Dosen Pengampu:
Nasitotul Janah, S.Ag., M.S.I
Oleh:
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seperti halnya tokoh Islamdi beberapa tempat lainnya yang menjadikan Partai
Masyumi menjadi tempat perjuangan dalam kehiduupan berpolitik, demikian halnya
dengan Kyai Mahfudz satu diantara beberapa tokoh Islam Grabag kelahiran Citrosono
yang berkhidmat di partai Masyumi.
Masyarakat Grabag sendiri merupakan masyarakat yang heterogen meski
secara kuantitas adalah masyarakat yang beragama Islam dan sebagian besar
berpaham Nahdliyin, namun demikian tidak sedikit yang merupakan Kaum Abangan
dan sebagian penganut agama lain. Kyai Mahfudz sendiri disamping aktif di Masyumi
juga seorang guru juga seorang guru Tariqoh yang cukup disegani di Grabag.
Hubungan komunikasi Mahfudz dengan tokoh-tokoh Masyumi dalam aktifitas
di partai yang notabene orang-orang Muhammadiyah membawanya untuk sedikit
demi sedikit mulai mengenal tentang Muhammadiyah. Perkenalan dengan paham
Muhammadiyah semakin meningkat seiring kebiasaannya membaca koran yang
diterbitkan Muhammadiyah yang menjadi langganan orang Masyumi umumnya yakni
Mercusuar disamping Buku-buku atau majalah yang berpaham Islam Modernis dan
sedikit banyak hampir sama dengan paham Muhammadiyah yakni Al Muslimuun
terbitan Persis Jawa Timur serta Kitab atau buku-buku Agama Islam lainnya.
Dari kebiasaan membaca Al Qur'an dan Al Hadist termasuk berbagai Kitab
menjadikan Kyai Mahfudz yang hanya berpendidikan SR(Sekolah Dasar) juga tidak
belajar di lembaga pendidikan Pesantren memiliki dasar-dasar agama yang cukup
kuat. Sehingga ketika mendengar ada seorang kyai menyampaikan ajaran lslam dan
jauh menyimpang dari tuntunan sebagaimana di gariskan Qur'an dan dicontohkan
oleh Rasulullah Saw beliau dengan penuh keberanian berjalan kaki mendatangi Kyai
bersangkutan seraya menunjukkan kitab yang menjadi dasar pegangannya.
Keberanian Kyai Mahfudz yang dikaruniai 9 putra dari perkawinannya dengan
Si Mudrikah (putri Lurah Ngrancah, Grabag) ini cukup beralasan karena memiliki
keahlian ilmu beladiri silat. Hal inilah salah satu yang mendukung kegiatan
dakwahnya di berbagai tempat diantaranya di Ngrancah, Butuh, Batur serta Jogahan
tanpa ada rasa takut dan khawatir.
Kesembilan Putra-puteri Kyai Mahfudz tersebut antara lain: Ahmad Dimhari
yang memperdalam ilmu agama di Mu'alimin Yogyakarta dan menikah dengan putri
Hj Umniyah salah seorang pendiri NA Pusat dimana salah seorang kemenakannya
adalah tokoh sejarah UGM yakni Ahmad Adaby Darban, kemudian Muh Asmawi,
yang juga menantu Ketua Cabang Muhammadiyah Magelang Soeamam Habib,
kemudian Mahmudah yang bersuamikan tokoh Banser Jateng dan pada akhirnya
masuk Muhammadiyah (anggota PWM Jateng) Abu Hamid, kemudian Muh Dasuki
anggota KOKAM di DIY, Muhtar Hadi (mantan Kakanepag Kebumen dan Kabid
Urusan Haji Depag Prop Jateng), Ahmad Machali, Sulaeman Efendi, Jauhariyah
yang bersuamikan tokoh Muhammadiyah Kudus serta Jauhari Mustofa yang pernah
belajar di Pondok Pesantren di Ngruki dan saat ini melanjutkan tugas ayahandanya
yakni pembinaan kader disamping ikut mengelola MI Al Ittihad di Citrosono, dan
secara berkala melakukan pembinaan di Masjid Umar Bin Chotob Grabag.
