Anda di halaman 1dari 4

Lembar Tugas Mandiri Pekan 10:

Agama dan Kebudayaan dalam Perspektif Islam

1. Pendahuluan1
Allah SWT berfirman dalam salah satu ayat di al-Qur’an Surah al-Baqarah
Ayat 31 yang berbunyi,

ٓ
َ ٰ ‫ؤُٓاَل ِء إِن ُكنتُ ْم‬%%%%%َٓ‫ َمٓا ِء ٰه‬%%%%%‫ُٔونِى بِأ َ ْس‬%ُ‫ال أَ ۢنبِٔـ‬%%%%%
َ‫ ِدقِين‬%%%%%‫ص‬ َ َ‫ ِة فَق‬%%%%%‫هُ ْم َعلَى ْٱل َم ٰلَئِ َك‬%%%%%‫ض‬
َ ‫ا ثُ َّم َع َر‬%%%%%َ‫ َمٓا َء ُكلَّه‬%%%%%‫َو َعلَّ َم َءا َد َم ٱأْل َ ْس‬
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang
benar!"
Nama adalah symbol, melekat pada suatu benda yang merepresentasikan substansi
benda tersebut. Proses simbolisasi dan aktualisasi ajaran agama itulah yang kemudian
melahirkan kebudayaan. Pada ayat tersebut, dapat terlihat bahwa terdapat hubungan
antara agama dan kebudayaan bahkan sejak awal penciptaan manusia di muka bumi.
Sehingga antara agama dan kebudayaan terdapat kaitan yang erat utamanya sebagai
sarana untuk menjelaskan dan menyampaikan ajaran-ajaran Allah yang abstrak.

2. Agama dan Kebudayaan dalam Perspektif Islam


Kebudayaan didefinisikan oleh Selo Sumardjan dan Soleman Soemardi
sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. 2 Berkaitan dengan definisi
tersebut, Koentjaraningrat kemudian mencantumkan agama sebagai bagian dari
kebudayaan. Menurutnya setiap kebudayaan yang ada di dunia memiliki kesamaan
unsur-unsur universal yang terdiri dari: system religi dan upacara keagamaan; system
organisasi dan kemasyarakatan; system pengetahuan; bahasa; kesenian; system mata
pencaharian hidup; serta system teknologi dan peralatan.3 Hal tersebut memberikan
pemahaman seolah-olah agama merupakan bagian dari kreasi manusia sehingga
bersifat dinamis, dapat ikut berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
1
Ngatawi Al Zastrouw, “Islam dan Kebudayaan - Dr. Ngatawi Al Zastrouw, M.Si”
https://www.youtube.com/watch?v=wC1IiLnDBg0&t=835s, diakses 10 September 2021.
2
Anak Agung Oka Parwata, et al., Memahami Hukum dan Kebudayaan, (Bali: Pustaka Ekspresi,
2016), hlm. 8.
3
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2015), hlm. 2.
Agama berasal dari Tuhan yang bersifat sakral, suci, dan abstrak. 4 Ketika
kedua pemikiran antara agama dan kebudayaan tersebut bergabung, tak jarang
memang sering timbul perbedaan pemahaman dalam memaknai hubungan di antara
keduanya. Dalam memaknai kebudayaan di dalam Islam, al-Qur’an memang tidak
menyebutkan kata-kata kebudayaan di dalamnya. Sebuah kebudayaan dapat dipahami
karena al-Qur’an meletakkan amal sebagai bagian sentral kebudayaan manusia.5
Allah SWT mendorong manusia untuk memanfaatkan akalnya melalui berbagai
pekerjaan (amal) sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk
kehidupan manusia itu sendiri. Salah satu contohnya dapat kita lihat dalam Q.S Az-
Zumar Ayat 39.6
Allah SWT memberikan kelonggaran pada manusia untuk mengkreasikan
nilai-nilai Islam melalui proses pengolahan akal dan kalbunya sehingga menghasilkan
kebudayaan. Di dalam Islam, terdapat konsep mutaghayyirat yang bersifat fleksibel,
dapat diubah, disesuaikan dengan kondisi dan realitas zaman termasuk diantaranya
ibadah-ibadah ghairu mahdlah yang waktu dan prosedurnya tidak ditetapkan secara
pasti.7 Dalam perkembangannya, kita dapat melihat yang termasuk ke dalam cakupan
ibadah ghairu mahdlah tersebut kemudian berkembang menjadi kebudayaan.
Contohnya, nilai silaturahmi di dalam islam kemudian berkembang menjadi budaya
halal bi halal di dalam masyarakat Indonesia ketika momen-momen khusus seperti
idul fitri misalnya. Fenomena lain yang dapat dilihat di masyarakat, seperti tradisi
tujuh bulanan atau mitoni di dalam masyarakat Jawa untuk memperingati
perkembangan janin dengan diisi tasyakuran, berdoa, dan membagikan bingkisan
makanan.
Karena melihat eratnya antara tradisi dan keislaman di dalam masyarakat
Indonesia tersebut, seorang pakar hukum adat belanda Van den Berg kemudian
merumuskan teori receptio in complexu bahwa hukum adat masyarakat yang
bersangkutan adalah hukum agamanya.8 Sedangkan Prof. Hazairin dan Prof. Sayuti
Thalib berpendapat bahwa realitas di masyarakat Indonesia adalah hukum adat hanya

