Materi
Dosen
Tanggal / Waktu
Tempat
Notulis
Peserta
1.
2.
tahap sebelumnya salah, sehingga perlu untuk diuji ulang. Namun hal
seperti ini biasanya tidak pernah terjadi.
c. M. Rico Firmansyah: Apakah akan dilakukan pemeriksaan tambahan jika
komunikasi akhir ditemukan informasi tambahan? Apabila tidak ada juknis maka
best practice mana yang diambil? Keterbatasan sumber daya, apa ada pengorbanan
prosedur? Apakah harus mementingkan proses atau hasil?
Ajar R. Islami:
Jika auditor sudah menyampaikan temuan lalu auditee membantahnya dan
menyampaikan bukti baru, tidak perlu dilaksanakan pemeriksaan lagi,
tinggal auditor menyetujui atau tidak menyetujui novum dari auditee. Hal
ini seharusnya dapat dihindari karena sewaktu pelaksanaan pemeriksaan,
auditor akan selalu mengkomunikasikan jika ada temuan.
Zain Farosdaq:
Best Practices diterapkan jika tidak terdapat petunjuk teknis (juknis). Di
pedoman pelaksanaan juga telah diatur petunjuk pelaksanaan (juklak)
seperti apa, sedangkan untuk hal-hal teknis, misalnya, tidak diatur
sehingga dapat dipakai kriteria ataupun peraturan dari instansi lain yang
berwenang untuk menerbitkan aturan tersebut. Sebagai contoh terhadap
audit atas aspal atau beton, auditor bisa meminta ke Dirjen Bina Marga
yang berwenang aau ke pihak lain atau bahkan dengan cara auditor
sendiri, semisal auditor memiliki kemampuan untuk menghitung sendiri,
maka kemampuan tersebut dapat digunakan.
St. Bastian S. Pasaribu:
Dapat juga menggunakan ISSAI, disana ada beberapa guideline yang
dapat menjadi acuan apabila BPK tidak terdapat juknisnya. Bisa dicek di
website ISSAI. Sedangkan untuk keterbatasan sumber daya apakah harus
mengorbankan prosedur? Di dalam langkah audit ada perencanaan, dan di
perencanaan tim audit sudah dapat menganalisa berapa anggota yang
dibutuhkan. Apabila kegiatan audit besar dibutuhkan staff yang banyak,
sebaliknya apabila kegiatan audit kecil maka hanya membutuhkan sedikit
staff. Dalam perencanaan juga dibahas mengenai anggaran yang
dibutuhkan. Jadi pada dasarnya mengenai sumber daya seharusnya sudah
dialokasikan dan diketahui kebutuhannya pada saat perencanaan audit.
Zain Farosdaq:
Seharusnya perencanaan yang bagus sudah mengetahui kebutuhan dan
kapasitas sumber dayanya, mulai staff, jangka waktu, dana, sehingga
program audit dapat disesuaikan dengan tujuan dan sumber daya yang
dimiliki. Tetapi kalaupun terjadi hal-hal seperti itu, maka dapat dilakukan
perubahan program pemeriksaannya. Kalau diperlukan lagi dapat
dilakukan perpanjangan waktu. Yang jelas hasil adalah yang lebih penting,
bagaimana agar dapat efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya,
itulah yang harus dipikirkan.
e. Yessy Puspita W. :Apakah ada batasan berapa kali dalam melakukan koreksi
lapkeu?
Bapak Alexandra: Temuan dalam LPP jika belum di-issued menjadi LHP,
jika terdapat bukti baru silahkan diberikan kepada auditor, sehingga
dimungkinkan untuk dilakukan revisi. Seandainya sudah diterbitkan dan
diserahkan kepada DPR tetap diperbolehkan untuk menyampaikan bukti
baru, namun atas laporan yang telah diterbitkan tersebut tidak akan
dilakukan perubahan, melainkan akan diterbitkan ralat atas laporan
tersebut. Untuk batasan berapa kali melakukan koreksi, tidak diatur
adanya batasan berapa kali melakukan koreksi, tetapi biasanya cukup
sekali saja.
f. Chandra Ari N: Pemeriksaan BPK yangg ditolak karena perbedaan kriteria yang
digunakan, apa yang harus dilakukan oleh auditor?
Ajar R. Islami: Seperti contoh jika ada perbedaan metode antara basis kas
menuju akrual dengan basis akrual, tetap yang menang adalah BPK
karena kriteria yang dipakai oleh BPK adalah yang ditetapkan melalui