Anda di halaman 1dari 21

Nurhabli Ridwan

Makalah Hakikat Agama Islam



Nurhabli Ridwan 9 tahun yang lalu

Iklan

MAKALAH

AGAMA ISLAM

HAKIKAT AGAMA ISLAM

OLEH :

NAMA : NURHABLI RIDWAN

NIM : 1209008927

P. STUDY : TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat yang sudah
diberikan saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar

Kita sebagai makhluk Allah SWT harus mengetahui apa hakikat-hakikat Agama islam.
Hakikat-hakikat itu berisi Pengertian – pengertian Agama Islam. Dengan adanya makalah
ini diharapkan para pembaca bisa kembali lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT
dan bisa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang mana semua
itu tejadi karena keterbatasaan pemahaman penulis. Kemudian penulis megharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun untuk perbaikan makalah ini,
dan penulis bisa mengetahui sampai dimana kemampuan penulis.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Jika ada kesalahan
tutur kata dalam pembuatan makalah ini mohon dimaklumi karena tidak ada didunia ini
yang sempurna selain Allah SWT

Wassallamualaikum Wr.Wb

Medan, November 2012

NURHABLI RIDWAN

NIM : 1209008927

DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………………………………….ii

Daftar isi ……………………………………………………………………………………………….iii

BAB.I

PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………….1

C. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………..1

B. Tujuan ……………………………………………………………………………………………….1
BAB II

LANDASAN MATERI…………………………………………………………………………..2

A. Pengertian………………………………………………………………………………………..2

B. Unsur-unsur agama……………………………………………………………………………7

C. Pengalaman Beragama……………………………………………………………………..11

D. Hakekat Agama Islam……………………………………………………………………..16

BAB III

PENUTUP…………………………………………………………………………………………….29

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………29

B. Saran ……………………………………………………………………………………………….29

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama merupakan salah satu aspek yang paling penting dari pada aspek-aspek budaya
yang di pelajari oleh para antropolog dan para ilmuwan sosial lainnya. Sangat penting
bukan saja yang di jumpai pada setiap masyarakat yang sudah diketahui, tetapi karena
juga penting saling pengaruh mempengaruhi antara lembaga budaya satu dengan yang
lainya. Di dalam agama itu di jumpai ungkapan materi budaya dalam tabiat manusia
serta dalam sistem nilai, moral dan etika. Agama itu saling pengaruh mempengaruhi
dengan sistem organisasi kekeluaragaan, perkawian, ekonomi, hukum, dan politik.
Agama juga memasuki lapangan pengobatan, sains dan teknologi. Serta agama itu
memberikan inspirasi untum memberontak dan melakukan peperangan dan terutama
telah memperindah dan memperhalus karya seni, tidak terdapat suatu instuisi
kebudayaan lainnya menyajikan suatu lapangan eksprresi dan implikasi begitu halus
seperti halnya agama. Ide-ide keagamaan dan konsep-konsep keagamaan itu tidak
dipaksa oleh hal-hal yang bersifat fisik sekirannya. Segala macam formula itu tidak
menjumpai keterbasan dibanding dengan permasalahan spiritual yang dipertanyakan
oleh manusia itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagamana hakikat agama yang sebenarnya?

2. Bagaimana usur-unsur agama sebenarnya?

3. bagaimana pengalaman beragama itu sebenarnya?

4. Bagaimana hakikat agama islam ?

C. Tujuan penulisan makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui hakikat agama yang sebenarnya

2. Untuk mengetahui unsur-unsur agama sebensrnya

3. Untuk mengetahui pengalaman beragama sebenarnya

4. Untuk mengetahui hakikat agama islam

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian agama

Agama dalam pengertiannya dapat dikelompokkan pada dua bahagian yaitu agama
menurut bahasa dan agama menurut istilah. Beberapa persamaan arti kata“agama’’
dalam berbagai bahasa:

1. Ad din (Bahasa Arab dan Semit)

2. Religion (Inggris)

3.La religion (Perancis)

4. De religie (Belanda)

5. Die religion (Jerman)

Secara bahasa, perkataan ‘’agama’’ berasal dari bahasa Sangsekerta yang erat
hubungannya dengan agama Hindu dan Budha yang berarti ‘’tidak pergi’’tetap di tempat,
diwarisi turun temurun’’. Adapun kata din mengandung arti menguasai, menundukkan,
kepatuhan, balasan atau kebiasaan.

Din juga membawa peraturan-peraturan berupa hukum-hukum yang harus dipatuhi baik
dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus
ditinggalkan. Kata din dalam Al Qur’an disebut sebanyak 94kali dalam berbagai makna
dan kontek, antara lain berarti :

1. Pembalasan (Q.S Al Fatihah (1) ayat 4.

2. Undang-undang duniawi atau peraturan yang dibuat oleh raja (Q.S Yusuf (12)ayat 76.

3. Agama yang datang dari Allah SWT, bila dirangkaikan dengan kata Allah (Q.SAli Imran
(3) ayat 83.

4. Agama yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW sebagai agama yang benar,
yakni Islam, bila kata din dirangkaikan dengan kata al-haq (Q.S AtTaubah (9) ayat 33

5. Agama selain Islam (Q.S Al Kafirun(109) ayat 6 dan Q.S Ash Shaf (61) ayat 9.

Menurut Abu Ahmadi agama menurut bahasa :

1. Agama berasal dari bahasa Sangsekerta yang diartikan dengan haluan,peraturan, jalan
atau kebaktian kepada Tuhan.

2. Agama itu terdiri dari dua perkataan yaitu A. berarti tidak, Gama berarti kacau balau,
tidak teratur. Jadi agama berarti tidak kacau balau yang berarti teratur.

Agama menurut istilah adalah undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengikat


manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesama
manusia dan hubungan manusia dengan alam. Maka orang yang beragama adalah orang
yang teratur, orang yang tenteram dan orang yang damai baik dengan dirinya maupun
dengan orang lain dari segala aspek kehidupannya.

Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu :

1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang
diyakini mengatur dan mencipta alam.

2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan
supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya.

3. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam
semesta yang dikaitkan dengan keyakinan nya tersebut.

1. Klasifikasi Agama

Ditinjau dari sumbernya agama dibagi dua, yaitu agama wahyu dan agama bukan
wahyu.

Agama wahyu (revealed religion) adalah agama yang diterima oleh manusia dari Allah
Sang Pencipta melalui malaikat Jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya
kepada umat manusia. Wahyu-wahyu dilestarikan melalui Al Kitab, suhuf (lembaran-
lembaran bertulis) atau ajaran lisan.Agama wahyu menghendaki iman kepada Tuhan
Pemberi wahyu, kepada rasul-rasul penerima wahyu dan kepada kitab-kitab kumpulan
wahyu serta pesannya disebarkan kepada seluruh umat manusia

Agama bukan wahyu (agama budaya/ cultural religion atau natural religion) bersandar
semata-mata kepada ajaran seorang manusia yang dianggap memiliki pengetahuan
tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam. Contohnya agama Budha
yang berpangkal pada ajaran Sidharta Gautama dan Confusianisme yang berpangkal
pada ajaran Kong Hu Cu.

Perbedaan kedua jenis agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living

Religious of the World sebagai berikut :

1. Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama bukan wahyu
tidak demikian.

2. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama bukan wahyu tidak.

3. Dalam agama wahyu sumber utama tuntunan baik dan buruk adalah kitab suci yang
diwahyukan, sedangkan agama bukan wahyu kitab suci tidak penting.

4. Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama bukan wahyu lahir di
luar itu.

5. Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras semetik.

6. Agama wahyu sesuai dengan ajarannya adalah agama misionari, sedangkan agama
bukan wahyu agama misionari.

7. Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama bukan wahyu kabur dan
elastis.

8. Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik aspek spritual maupun
material, sedangkan agama bukan wahyu lebih menitik beratkan kepada aspek spritual
saja, seperti pada Taoisme, atau pada aspek material saja seperti pada Confusianisme.

Agama wahyu disebut juga agama samawi (agama langit) dan agama bukan wahyu
disebut agama budaya (ardhi/ bumi). Sedangkan yang termasuk dalam kategori agama
samawi hanyalah Agama Islam.

2. Ciri-ciri Agama Wahyu (langit)

1. Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan tumbuh dari masyarakat,melainkan
diturunkan kepada masyarakat.

2. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya. Utusan itu bukan
menciptakan agama, melainkan menyampaikannya.

3. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.

4. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai dengan kecerdasan
dan kepekaan manusia.

5. Konsep ketuhanannya adalah : monotheisme mutlak ( tauhid)

6. Kebenarannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia , masa dan keadaan.

3. Ciri-ciri agama budaya (ardhi)

1. Tumbuh secara komulatif dalam masyarakat penganutnya.

2. Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan ( Rasul).

3. Umumnya tidak memiliki kitab suci, walaupun ada akan mengalami perubahan-
perubahan dalam perjalanan sejarahnya.

4. Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiranmasyarakatnya


( penganutnya).

5. Konsep ketuhanannya : dinamisme, animisme, politheisme, dan paling tinggi adalah


monotheisme nisbi.

6. Kebenaran ajarannya tidak universal , yaitu tidak berlaku bagi setiap manusia, masa,
dan keadaan.

4. Agama Sebagai Kebenaran

Pertama, ada dua macam agama, di tinjau dari sumbernya, yaitu: (1) agama budaya,
yakni agama ciptaan manusia sendiri dan (2) agama wahyu, yakni agama yang
diwahukan Allah swt. Kepada manusia;

Kedua, semua agama wahyu, semua agama para nabi, adalah agama Islam. Oleh karena
itu, menurut Al Qur’an, agama islam adalah satu-satunya agama wahyu. Untuk
selanjutnya, apabila kita bicara tentang agama, maka yang kita maksudkan agama wahyu
itulah.

Dalam kesempatan ini baik dan perlu sekali kita ulangi yang pernah kita simpulkan
yaitu: pertama, bahwa percaya dan kepercayaan itu lekat dengan diri pribadi manusia;
kita tidak dapat membayangkan manusia dapat hidup dengan wajar tanpa suatu
kepercayaan apapun. Kedua, bahwa baik dalam kehidupan dan penghidupan sehari-hari,
maupun dalam lapangan ilmu pengetahuan, ataupun dalam bidang filsafat sekalipun,
ternyata manusia tidak dapat melepaskan diri dari faktor kepercayaan. Ketiga, faktor
kepercayaan ini memegang peranan pertama dan utama di dalam agama. Keempat,
bentuk kepercayaan yang tinggi ialah agama.

B. Unsur-unsur agama.

Setiap agama pada dasarnya terdiri dari empat unsur, yaitu:

1. Ajaran (= teori; konsep) sebagai sisi gaib

2. Iman sebagai interaksi antara pelaku dan konsep,

3. Ritus (= upacara) sebagai sistem lambang, dan

4. Praktik ( = amal) sebagai perwujudan konsep dalam segala segi kehidupan individu
dan masyarakat.

Dalam dïnul-islãm (‘agama Islam’) keempat unsur itu terungkap melalui Hadis Jibril,
yang mencakup butir-butir di bawah ini.

1. Ajaran Allah sebagai konsep hidup

Dalam dialog tentang iman, Rasulullah menegaskan tentang masalah terpenting dari
dïnul-islãm, yaitu adanya interaksi antara seorang mu’min dengan ajaran Allah, yang
disampaikan (diajarkan) melalui malaikat-malaikatNya, dalam bentuk kitab-kitab, yang
diterima rasul-rasulNya, untuk mencapai tujuan akhir (kehidupan yang baik di dunia dan
akhirat), dengan menjadikan ajaran Allah sebagai qadar (ukuran; standard; teori nilai)
baik-buruk menurutNya.

Ajaran Allah yang dimaksud adalah Al-Qurãn.

Al-Qurãn sebagai qadr atau taqdïr adalah sisi gaib (abstract level) dari dïnul-islãm, yang
merupakan “teori nilai” untuk menentukan baik buruknya segala sesuatu menurut
pandangan Allah.

2. Îmãn sebagai interaksi

Iman pada hakikatnya adalah interaksi (aksi timbal balik) antara Allah sebagai pemberi
konsep hidup dengan si mu’min yang menyambut da’wah (ajakan; tawaran) Allah
melalui rasulNya. Selanjutnya, interaksi itu berlangsung intensif melalui penghayatan si
mu’min terhadap Al-Qurãn, sehingga Al-Qurãn menjadi satu-satunya konsep hidup yang
tumbuh subur dalam ‘organ kesadaran’ (al-qalbu) si mu’min, yang selanjut meledak dan
membanjir keluar melalui indra pengucapan (al-lisãnu), dan akhirnya menjelma menjadi
berbagai bentuk tindakan dan kretifitas (al-‘amalu). Tepat seperti dinyatakan Rasulullah,
misalnya dalam hadis riwayat Ibnu Majah: ‫ اإليمان عقد بالفلب و إقرار باللسان و عمل باألركان‬.

3. Ritus sebagai sistem lambang

Dalam dïnul-islãm ada sejumlah ritus yang dalam Hadis Jibril disebut dengan nama Al-
Islãm pula, yaitu:

1. a. Syahãdah sebagai sumpah setia (bay’ah). Pada masa Rasulullah jelas bahwa syahadat
(syahãdah) adalah sebuah ‘upacara’ (ritus) untuk menyatakan sumpah setia seseorang
terhadap dïnul-islãm, alias untuk meresmikan rekrutmen seseorang atau sejumlah orang
sebagai anggota bun-yãnul-islãm (organisasi Islam).

2. b. Shalat sebaga sarana pembatinan nilai-nilai Al-Qurãn, sekaligus pembinaan


jama’ah/korp Islam. Orang-orang yang menyatakan diri (bersyahadat) sebagai anggota
organisasi Islam tentu harus memahami dan menghayati konsep organisasinya, yakni Al-
Qurãn. Hal itu dilakukan melalui shalat, yang bacaan pokoknya adalah surat Al-Fãtihan
(ummul-qurãn) ditambah dengan surat-surat lain yang terus dipelajarinya. Selain itu,
melalui shalat jama’ah, mereka juga belajar untuk membangun sebuah jama’ah atau
korp yang rapi dan kompak.

