Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN BUKU AJAR 1 MPKT A

Oleh Afdhal Hanafi

1306370751

Judul buku : “BUKU AJAR 1, Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika, dan
etika”

Pengarang : Bagus Takwin, Fristian Hadinata dan Saraswati Putri

Data publikasi : MPKT A, Buku Ajar 1 kekuatan dan keutamaan Karakter, Filsafat Logika, dan Etika

I. Kekuatan dan Keutamaan Karakter

Persoalan karakter sering menjadi topik pembicaraan dalam diskusi dan seminar. Meskipun telah
banyak program-program pendidikan yang menekankan pada pendidikan karakter, namun hasil
dari program tersebut bisa dikatakan hanya label saja, tidak memberikan pengaruh yang berarti
bagi masyarakat. Hal ini disebabkan karena tidak menekankan pada keutamaan dan kekuatan
dari karakter itu sendiri. Bagus Takwin, dosen dan peneliti Fakultas Psikologi UI mencoba
menjawab persoalan tersebut dalam tulisannya tentang kekuatan dan keutamaan karakter.

Karakter dan kepribadian adalah dua hal yang berbeda meskipun keduanya saling berkaitan.
Allport (1937:48) mendefinisikan kepribadian sebagai “organisasi dinamis dari keseluruhan
sistem psiko-fisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap
lingkungannya”. Sehingga kepribadian manusia tidak acak dan unsur-unsurnya tidak bekerja
secara sendiri-sendiri serta bersifat dinamis. Kepribadaian manusia dapat dipengaruhi oleh faktot
internal (diri sendiri) maupun faktor eksternal (Lingkungan). Allport (1937) mendefinisikan
karakter sebagai kepribadian yang dievaluasi, yang artinya adalah karakter adalah segi-segi
kepribadian yang ditampilkan keluar dan disesuaikan dengan nilai dan norma tertentu. Dengan
demikian karakter adalah kumpulan sifat mental dan etis yang menandai seseorang. Karakter
juga menentukan apakah seseoarang akan mencapai tujuan yang efektif. Karakter dapat
diperoleh melalui pengasuhan dan pendidikan karakter mesikupun setap individu pasti sudah
mempunya karakter masing-masing. Karakter yang kuat dapat diperoleh melalui berbagai proses
pembelajaran dan pelatihan.

Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan Etika Halaman 1


Tugas Ringkasan MPKT A

Indentifikasi karakter yang merupakan pengenalan terhadap keutamaan dari dir seseorang dapat
dilakukan dengan pengenalan terhadap ciri-ciri keutamaan. Peterson dan Seligman (2004),
mengatakan bahwa karakter yang kuat adalah karakter yang bercirikan keutamaan-keutamaan
yang merupakan keunggulan dari manusia. Keutamaaan karakter dapat dibedakan berdasarkan
kemampuan dan bakat dari seseoarang. Lalu pendekatan metodik yang dapat
mengindentifikasikan keutamaan karakter dari seseoarang dapat dilakukan dengan cara inventori,
skala sikap, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah dan simulasi. Lalu, Peterson dan
Seligman (2004) membagi karakter menjadi tiga level konseptual, yaitu keutamaan, kekuatan
dan tema situasional. Setiap konsep cara untuk mengenali dari konsep tersebut berbeda dengan
konsep lainnya. Ketiga konsep tersebut tersusun secara hierakis dengan susunan, yaitu
keutamaan pada level atas, kekuatan pada level tengah dan tema situasional berada pada level
bawah. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari, seseoarang terlebih dahulu mengenali tema
situasional lalu kekuatan dan yang terakhir adalah keutamaan.

Keutamaan adalah sebuah karakteristik utama dari karakter dan dijadikan sebagai nilai moral
oleh para filsuf dan agamawan. Sedangkan kekuatan adalah sebuah unsur psikologis yang
mendefinsikan keutamaan. Dan yang terakhir tema situasional adalah kebiasaan khusus yang
mengarahkan seseoarang untuk mewujudkan keukatan karakterdalam situasi tertentu, sehingga
semakin banyak dan sering tema ditampilkan maka kekuatan karakter seseorang akan semakin
kuat. Keutamaan secara umum dapat dikategorikan menjadi 6 kategori yaitu :

No Keutamaan Kekuatan
1 Kognitif : kebijaksanaan, Kreativitas, orisinalitas, kecerdasan praktis, rasa ingin tahu,
dan pengetahuan cinta akan pembelajaran, pikiran yang kritis, perspektif.