Dari kesembilan putra Beliau memang pada awalnya tidak seluruhnya
mewarisi paham Muhammadiyah ayahnya akan tetapi pada perkembangannya baik
karena pengaruh dari bacaan buku/kitab, dari lingkungan masyarakat pada akhirnya
putra-putri beliau melanjutkan perjuangan ayahandanya, tercatat dua orang putera
beliau yakni Ahmad Dimhari dan Muchtar Hadi menjadi Ketua Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Grabag, bahkan Desa Citrosono tempat dimana beliau bermukim
kini boleh dikatakan menjadi potret Muhammadiyah Grabag yakni segala aktifitas
kehidupan masyarakat dalam beragama sesuai dengan tuntunan Al Qur'an dan Sunnah
Rasulillah Saw yang meru- pakan sandaran utama Muhammadiyah.
Setelah Masyumi bubar pada tahun 1960 Kyai Mahfudz mulai intensif
mengembangkan paham Muhammadiyah (secara ideologis) di tengah masyarakat
meskipun secara organisatoris Muhammadiyah belum berdiri, untuk menunjang
kegiatan dakwah tersebut Kyai Mahfudz mendirikan Madrasah Wajib Belajar (MWB)
di Citrosono Grabag pada tahun 1966. Dan kemudian setelah dirasa memiliki cukup
kader pada tahun 1966 dibentuklah kepengurusan pertama Muhammadiyah Grabag,
sehingga boleh dikatakan Muhammadiyah Grabag hadir dan berkembang berawal dari
seorang Guru Tariqah.
Periodesasi Kepengurusan
Periodesasi kepemimpinan dari periode pertama hingga periode sekarang
dengan rentang waktu yang panjang di setiap satu periode kepemimpinan
menunjukkan proses pengkaderan di organisasi tidak bisa berjalan dengan lancar.
Adapun Periode kepemimpinan Muhammadiyah beserta Ortomnya di Cabang Grabag
sebagai berikut:
Periode pertama (1966-1980) Muhammadiyah Cabang Grabag di Pimpin oleh
Ahmad Dimhari, Sekretaris Badawi serta Bendahara Ismail, Periode kedua (1980 -
2000) dipimpin Muchtar Hadi dengan di dukung beberapa tokoh Muhammadiyah
diantaranya SK Sumardjo, Sudarto serta Untung. Sedangkan Periode ketiga dan
keempat Tahun 2000-2010 dipimpin oleh Budi Susilo. Dan untuk periode kelima
(2010-2015) dan keenam (2016-2020) dipimpin oleh Mukhlasi, S.Pd
Untuk Aisyiyah Periode I (1966-1980) Ketua Ibu Ahmad Dimhari, Periode II
Tahun 1980-2000 dengan Ketua Ibu Muhtar Hadi dan pada Periode III (2000-2005)
terpilih sebagai Ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah Grabag Ibu Sulaeman Efendi.
Sementara untuk Ortom Pemuda Muhammadiyah terpilih sebagai Ketua Pemuda
Muhammadiyah Cabang Grabag Sudarman dari Brengkal, Kalikuto untuk masa pe-
riode 1980 hingga sekarang.
Khatimah
Melihat perjalanan sejarah Muhammadiyah Grabag tentu ada hal yang sangat
menarik dimana seorang tokoh dan Guru Tariqah yakni Kyai Mahfudz justru yang
membawa masuknya paham Muhammadiyah di Kecamatan Grabag setelah melalui
proses panjang baik karena pergaulan dengan orang-orang Masyumi yang notabene
orang-orang berpaham Muhammadiyah, maupun ketekunannya mempelajari Qur'an
dan Hadist beserta Kitab kitab serta Majalah Al Muslimuun dan Koran Mercusuar
yang menjadi langganan bacaannya mampu menumbuhkan ghirah ber-
Muhammadiyah dalam rangka Syi'ar Islam.
Hal yang unik dan menarik adalah proses ber-Muhammadiyahnya yang dilalui
Kyai Mahfudz juga diikuti oleh beberapa putra beliau diantaranya Muh Asmawi usai
menamatkan pendidikan di Pondok Pesantren yang diasuh Kyai Siroj di Payaman,
Magelang dan dilanjutkan ke Pondok Pesantren di Kediri, Jatim yang diasuh Kyai
Ma'ruf menjadi tokoh Nahdliyin, akan tetapi pada akhirnya menjadi tokoh
Muhammadiyah yang cukup tegas dalam bersikap, setelah beliau banyak membaca
buku Kemuhammadiyahan terlebih lagi ketika menjadi menantu Ketua Cabang
Muhammadiyah Magelang Soemam Habib.