3. c. Zakat sebagai sistem ekonomi. Zakat, mulai dari zakat harta sampai zakat fitrah,
pada hakikatnya melambangkan kesediaan setiap mu’min yang mampu untuk mendanai
organisasi dan memperkuat jama’ah. Lebih lanjut, setelah organisasi menjelma menjadi
sebuah sistem yang dipercaya untuk menata kehidupan umat (jama’ah mu’min plus
komunitas-komunitas lain, seperti terlihat pada Piagam Madinah), maka zakat itu pun
dikembangkan menjadi sistem ekonomi masyarakat secara umum.

4. d. Shaum Ramadhan sebagai pembina ketahanan mental dan fisik dalam menerapkan
nilai-nilai Al-Qurãn. Seluruh anggota organisasi jelas membutuhkan pembinaan mental
dan fisik, supaya menjadi anggota-anggota yang militan dan tangguh. Shaum Ramadhan
adalah sarana yang tepat untuk itu.

5. e. Haji sebagai sarana pemersatu umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan ritus
yang paling istimewa di antara kelima ritus dalam dïnul-islãm. Melalui hajilah umat
Islam sedunia berkumpul, menjalin persahabatan, persaudaraan, dan persatuan
berdasar kesamaan iman.

4. Praktik sebagai perwujudan konsep

Dïnul-islãm pada dasarnya adalah agama yang berorientasi pada praktik (amal). Tapi
supaya praktinya tidak dilakukan sembarangan, Allah menempatkan rasulNya sebagai
tokoh sentral untuk memimpin dan memberikan contoh penerapan setiap aspek ajaran
Islam, mulai dari yang bersifat individu sampai pada yang bersifat kemasyarakatan.
Tegasnya, pribadi Rasulullah adalah contoh sempurna dari individu mu’min, dan
masyarakat yang dibangun beliau bersama jama’ahnya juga, otomatis, merupakan
bentuk masyarakat yang ideal. Sebuah masyarakat yang mewakili Al-Qurãn sebagai
konsepnya.

5. Ihsãn sebagai sistem kendali

Seperti ditegaskan Rasulullah dalam Hadis riwayat Muslim, bahwa Allah menentukan al-
ihsãn(u) pada setiap urusan, sampai pada urusan menyembelih hewan, maka bisa
disimpulkan bahwa ihsan adalah sistem kendali (kontrol) atas setiap pelaksanaan ajaran
Allah. Dengan demikian, harfiah, ihsan bisa diterjemahkan sebagai “kecermatan,
ketelitian, dan keseksamaan dalam melaksanakan ajaran Allah”.

Bagi kita sekarang, sikap ihsan harus diterapkan pertama-tama dalam konteks studi
ajaran Allah itu sendiri, yang mencakup musshaf Al-Qurãn, kitab-kitab Hadits, plus buku-
buku sejarah, dan lain-lain yang berkaitan. Studi ini harus mengarah pada
“ditemukannya makna Al-Qurãn yang utuh dan murni”, yaitu suatu makna yang mampu
merekonstruksi pribadi-pribadi (tokoh-tokoh), jama’ah, dan umat yang dulu dibangun
Rasulullah bersama para sahabat beliau. Suatu makna yang, pertama-tama, mampu
menegaskan bahwa persatuan para mu’min adalah mutlak wajib, dan perpecahan
mereka adalah mutlak haram!

6. Sã’ah sebagai peluang da’wah


Harfiah, sã’ah berarti waktu, tapi waktu di sini bukanlah sembarang waktu. Dalam
konteks Nabi Muhammad pada masanya, sã’ah yang dimaksud adalah waktu yang
dibentangkan Allah sebagai wilayah da’wah hingga mencapai hasil. Tepatnya, waktu
yang dimaksud adalah 13 tahun dalam Periode Makkah, dan 10 tahun dalam Periode
Madinah. Yang pertama (Periode Makkah) merupakan masa perjuangan untuk
memperkenalkan konsep Allah dan membangun jama’ah. Yang kedua (Periode Madinah)
adalah masa pembangunan konsep Allah itu menjadi sebuah sistem pemerintahan.

7. Tanda-tanda sã’ah sebagai gambaran tujuan

Melalui Hadis Jibril kita mendapat gambaran bahwa tujuan penegakan ajaran Allah pada
dasarnya adalah demi mencapai target-target:

1. a. Lenyapnya diskriminasi kelas dan gender, yang merupakan produk feodalisme dan
antek-anteknya, dan

2. b. Lenyapnya kemiskinan struktural, yang merupakan produk kapitalisme dan antek-


anteknya.

Feodalisme dan kapitalisme adalah musuh Al-Qurãn pada masa Rasulullah, dan juga
pada masa sekarang.

• Agama sebagai pustaka kebenaran.

• Iman: sikap jiwa

• Iman: pertama dan utama

• Agama sebagai kebenaran

• Kebenaran mutlak dan kebenaran relatif

C. Pengalaman Beragama

Agama merupakan salah satu aspek yang paling penting dari pada aspek-aspek budaya
yang dipelajari oleh para antropolong dan para ilmuan sesial lainnya. Sangat penting
bukan saja yang di jumpai pada setiap masyarakat yang sudah diketahui, tetapi juga
karena penting saling pengaruh mempengaruhi antara lembaga budaya satu sama
lainya. Didalam agama itu dijumpai ungakapan meteri budaya dalam tabiat manusia
serta dalam sistem nilai, moral dan etika. Agama itu saling pengaruh mempengaruhi
dengan sistem organisasi kekluaragaan, perkawinan, ekonomi, hukum dan politik.
Agama juga memasuki lapangan pengobatan, sains dan teknologi. Serta agama itu telah
memberikan inspirasi untuk memberontak dan melakukan peperanagan dan terutama
telah memperindah dan memperhalus karya seni. Tidak terdapat suatu institusi
kebudayaan lain yang menyajikan suatu lapangan ekspresi dan implliksi begitu halus
seperti halnya agama. Ide-ide kagamaan dan konsep-konsep keagamaan itu tidak di
periksa oleh hal-hal yang bersifat fisik sekiranya. Segala macam fornula itu tidak
menjumpai keterbatasan di banding permasalahan spiritual yang dipertanyakan oleh
manusia itu sendiri.

1. 1. Animisme

Animisme besal dari keta anima, animae; dari bahasa latin ‘animus’ dan bahasa yunani
‘avepos’, dalam bahasa sansakerta disebut ‘prana’ dalam bahasa brani disebut ‘Ruah’
yang artinya ‘napas’ atau ‘’jiwa’. Ia, adalah ajaran atau doktrin tentang realitas jiwa.

Dalam filsafat, animisme adalah doktrin yang menempatkan asal mula kehidupan mental
dan fisik dalam suatu energi yang lepas atau sekurang-kurangnya berbeda dari jasad.
Atau, animisme adalah teori bahwa segala objek-objek alami itu bernyawa atau berjiwa,
mempunyai ‘spirit’ dan bahwa kehidupan mental dan fisik bersumber pada nyawa, jiwa
atau ‘spirit’ tadi.