2 Interpersonal : Cinta kasih, baik dan murah hati, selalu memiliki tenaga
kemanusiaan untuk membantu orang lain, kecerdasan emosional
3 Emosional : kesatriaan Keberanian untuk menyatakan kebenaran dan mengakui
kesalahan, ketabahan, teguh dan keras hati, integritas,
kejujuran dan penampilan diri yang wajar, vitalitas,
bersemangat dan antusias

4 Kewarganegaraan : Kewarganegaraan, dedikasi dan kesetian demi keberhasilan


berkeadilan bersama, kesetaraan

5 Pengelolaan diri Pemaaf dan pengampun, pengendalian diri, kerendahan hati


(Temperance) dan kehati-hatian

Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan Etika Halaman 2


Tugas Ringkasan MPKT A

6 Spiritual : transendensi Penghargaan terhadap keindahan dan kesempurnaan,


kebersyukuran, penuh harapan, optimis dan orientasi ke
depan, spritualitas, menikmati hidup dan selera humor yang
memadai

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat keutamaan yang menghubungkan kehidupan
manusia dengan alam semesta, kalimat tersebut dapat diartikan dengan karakter manusia
memiliki hubungan dengan spritualitas. Istilah spiritualitas memilki pengertian yang luas dan
menimbulkan banyak penafsiran, tetapi ada satu definis yang mendekati pengertian yang
universal dan komprehensif. Hal tersebut dikemukan oleh Murray dan Zenther (1998, dalam
McSherry, 1998) yang secara singkat mengatakan bahwa spiritualitas harus ditempatkan dalam
konteks keselurahan alam semesta dan keterkaitan isi dunia ini. Spiritualitas melampaui affilisasi
terhadapa agama tertentu. Sehingga bisa dikatakan karakter selalu dilandasi oleh spiritualitas.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, karakter dapat mendatangkan kebahagiaan bagi
seseoarang, sehingga pembentukan karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian
kebagian yang akhirnya, semakin orang memiliki karakter yang kuat adalah orang yang
berbahagia, mandiri dan memeberi sumbangan positif bagi masyarakat. Seligman (2004)
menyebutkan tiga kebahgiaan, yaitu memiliki makna dari semua tindakan yang dilakukan
mengetahui kekuatan tertinggi dan menggunakan kekuatan tertinggi untuk melayani sesuatu
yang dipercayai lebih besar dari diri sendiri. Menurut seligman tidak ada jalan pintas untuk
mencapai kebahagiaan, sehingga bila ingin mendapatkan kebahagian harus berpikir positif,
memandang hidup dan orang lain dengan hal yang baik dan serta mamaknai dunia. Sehingga
pada kesimpunya pendidikan harus mengarahkan para peserta didiknya untuk mendapatkan
ketiga kebahagiaan, dengan cara melalui pendidikan karakter.

NILAI-NILAI DASAR UI

1. Kejujuran (Honesty) Sifat lurus, ikhlas hati, berkata dan bertindak benar, tidak berbohong,
tidak menipu, tidak korupsi, tidak curang, yang dalam pelaksanaannya diiringi sikap tulus, arif
bijaksana serta dilandasi keluhuran budi. Kejujuran mencakup keseluruhan sikap tindak,

Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan Etika Halaman 3


Tugas Ringkasan MPKT A

termasuk tidak melakukan plagiat dalam kegiatan akademik, atau pengembangan ilmu
pengetahuan, tidak menyalahgunakan jabatan, pangkat, gelar, atau fasilitas akademik lainnya.

2. Keadilan (Just and Fair) Memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama secara adil dan
nondiskriminatif bagi setiap warga dalam melaksanakan tugas masing-masing, termasuk dalam
mengembangkan kegiatan akademik dan kegiatan lainnya. Sikap ini tidak didasarkan pada
pertimbangan yang bersifat rasial, etnis, agama, gender, status perkawinan, usia, difabilitas, dan
orientasi seksual.