Hal yang sama juga dialami menantu Kyai Mahfudz yang lain yakni Abu
Hamid adalah tokoh Banser NU Jawa Tengah. Suami putri Kyai Mahfudz,
Mahmudah ini pada akhirnya juga masuk di jajaran organisasi Muhammadiyah,
bahkan dipercaya sebagai salah seorang anggota Pimpinan Wilayah.
Dari beberapa kejadian tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa tidak ada
yang mungkin bila Allah Swt memberikan petunjuk dan Hidayah-Nya tidak suatu
makhluk pun yang mampu membelokkannya atau mengagalkannya atas hidayah yang
akan diberikan kepada seorang hamba. Demikian halnya tidak akan ada yang bisa
menggagalkannya bila Allah telah berkehendak untuk menutup pintu hidayah Nya
kepada hamba-hamba-Nya.
Maka Muhammadiyah Grabag yang baru ada beberapa ranting 28 desa akan
mengalami peningkatan yang signifikan bila paham Muhammadiyah yang dulu
ditanamkan dan diperkenalkan oleh Kyai Mahfudz dan para pendahulunya mampu
ditindaklanjuti dan ditumbuhkembangkan oleh para tokoh Muhammadiyah termasuk
generasi Muhammadiyah di cabang bersangkutan meskipun tantangan yang dihadapi
terasa berat.
Titik awal kebangkitan sudah mulai nampak di Desa Citrosono melalui
pembinaan yang dilakukan oleh beberapa tokoh Muhammadiyah termasuk salah
seorang putra terakhir Kyai Mahfud tinggal bagaimana tokoh Muhammadiyah yang
ada di beberapa desa lainnya mampu dan mau memulai, melanjutkan serta menjaga
eksistensinya.
C. Struktur Pengurus Pimpinan Cabang Muhammadiyah Grabag
SUSUNAN PENGURUS
PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH GRABAG
MASA BAKTI 2016-2020
3. Bisang LSBO
i. Mengadakan Pelatihan seni baca Al Quran
ii. Pelatihan seni Kaligrafi
iii. Mengadakan lomba tarik suara islami
Untuk program kerja periode 2015 2020 dalam PCM ini, baru majlis tablig dan
ekonomi kewirausahaan yang terlaksana. Majlis tablig mengadakan kegiatan pengajian talim
pada hari ahad jam 06.00-07.00 dan setiap hari jumat kliwon mengadakan pengajian talim
jam 15.30-15.00. Selain itu juga mengadakan sholat id di lapangan.
Sementara untuk majlis ekonomi dan kewirausahaan telah adanya pertokoan yakni
Toko Sahabat.
PCM Grabag mengadakan musyawarah mufakat kepada pihak pihak seperti ketua
Ranting Muhammadiyah, pengurus cabang muhammadiyah, hingga masyarakat yang
diundang oleh ketua PCM Grabag. Sumber dana dalam PCM ini adalah shodakoh, iuran
pengurus cabang muhammadiyah hingga Jemaah dan simpatisan Muhammadiyah.
Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami yakin masih banyak kekurangan. Meskipun demikian,
hasil observasi yang kami lakukan, kami menyarankan seluruh mahasiswa khususnya
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang dapat membantu Muhammadiyah dalam
menyebarkan syiar di Indonesia. Para mahasiswa di dalam ruang lingkup Muhammadiyah
juga harus mengenal Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) agar dapat bekerja sama
dengan baik dalam dawah yang ingin disampaikan. Kami mengharapkan mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Magelang yang berdomisili di grabag mau membantu dalam hal
pengembangan Pimpinan Cabang Muhammadiyah yang jauh baik lagi karena dengan adanya
regenerasi dan kader-kader muda bisa mempertahankan eksistensi Muhammadiyah. Selain itu
perlunya niatan dan semangat yang kuat untuk pengembangan Pimpinan Cabang
Muhammadiyah. Kami mohon kritik dan saran dari semua pihak untuk menuju
kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini. Semoga amal baik kita dibalas oleh Allah
dengan pahala dan ampunan.
Daftar Pustaka