Anda di halaman 1dari 41

JATI DIRIKU

SEBAGAI INSAN
CENDEKIA
FG02 - MPKT 03

1. Audrey Prameswari Adiningtyas 2006467021


2. Anindhita Shifa Ikhsani 2006464316
3. Bana Atiya Gani 2006466486
4. David Fernando Aritonang 2006575045
5. Nathaniel Dave Angginta Lumban Batu 2006466920
6. Tio Larizky 2006574433
7. Yumi Annisa 2006530463
Pendahuluan
Jati Diriku Sebagai Insan Cendekia berisi penjelasan mengenai karakter, filsafat, logika, dan
etika. Karakter berhubungan dengan kehidupan manusia seperti watak, sifat, tabiat, atau akhlak. Dalam
pendidikan tinggi, mahasiswa mendapat bekal atau pengetahuan mengenai kekuatan karakter. Filsafat
mengarahkan mahasiswa dapat berpikir kritis dan sistematis. Belajar Logika akan membawa
mahasiswa mampu berpikir logis, tepat, benar dan mampu mengungkapkannya dalam bentuk tulisan
dan lisan. Etika mengarahkan mahasiswa untuk belajar mengenai prinsip kebaikan, nilai-nilai
kemanusiaan, seperti tanggung jawab, kebebasan, kebersamaan dan sebagainya, sejalan dengan norma
yang melingkupinya. Keempat bahasan tersebut memiliki tujuan untuk membangun kepribadian
mahasiswa Universitas Indonesia yang baik dan berakhlak mulia.
Karakter
Pengertian Karakter
Menurut kbbi, karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain. Karakter merupakan salah satu faktor penting bagi mahasiswa ketika
mereka menghadapi kehidupan akdemik, seperti kuliah, belajar, berdiskusi dengan teman, dan
bersosialisasi.

Pendidikan karakter yang baik ialah yang mencakup 3 hal yaitu kognitif, afektif, dan perilaku.
Pendidikan karakter yang bersifat kognitif mengajarkan untuk mengenali nilai moral dan pengaruhnya
terhadap pendidikan. Pendidikan karakter yang bersifat afektif mengajarkan mahasiswa untuk
mengenali cinta, sayang, dan kepedulian terhadap teman, lingkungan, serta negara. Lalu, pendidikan
karakter yang bersifat perilaku mengajarkan mahasiswa untuk dapat mengidentifikasi tingkah laku
yang tepat dalam menjalankan nilai tertentu.
Kekuatan Karakter
Peterson dan Seligman (2004) mengemukakan beberapa kriteria mengenai karakter:
1. Karakter yang kuat memberikan sumbangan terhadap pembentukan kehidupan yang baik
untuk diri sendiri sekaligus untuk orang lain.
2. Ciri atau kekuatan yang di kandungnya bernilai sebagai sesuatu yang baik secara moral
bagi diri sendiri dan orang lain, meskipun tidak langsung. Penampilan ciri-ciri itu tidak
mengganggu, membatasi, atau menghambat orang-orang di sekitarnya.
3. Kekuatan karakter tampil dalam tingkah laku individu yang mencakup pikiran, perasaan,
dan tindakan, serta dapat dikenali, dievaluasi, dan diperbandingkan derajat kuat-
lemahnya.
4. Karakter yang kuat dapat dibedakan dari ciri-ciri yang berlawanan dengannya
5. Kekuatan karakter diwadahi oleh model atau kerangka pikir ideal.
Kategori keutamaan karakter
Kebijaksanaan dan Pengetahuan. Ada enam kekuatan yang tercakup dalam keutamaan ini,
yaitu kreativitas, orisinalitas, dan kecerdasan praktis, rasa ingin tahu atau minat terhadap dunia,
cinta akan pembelajaran, pikiran yang kritis dan terbuka, dan perspektif

Kemanusiaan dan Cinta merupakan keutamaan yang mencakup kemampuan interpersonal


dan bagaimana menjalin pertemanan dengan orang lain

Kesatriaan merupakan kekuatan emosional yang melibatkan kemauan kuat untuk mencapai
suatu tujuan meskipun mendapat halangan atau tentangan secara eksternal maupun internal.

Keadilan adalah kekuatan yang mendasari kehidupan masyarakat yang sehat


Kategori keutamaan karakter
Pengelolaan diri adalah keutamaan untuk melindungi diri dari segala akibat buruk yang mungkin terjadi
di kemudian hari karena perbuatan sendiri. Sedangkan, pengendalian diri adalah kekuatan yang memberi
kemampuan orang untuk mengetahui apa yang masuk akal dan tidak masuk akal dilakukan sehingga dapat
memilih hal-hal yang masuk akan untuk dilakukan. Kekuatan ini membuat orang dapat disiplin,
mengendalikan selera, dan menguasai emosi mereka.

Transendensi merupakan keutamaan yang menghubungkan kehidupan manusia dengan seluruh alam
semesta dan memberi makna kepada kehidupan. Rasa syukur adalah kekuatan yang membuat orang dapat
menyadari dan berterima kasih atas hal baik yang terjadi, serta meluangkan waktu untuk mengungkapkan
terima kasih. Spiritualitas mencakup religiusitas, iman, dan tujuan hidup. Ketiganya adalah kekuatan yang
membuat orang memiliki keyakinan koheren tentang tujuan yang lebih tinggi, makna hidup, dan makna
alam semesta.
Memahami Nilai
Nilai adalah suatu tatanan yang dapat dijadikan panduan seseorang untuk menimbang, memilih, atau memutuskan suatu (alternatif)
dalam berbagai situasi, sesuai kebutuhan atau keinginannya. Oleh karena itu, ada banyak nilai yang terkait dengan kebutuhan orang
atau masyarakat, seperti nilai ekonomis, nilai budaya, nilai sosial, nilai kesehatan, nilai akademik, nilai Pancasila, dan sebagainya.

Sebagai bagian dari Universitas Indonesia, kita harus memahami dan mengimplementasikan 9 nilai Universitas Indonesia, yaitu:

1. Kejujuran

2. Keadilan
6. Kebersamaan
3. Kepercayaan
7. Keterbukaan
4. Kemartabatan dan/atau Penghormatan
8. Kebebasan Akademik dan Otonomi Keilmuan
5. Tanggung Jawab
9. Kepatuhan pada Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku
Kesembilan nilai itu diharapkan dapat membentuk karakter Civitas Akademika Universitas Indonesia yang tercermin melalui
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan akademik.
Filsafat
.
Apa Itu Filsafat?
Secara etimologis, filsafat berasal dari dua kata
Yunani “philo” yang berarti cinta dan “sophia”
yang berarti kebijaksanaan.
Menurut Socrates, kebijaksanaan yang dimaksud itu
adalah kemampuan untuk memahami hakikat (true
nature) dari semesta (universe) dan eksistensi
manusia

Menurut W.J.S Poerwadarminta, Filsafat


merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan
akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas hukum
dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam
semesta ataupun mengetahui kebenaran dan arti
"adanya" sesuatu.
Berargumentasi secara logis dan
berdialog melalui pertukaran ide-ide
rasional.
Menghasilkan analisis yang
kritis, radikal, dan reflektif

Manfaat Belajar Terhindar dari pengambilan


Filsafat keputusan yang terburu-buru

Terbuka terhadap umpan balik


dan perspektif lain

Bertindak etis dalam


pengambilan keputusan
Filsafat Berdasarkan Sistematika Klasik

Metafisika
Ontologi

Filsafat Ilmu Pengetahuan,


Metodologi, dan Logika
Epistemologi

Etika dan Estetika


Aksiologi
Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat

Berpikir Rasional Universal

Komprehensif dan
Berpikir Kritis
Holistik

Kreatif dan Inovatif Spekulatif

Radikal Reflektif

Sistematis dan Analitis Humanistik


Logika
Pengertian Logika
Pengertian logika yang kita kenal hari ini lebih mengacu kepada Alexander
Aphrodisias sekitar permulaan abad ke-3 M. Dia menyebutnya sebagai
menyebut cabang filsafat yang mengkaji prinsip, aturan, dan metode berpikir
yang benar.

Pada akhirnya, melalui logika kita dapat membedakan antara penalaran yang
tepat dan penalaran yang keliru. Oleh karena itu, logika sebagai suatu studi
bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga keterampilan.
Alur Mempelajari Logika
Logika : Deduktif & Induktif
Secara umum, logika deduktif terwujud dalam suatu bentuk logis
yang disebut silogisme. Silogisme merupakan suatu bentuk
argumentasi yang terdiri dari tiga proposisi. Dalam konteks ini,
Logika proposisi pertama dan kedua merupakan landasan penalaran, sedang
Deduktif
proposisi ketiga merupakan hasil dari penalaran tersebut. Hubungan
antarproposisi ini adalah hubungan yang tidak terpisahkan. Oleh
karena itu, dalam logika deduktif tepat atau tidak tepatnya hubungan
tersebut merupakan hal yang sentral.

Logika induktif sangat bertumpu pada observasi empiris. Oleh karena


itu, pengetahuan yang dihasilkan merupakan generalisasi yang
didasarkan pada pengamatan atas kasus-kasus yang dinilai
Logika
Induktif mempunyai persamaan. Dengan begitu, logika induktif menghasilkan
kesimpulan yang bentuk sintetis atau penggabungan dari kasus-kasus
yang digunakan sebagai titik tolak penalaran.
Logika : Formal & Material
Logika formal berurusan dengan proses penalarannya terkait
Logika bagaimana dari premis-premis ke kesimpulan dalam suatu
Formal argumentasi tepat atau tidak tepat. Dalam konteks ini, apabila proses
penalarannya tepat, maka kesimpulan yang dihasilkan pastilah tepat
pula. Bentuk argumentasi dengan proses penalaran yang tepat itu
dalam logika formal disebut sahih (valid).

Logika material lebih berfokus pada benar-tidaknya dari konten suatu


argumentasi. Di sini, apa yang dimaksud dengan benar-tidaknya
proposisi-proposisi tersebut ditentukan dengan kesesuaiannya
Logika
Material (korespondensinya) dengan kenyataan. Oleh karena itu, suatu
argumentasi hanya dapat dikatakan benar (true), jika semua
proposisinya benar, dalam arti, semua proposisi tersebut bersesuaian
dengan kenyataan.
Logika : Kata & Term
Perbedaan
Mendasar Setiap term selalu mengungkapkan konsep tertentu, sedang kata tidak selalu merujuk
pada suatu konsep. Memang ada kata yang mengungkapkan suatu konsep sehingga
dapat disebut sebagai term. Kata jenis ini dikenal sebagai kata kategorimatis,
misalnya mahasiswa, kursi, meja dan lain-lain.

Setiap term yang diandaikan mengungkapkan konsep dapat berfungsi sebagai subjek
atau predikat dalam proposisi. Misalnya, proposisi ‘Gajah adalah hewan mamalia’.
Dalam contoh tersebut, term ‘gajah’ berfungsi sebagai subjek dan term ‘hewan
mamalia’ berfungsi sebagai predikat.
Term
Dapat diklasifikasikan menjadi :

Term yang merujuk pada keseluruhan luasnya tanpa ada yang dikecualikan.
Term Universal Misalnya, semua pekerja; seluruh hewan, tak satupun dosen dan lain-lain.

Term yang merujuk hanya pada sebagian dari seluruh luasnya, sekurang- kurangnya
Term Partikular satu dan tidak tentu.

Term yang merujuk dengan tegas pada satu objek, satu individu, ataupun satu
Term Universal realitas tertentu
Proposisi Dalam sehari hari kita biasanya berkomunikasi dengan menggunakan
kalimat dan jenisnya juga banyak, ada kalimat tanya, berita, perintah, dan
masih ada lainnya lagi seperti yang udah ia pelajari selama smp-sma dulu.
tetapi ketika sedang membahas logika kita lebih fokus ke kalimat
berita/deklaratif, yaitu yang ada buktinya. kalo di dalam literatur disebut
preposisi. preposisi terdiri atas subjek, predikat, kopula, dan ada
penandanya; bisa universal sebagian atau spesifik. Proposisi sendiri
memiliki 6 macam yang bisa dilambangkan seperti tabel di bawah.
Penalaran Langsung
Kita bisa menarik kesimpulan sebuah premis (bentuk awal proposisi) dengan dua cara, yaitu oposisi
(membandingkan kuantitas dan kualitas) dan eduksi (menukar posisi S dan P).

Konversi Kontraris

Kontraposisi Subkontraris
Eduksi Penalaran langsung Oposisi
Obversi Obversi

Inversi Kontradiktoris
a. Oposisi

Contoh oposisi (kontraris):


Jika proposisi, “Semua mahasiswa UI adalah orang yang cerdas”
dinyatakan benar; maka proposisi “Semua mahasiswa UI bukan orang
yang cerdas” pastilah proposisi “Semua mahasiswa UI bukan orang
yang cerdas” pastilah salah.
Untuk memahami dengan lebih mudah, oposisi bisa kita rangkum dalam
tabel sebagai berikut
b. Eduksi
Pemahaman dalil-dalil eduksi dapat kita rangkum dalam tabel sebagai berikut:
Penalaran Tidak Langsung
Penalaran tidak langsung atau Silogisme, berasal dari kata Yunani syllogismos yang berarti kesimpulan
atau konklusi.
Silogisme dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

Silogisme Silogisme
Kategoris Hipotesis

Silogisme kategoris merupakan suatu bentuk logika deduktif yang terdiri dari dua premis dan satu
kesimpulan.
1. Principium dicti de omni (prinsip pengakuan tentang semua)
Prinsip ini menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi semua anggota term secara universal juga berlaku
bagi anggota secara partikular atau singular.
2. Principum dicti de nullo (prinsip pengingkaran tentang semua)
Prinsip ini menyatakan bahwa apa yang tidak berlaku bagi semua anggota term secara universal juga tidak
berlaku bagi anggota secara partikular atau singular.
Silogisme
Hipotesis
Silogisme Hipotesis Silogisme Disjungtif

Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis


4 pola premis mayor : mayornya berupa proposisi disjungtif yang menawarkan
1. Jika A, maka B dua kemungkinan. Silogisme disjuntif memiliki empat
2. Jika A, maka bukan B bentuk, yaitu
3. Jika bukan A, maka B
4. Jika bukan A, maka bukan B
P atau Q P atau Q

Mempunyai 2 dalil dalam penarikan kesimpulan Ternyata bukan Q


Ternyata bukan P
a.) Modus Ponens, proses penyimpulan yang bergerak dari Jadi, P
pembenaran terhadap anteseden (premis minor) kepada Jadi, Q
pembenaran terhadap konsekuen (kesimpulan).
P atau Q P atau Q
b.) Modus Tollens, proses penyimpulan yang bergerak dari
pengingkaran konsekuen (premis minor) kepada Ternyata P Ternyata Q
pengingkaran anteseden (kesimpulan).
Jadi bukan Q Jadi bukan P
Kekeliruan Berpikir (Fallacies)
Kekeliruan berpikir sebenarnya merupakan proses penalaran argumentasi yang tidak logis karena pemaksaan prinsip-prinsip
logika tanpa memerhatikan relevansinya.

Kekeliruan Kekeliruan formal terjadi akibat kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan tidak sahih
Formal karena melanggar dalil-dalil logika terkait term dan proposisi pada sebuah
argumentasi.

Kekeliruan Kekeliruan non formal terjadi akibat kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan tidak tepat
Non Formal dikarenakan faktor bahasa ataupun dikarenakan relevansi antara premis dan kesimpulannya.

non formal relevansi terjadi apabila kesimpulan yang ditarik tidak relevan atau tidak memiliki
hubungan logis dengan premis-premisnya atau sebaliknya.

non formal bahasa diakibatkan kesalahan dalam penggunaan majas, susunan kata, kesalahan
pengucapan kata, dan kesalahan penggunaan kata kias.
Etika
Pengertian
Etika
Etimologis
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (sumber: kbbi).
Menurut W. J. S. Poerwadarminto
Etika merupakan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral.

Menurut Aristoteles
Terminius Technikus merupakan etika yang dipelajari sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan
manusia. Manner and Custom merupakan suatu pembahasan etika yang
berhubungan atau berkaitan dengan tata cara dan adat kebiasaan yang
melekat dalam kodrat manusia.
Kaidah
Hati Nurani
Etika
Peran hati nurani dalam diri setiap individu adalah untuk
mempertimbangkan tindakan kita agar sesuai yang dipandang baik.
Kebebasan dan Tanggung Jawab
Kebebasan berkaitan erat dengan tanggung jawab di mana keputusan atau
tindakan yang secara bebas diambil harus dipertanggungjawabkan oleh
individu itu sendiri.
Hak dan Kewajiban
Hak dan kewajiban memiliki kaitan timbal balik. Saat individu memenuhi
kewajibannya, maka individu tersebut akan mendapatkan hak.
Nilai dan Norma Moral
Nilai moral memiliki bobot moral, artinya apa yang dilakukan manusia
atau tindakannya dapat menunjukkan apakah tindakan itu dianggap baik
atau tidak.
Teori
Etika

● Moralitas Sosial (Sosial Morality Theory) oleh Thomas Hobbes (1588- 1679).
● Kepribadian Mulia (Personality Virtue Theory) oleh Aristoteles (384-322 SM).
● Utilitarianisme oleh Jeremy Bentham (1748-1832).
● Egoisme oleh Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844-1900).
● Deontologi (Deontological Theory) oleh Immanuel Kant (1724-1804).
● Eksistensialisme oleh Soren Kierkegaard (1813- 1855).
● Prinsip Kewajiban oleh Immanuel Kant (1724-1804).
Pentingnya Belajar Etika
Belajar etika menyadarkan kita bahwa dalam kehidupan yang selalu berubah ini,
kita harus dapat memilih dan menyadari kemajemukan (norma) yang ada
(filsafat praksiologik). Jadi, etika juga adalah alasan untuk memilih nilai yang
benar di tengah belantara norma (filsafat moral).
Keterkaitan Antar
Poin Penting
Poin-poin pada berpikir filosofis, logika dan etika memiliki peranan penting dalam diri seorang
mahasiswa untuk memiliki karakter yang baik. Karakter seorang mahasiswa Universitas indonesia juga
dapat dibangun dengan adanya Sembilan Nilai Universitas Indonesia. Semua poin tersebut dapat
menambah wawasan, dan pengetahuan mahasiswa dalam memperluas keingintahuan studinya serta
memiliki totalitas jati diri atau eksistensi sebagai ilmuwan nantinya. Apabila seorang mahasiswa
mempunyai ciri pemikiran filsafat, logika, dan Etika yang baik maka akan terbentuk karakter seorang
mahasiswa menjadi lebih baik lagi.
Refleksi Kelompok
Sebagai seorang mahasiswa, sudah selayaknya kami memiliki karakter yang baik dan bagus. Dalam hal
berpikir, kami juga harus berpikiran logis dan bernalar dengan cepat serta tepat. Tidak hanya itu,
seorang mahasiswa juga dilihat dari perilaku dan etikanya. Maka dari itu, mahasiswa harus beperilaku
dan memiliki etika yang baik. Jadi keempat poin yang telah disebutkan harus ada pada diri seseorang
agar menghasilkan pribadi yang lebih baik lagi.
Kesimpulan
Karakter, filsafat, logika dan etika memiliki peranan penting dalam
diri manusia, termasuk kita sebagai mahasiswa. Karakter sudah kita
dapat dari kecil hingga sekarang di dalam Universitas Indonesia
dengan Sembilan Nilai Dasar yang menjunjung tinggi karakter.
Filsafat, walau terkadang dituduh tidak relevan, juga penting
dipelajari sebagai induk dari semua ilmu pengetahuan. Logika
membantu kita untuk mengerti suatu hal melalui penalaran yang
benar dan penggunaan bahasa yang baik. Terakhir ada etika yang
membuat kita bisa membedakan mana yang baik dan buruk.
Referensi
Forum Diskusi Pekan 1 MPKT. 2021. hhttps://emas2.ui.ac.id/mod/forum/view.php?id=322267.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2021. https://kbbi.web.id/.

Keraf Gorys, 1992, Argumentasi dan Narasi, Gramedia, Jakarta, hal. 2-7

Meliono, Irmayanti dan Fristian Hadinata. 2017. BUKU AJAR MPKT A: Jati Diriku sebagai Cendekia: Karakter,
Filsafat, Logika, Etika. Universitas Indonesia. Depok.

The Liang Gie, 1996, Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta.


Lampiran: NHDK Pekan 2
Lampiran: NHDK Pekan 2
Lampiran: NHDK Pekan 2
Lampiran: NHDK Pekan 2

Anda mungkin juga menyukai