sholat) dan alat bersuci (untuk
tayammum-pen). Maka siapa saja dari umatku yang (waktu) sholat menemuinya, hendaklah
dia sholat. Ghonimah (harta rampasan perang) dihalalkan untukku, dan itu tidaklah halal
untuk seorangpun sebelumku. Aku diberi syafa’at (oleh Allah). Dan Nabi-Nabi dahulu
(sebelum-ku) diutus khusus kepada kaumnya, sedangkan aku diutus kepada manusia
semuanya.11

B.5. Lingkup Syariat

Dalam Syariat Islam terdapat beberapa lingkup pembahasan yaitu:

Hukum-hukum I’tiqadiyah, yakni hal-hal yang berkenaan dengan akidah dan


kepercayaan atau biasa di sebut dengan ilmu Tauhid (rukun iman).

11
7

Hukum-hukum amaliah yang meliputi; (a)ibadah, seperti shalat, puasa, zakat dan haji,
(b)muamalah,seperti jual beli, perkawinan, kewarisan, pencurian dan sebagainya atau bisa di
sebut dengan ilmu Fiqh12.

Di pembahasan kali ini kita akan lebih membahas syariat yang berkaitan dengan
I’tiqodiahyaitu yang berkenaan dengan dengan akidah dan kepercayaan.

B.6. Manfaat Syariah

Agama Islam adalah agama yang sempurna, agama untuk seluruh umat dan sepanjang
masa. Agama Islam adalah agama yang rasional, segala perintah di dalamnya terdapat fungsi
dan manfaat entah itu untuk diri sendiri atau untuk kepentingan Bersama, entah manfaatnya
itu secara langsung kita rasakan ataupun tidak secara lansung kita rasakan.

Adapun perintah-perintah Allah SWT. Atau biasa disebut dengan syariat adalah
sarana untuk mengetahui di antara para hamba-hambanya-Nya siapakah yang beriman dan
bertakwa. Barang siapa yang mengerjakan dan mematuhi syariat Islam dengan benar dan
tidak melanggarnya maka dia termasuk orang-orang yang beriman.

Di dalam Al-Quran banyak yang Allah Swt. Janjikan bagi para hamba-hamba-Nya
yang beriman . Seperti diberi oleh Allah SWT. Rahmat.

ۚ َ ‫مو‬
‫ن‬ ْ ُ ‫علَّك‬
َ َ‫ل ل‬
َ ‫و‬ َ ّٰ ‫عوا الل‬
ُ ْ ‫واَطِي‬
ْ ُ ‫ح‬
َ ‫م ت ُ ْر‬ ْ ‫س‬
ُ ‫الر‬
َّ ‫و‬َ ‫ه‬ َ
“Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat”. (QS.Surat Ali `Imran
Ayat:132).

Di beri oleh Allah SWT. Kebahagiaan dan tembat Kembali yang baik.

‫ن‬
ُ ‫س‬
ْ ‫ح‬
ُ ‫و‬
َ ‫م‬ ُ َ‫ى ل‬
ْ ‫ه‬ ٰ َ ‫ات طُوب‬
ِ ‫ح‬ َّ ‫ملُوا ال‬
َ ِ ‫صال‬ ِ ‫ع‬
َ ‫و‬
َ ‫منُوا‬
َ ‫ين آ‬
َ ‫ذ‬ِ َّ ‫ال‬
‫آب‬
ٍ ‫م‬ َ
“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat
kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra'd Ayat: 29).

Di Janjaikan oleh Allah SWT. Surga Firdaus.

12
Rizkaul H, “Hukum Islam Syariah Dan Fiqh,” 2018, 7.
8

‫ات‬
ُ َّ ‫جن‬
َ ‫م‬ ُ َ‫ت ل‬
ْ ‫ه‬ ْ َ ‫ات كَان‬
ِ ‫ح‬ َّ ‫ملُوا ال‬
َ ِ ‫صال‬ ِ ‫ع‬
َ ‫و‬
َ ‫منُوا‬ َ ‫ين آ‬
َ ‫ذ‬ِ َّ ‫ن ال‬َّ ‫ِإ‬
‫وس ن ُ ُزاًل‬ ِ ْ ‫ال‬
ِ ْ َ‫ف ْرد‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah
surga Firdaus menjadi tempat tinggal.” (QS. Al-Kahfi Ayat 107).

Di tanamkan dalam hatinya rasa kasih saying.

‫م‬ ُ َ‫ل ل‬
ُ ‫ه‬ ُ ‫ع‬
َ ‫ج‬
ْ َ ‫سي‬
َ ‫ات‬
ِ ‫ح‬ َّ ‫ملُوا ال‬
َ ِ ‫صال‬ ِ ‫ع‬
َ ‫و‬
َ ‫منُوا‬
َ ‫ين آ‬َ ‫ذ‬ِ َّ ‫ن ال‬ َّ ‫ِإ‬
‫ودًّا‬
ُ ‫ن‬ُ ‫م‬َٰ ‫ح‬ ْ ‫الر‬
َّ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang
Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam
Ayat 96).