Dan dalam studi tentang sejarah agama prinsip kita mengenal ‘Necrolaty’, ‘Spiritisme’,
‘Naturisme’, dan ‘Animisme’. Necroalty adalah pemujaan terhadap roh-roh atau jiwa
manusia dan binatang, terutama pemujaan terhadap roh orang yang telah meninggal.
Spiritisme adalah pemujaan terhdap makluk spiritual yang tidak dihubungkan dalam
suatu cara yang mapan dengan jasad-jasad tertentu dan obyek-obyek tertentu.
2. Dinamisme

Manusia mulai menganalisa setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Sebelumnya,


manusia primitif mulai mengeluarkan teori-teori tentang hakikat benda atau materi. Ia
mulai menggabungkan antara keberadaan ruh manusia dengan keberadaan benda lain
seperti air, udara, api, dan tanah.

Animisme berkembang lebih awal daripada dinamisme. Animisme menitikberatkan pada


perkembangan ruh manusia. Mulai dari sini, manusia primitif menyimpulkan bahwa
setiap materi yang memiliki sifat yang sama, maka memiliki substansi yang sama pula.
Jika manusia mati dan hidup, tidur dan terjaga, kuat dan lemah, diam dan bergerak,
kemudian manusia diyakini memiliki ruh, maka pepohonan, binatang, laut, api,
matahari, bulan, dan materi-materi lainnya pun memiliki ruh seperti manusia.

Menurut mereka, setiap materi memiliki kesamaan sifat dengan manusia. Sebagai
contoh, api memiliki sifat yang sama dengan manusia. Api memiliki kekuatan untuk
membunuh atau melenyapkan apapun dengan panasnya sebagaimana manusia mampu
membunuh binatang dengan kekuatan tangannya. Karena itulah, api mempunyai ruh.
Bagi manusia primitif, menyembah api adalah proses menghormati keberadaan api itu
sendiri. Penyembahan tersebut dilakukan agar tidak terjadi kebakaran seperti kebakaran
hutan, sedangkan kebakaran diyakini sebagai bentuk kemurkaan api. Selanjutnya,
berkembanglah paham banyak tuhan, banyak roh, banyak dewa, atau banyak kekuatan
ghaib. Setiap kawasan bumi, hutan, sungai, laut, atau bahkan ruang angkasa, semuanya
diyakini memiliki kekuatan tersendiri.

3. Sinkretisme agama

Animisme dan dinamisme adalah kepercayaan kuno yang tumbuh lebih awal sebelum
kedatangan Islam di nusantara. Walaupun pada hakikatnya, agama Islam adalah
kepercayaan yang pertama kali ada dalam kehidupan manusia. Nabi Adam adalah
manusia pertama yang menganut Islam. Oleh karena itu, animisme dan dinamisme tidak
lain adalah salah satu bentuk dari penyelewengan ajaran Allah. Namun bagaimanapun
juga, penyebaran Islam di nusantara memang tidak bisa dipungkiri akan adanya
perpaduan atau percampuradukan antara ajarannya yang agung dengan kepercayaan
animisme dan dinamisme.

Dampak dari adanya sinkretisme agama ini terlihat nyata di sekeliling kita. Sebagai
contoh, adanya penghormatan khusus terhadap roh nenek moyang yang menjadi leluhur
kita. Atau adanya pemujaan khusus terhadap Ratu Pantai Selatan. Atau bahkan
menyebarnya cerita-cerita khurafat yang berkembang di tengah-tengah masyarakat
muslim. Selain itu, menyebarnya praktik sihir dan perdukunan adalah produk asli dari
animisme dan dinamisme. Terlebih, sinkretisme telah melegalkan bahwa praktik
perdukunan adalah ajaran Islam juga. Hal ini terlihat dengan meluasnya praktik-praktik
sihir yang dilakukan oleh orang-orang yang bertitel ’kyai’. Semua ini adalah realita yang
nyata akibat sinkretisme agama.

Sebenarnya, banyak beberapa sisa-sisa animisme dan dinamisme, terutama di nusantara,


baik ajaran tersebut masih murni ataupun telah ada pembauran dengan Islam. Berikut
beberapa contoh sisa-sisa animisme dan dinamisme:

4. Upacara dan Ritual Adat

Banyak masyarakat kita yang masih mempertahankan beberapa macam upacara atau
ritual yang masih murni berkaitan dengan animisme dan dinamisme atau telah
mengalami pembauran dengan Islam. Salah satu contohnya dalah upacara kelahiran dan
kematian. Hampir di setiap daerah nusantara menggelar upacara kelahiran dan
kematian dengan ritual-ritual berbeda. Contoh, di Aceh terdapat upacara Peugot Tangkai.
Upacara ini adalah perajahan barang/benda dengan membacakan mantera untuk dipakai
pada wanita hamil empat bulan.

Tentang acara ritual kematian dalam adat masyarakat Aceh yang sampai sekarang ini
masih diamalkan seperti, apabila ada kematian di sebuah keluarga, maka semua pakaian
dan kain-kain yang menyelimuti mayat tadi disimpan pada suatu tempat. Kain-kain ini
disebut dengan reuhab. Biasanya disimpan di atas tempat tidur untuk selama empat
puluh hari atau empat puluh empat hari. Setelah selesai upacara penguburan tadi, mulai
malam pertama sampai dengan malam ketiga diadakan samadiah atau tahlil. Masih
banyak lagi ritual-ritual aneh seperti membakar kemenyan pada malam jum’at kliwon
dan selasa kliwon. Menyediakan sesaji pada hari kelahiran bayi. Di kamar bayi yang baru
lahir digantungkan keris dan kain merah. Atau sesaji di bawah pohon beringin.

5. Kesenian Budaya

Di bumi nusantara ini, masih terdapat beberapa macam kesenian yang jelas berasal dari
budaya animisme dan dinamisme. Satu contoh seperti Tarian Kuda Lumping di Jawa
Barat. Biasanya, sebelum pertunjukkan dimulai, para peserta wajib dibekali mantera-
mantera tertentu oleh sang dukun sebagai pengendali acara. Setelah itu, sang penari
kuda kesurupan dan bertingkah aneh layaknya orang gila. Para penari itu terlihat lincah
memainkan kuda mainan dan bahkan mereka makan pecahan kaca atau beberapa ekor
ayam yang masih hidup. Para penari tidak merasakan sakit akibat pecahan kaca yang
mereka makan atau merasa jijik dengan daging ayam yang dimakan hidup-hidup,
semuanya karena ada roh lain yang merasuk dalam diri mereka. Roh itulah (jin) yang
mengendalikan si penari.

6. Mitos

Cerita-cerita mitos yang menyesatkan memang masih merebak luas di tengah


masyarakat. Masih banyak yang percaya bahwa ruh orang yang mati terbunuh akan
menjelma menjadi hantu. Ada yang menyebutnya dengan istilah pocong, genderewo, dan
lain-lain. Yang pasti, hantu tersebut akan gentayangan ke setiap tempat untuk membalas
dendam. Jika yang mati adalah orang jahat, maka ia akan menjelma menjadi babi atau
kera. Jelmaan ini akan mengganggu warga sekitar yang masih hidup.

Lebih lanjut, terdapat pula sisa-sisa animisme dan dinamisme yang berkembang. Seperti,
mitos bulan Safar yang dianggap membawa sial. Mitos ini sangat dikenal oleh
masyarakat kita, terutama masyarakat muslim. Adanya mitos demikian, sehingga
terdapat ritual tertentu yang dijalankan untuk menolak bala di bulan Safar.