4
Ngatawi Al-Zastrouw, et al., Materi Pembelajaran Mata Kuliah Agama Islam (Jakarta: Universitas
Indonesia, 2020),hlm. 65.
5
Nur Cholis Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Paramadina, 1992), hlm. 61.
6
Lihat al-Qur’an Surah Az-Zumar (39): 39.
7
El-Zastrouw, Materi Pembelajaran Mata Kuliah Agama Islam, hlm. 90.
8
Soerojo W, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat (Jakarta: Haji Masagung, 1988), hlm. 29.
berlaku bila tidak bertentangan dengan hukum agama yang dipeluk oleh masyarakat
atau yang biasa dikenal dengan teori receptie a contrario.9

3. Refleksi
Allah SWT telah memberikan akal kepada manusia untuk dapat dimanfaatkan
salah satunya dengan menciptakan kebudayaan. Hubungan antara kebudayaan dan
agama adalah hubungan yang saling melengkapi satu sama lain. Kebudayaan dapat
menjadi sarana untuk mengimplementasikan nilai-nilai religious ke dalam kehidupan
kita sehari-hari. Allah memberikan kelonggaran untuk hal-hal yang menyangkut
mu’amalah sehingga apapun bentuk kebudayaan yang kita miliki tidak perlu untuk
dipertentangkan selama sesuai dengan nilai-nilai kebaikan di dalam Islam dan tidak
melanggar hal-hal yang sudah ditetapkan baku di dalam hukum agama Islam.

9
Sovia Hasanah, “Arti Teori Receptio a Contrario,”
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5add48d9a8a43/arti-teori-ireceptio-a-contrario-i/, diakses
10 September 2021.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an. Diterjemahkan oleh Tim Departemen Agama Republik Indonesia. Jakarta: Tim
Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.

Al Zastrouw, Ngatawi. “Islam dan Kebudayaan - Dr. Ngatawi Al Zastrouw, M.Si.”


https://www.youtube.com/watch?v=wC1IiLnDBg0&t=835s. Diakses 10 September
2021.

Al-Zastrouw, Ngatawi, et al. Materi Pembelajaran Mata Kuliah Agama Islam. Jakarta:
Universitas Indonesia, 2020.

Hasanah, Sovia. “Arti Teori Receptio a Contrario.”


https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5add48d9a8a43/arti-teori-
ireceptio-a-contrario-i/. Diakses 10 September 2021.

Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama, 2015

Madjid, Nur Cholis. Islam, Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina, 1992.

Parwata, Anak Agung Oka, et al. Memahami Hukum dan Kebudayaan. Bali: Pustaka
Ekspresi,
2016.

Wignjodipoero,Soerojo. Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta: Haji Masagung,


1988.

Anda mungkin juga menyukai