Di beri Ampunan dan rezeki yang mulia

ٌ‫ر ْزق‬
ِ ‫و‬
َ ٌ‫ْف َرة‬
ِ ‫مغ‬
َ ‫م‬ ُ َ ‫ات ل‬
ْ ‫ه‬ ِ ‫ح‬ َّ ‫ملُوا ال‬
َ ِ ‫صال‬ ِ ‫ع‬
َ ‫و‬
َ ‫منُوا‬
َ ‫ين آ‬
َ ‫ذ‬ِ َّ ‫ال‬
‫يم‬
ٌ ‫ر‬ِ َ‫ك‬

“Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan
rezeki yang mulia.” (QS. Al-Hajj Ayat 50).

Ini adalah Sebagian ayat yang di janjikan oleh Allah SWT bagi orang -orang yang
beriman dan ayat ini baru mencakup manfaat untuk diri sendiri, tidak hanya itu manfaat bagi
hamba yang beriman karena jiwa yang cenderung pada kebaikan adalah jiwa yang dapat
menghantarkan pada ketenangan, mendapatkan rida-Nya. Itulah jiwa sehat yang akan
mendapatkan surga-Nya13.

Seperti yang sudah dibahas tadi bahwasannya manfaat menjalankan syariat tidak
hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk kepentingan bersama atau untuk maslahat umum.
Adanya Syariat seperti larangan untuk mengambil apapun yang bukan hak kita agar manusia

13
Jarman Arroisi, “Spiritual Healing,” Jurnal Tsaqafah 14: 332,
9

tidak mencuri. Adanya syariat untuk memakan makanan yang halal menjauhkan manusia dari
makanan yang berpotensi menimbulkan penyakit. Adanya syariat larangan berzina menjaga
manusia dari rusaknya keturunan atau bercampurnya keturunan. Dari sini kita mengambil
bahwasannya manfaat syariat bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain atau
untuk maslahat umum.

Turunnya syariat dari Allah SWT kepada seluruh makhluk-Nya bukan hanya untuk
menguji siapa diantara kita yang merupakan hamba-Nya yang beriman, tapi juga untuk
menjaga keseimbangan kehidupan manusia, agar tidak terjadi kerusakan di muka bumi ini.

B.7.Islamnya Indonesia

Penyebaran agama Islam di Indonesia terjadi ketika telah melekatnya kepercayaan


Dinamisme, Animisme, Dualisme, Politeisme, dan Paganisme serta Monoisme maupun
dalam bentuk Kejawen di kehidupan para Bangsa Indonesia terdahulu serta masuknya Agama
Hindu dan Agama Budha pada abad 1 masehi yang telah mengambil peran dalam aspek
kehidupan serta kebudayaan Bangsa Indonesia terdahulu.

Ketika para 9 wali atau biasa kita sebut dengan Wali Songo datang dan menyebarkan
Agama Islam ke pelosok Indonesia mereka mengambil jalur toleransi tinggi dan enggan
menolak secara tegas tradisi dan budaya lokal dan juga tidak percaya diri menyebarkan
Ajaran Islam yang asli secara langsung. 14 Dan di barengi dengan sikap rakyat Indonesia
terdahulu yang juga enggan melepas kepercayaan-kepercayaan yang telah mereka anut dari
nenek moyang mereka. Dari sinilah Islam tersebar secara cepat ke pelosok Nusantara atau
Indonesia tetapi di sisi lain mereka masih banyak memengang dan memercayai kepercayaan-
kepercayaan nenek moyang mereka serta kebudayaan-kebuayaan yang asalnya dari paham
Dinamisme, Animisme, Dualisme, Politeisme, dan Paganisme serta Monoisme maupun
dalam bentuk Kejawen dan juga tercampur dengan paham Ajaran Hindu serta paham Ajaran
Budha.

Dalam berdakwah secara konseptual, Walisongo menerapkan metode yang disebut


mau’idhah al-hasanah wal mujadalah hiya ahsan. Metode ini digunakan oleh mereka
untuk pemimpin, orang terpandang dalam masyarakat. Dasar metode ini merujuk pada ayat
Al-Quran yang artinya “Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah

14
Jarman Arroisi, Belajar Mengenal Aliran Kepercayaan Dan Kebatinan Dan Sinkritisme (Ponorogo: Unida
Gontor Press, 19.).
10

yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”.15

Dan para dai terdahulu menyebarkan Agama Islam dengan tidak menolak secara tegas
aliran kepercayaan terdahulu bahkan menyebarkan Agama Islam atau berdakwah dengan
menggunakan media ritual, tradisi atau budaya yang mereka kerjakan dengan mengganti
beberapa aspek dan memberikan beberapa syarat. Seperti halnya budaya wayang yang
ceritanya di ambil dari cerita-cerita agama Hindu kemudian di tambahkan tokoh-tokohnya
dan di ganti alur ceritanya oleh para dai terdahulu. Dengan menambahkan nilai-nilai Islam di
dalamnya.