Di masyarakat Parahyangan dan Jawa, tersebar mitos-mitos yang berkembang sesuai


dengan perkembangan budayanya. Dalam konsep ketuhanan orang Sunda sebelum
Hindu, Hyang (sanghyang, sangiang) diyakini sebagai Sang Pencipta (Sanghyang Keresa)
dan Yang Esa (Batara Tunggal) yang menguasai segala macam kekuatan, kekuatan baik
ataupun kekuatan jahat yang dapat mempengaruhi roh-roh halus yang sering menetap di
hutan, sungai, pohon, atau di tempat-tempat dan benda-benda lainnya. Ketika muncul
proses Islamisasi di Nusantara, istilah sembahyang pun lahir dari tradisi menyembah
Hyang (Yang Tunggal).

D.Hakekat Agama Islam

1. Arti dan Ruang LingkupAgama Islam

Apabila dicari dari asal katanya, Islam berasal dari kata aslama yang merupakan turunan
dari (derivasi) dari kata asslmu, assalamu, assalamatu yang artinya bersih selamat dari
kecacatan lahir batin. Agama Islam adalah agama wahyu yang bedasarkan tahuid, atau
keesaan Tuhan diketahui manusia bedasarkan kabar dari Tuhan itu sendiri melalaui
fiirman yang disampaikan kepada Rasul Nya. Islam satu-satunya yang memiliki kitab suci
yang asli dan autentik, tidak mengalami perubahan semenjak diturunkan pada abad ke-6
maasehi sampai sekarang bahkan sampai akhir zaman Rasul yang menerima wayu Allah
bernama Muhamad putra Abdullah yang memiliki silsilah dan keturunan yang jelas.
Beliau dilahirkan di mekah tahun 571 masehi dan mendapat wahyu yang pertama kali
ketika beliau berusia 40 tahun. Isi kitab Al-Quran semuanya firman Allah yang
disampaikan dengan bahasa arab salah satu bahasa yang telah, sedang dan akan
digunakan manusia sepanang masa. Ajaran Isalam berlaku Universal untuk segala
tempat dan bangsa serta berlaku abadi sepanjang masa sebagaimana diungkapkan AL-
Quran surat AL-Ambyaa.(21):107 yang artimya:
Dan tidaklah kami menggutus kamu, melainkan untuk (menjadi )rahmat bagi semesta
alam.

Ayat ini megisyaratkan bahwa ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhamad(Islam)
ditujukan untuk semua manusia pada semua tempat dan waktu

.
2.Islam Agama Universal

Agama Islam sering dipandang secara sempit sebagai agama dogma dan berisi ibadah
ritual saja. Padahal aspek ruitual hanya sebagaian saja dan komponen ajaran Islam,
karena ajaranya berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan manusia yang sekaligus
memberikan nilai-nilai esensial terhadap semmua aspek tersebut.

Islam diturunkan untuk menata kehidupan manusia di dunia, sedangkan akhirat adalah
hasil dari kehidupan dunia Islam menunjukkan jalan dan arah yang ditempuh untuk
mencapai kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat

3. Islam Agama Rahmat Lil Alamin

Islam diturunkan kepada manusia berfungsi sebagai rahmad namun nilai rahmat
tersebut akan berpengaruh kepada manusian yang melaksanaakan ajaran agamanya
secara totalitas sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Baqrah ayat 208 yang
artinya:

Hai orang-orang beriman, masuklah kamu kedalam Islam seluruhnya, dan jaganlah
kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.

Tulisan ini adalah nasehat yang ditujukan kepada saya dan sebagian orang yang sering
membawa perkataan “Islam adalah agama yang lembut, santun dan penuh kasih
sayang“, akhirnya menjadi pengecut, tidak berani mengatakan itu salah dan ini benar
sesuai dengan yang ditunjukkan oleh Al Quran dan As Sunnah serta dipahami oleh para
shahabat radhiyallahu ‘anhum..

‫ أما بعد‬,‫ الحمد هلل رب العالمين و صلى اهلل و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين‬,‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬:

Memang Islam agama yang memerintahkan kasih sayang, sikap lembut, santun, tidak
menyusahkan, tidak membuat orang lari akibat syariatnya …

{ 107 :‫
]َو َم ا َأ ْر َس ْلَناَك ِإ اَّل َرْح َم ًة ِل ْلَع اَلِم يَن } [األنبياء‬
Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam”. QS. Al Anbiya: 107.

Berkata Al ‘Allamah Syeikh Al Mufassir Muhammad Al Amin Asy Syinqithi rahimahullah


(w: 1393H):

‫َو َم ا َذ َكَر ُه – َج َّل َو َع اَل – ِف ي َه ِذ ِه اآْل َي ِة اْلَكِر يَم ِة ِم ْن َأ َّن ُه َم ا َأ ْر َس َلُه ِإ اَّل َرْح َم ًة‬
‫ِل ْلَع اِلِم يَن َي ُد ُّل َع َلى َأ َّن ُه َج اَء ِب الَّر ْح َم ِة ِل ْلَخ ْلِق ِف يَم ا‬
‫ َأ َو َلْم َي ْكِف ِه ْم َأ َّن ا َأ ْنَز ْلَنا َع َلْي َك‬: ‫ َكَق ْو ِلِه َت َع اَلى‬، ‫اِهَّلل‬
‫ َو َه َذ ا اْلَم ْع َنى َج اَء ُم َو َّض ًح ا ِف ي َم َو اِض َع ِم ْن ِك َت اِب‬. ‫َتَض َّم َن ُه َه َذ ا اْلُق ْر آُن اْلَع ِظ يُم‬
‫ َو َم ا ُكْنَت َت ْر ُج و َأ ْن ُي ْلَق ى ِإ َلْي َك اْلِك َت اُب ِإ اَّل َرْح َم ًة‬: ‫] َو َق ْو ِلِه‬51 \ 29[ ‫اْلِك َت اَب ُي ْت َلى َع َلْي ِه ْم ِإ َّن ِف ي َذ ِلَك َلَر ْح َم ًة َو ِذ ْكَر ى ِل َق ْو ٍم ُي ْؤ ِم ُنوَن‬
86 \ 28[ ‫ ]ِم ْن َر ِّب َك اآْل َي َة‬.

‫ «ِإ ِّن ي َلْم‬: ‫ َق اَل‬. ‫ اْد ُع َع َلى اْلُم ْش ِر ِك يَن‬، ‫ َي ا َر ُس وَل اِهَّلل‬: ‫ ِق يَل‬: ‫َو ِف ي َص ِح يِح ُم ْس ِل ٍم ِم ْن َح ِد يِث َأ ِب ي ُه َر ْي َر َة – َرِض َي اُهَّلل َع ْن ُه – َق اَل‬
‫ َو ِإ َّن َم ا ُبِع ْث ُت َرْح َم ًة‬، ‫ »ُأ ْبَع ْث َلَّع اًن ا‬.

