Semester 1
Oleh :
Kelompok 2
A. Latar Belakang
C. Tujuan
1.1 Islam
Dari segi bahasa Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima
yang mengandung arti selamat. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi
bentuk Aslama yang berarti berserah diri atau tunduk dan patuh.
Adapun pengertian Islam Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat
dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya
yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang
ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Kata agama berasal dari bahasa sansekerta yaitu berasal dari kata a(tidak)
dan gama (kacau), yang bila digabungkan menjadi sesuatu yang tidak kacau.
Dan agama ini bertujuan untuk memelihara atau mengatur hubungan seseorang
atau sekelompok orang terhadap realitas tertinggi yaitu Tuhan, sesama manusia
dan alam sekitarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata agama berarti
prinsip kepercayaan kepada Tuhan.Agama diucapkan oleh orang barat
dengan religios (bahasa latin),religion ( bahasa Inggris, Perancis, Jerman )
dan religie ( bahasa Belanda ). Istilah ini bukanya tidak mengandung arti yang
dalam melainkan mempunyai latarbelakang pengertian yang mendalam daripada
pengertian Agama yang telah disebutkan diatas. Berikut ini adalah penjelasan
dari nama-nama lain dari agama yang ada di atas :
1.2 Kebudayaan
Al-Quran terdiri atas 30 juz, 114 surat, sekitar 6000 ayat, ayat hukumnya
hanya 368 ayat, Harun Nasution.
Al-Quran dan As-Sunnah yang periwayatannya Shahih bukan termasuk
budaya. Tetapi paham ulama terhadap ajaran dasar agama merupakan hasil karsa
ulama. Oleh karena itu, ia merupakan dari kebudayaan, akan tetapi umat islam
meyakini bahwa kebudayaan yang nerupakan hasil upaya ulama dalam
memahami ajaran dasar agama islam, dituntun oleh petunjuk tuhan yaitu
Al-Quran dan As-Sunah.
Dan ada juga hubungan islam dan kebudayaan yang biasa kita lihat dari
segi ekonomi, dalam ayat alquran di jelaskan, Allah menghalallkan jual beli dan
mengharamkan riba (Q.S Al-Baqarah [2]: 275). Halalnya jual beli dan haramnya
riba merupakan ajaran dasar agama islam.
Tetapi dalam suatu keadaan contoh: Dalam dunia pertanian petani biasa
membeli kotoran hewan baik kotoran sapi maupun kotoran ternak lainya yang
berguna untuk Pupuk tanaman. ini di sebut sebagai cultur, salah satu syarat yang
di tentukan Ulama benda yang di perjual belikan bukan benda najis, tetapi
hakikatnya contoh jual beli petani tersebut yang di perjual belikan adalah benda
najis dan ini adalah sebuah penyimpangan. dan ini menyebabkan banyak atau
berbeda-bedanya pendapat ulama ada yang berpendapat ini haram dan ada pula yg
memperbolehkan dan ini yang membuat berkesinambunganya hadist dan
Al-Quran yang menimbulkan sebuah pemikiran, itu pun bisa di sebut suatu
kebudayaan.
Para ahli kebudayaan mempunyai pendapat yang berbeda di dalam
memandang hubungan antara agama dan kebudayaan.
1. Kelompok pertama menganggap bahwa agama merupakan sumber
kebudayaan atau dengan kata lain kebudayaan merupakan bentuk nyata
dari agama itu sendiri. Pendapat tersebut diwakili oleh Hegel.
2. Pendapat kedua yang diwakili oleh Pater Jan Bakker, menganggap bahwa
kebudayaan tidak ada hubungan nya sama sekali dengan agama.
3. Kelompok ketiga menganggap bahwa kebudayaan merupakan bagian dari
agama itu sendiri.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, islam juga mendorong manusia untuk
berbudaya. Tetapi seperti yang sudah kita ketahui, sebelum islam datang sudah
ada kebudayaan yang telah berkembang. Tentunya kebudayaan tersebut ada yang
mengandung kebaikan dan ada yang mengandung keburukan atau kebatilan.
Adat istiadat dan tradisi ada kalanya yang dapat mewujudkan kebaikan
bagi umat manusia pada salah satu sisi kehidupan manusia, yang tidak ada nash
agamanya, kecuali pengarahan terhadap tujuan yang umum. Ketika itulah peran
akal melakukan ijtihat untuk mencari kehendak ilahi, dalam segala hal yang
berkaitan dengan kehidupan manusia. Mungkin bisa dikatakan bahwa adat istiadat
atau kebudayaan ataupun tradisi yang kebaikannya Nampak (mengandung
kebaikan) adalah kehendak Ilahi. ia dapat dianggap sebagai hukum agama yang
disandingkan dengan tatanan agama secara menyeluruh, meliputi berbagai bidang
kehidupan. Pada saat itulah kenyataan hidup berperan dalam memahami agama
berdasarkan tradisi yang baik. Ia dianggap sebagai bagian agama ketika tidak ada
nash yang berkaitan dengannya, dan ketika tidak bertentangan dengan nash yang
ada.