3. Kepercayaan (Trust) Bersikap dan berperilaku amanah serta dapat dipercaya dalam
menjalankan mandat maupun dalam melaksanakan setiap kegiatan atau kewajiban yang
diembannya, baik dalam jabatan, fungsi, maupun sebagai warga negara pada umumnya.

4. Kemartabatan (Dignity) dan/atau Penghormatan (Respect) Komitmen untuk memperlakukan


setiap orang dengan rasa hormat, manusiawi, taat pada norma kesusilaan, kepatuhan, atau
kepantasan dalam situasi apapun.

5. Tanggung Jawab (Accountability) Bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas jabatan


maupun tugas fungsionalnya serta menghindarkan diri dari benturan kepentingan (conflict of
interest) yang dapat merugikan kepentingan UI maupun kepentingan warga UI lainnya. Di
dalamnya termasuk upaya menghindarkan diri dari benturan kepentingan seperti tindakan
menolak suap atau sejenisnya yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam jabatan
dan fungsinya serta dapat mengakibatkan kerugian UI dan Warga UI lainnya.

6. Kebersamaan (Togetherness) Keragaman/kemajemukan merupakan karakteristik bangsa


Indonesia yang menjadi kekuatan dan kekayaan Universitas Indonesia. Pengakuan akan
kebhinekaan budaya itu merupakan dasar dari  rasa kebersamaan dan menjadi bagian dari jati diri
Warga UI sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Oleh karena itu, warga UI bertekad untuk
menjunjung tinggi toleransi dan semangat kebersamaan dalam meniti serta melaksanakan tugas
dan tanggung jawab yang dibebankan kepada setiap Warga UI di lingkungan kerjanya.

7. Keterbukaan (Transparency) Keterbukaan nurani dan keterbukaan sikap untuk bersedia


mendengarkan dan mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh pendapat orang lain;
keterbukaan akademik untuk secara kritis menerima semua informasi dan semua hasil temuan

Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan Etika Halaman 4


Tugas Ringkasan MPKT A

akademik pihak lain; dan bersedia membuka/membagi semua informasi pengetahuan yang
dimiliki kepada pihak yang berhak mengetahui/berkepentingan, kecuali yang bersifat rahasia.

8. Kebebasan Akademik dan Otonomi Keilmuan (Academic Freedom and Scientific Autonomy)
Menjunjung tinggi kebebasan akademik, yaitu kewajiban untuk memelihara dan memajukan
ilmu pengetahuan, menjunjung tinggi kebebasan mimbar akademik, yaitu kebebasan
menyampaikan pikiran dan pendapat di dalam lingkungan UI maupun dalam forum akademik
lainnya.

9. Kepatuhan pada Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku (Compliance to Laws)


Melaksanakan semua kegiatan di lingkungan UI harus mematuhi semua peraturan yang berlaku
Kesembilan Nilai Dasar Universitas Indonesia tersebut melengkapi pengertian nilai dalam Bab I
dan menambah wawasan mahasiswa Universitas Indonesia. Kesembilan nilai itu diharapkan
dapat membentuk karakter Civitas Akademika Universitas Indonesia yang tercermin melalui
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan akademik. Oleh karena itu,
nilai tersebut selalu diusahakan mewarnai setiap tindakan dan keputusan yang diambil oleh
civitas akademika, baik dosen maupun mahasiswa. Selain itu, kesembilan nilai ini akan
terkandung dalam matakuliah yang dipelajari mahasiswa dan kegiatan-kegiatan nonakademis
lainnya di luar perkuliahan.

II. Filsafat

Kata filsafat pertama kali ditemukan dalam tulisan sejarawan Yunani Kuno, Herodotus (484-424
SM). Kata “berfilsafat” di situ mengindikasikan bahwa Solon mencari pengetahuan untuk
pengetahuan semata. Kata filosof atau filsuf berasal dari kata philosophos yang berati pencinta
kebijaksanaan; philos berarti kebijaksanaan, dan sophos berarti pecinta dari kata dasar sophia
yang berarti cinta. Orang-orang yang gagasan dan pemikirannya didasari oleh pengetahuan
tentang kebenaran dan dapat mempertahankannya dengan argumentasi yang kuat patut disebut
filsuf. Mereka adalah pencinta kebijaksanaan dan apa yang dilakukan oleh filsuf kemudian
disebut filsafat. Jika kita pelajari lebih lanjut pemikiran-pemikiran filosofis sejak Yunani Kuno
hingga abad ke-21, filsafat dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk memahami segala
perwujudan kenyataan secara kritis, radikal dan sistematis. Dari definisi itu dapat disimpulkan

Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan Etika Halaman 5


Tugas Ringkasan MPKT A

bahwa filsafat adalah usaha. Sebuah usaha adalah sebuah proses, bukan semata produk. Proses
itu berisi aktivitas-aktivitas untuk memahami segala perwujudan kenyataan atau apa yang ada
(being). Apa yang hendak diketahui filsafat tak terbatas, oleh karena itu proses pemahaman itu
berlangsung terus menerus. Seorang filsuf bernama Jacques Maritain mengatakan, “Filsafat ialah
suatu kebijaksanaan dan sifatnya pada hakikatnya berupa usaha mengetahui. Mengetahui dalam
arti paling penuh serta paling tegas, yaitu mengetahui dengan kepastian berdasarkan sebab-
sebabnya mengapa barang sesuatu itu seperti keadaannya, tidak bisa lain dari itu” (Kattsoff,
2004:65). Kita dapat menemukan pembagian filsafat berdasarkan sistematika permasalahan
(Gazalba, 1979) atau area kajian filsafat yang secara garis besar terdiri dari :

No Kategori
1 Ontology
Bagian filsafat yang mengkaji tentang ada (being) atau tentang apa yang nyata.
Ontology dalam arti khusus Metafisika
2 Epistemology
Bagian filsafat yang mengkaji hakikat dan ruang lingkup pengetahuan
Epistemology dalam arti sempit Filsafat ilmu Metodologi Logika
3 Axiology
Bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang seharusnya dilakukan
manusia
Etika Estetika

Sedangkan aliran filsafat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No Aliran Keterangan
1 Rasionalisme Memandang bahwa pengetahuan bersumber dari akal (rasio)
2 Empirisme Memandang bahwa pengetahuan bersumber dari pengalaman
3 Kritisisme Aliran yang mengkritik rasionalisme dan empirisme yang terlalu ekstrem
mengkaji pengetahuan manusia
4 Idealisme Pengetahuan merupakan proses-proses mental dan psikologis yang bersifat
subyektif
5 Vitalisme Memandang bahwa hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara
mekanisme
6 Fenomenologi Mengkaji dan memandang penampakan gejala yang saling terkait
Berdasarkan penjelasan diatas berpikir filosofis merupakan satu cara untuk membangun
keutamaan pengetahuan dan kebijaksanaan dengan kekuatan-kekuatan yang dikandungnya.

Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan Etika Halaman 6


Tugas Ringkasan MPKT A

Sehingga orang bisa melatih kemampuan analisisnya, cara berpikir kritis dan logis yang dapat
mengembangkan pola piikir secara luas dan menyeluruh.

III. Dasar-Dasar Logika

Logika dikenal sebagai cabang filsafat, tetapi ada juga ahli yang menempatkannya sebagai
cabang matematika. Jika ditempatkan sebagai cabang filsafat, logika dapat diartikan sebagai
cabang dari filsafat yang mengkaji prinsip, hukum dan metode berpikir yang benar, tepat dan
lurus. Dalam matematika, logika dikaji dalam kaitannya dengan upaya menyusun bahasa
matematika yang formal, baku, dan jernih maknanya, serta dalam kajian tentang penyimpulan
dan pembuatan pernyataan yang benar. Logika merupakan alat yang dibutuhkan dalam kajian
berbagai ilmu pengetahuaan dan juga dalam kehidupan sehari-hari.