Artinya: “Apa yang telah disebutkan Allah Jalla wa ‘Ala di dalam ayat yang mulia ini
adalah bahwa Allah Ta’ala tidaklah mengutus beliau (shallallahu ‘alaihi wasallam-pent)
kecuali sebagai rahmat untuk alam semesta, yang menunjukkan bahwa beliau datang
dengan rahmat untuk seluruh makhluk sebagaimana yang ditunjukkan oleh Al Quran
yang Mulia ini.

Dan makna ini telah disebutkan di beberapa tempat dari Kitabullah, seperti firman Allah
Ta’ala:

{ 51 :‫
]َأ َو َلْم َي ْكِف ِه ْم َأ َّن ا َأ ْنَز ْلَنا َع َلْي َك اْلِك َت اَب ُي ْت َلى َع َلْي ِه ْم ِإ َّن ِف ي َذ ِلَك َلَر ْح َم ًة َو ِذ ْكَر ى ِل َق ْو ٍم ُي ْؤ ِم ُنوَن } [العنكبوت‬
Artinya: “Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan
kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya
dalam (Al Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang
beriman”. QS. Al Ankabut: 51.

Dan Firman-Nya:

{86 :‫
]َو َم ا ُكْنَت َت ْر ُج و َأ ْن ُي ْلَق ى ِإ َلْي َك اْلِك َت اُب ِإ اَّل َرْح َم ًة ِم ْن َر ِّب َك َف اَل َتُكوَن َّن َظ ِه يًر ا ِل ْلَكاِف ِر يَن } [القصص‬
Artinya: “Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Qur’an diturunkan kepadamu,
tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu
janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir”. QS. Al Qashash: 86.

Dan di dalam shahih Muslim disebutkan bahwa Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Rasulullah pernah ditanya: “Wahai Rasulullah, tidakkah engaku mendoakan
keburukan untuk orang-orang musyrik?”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab:
« ‫ َو ِإ َّن َم ا ُبِع ْث ُت َرْح َم ًة‬، ‫ »ِإ ِّن ي َلْم ُأ ْبَع ْث َلَّع اًن ا‬.

Artinya: “Sesunguhnya aku tidak diutus sebagai tukang melaknat, sesungguhnya aku
diutus hanya sebagai rahmat”. Lihat Tafsir Adhwa Al Bayan.

Bahkan bersikap lembut sampai kepada Fir’aun sang pengaku tuhan…

Coba perhatikan Firman Allah Ta’ala ketika mengutus Nabi Musa dan Harun
‘alaihissalam kepada Fir’aun:

{ 44 ،43 :‫)} [طه‬44( ‫) َف ُق واَل َلُه َق ْو اًل َلِّي ًنا َلَع َّلُه َي َت َذ َّكُر َأ ْو َي ْخ َش ى‬43( ‫
]اْذ َه َب ا ِإ َلى ِف ْر َع ْو َن ِإ َّن ُه َط َغ ى‬
Artinya: “Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui
batas”. “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. QS. Thaha: 43-44.

Dan, memang salah satu sifat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dan orang-
orang beriman bersamanya adalah saling menyayangi diantara mereka:

{29 :‫
]ُم َح َّم ٌد َر ُس وُل اِهَّلل َو اَّلِذ يَن َم َع ُه َأ ِش َّد اُء َع َلى اْلُكَّف اِر ُر َح َم اُء َب ْي َنُه ْم } [الفتح‬
Artinya: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka”. QS. Al
Fath:29.

Dan, memang pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita adalah agar
bersikap lembut penuh kasih sayang, santun…

‫ أَّن رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم قال « َي ا َع اِئ َش ُة ِإ َّن اَهَّلل َرِف يٌق ُي ِح ُّب الِّر ْف َق ِف ى اَألْم ِر ُكِّلِه‬:‫» عن عائشة رضي اهلل عنها‬.

Artinya: “Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wasallam bersabda: “Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Lembut, mencintai
yang lembut di dalam seluruh perkara”. HR. Bukhari.

‫ َق اَل « َي ا َع اِئ َش ُة ِإ َّن اَهَّلل‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫ َأ َّن َر ُس وَل اِهَّلل‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫َع ْن َع اِئ َش َة رضي اهلل عنها َز ْو ِج الَّن ِب ِّى‬
‫» َرِف يٌق ُي ِح ُّب الِّر ْف َق َو ُي ْع ِط ى َع َلى الِّر ْف ِق َم ا َال ُي ْع ِط ى َع َلى اْلُع ْن ِف َو َم ا َال ُي ْع ِط ى َع َلى َم ا ِس َو اُه‬.

Artinya: “Aisyah radhiyallahu ‘anha istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Aisyah,
sesungguhnya Allah itu Maha Lembut, mencintai yang lembut, memberi dalam sikap
lembut suatu yang tidak diberikan dalam sikap keras dan tidak memberi atas apa yang
selain sikap lembut”. HR. Muslim.

‫ َق اَل « ِإ َّن الِّر ْف َق َال َي ُكوُن ِف ى‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫ َع ِن الَّن ِب ِّى‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫َع ْن َع اِئ َش َة رضي اهلل عنها َز ْو ِج الَّن ِب ِّى‬
‫» َش ْى ٍء ِإ َّال َز اَن ُه َو َال ُي ْن َز ُع ِم ْن َش ْى ٍء ِإ َّال َش اَن ُه‬.

Artinya: “Aisyah radhiyallahu ‘anha istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
sikap lembut tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya dan tidaklah (sikap
lembut) dicabut dari sesuatu kecuali akan memburukkannya”. HR. Muslim.

‫ َق اَل « َم ْن ُي ْح َر ِم الِّر ْف َق ُي ْح َر ِم اْلَخ ْي َر‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫» َع ْن َج ِر يٍر رضي اهلل عنه َع ِن الَّن ِب ِّى‬.

Artinya: “Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Nabi


Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang diharamkan dari
sikap lembut maka niscaya diharamkan kebaikan (baginya)”. HR. Muslim.

‫ البخاري‬. » ‫ َو َب ِّش ُر وا َو َال ُت َن ِّف ُر وا‬، ‫


َع ْن َأ َن ٍس رضي اهلل عنه َع ِن الَّن ِب ِّى – صلى اهلل عليه وسلم – َق اَل « َي ِّس ُر وا َو َال ُت َع ِّس ُر وا‬
Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mudahkan dan jangan dipersulit, berikan kabar
gembira dan jangan dibuat lari”. HR. Bukhari.

Bahkan ada orang kencing di masjid dibiarkan sampai selesai untuk menunjukkan
kemudahan dan ketidak sulitan…!

« – ‫ َف َق اَل َلُه ُم الَّن ِب ُّى – صلى اهلل عليه وسلم‬، ‫َأ َّن َأ َبا ُه َر ْي َر َة رضي اهلل عنه َق اَل َق اَم َأ ْع َر اِب ٌّى َف َب اَل ِف ى اْلَم ْس ِج ِد َف َت َناَو َلُه الَّناُس‬
‫ البخاري‬. » ‫ َو َلْم ُت ْب َع ُث وا ُم َع ِّس ِر يَن‬، ‫ َف ِإ َّن َم ا ُبِع ْث ُت ْم ُم َي ِّس ِر يَن‬، ‫ َأ ْو َذ ُن وًبا ِم ْن َم اٍء‬، ‫
َد ُع وُه َو َه ِر يُق وا َع َلى َبْو ِلِه َس ْج ًال ِم ْن َم اٍء‬
Artinya: “Bahwa Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Seorang A’raby
(orang kampung Arab) berdiri dan kencing di masjid, lalu orang-orangpun ingin
menghajarnya, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallampun bersabda kepada
mereka: “Biarkan dia dan tuangkanlah di atas kencingnya seember dari air,
sesungguhnya kalian diutus untuk memberikan kemudahan dan tidak diutus
memberikan kesulitan”. HR. Bukhari.