Islam dan kebudayaan memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang
lain. Ajaran islam memberikan aturan-aturan yang sesuai dengan kehendak Allah
SWT, sedangkan kebudayaan adalah realitas keberagamaan umat Islam tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa wujud nyata dari pengamalan ajaran agama
islam itu mampu dilihat dari kebudayaan dan kehidupan nyata para pemeluk
agama Islam tersebut.
Kebudayaan dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat
pada tataran agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di
masyarakat. Pengamalan agama yang terdapat di masyarakat tersebut adalah hasil
penalaran para penganut agama dari sumber agama yaitu wahyu. Salah satu
contohnya yaitu ketika kita membaca kitab fiqih, kitab fiqih tersebut merupakan
pelaksanaan dari nash Al-quran maupun hadist yang melibatkan penalaran dan
kemampuan manusia. Pelaksanaan fiqih dalam kehidupan sehari-hari itu berkaitan
dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat tempat agama tersebut
berkembang. Dengan pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang akan
dapat mangamalkan ajaran agama tersebut.
Misalnya dalam kebudayaan berpakaian, bergaul, bermasyarakat dan
sebagainya. Unsur agama ikut berinteraksi dalam kebudayaan tersebut. Pakaian
model jilbab, kebaya dapat dijumpai dalam pengamalan agama. Sebaliknya tanpa
adanya unsur budaya, maka agama akan sulit dilihat sosoknya secara jelas.
Dengan demikian hubungan antara islam dan kebudayaan sangat banyak
sekali.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Masyarakat, agama dan kebudayaan sangat erat berkaitan satu sama lain.
Saat budaya atau agama diartikan sesuatu yang terlahir di dunia yang manusia
mau tidak mau harus menerima warisan tersebut. Berbeda ketika sebuah
kebudayaan dan agama dinilai sebagai sebuah proses tentunya akan bergerak
kedepan menjadi sebuah pegangan, merubah suatu keadaan yang sebelumnya
menjadi lebih baik.
Ketika agama dilihat dengan kacamata agama maka agama akan
memerlukan kebudayaan. Maksudnya agama (islam) telah mengatur segala
masalah dari yang paling kecil contohnya buang hajat hingga masalah yang ruwet
yaitu pembagian harta waris dll. Sehingga disini diperlukan sebuah kebudayaan
agar agama (islam) akan tercemin dengan kebiasaan masyarakat yang
mencerminkan masyarakat yang beragama, berkeinginan kuat untuk maju dan
mempunyai keyakinan yang sakral yang membedakan dengan masyarakat lainnya
yang tidak menjadikan agama untuk dibiasakan dalam setiap kegiatan sehari-hari
atau diamalkan sehingga akan menjadi akhlak yang baik dan menjadi kebudayaan
masyarakat tersebut.
Sedangkan jika agama dilihat dari kebudayaan maka kita lihat agama
sebagai keyakinan yang hidup yang ada dalam masyarakat manusia dan bukan
agama yang suci dalam (Al-Quran dan Hadits) Sebuah keyakinan hidup dalam
masyarakat maka agama akan bercorak local, yaitu local sesuai dengan
kebudayaan masyarakat tersebut.
B. Saran
1. Mari kita pelajari dan kita pahami tentang keperbedaan mana yang
dinamakan keislaman dan mana yang dinamakan kebudayaan.
2. Lebih memahami Tentang pembagian hukum hukum yang ada di dalam al-
quran, sehingga kita lebih mudah untuk membedakan dan mencari solusi
dalam permasalahan kita.
3. Makalah ini hanya membahas secara singkat tentang Islam dan
kebudayaan di indonesia. Dengan demikian, diharapkan kepada para
pembaca agar memperdalam kembali pada buku-buku yang lebih luas dan
terperinci
DAFTAR PUSTAKA
Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan
dengan kekhalifahannya disamping tanggung jawab dan etika moral harus
dimiliki. Masalah moral adalah yang terpenting, karena sebagaimana Syauqi Bey
katakan:
Artinya: Kekalnya suatu bangsa ialah selama akhlaknya kekal, jika akhlaknya
sudah lenyap, musnah pulalah bangsa itu.