Di sinilah tantangan kita sebagai rakyat Republik Indonesia yang memeluk Ajaran
Islam yaitu di saat kita di hadapkan antara 2 hal. Menjadi warga Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berbakti pada negara dengan melestarikan Budaya akan tetapi akarnya bukan
dari Ajaran Islam atau sebagai umat Agama Islam yang meneguhkan tauhid dengan
meninggalkan budaya- budaya yang bertentangan dengan Syariat Islam Yang ada.

B.8. Antara Budaya Dan Syariat

Agama Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi
Muhammad saw yang berdomisili di jazirah Arab. Dengan penduduk Arab yang dikenal
dengan kentalnya memegang kebudayaan-kebudayaan jahiliyyah. Tapi setelah datangnya
Agama Islam mereka diharuskan untuk melepaskan kebudayaan jahiliyyah mereka yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam dan memasukkan nilai keislaman bagi kebudayaan jahiliyyah
yang sesuai dengan ajaran Islam.

Begitu juga dengan kebudayaan yang ada di Indonesia. Meneladani perilaku


Rasulullah SAW kita harus meninggalkan kebudayaan yang bertentangan dengan syariat
islam dan memasukkan nilai keislaman bagi kebudayaan Indonesia yang tidak bertentangan
dengan syariat Islam.

Karena setelah kita membahas arti budaya dan syariat kita dapat mengetahui bahwa
tujuan diantara keduanya sama yaitu agar terciptanya kehidupan yang terjaga,kehidupan yang
aman, kehidupan yang tentram. Tapi kita juga pastinya mendapatkan perbedaan yang sangat
signifikan diantara keduanya yaitu bahwasannya budaya merupakan hasil pikiran manusia
sedangkan syariat merupakan perintah langsung dari Allah Swt. Dan pastinya kita harus

15
Al-Quran, An-Nahl : 125
11

menuruti perintah Allah SWT, Tuhan semesta alam yang tidak akan pernah salah
dibandingkan kebudayaan yang diciptakan oleh manusia yang tidak luput dari kesalahan.

C. Kesimpulan

Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan kita sebagai rakyat
Indonesia di wajibkan untuk selalu menjaga dan melestarikan kebudayaan Indonesia. Tetapi
dibalik semua itu mayoritas rakyat Indonesia adalah pemeluk agama Islam dan kebanyakan
kebudayaan Indonesia lahir dari pengaruh-pengaruh kepercayaan yang telah di anut rakyat
Indonesia sebelum datangnya agama islam di Indonesia.

Tersebarnya agama Islam di Indonesia tidak lepas dari hasil jerih paya para wali
songo. Tetapi cara penyebaran agama Islam oleh wali songo adalah dengan jalan damai.
Sehingga banyak rakyat Indonesia yang telah bersyahadat tetapi masih memegang
kepercayaan-kepercayaan terdahulu dan masih melaksanakan ritual-ritual yang tidak sesuai
denagn ajaran Islam.

Dari sinilah kita harus mengambil sikap yaitu tetap melestarikan kebuadayaan yang
sejalan dengan Syariat Islam dan memasukkan nilai Islami kebudaya-budaya Indonesia
ataupun meninggalkan kebudayaan yang memang menentang syariat Islam yang ada. Kita
harusnya meng-Islamkan Indonesia bukan meng-Indonesiakan Islam.

D. Daftar Pustaka
Al-Quran

Arroisi, Jarman. Belajar Mengenal Aliran Kepercayaan Dan Kebatinan Dan Sinkritisme.
Ponorogo: Unida Gontor Press, n.d.

———. “Spiritual Healing.” Jurnal Tsaqafah 14 (n.d.): 332.


https://doi.org/10.1136/bmj.2.3388.1091-c.

Devianty, Rina. “Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan.” Jurnal Tarbiyah 24, No 2 (2017):
230.

H, Rizkaul. “Hukum Islam Syariah Dan Fiqh,” 2018, 7.

Hamid, Arfin. Hukum Islam Perspektif Ke Indonesiaan (Sebuah Pengantar Dalam


Memahami Realitasnya). Makassar: PT. Umitoha Grafika, 2011.

Lubis, Dahlia. “Aliran Kepercayaan/Kebatinan.” Perdana Bulishing, 2019, 18.

Luth, Mazzia. Kebudayaan. IKPD Padang. Padang, 1994.


12

Ramulyo, Idris. Asas-Asas Hukum Islam. Jakarta: sinar grafika, 2004.

Wikipedia bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas, Suku bangsa di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai