Anda di halaman 1dari 4

Pada masa yang sudah maju ini,siapa sih yang belum kenal dengan istilah

politik?Mungkin semua orang sudah kenal dengan istilah ini, namun bagaimana
dengan politik praktis? Istilah ini mungkin sudah sering terdengar di teinga kita
namun pengertian dari politik praktis ini masih belum banyak orang yang
mengetahuinya terutama bagi orang yang tidak terlalu bergelut di bidang
politik.Politik adalah cara,upaya, langkah atau siasat yang dilakukan seseorang
atau kelompok untuk mencapai tujuan. Sedangkan politik praktis adalah upaya
yang dilakukan organisasi politik dalam rangka menyusun kekuatan politik dan
menggunakan kekuatan. Tujuan dari politik praktis adalah untuk memegang
kekuasaan negara atau untuk mendapat kedudukan di dalam kekuasaan negara.
Politik praktis sangat berbahaya karena menghalalkan segala cara untuk menjegal
taktik dan strategi lawan politik.Namun yang saya bahas dalam essay ini ialah
sikap mahasiswa terhadap maraknya politik praktis yang terjadi pada masa kini.
Mahasiswa adalah para remaja tingkat lanjut yang sedang bertransformasi
kearah pribadi yang ideal, tentu standar ideal berbeda-beda sesuai dengan tujuan
individu maupun sesuai gambaran orang-orang disekitarnya. Mahasiswa sering
disebut sebagai pemuda atau istilah masa sekarang adalah generasi penerus.
Akan tetapi Prof.Syafi’i Ma’arif kurang setuju dengan sebutan “generasi penerus”,
menurut ahli sejarah dari Universitas Negeri Yogyakarta ini, apabila mahasiswa
atau pemuda disebut “generasi penerus” berarti mereka hanya akan meneruskan
keadaan sekarang yang sudah parah ini. Menurut Buya istilah yang lebih tepat
adalah “generasi pelurus”.
Selain fungsi untuk menuntun dalam menghadapi perubahan, tidak sedikit bukti
yang menunjukkan bahwa mahasiswa pernah memberi kontribusi besar untuk
menciptakan perubahan itu sendiri, di Republik ini paling tidak sudah dua kali
gerakan mahasiswa memaksa penguasa untuk turun dari tahta, pertama pada
tahun 1966 dan kedua pada tahun 1998.
Tetapi gerakan menentang kekuasaan politik bukan berbarti mahasiswa anti
politik, hanya saja mereka tidak setuju dengan kesewenang-wenangan dan sikap
otoriter. Semua langkah spektakuler tersebut didorong oleh niat yang mulia tanpa
tendensi politk. Ironisnya sekarang partai politik mulai melebarkan pengaruh ke
dunia kampus. Sungguh disesalkan, mahasiswa sejatinya adalah suku cadang bagi
negara dan bangsa.
Sudah menjadi realita bahwa parpol tujuannya mencari kekuasaan. Dalam buku
dasar ilmu politik memang salah satu tujuan parpol adalah menyalurkan aspirasi,
tapi jika tidak mendapat kursi kekuasaan mana mungkin mau meneruskan
aspirasi.
Pada akhirnya mahasiswa harus kembali ke idealiasmenya sebagai agent of
change, belajar untuk memperkuat eksistensi negara demi kemakmuran dan
keadilan bagi seluruh masyarakat bukan untuk eksistensi parpol.
Mahasiswa selama ini dianggap sebagai insan terdidik. Insan yang tidak
hanya kaya secara akademis tetapi juga peka terhadap keadaan sekitar.
Keadaannya menjadi agak berbeda saat ini. Mahasiswa lebih banyak disibukkan
dengan urusannya masing-masing dan terkesan tidak peduli dengan masalah-
masalah sosial. Beberapa yang lain justru secara frontal menolak segala hal yang
berhubungan dengan politik. Apatisme semacam inilah yang marak menjangkiti
para sentral yang sudah sepatutnya diangkat ke permukaan justru menguap
begitu saja sama mahasiswa. Alhasil, isu-isu halnya dengan semangat perjuangan
mahasiswa yang semakin hari semakin memudar.
Iklan-iklan partai politik maupun tokoh politik terpampang hampir di setiap media
massa setiap harinya. Tak jarang, di jalan-jalan bermunculanlah baliho, spanduk,
maupun alat peraga lainnya yang digunakan sebagai media promosi. Beberapa
strategi telah dilancarkan partai politik maupun tokoh-tokoh politik untuk
memenangkan pemilu. Strategi itu salah satunya membidik pemilih pemuda.
Besarnya persentase suara pemilih pemuda mendorong adanya anggapan bahwa
pemilih pemuda dapat mengubah peta elektoral dalam pemilu secara signifikan.
Jumlah suara yang cukup besar dan pribadi mahasiswa yang dianggap kurang