Masih banyak lagi ayat atau hadits yang semisal dengan di atas.

Tapi meskipun dengan semua yang disebutkan di atas… Jangan LUPA!

1. Islam juga agama yang mengajarkan selalu dan wajibnya amar ma’ruf nahi mungkar
sebagaimana yang sudah ditentukan caranya oleh Islam.

{ ‫ُكْنُت ْم َخ ْي َر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َج ْت ِل لَّناِس َت ْأ ُم ُر وَن ِب اْلَم ْع ُر وِف َو َت ْنَه ْو َن َع ِن اْلُم ْن َكِر َو ُتْؤ ِم ُنوَن ِب اِهَّلل َو َلْو آَم َن َأ ْه ُل اْلِك َت اِب َلَكاَن َخ ْي ًر ا َلُه ْم ِم ْنُه ُم‬
110 :‫
]اْلُم ْؤ ِم ُنوَن َو َأ ْكَث ُر ُه ُم اْلَف اِس ُق وَن } [آل عمران‬
Artinya: “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. QS. Ali Imran:
110.

Ayat di atas menunjukkan gelar “umat yang terbaik” akan disandang umat ini selama
syarat dilaksanakan, yaitu AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR.

{104 :‫
]َو ْلَت ُكْن ِم ْن ُكْم ُأ َّم ٌة َي ْد ُع وَن ِإ َلى اْلَخ ْي ِر َو َي ْأ ُم ُر وَن ِب اْلَم ْع ُر وِف َو َي ْنَه ْو َن َع ِن اْلُم ْن َكِر َو ُأ وَلِئَك ُه ُم اْلُم ْف ِلُح وَن } [آل عمران‬
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung”. QS. Ali Imran: 104.

Ayat di atas menunjukkan perintah untuk AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR dan
pelakunya, dialah orang yang beruntung.

{ ‫ُي ْؤ ِم ُنوَن ِب اِهَّلل َو اْلَي ْو ِم اآْل ِخ ِر َو َي ْأ ُم ُر وَن ِب اْلَم ْع ُر وِف َو َي ْنَه ْو َن َع ِن اْلُم ْن َكِر َو ُي َس اِرُع وَن ِف ي اْلَخ ْي َر اِت َو ُأ وَلِئَك ِم َن الَّص اِلِح يَن } [آل‬
114 :‫
]عمران‬
Artinya: “Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada (mengerjakan)
pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh”. QS. Ali Imran: 114.

Ayat di atas menunjukkan bahwa tanda keimanan dan keshalihan adalah menegakkan
AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR.

{ ‫َو اْلُم ْؤ ِم ُنوَن َو اْلُم ْؤ ِم َناُت َبْع ُض ُه ْم َأ ْو ِل َي اُء َبْع ٍض َي ْأ ُم ُر وَن ِب اْلَم ْع ُر وِف َو َي ْنَه ْو َن َع ِن اْلُم ْن َكِر َو ُي ِق يُم وَن الَّص اَل َة َو ُي ْؤ ُت وَن الَّز َكاَة َو ُي ِط يُع وَن‬
71 :‫
]اَهَّلل َو َر ُس وَلُه ُأ وَلِئَك َس َي ْر َح ُم ُه ُم اُهَّلل ِإ َّن اَهَّلل َع ِز يٌز َح ِك يٌم } [التوبة‬
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan)
yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan
zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh
Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. QS. At Taubah: 71.

Ayat di atas menunjukkan bahwa bentuk pertolongan seorang beriman kepada sesama
orang yang beriman adalah menegakkan AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR.

2. Islam juga agama yang mewajibkan untuk mengatakan yang benar itu benar dan yang
salah itu salah. Jangan dibalik! Apalagi disebabkan karena posisi di masyarakat, tekanan
sosial, takut dijauhi, takut ditinggal jama’ah, takut dimarahi, takut menyalahi arus, atau
takut dibenci manusia atau semisal dengan alasan-alasan ini.

Contoh: Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika dimintai sesuatu oleh
shahabatnya, yang nota benenya, mereka adalah orang yang sangat butuh untuk disikapi
lembut, agar hati mereka teguh di dalam Islam. Tapi karena yang mereka minta adalah
perkara yang merupakan sarana kesyirikan, maka beliaupun shallallahu ‘alaihi wasallam
menunjukkan sikap yang tegas dan keras dihadapan mereka.

‫ َلَّم ا َخ َر َج ِإ َلى َخ ْي َب َر َم َّر ِب َش َج َر ٍة ِل ْلُم ْش ِر ِك يَن ُي َق اُل َلَه ا‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫َع ْن َأ ِب ى َو اِق ٍد الَّلْي ِث ِّى رضي اهلل عنه َأ َّن َر ُس وَل اِهَّلل‬
‫صلى اهلل عليه‬- ‫ َف َق اَل الَّن ِب ُّى‬. ‫َذ اُت َأ ْن َو اٍط ُي َع ِّلُق وَن َع َلْي َه ا َأ ْس ِلَح َت ُه ْم َف َق اُلوا َي ا َر ُس وَل اِهَّلل اْج َع ْل َلَنا َذ اَت َأ ْن َو اٍط َكَم ا َلُه ْم َذ اُت َأ ْن َو اٍط‬
‫ « ُس ْب َح اَن اِهَّلل َه َذ ا َكَم ا َق اَل َق ْو ُم ُم وَس ى (اْج َع ْل َلَنا ِإ َلًه ا َكَم ا َلُه ْم آِل َه ٌة ) َو اَّلِذ ى َنْف ِس ى ِبَي ِد ِه َلَت ْر َكُب َّن ُس َّن َة َم ْن َكاَن َق ْب َلُكْم‬-‫» وسلم‬.

Artinya: “Abu Waqid Al Laitsy radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wasallam pernah pergi ke daerah Khaibar, beliau melewati sebuah
pohon milik kaum musyrik, yang disebut pohon Dzatu Anwath, mereka (kaum musyrik)
menggantungkan senjata mereka di atasnya, maka para shahabat berkata: “Wahai
Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath sebagaimana milik mereka (kaum
musyrik)”. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Maha Suci Allah,
ucapan ini adalah sebagaimana perkataan kaumnya Musa ( ‫( )اْج َع ْل َلَنا ِإ َلًه ا َكَم ا َلُه ْم آِل َه ٌة‬yang
artinya: Wahai Musa! Jadikanlah untuk kami sebuah sembahan sebagaiman mereka
memiliki sembahan), demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sungguh kalian akan
mengikuti kebiasaan orang sebelum kalian”. HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al
Albani.