Secara filosofis, logika adalah kajian tentang berpikir atau penalaran yang benar.penalaran
adalah proses penarikan kesimpulan berdasarkan alasan yang relevan. Logika menggunakan
pemahaman tentang standar kebenaran yang diperoleh dari epistemologi yang merupakan cabang
filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan. Logika merupakan dasar filosofis dari matematika.
Logika juga berhubungan erat dengan bahasa alamiah yang sehari-hari dipakai oleh manusia.
Logika berkaitan dengan pemahaman manusia dalam kesehariannya.

Sebagai kajian tentang kebenaran khusus, logika merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan
menjelaskan kebenaran atau fakta tertentu. Kebenaran logis adalah satu pernyataan yang
kebenarannya dijamin sejauh makna dari konstanta logisnya tetap, terlepas dari apa makna
bagian lain yang menyertainya. Dalam arti kajian ciri-ciri atau bentuk umum dari putusan atau
bentuk pikiran dari putusan, logika dapat dipahami sebagai kajian yang mempelajari unsur-unsur
putusan dan susunannya dengan tujuan untuk memperoleh pola atau bentuk umum dari proses
pembuatan putusan.

Fokus kajian dari logika adalah pikiran, representasi linguistik, meskipun pikiran dan bahasa
saling terkait erat. Adapun hal yang menjadi fokus dalam logika hal-hal yang berkaitan dengan
suatu term, definisi dan divisi dari suatu kalimat, pernyataan dan proporsi yang menggunakan
penalaran sehingga menghasilkan suatu kesimpulan baik itu yang bersifat deduktif maupun

Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan Etika Halaman 7


Tugas Ringkasan MPKT A

induktif. Tujuan dari penngunaan logika dalam berpikir adalah untuk menghindari sesat pikir.
Sesat pikir menurut logika tradisional adalah kekeliruan dalam penalaran berupa penarikan
kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang disebabkan oleh
dilanggarnya kaidah-kaidah logika.

Sesat pikir terjadi jika dalam premis digunakan proposi afirmatif tetapi dalam kesimpulan
digunakan proposi negatif. Sesat pikir terjadi jika dalam premis digunakan proposi negatif tetapi
dalam kesimpulan digunakan proposi afirmatif. Sesat pikir dua premis negatif terjadi jika dalam
silogisme kedua premis yang digunakan adalah proposi negatif. Sesat pikir mengafirmasi
konsekuensi adalah pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang dihubungkan
antara anteseden dan konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu
suatu keniscayaan. Sesat pikir menolak antiseden juga merupakan pembuatan kesimpulan yang
diturunkan dari pernyataan yang hubungan antiseden dan konsekuensinya tidak niscaya tetapi
diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan. Sesat pikir terjadi jika hubungan atau
di antara dua hal diperlakukan sebagai pengingkaran oleh hal yang satu terhadap hal yang lain.
Adapun kesalahan-kesalahan dalam penarikan kesimpulan adalah sebagai berikut
No Bentuk kesalahan
1 Menilai Penalaran Induktif dengan Standar Deduktif

2 Kesalahan Generalisasi Generalisasi yang terburu-buru


Kesalahan kecelakaan
3 Kesalahan Penggunaan Bukti Secara Salah Kesimpulan yang tidak relevan
Kesalahan bukti yang ditahan
4 Kesalahan Statistikal Kesalahan sampel yang bias
Kesalahan percontoh yang kecil
Kesalahan penjudi
5 Kesalahan Kausal Mengacaukan sebab dan akibat
Mengabaikan penyebab bersama
Kesalahan penyebab yang salah
Mengacaukan penyebab yang berupa
necessary condition denga sufficient
condition
6 Kesalahan Analogi

Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan Etika Halaman 8


Tugas Ringkasan MPKT A

IV. Dasar-Dasar Etika

Etika dan moralitas memang dua kata berhubungan erat dan seringkali orang mengunakan dua
kata tersebut secara bergantian, tetapi tidak tepat (Graham, 2010, 1). Etika merupakan refleksi
filosofis atas moral, sedangkan moralistas merupakan kepercayaan atau perilaku tentag baik dan
buruk. Dalam pengertian yang terakhir ini, etika adalah cabang ilmu filsafat yang menyelidiki
suatu sistem prinsip moral. Tidak heran jika etika disebut juga filsafat atas moral. Etika punya
fokus tentang bagaimana kita mendefinisikan sesuatu itu baik atau tidak. Lain halnya dengan
moralitas berasal dari kata Latin "moralis" yang berarti "tata cara", "karakter", atau "perilaku
yang tepat" (Pritchard, 2012, 1). Secara terminologis moralitas sering kali dirujuk sebagai
diferensiasi dari keputusan dan tindakan antara yang baik atau yang tidak baik. Moralitas lebih
dipahami sebagai suatu keyakinan untuk menjalani hidup yang baik. Karena itu sistem moralitas
seringkali sangat bergantung dengan komutitasnya. Moralitas sangat berhubungan dengan etika
karena etika merupakan objek kajian dari moralitas. Etika bisa dibagi menjadi beberapa bidang
sebagai berikut

Etika
Deontologi
Utilitarianisme
Etika Teleologis
Teori-Teori
Etika Egoisme
Etika
Etika Kebajikan

Dan Lain-Lain
Etika Normatif
Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan Etika Halaman 9
Etika
Etika Bisnis
Kedokteran

Etika Etika Terapan Etika Profesi Etika Kepolisian


Etika Etika
Dan Lain-Lain
Deskriptif Lingkungan
Etika
Non-Normatif
Metaetika
Tugas Ringkasan MPKT A

Etika normatif adalah sebuah studi tindakan atau keputusan etis yang berfokus pada prinsip-
prinsip yang seharusnya dari tindakan yang baik. Contohnya etika terapan yang merupakan
sebuah penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik kepada topik-topik kontroversial baik
pada domain privat atau publik seperti perang, hak-hak binatang, hukuman mati dan lain-lain.
Etika non-normatif adalah sebuah studi yang tidak berfokus pada prinsip-prinsip yang
seharusnya dari tindakan baik. misalnya etika. Misalnya etika deskriptif dan metaetika. Etika
deskriptif merupakan sebuah studi tentang apa yang dianggap 'etis' oleh individu atau
masyarakat. Sedangkan metaetika berhubungan dengan sifat penilaian moral. Yang berfokus dari
arti atau makna dari pernyataan-pernyataan yang ada di dalam etika.

Gagasan realisme etis berpusat pada manusia menemukan kebenaran etis yang memiliki
eksistensi independen di luar dirinya. Konsekuensinya, realisme etis ini mengajarkan bahwa
kualitas etis atau tidak ada secara independen dari manusia dan pernyataan etis memberikan
pengetahuan tentang dunia objektif. Dengan kata lain, properti etis terlepas dari apa yang orang
pikirkan atau rasakan. Artinya, jika seseorang mengatakan bahwa tindakan tertentu salah, maka
hal itu adalah kualitasnya yang salah dan itu harus ada di sana dan bersifat independen.

Gagasan utama dari nonrealisme etis adalah manusia yang menciptakan kebenaran etis (Callcut,
2009, 46). Nonrealisme etis ini sangat terkait dengan relativisme etis. Relativisme menghormati
keragaman budaya dan tindakan manusia yang berbeda pula dalam cara merespon situasi yang
berbeda. Akan tetapi, ada persoalan juga di dalam relativisme etis. Diantaranya adalah kita
merasa bahwa aturan etis memiliki nilai kualitas yang lebih tinggi daripada sekedar kesepekatan
umum dari sekelompok orang. Dengan kata lain, relativisme menghormati keragaman budaya
dan tindakan manusia yang berbeda pula dalam cara merespon situasi yang berbeda.

Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan Etika Halaman 10


Tugas Ringkasan MPKT A

Pengkajian terhadap permasalahan etis pada dasarnya bisa dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut: Ketika seseorang mengatakan "pembunuhan itu tidak baik" apa
yang dimaksudkannya sesungguhnya? Kita dapat menunjukkan beberapa hal yang berbeda
ketika Anda mengatakan 'pembunuhan adalah tidak baik' dengan menulis ulang pernyataan
tersebut untuk menunjukkan apa yang benar-benar dimaksud. Pernyataan "pembunuhan itu
adalah salah" adalah realisme moral yang didasarkan pada gagasan bahwa ada fakta-fakta nyata
dan objektif terkait masalah etis di alam semesta. Pernyataan "saya tidak menyetujui
pembunuhan" adalah subjektivisme yang mengajarkan bahwa penilaian etis tidak lebih dari
pernyataan perasaan atau sikap seseorang. Pernyataan "tidak ada kompromi dengan
pembunuhan" adalah emotivisme yang merupakan pandangan bahwa klaim moral adalah tidak
lebih dari ekspresi persetujuan atau ketidaksetujuan. Pernyataan "jangan melakukan
pembunuhan” adalah preskriptivisme yang berfokus pada pernyataan etis adalah petunjuk atau
rekomendasi. Pandangan moral intuitif dari seorang etikus bernama W.D Ross, ia menggunakan
penjelasan intuisi. Ross berargumen bahwa seseorang mengetahui secara intuitif perbuatan apa
yang bernilai baik maupun buruk. Ia mengkritik pandangan utilitarian yang terlalu menekankan
pada konsep kebahagiaan, bahkan mensejajarkan kebahagiaan sebagai kebaikan. Bagi Ross,
kebahagiaan tidak dapat secara mudah disamakan dengan kebaikan, justru kebaikan adalah
bentuk nilai moral yang lebih tinggi. Jadi tujuan moral adalah mencapai kebaikan bukan
kebahagiaan. Senada dengan Kant, Ross adalah seorang filosof moral yang menekankan bahwa
tindakan etis haruslah terlepas dari kepentingan individual. Bila dalam argumen utilitarian
ditekankan bahwa motif merupakan hal yang mendasar, bagi Ross, motif menunjukan bahwa
seseorang bertindak etis bukan karena tindakan itu benar secara prinsipil, tapi tindakan itu
menguntungkan baginya. Ross menyebutkan tentang berbagai macam kewajiban yang
membutuhkan pertimbangan individu dalam kejadian-kejadian aktual, ia menyusunya sebagai
berikut; 1) Fidelitas atau yang menyangkut perihal bagaimana seseorang memegang janji atau
komitmennya, 2) Kewajiban atas rasa terimakasih, ketika kita berkewajiban atas jasa yang sudah
ditunjukan oleh orang lain, 3) Kewajiban berdasarkan keadilan, hal ini menyangkut perihal
pembagian yang merata yang berhubungan dengan kebaikan orang banyak, 4) Kewajiban
beneficence, atau bersikap dermawan, dan menolong orang lain sebagai tanggung jawab sosial,
5) Kewajiban untuk merawat dan menjaga diri sendiri, 6) Kewajiban untuk tidak menyakiti
orang lain.

Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan Etika Halaman 11


Tugas Ringkasan MPKT A

Enam tipe dari Prima Facie yang dijelaskan oleh Ross menunjukan bahwa dalam kondisi-kondisi
tertentu kita kerap terbentur untuk memutuskan diantara pilihan-pilihan moral. Pertimbangan
intuitif ini bagi Ross sangat vital, karena intuisi bukanlah pertimbangan yang serampangan,
tetapi pertimbangan yang menggunakan segala aspek kecerdasan dan sensibilitas individu
tersebut. Dengan demikian maka ia dapat menghindarkan dirinya dari pilihan yang menyebabkan
keburukan untuk dirinya maupun terhadap orang disekitarnya.

Melihat pembahasan diatas, dapat dipahami bahwa etika tidak terlepas dari moral. Dalam
memahami etika diperlukan pemaahaman yang mendalam mengenai nilai-nilai etis yang ada.
Kemudian kita kaitkan dengan aturan yang telah berlaku dimasyarakat. Apakah etika yang kita
nilai tersebut baik ataupun bernilai buruk. Penilaian etika tergantung pada interpretasi seseorang
mengenai etika tersebut.

Daftar pustaka :

Takwin, Bagus. Hadinata,Fristian. dan Putri, Saraswati. 2013. BUKU AJAR 1 Kekuatan dan
Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika, dan Etika. Depok : Universitas Indonesia

Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan Etika Halaman 12

Anda mungkin juga menyukai