mendapatkan pendidikan politik yang baik, membuat mahasiswa menjadi sasaran
empuk dari kepentingan-kepetingan berbau politis. Ada yang melakukannya
secara terang-terangan dengan berkampanye di lingkungan kampus untuk
mendapat simpati para civitas kampus. Ada juga yang disinyalir mendoktrin
mahasiswa melalui organisasi ekstra kampus yang ternyata memiliki afiliasi
dengan partai politik tertentu.
Sesungguhnya apapun partai politiknya tidak selayaknya melakukan intervensi
terhadap kampus apalagi melakukan kaderisasi terhadap kampus, karena
memang belum waktunya.Melihat fenomena terpecahnya kekuatan mahasiswa,
sesungguhnya Kita perlu menyadari dan mengembalikan kejayaan Mahasiswa
serta melakukan reformasi kampus ketika kita hendak melakukan reformasi di
negeri ini.
sesungguhnya tidaklah pantas jika kampus di katakan sebagai miniatur negara,
ketika kampus sudah di anggap sebagai miniatur negara, seolah-olah kampus
seperti negara, di mana adanya politik, di mana adanya intervensi, kalau di
Negara kita mengetahui adanya intervensi asing maka di kampus adanya
intervensi partai politik(POLITIK PRAKTIS KAMPUS), sama , tetapi tidak selayaknya
seperti itu.
Mahasiswa serta organisasi mahasiswa tempat bermaungnya kader-kader bangsa
yang telah terkontaminasi politik praktis kampus seolah-olah memisahkan jarak
ataupun sesunggunya sengaja memisahkan jarak antar mahasiswa lainya, karena
ini memicu perpecahan di tubuh mahasiswa sendiri.
Kampus layak dikatakan Laboratorium Negara,dan memang harus dikatakan
sebagai Laboratarium Negara, karena di kampuslah tempat kaum intelektual
diasah dan ditempa untuk mengubah masa depan bangsa yang lebih baik lagi.
Mahasiswa merupakan agent, agent of development, agent of social control ,
agent of cange. ketika fungsi mahasiswa ini telah di nodai ,di cemari oleh oleh
partai politik, maka fungsi kampus sebagi labor negara sudah berubah menjadi
miniatur negara.
Bahwa menjadikan kampus, sebagai arena pertarungan kepentingan politik
praktis akan mengakibatkan terpecah belahnya kekuatan mahasiswa sebagai
sosial kontrol dan teraborsinya gerakan moral mahasiswa. Sungguh sangat
memperihatikan Mahasiswa yang mestinya menjadi centre of excellence ternyata
bermain mata dengan partai politik, sehingga kritisasi, ilmiah, dan wibawa
kampus di grogoti, dan kita berharap jangan sampai ini adalah akhir dari
independensi kampus.
Sudah selayaknya mahasiswa berada pada barisan oposisi permanent
pemerintah, sebagai control sosial masyarakat, sudah selayaknya mahasiswa
membela kepentingan rakyat bukan membela partai politik , apalagi dengan
bujukan alih-alih membela kepentingan masyarakan apalagi partai yang
didukunganya berkuasa praktis mahasiswa dengan politik praktisnya tidak dapat
kritis, sehingga letak wibawa , intekluatis, kritis mahasiswa di pertanyakan. Jangan
cepat tergiur dengan janji belaka dan iming iming yang belum ada buktinya.
Untuk kemajuan dan perbaikan bangsa, kita sebagai mahasiswa tidak
selayaknya melakukan politik praktis. Sebab untuk memperjuangkan kaum akar
ataupun mengugat ketidak adilan birokrasi dan sistem negara dapat dilakukan
melalui demonstrasi jalanan, ataupun kalau ingin kelihatan ilmiah boleh
melakukan diolag dan wawancara pada media. Republik ini menunggu para
generasi pelurus mengeluarkan ide-ide dan tindakan brilian.
Mahasiswa terlalu berharga untuk dibawa kepanggung politik yang akhirnya
menjadi lelucon kepentingan partai politik dan politukus-politikus yang
mempunyai kepentingan politis dan berhasil memanfaatkan jiwa kelabilan
mahasiswa, sungguh sangat tragis dan menjadi lelucon bagi partai politik.
selayaknya mahasiswa-mahasiwa sebagai kaum intekektual menyadari hal ini dan
membebaskan dari jeratan belenggu partai politik.Pintar secara akademis itu
memang bagus dan merupakan tujuan mahasiswa pada umumnya, namun
alangkah hebatnya bila pintar akademis dan peduli terhadap lingkungan social
sekitar,janganlah terlalu mementingkan diri sendiri, jadilah orang yang memiliki
sikap social serta bermanfaat bagi banyak orang dan bangsa ini.

Anda mungkin juga menyukai