Demi Allah, sungguh tidak ada manusia yang paling lembut, santun, kasih sayang selain
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tetapi beliau tetap tegas dan keras ketika hal itu
dibutuhkan.

Contoh lain:

‫ َف َق اَل « َج َع ْلَت ِن ى ِهَّلِل َع ْد ًال َب ْل َم ا َش اَء اُهَّلل َو ْح َد ُه‬. ‫


» َع ِن اْب ِن َع َّب اٍس رضي اهلل عنه َأ َّن َرُج ًال َق اَل َي ا َر ُس وَل اِهَّلل َم ا َش اَء اُهَّلل َو ِش ْئَت‬
Artinya: “Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa ada seorang
yang berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Sesuai dengan apa yang
telah dikehendaki Allah dan anda (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam)”, lalu
Nabi membalas ucapannya: “Kamu telah menjadikanku sejajar dengan Allah, akan tetapi
(katakanlah) sesuai dengan Kehendak Allah satu-satu-Nya”. HR. Ahmad dishahihkan oleh
Al Albani.

Contoh lain: Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, meskipun beliau berlemah lembut ketika
memanggil bapaknya, tetap saja beliau mencegah kemungkaran yang dilakukan bapak
beliau:

{ ‫) َي ا َأ َبِت اَل َت ْع ُب ِد الَّش ْي َط اَن ِإ َّن الَّش ْي َط اَن َكاَن‬43( ‫َي ا َأ َبِت ِإ ِّن ي َق ْد َج اَء ِن ي ِم َن اْلِع ْلِم َم ا َلْم َي ْأ ِتَك َف اَّت ِب ْع ِن ي َأ ْه ِد َك ِص َر اًط ا َس ِو ًّي ا‬
45 – 43 :‫)} [مريم‬45( ‫) َي ا َأ َبِت ِإ ِّن ي َأ َخ اُف َأ ْن َي َم َّس َك َع َذ اٌب ِم َن الَّر ْح َم ِن َف َت ُكوَن ِل لَّش ْي َط اِن َو ِل ًّي ا‬44( ‫
]ِل لَّر ْح َم ِن َع ِص ًّي ا‬
Artinya: “Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu
pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang lurus”. “Wahai bapakku, janganlah kamu
menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah”.
“Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari
Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan”. QS. Maryam: 43-45.

Lihat! bagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tetap memanggil dengan panggilan yang
lembut tapi tetap juga AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR.

Pesan yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah:

1. Janganlah dengan dalih “Islam adalah agama yang lembut, santun dan penuh kasih
sayang“, akhirnya membenarkan yang salah atau menyalahkan yang benar.

2. Janganlah dengan dalih “Islam adalah agama yang lembut, santun dan penuh kasih
sayang“, akhirnya menyembunyikan kebenaran.

3. Janganlah dengan dalih “Islam adalah agama yang lembut, santun dan penuh kasih
sayang“, akhirnya tidak berani mengatakan ini salah, ini kesyirikan, ini bid’ah, ini
maksiat dan tidak boleh dikerjakan.

Ingatlah…

‫ « َم ِن اْلَت َم َس ِرَض اَء اِهَّلل ِب َس َخ ِط الَّناِس رضي اهلل‬: ‫ قال رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم‬: ‫عن عائشة رضي اهلل عنها قالت‬

عنه وأرضى الناس عنه َو َم ِن اْلَت َم َس ِرَض اَء الَّناِس ِب َس َخ ِط اِهَّلل سخط اهلل عليه وأسخط عليه الناس » رواه ابن حبان‬
Artinya: “Aisyah radhiyallah ‘anha berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Siapa yang mencari keridhaan Allah dengan kemarahan manusia maka Allah
kan meridhainya dan menjadikan manusia ridha kepadanya, dan siapa yang mencari
keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah maka Allah akan murka kepadanya dan
menjadikan manusia murka kepadanya”. HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh Al
Albani.

Ingatlah…

‫ َو ِإ ْن َكاَن ُم ًّر ا‬، ‫ ” ُق ِل اْلَح َّق‬: ‫ َقال َر ُس وُل اِهلل َص َّلى اُهَّلل َع َلْي ِه َو َس َّلَم‬:‫ ” َع ْن َأ ِب ي َذ ٍّر رضي اهلل عنه َق ال‬.

Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Katakanlah yang benar meskipun hal itu pahit“. Hadits riwayat Ibnu Hibban dan
dishahihkan dengan riwayat-riwayat pembantu oleh Al Albani.

Ingatlah…

‫ واُلمتكِّلم بالباطل شيطاٌن ناطق‬, ‫ ( الساكُت عن الحِّق شيطان أخرس‬: ‫


) قال أبو علي الَّد قاق رحمه اهلل‬
Abu Ali Ad Daqqaq rahimahullah (w: 516H) berkata: “Orang yang diam dari kebenaran
adalah setan yang bisu, sedang yang berbicara dengan kebatilan adalah setan yang
berbicara”. Lihat kitab I’lam Al Muwaqqi’in dan Al Jawab Al Kafi, karya Ibnul Qayyim.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Hakikatnya agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia, maka sangat perlu dipahami secaraseksama oleh setiap manusia.
Agama juga membawa peraturan-peraturan berupa hukum-hukum yang harus dipatuhi
baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang
harus ditinggalkan.

Setiap agama pada dasarnya terdiri dari empat unsur, yaitu:

1. Ajaran (= teori; konsep) sebagai sisi gaib

2. Iman sebagai interaksi antara pelaku dan konsep,

3. Ritus (= upacara) sebagai sistem lambang, dan

4. Praktik ( = amal) sebagai perwujudan konsep dalam segala segi kehidupan individu
dan masyarakat.

Agama itu saling pengaruh mempengaruhi dengan sistem organisasi kekluaragaan,


perkawinan, ekonomi, hukum dan politik. Agama juga memasuki lapangan pengobatan,
sains dan teknologi. Serta agama itu telah memberikan inspirasi untuk memberontak dan
melakukan peperanagan dan terutama telah memperindah dan memperhalus karya seni.
Tidak terdapat suatu institusi kebudayaan lain yang menyajikan suatu lapangan ekspresi
dan implliksi begitu halus seperti halnya agama.

3.2. Saran

Dalam kehidupan beragama harus ditanamkan sikap saling menghormati dan


menghargai satu sama lain. Karena sesama muslim atau manusia adalah bersaudara.
Dan Agama Islam sangat cinta perdamaian.

Dafatar Pustaka

Abu A’la Maududi, 1967, Towards Understanding Islam, Islamic Fublication Ltd, Lahore,
Dacca,

Dr. H. Muhibbuddin Waly MA, 1971 , Sejarah Syari’ah Islam di Indonesia, Majalah Ilya
Ulumuddin,

E. Saifuddin Anshari, 1980 , Kuliah Al Islam, Perp. Salman ITB, Bandung,

Saifuddin Anshari, Endang. 1987 , Ilmu Filsafat dan Agama. PT Bina Ilmu.. Surabaya

Sidi Gazalba, 1975 , Anzis Agama Islam, Bulan Bintang, Jakarta,


Iklan

Share this:

 

Kategori: Uncategorized

Berikan Komentar

Nurhabli Ridwan
Kembali ke atas

Iklan

Anda mungkin juga menyukai