0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
442 tayangan8 halaman
Sila keempat Pancasila menekankan pada prinsip demokrasi, permusyawaratan dan perwakilan rakyat dalam sistem pemerintahan. Dokumen tersebut menjelaskan makna dan implementasi sila keempat serta penyimpangan yang terjadi di Indonesia.
Sila keempat Pancasila menekankan pada prinsip demokrasi, permusyawaratan dan perwakilan rakyat dalam sistem pemerintahan. Dokumen tersebut menjelaskan makna dan implementasi sila keempat serta penyimpangan yang terjadi di Indonesia.
Sila keempat Pancasila menekankan pada prinsip demokrasi, permusyawaratan dan perwakilan rakyat dalam sistem pemerintahan. Dokumen tersebut menjelaskan makna dan implementasi sila keempat serta penyimpangan yang terjadi di Indonesia.
Disusun oleh : Muhammad Rudy Alamsyah (190431626429)
Nadya Silvia Ningsih (190431626455) Puti Nawang Sari (190431626417) Putri Handayani (196410241988121002) Pancasila Sila ke 4 Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan - Hakikat sila ini adalah demokrasi. - Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. - Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama. Makna yang Sebenarnya Terkandung Pada Sila Ke-4 Pancasila 1.Hakikat sila ini adalah demokrasi. 2.Pemusyawaratan. 3.Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama. Maka nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila keempat adalah : 1.Kerakyatan berarti kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat, berarti Indonesia menganut demokrasi. 2.Permusyawaratan berarti bahwa dalam merumuskan atau memutuskan suatu hal, berdasarkan kehendak rakyat, dan melalui musyawarah untuk mufakat. 3.Perwakilan berarti suatu tata cara mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara, antara lain dilakukan melalui badan perwakilan rakyat. Implementasi dari sila ke 4 Pancasila 1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. 2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. 3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. 4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. 5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. 6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani dan luhur. 7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Pelaksanaan Sila Ke-4 di Indonesia "Kerakyatan" Kerakyatan artinya rakyat yang berdaulat. Bahwa dalam kehendak untuk berkuasa itu ada di tangan rakyat yang memiliki tanggung jawab atas kedaulatannya sendiri terhadap perkembangan negaranya di masa depan. "Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan" Dipimpin artinya dipimpin dengan kekuatan akal. Oleh orang yang berakal itulah akan dapat dipantulkan cahaya hikmat, kebijaksanaan, dan pengharapan yang besar. "Dalam Permusyawaratan/Perwakilan" Pada frasa "dalam permusyawaratan", merunut hal ini, para pemimpin bangsa mengetahui bahwa faktor kebiasaan dan pola pengambilan keputusan masyarakat adat di Indonesia adalah dengan musyawarah. Penyimpangan pengamalan sila ke 4 yang ada di Indonesia Pada masa orde baru, kekuasaan legislatis dimanipulasi oleh Presiden, sehingga kekuasaan legislatif tidak pro rakyat dan cenderung memihak pemerintahan Pada masa orde baru ketua MPRS dan DPR dijadikan menteri sehingga secara tidak langsung berada di bawah presiden Pada masa orde baru, pimpinan MA dijadikan menteri sehingga hal ini menyalahi prinsip kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang bebas dari intervensi pihak lain Ditiadakannya pemilihan kepala daerah langsung oleh DPR periode 2014-2019 Adapun penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan terhadap sila ke-4 adalah:
1. Banyak warga Negara/masyarakat belum terpenuhi hak dan
kewajibannya didalam hukum. 2. Ketidak transparannya lembaga-lembaga yang ada didalam Negara Indonesia dalam sistem kelembagaannya yang menyebabkan masyarakat enggan lagi percaya kepada pemerintah. 3. Banyak para wakil rakyat yang merugikan Negara dan rakyat, yang seharusnya mereka adalah penyalur aspirasi demi kemajuan dan kesejahteraan Negara Indonesia. 4. Banyak keputusan-keputusan lembaga hukum yang tidak sesuai dengan azas untuk mencapai mufakat,sehingga banyak masyarakat yang merasa dirugikan. 5. Banyak masyarakat yang kurang bisa menghormati adanya peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah.